13
1.5.2 Pemerintah Daerah
Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, yang dimaksud dengan pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan
urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah oleh DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia tahun 1945, pemerintahan daerah meliputi :
1 Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.
2 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Pemerintah daerah
sebagai badan eksekutif daerah dalam PP No.82003 tentang pedoman organisasi perangkat daerah meliputi kepala daerah beserta perangkat daerah.
Kepala daerah dalam hal ini untuk kecamatan adalah Camat, untuk kabupaten adalah Bupati dimana kepala daerah ini dibantu oleh satu orang wakil kepala
daerah. Kepala daerah dan wakilnya dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan. Berhasil tidaknya seseorang yang
menjabat suatu jabatan dalam menjalankan tugas-tugasnya tergantung kepada kualitas yang dimilikinya. Demikian pula halnya dengan kepala daerah, berhasil
tidaknya ia menjalankan tugas-tugasnya tergantung kepada kualitas yang dimilikinya serta loyalitasnya kepada masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintahan Nomor 8 Tahun 2003 tentang pedoman organisasi perangkat daerah, perangkat daerah adalah organisasi atau lembaga
14
pada pemerintahan daerah yang bertanggung jawab kepada kepala daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari sekretariat daerah, dinas
daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan dan satuan polisi pamong praja sesuai dengan kebutuhan daerah Nurcholis, 2007: 225.
1.5.4 Pemekaran Kecamatan
Menurut pasal 66 UU No.22 Tahun 1999, kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten dan daerah kota yang dipimpin oleh Kepala Camat
yang diangkat oleh BupatiWalikota atas usul dari sekretaris daerah kabupatenkota dan Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat. Sebagai
perangkat daerah organisasi Kecamatan yang dipimpin oleh Camat melaksanakan sebagian urusan otonomi daerah yang dilimpahkan Bupati dan tugastugas umum
pemerintahan. Dalam pelaksanaan otonomi daerah organisasi Kecamatan menjadi ujung tombak pelayanan masyarakat. Hal ini disebabkan Kecamatan menjadi
penyambung kebijakan pemerintah daerah dengan masyarakat luas, fungsi-fungsi koordinatif dan pembinaan pada level desa dan kelurahan menjadi tanggung
jawab Kecamatan.Poernomo, 2004 : 28 Oleh karena itu Kecamatan menerima sebagian wewenang yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah. Disamping itu
Kecamatan adalah sebagai koordinator dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan umum.
Ada dua tugas utama Kecamatan yaitu sebagai pelayan masyarakat dan melakukan pembinaan wilayah.Tugas pembinaan wilayah dilakukan dengan
melakukan koordinasi pemerintahan terhadap seluruh instansi pemerintah di
15
wilayah kecamatan, penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban, penegakan peraturan perundangundangan, pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa
danatau kelurahan, serta pelaksanaan tugas pemerintahan lainnya yang belum dilaksanakan oleh pemerintahan desakelurahan danatau instansi pemerintah
lainnya di wilayah kecamatan, sedangkan dari segi pelayan masyarakat, pihak Kecamatan menjalankan sebagian wewenang yang diberikan oleh Pemerintah
daerah. Oleh sebab itu pengembangan lembaga Kecamatan menjadi hal yangurgen untuk dilaksanakan. Kebijakan otonomi daerah merupakan suatu itikad
baik pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kecamatan sebagai unsur perangkat daerah memiliki peran vital dalam keberhasilan otonomi
daerah, kecamatan dilihat dari sistem pemerintahan Indonesia, merupakan ujung tombak dari pemerintahan daerah yang langsung berhadapan dengan masyarakat
luas. Citra birokrasi pemerintahan secara keseluruhan akan banyak ditentukan oleh kinerja organisasi tersebut. Masyarakat perkotaan yang peradabannya sudah
cukup maju, mempunyai kompleksitas permasalahan lebih tinggi dibandingkan pada masyarakat tradisional sehingga diperlukan aparatur pelayanan yang
profesional. Tobalilo80200901. Menurut PP No. 19 Tahun 2008 Bab I pasal 1 pembentukan kecamatan
adalah pemberian status pada wilayah tertentu sebagai kecamatan di kabupatenkota. Kecamatan dibentuk di wilayah kabupatenkota dengan Peraturan
Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Pembentukan Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 PP No.19 2008 harus memenuhi syarat
administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.
16
Syarat administratif pembentukan kecamatan adalah: PP No.19 Th 2008 pasal 3 :
a. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan minimal 5 lima tahun; b. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan desa danatau kelurahan yang akan
dibentuk menjadi kecamatan minimal 5 lima tahun; c. Keputusan Badan Permusyawaratan Desa BPD atau nama lain untuk Desa
dan Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan baik yang menjadi calon cakupan wilayah kecamatan baru
maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan; d. Keputusan Kepala Desa atau nama lain untuk desa dan Keputusan Lurah atau
nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan baik yang akan menjadi cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang persetujuan
pembentukan kecamatan; e. Rekomendasi Gubernur.
Syarat fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 PP No. 19 Th 2008 meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana
pemerintahan. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 PP No. 19 Th 2008 meliputi:
1. jumlah penduduk; 2. luas wilayah;
3. rentang kendali penyelenggaraan pelayanan pemerintahan; 4. aktivitas perekonomian;
5. ketersediaan sarana dan prasarana.
17
Dalam PP RI No 129 tahun 2000 pasal 2 disebutkan pembentukan daerah atau disebut juga dengan pemekaran bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan melalui: 1. Pengangkatan pelayanan terhadap masyarakat
2. Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi 3. Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah
4. Percepatan pengelolaan potensi daerah 5. Pengangkatan kecamatan dan ketertiban
6. Pengangkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah Dikeluarkannya UU No.32 tahun 2004 memberikan wewenang kepada
daerah untuk mengurusi wilayahnya sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini mengingat bahwa sebenarnya yang mengetahui segala permasalahan yang terjadi
di daerah adalah pemerintah daerah, bukan pemerintah pusat.Semakin meningkatnya volume kegiatan di bidang pemerintahan, pelayanan, dan
kemasyarakatan serta dengan meningkatnya komposisi jumlah penduduk, luas wilayah yang cukup, dan memiliki saranaprasarana yang memadai sebagai
prasyarat pendirian kecamatan, maka Pemerintahan Kabupaten Kerinci merasa siap untuk mengeluarkan kebijakan pemekaran kecamatan.
Menurut Kastorius Sinaga dalam Wahyudi dkk, 2002:18 pemekaran wilayah setidaknya harus menjawab tiga isu pokok, diantaranya:
1. Urgensi dan Relevansi; apakah urgensi pemekaran wilayah berkaitan dengan penuntasan masalah kemiskinan dan marginalitas etnik. Jika tidak,
pemekaran wilayah akan berdampak negatif dan proses pemiskinan rakyat
18
akan semakin cepat. Pertimbangan umum pemekaran wilayah biasanya didasari oleh adanya potensi sumber daya alam yang siap untuk
dieksploitasi sementara kemampuan daerah, terutama menyangkut finansial dan sumber daya manusia amat terbatas. Jalan keluar yang paling
mungkin adalah mengundang pihak luar menjadi investor dan ketika keputusan seperti ini diambil maka tidak lama setelah itu akan terjadi
proses eksploitasi yang sangat besar terhadap kekayaan alam yang dimiliki daerah itu. Cara berfikir seperti ini yang sangat mengkhawatirkan
dan berpotensi mengundang terjadinya proses pemiskinan. 2. Prosedur; apakah prosedur pemekaran wilayah ini akan berbelit-belit
karena rantai birokrasi yang mengurus persoalan seperti ini juga cukup panjang.
3. Implikasi; yakni sejauhmana pemekaran wilayah memberi dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat dan secara politis
berimplikasi terhadap terpilihnya identitas etnik dan agama. Selain itu, potensi terjadinya konflik horizontal berkaitan dengan ide pemekaran
wilayah itu. Diluar pihak yang memberikan dukungan, pasti ada pihak- pihak tertentu yang tidak menyetujui ide pemekaran itu
.
1.5.5. Masyarakat