produksi dengan total biaya produksi. Dari hasil penelitian diperoleh data laba rugi seperti pada Tabel 14.
Tabel 14. Analisis laba rugi selama penelitian.
Ulangan Perlakuan
1 2 3 4 5
6 Total Rataan
P1 344.236
319.759 95.624
157.771 84.342 636.876 1.496.614 249.435,7
P2 336.875
24.861 200.217
415.231 637.852 82.655 1.697.691 282,948,5
P3 197.683
30.234 202.622
161.145 100.288 23.791 715.763 119.293,8
Total 878.794 374.854
498.463 592.153 822.482 743.322 3.910.068 651.678 Rataan
292.931 124.951,3 166.154,3 197.384,3 274.160 247.774 1.303.356 217.226
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa rataan laba rugi yang tertinggi terdapat pada perlakuan P2 sebesar Rp 282.948,5 selama penelitian, kemudian diikuti pada
perlakuan P1 sebesar Rp 249.435,7 selama penelitian dan rataan terkecil terdapat pada perlakua P3 sebesar Rp 119.293,8 selama penelitian.
4. BC Ratio
Untuk mengetahui efisiensi usaha yang dilakukan, maka harus dicari BC ratio. Pada penelitian BC ratio diperoleh dari pembagian total hasil produksi
dengan total biaya produksi. Dari hasil penelitian diperoleh data BC ratio seperti pada Tabel 15.
Tabel 15. BC Ratio selama penelitian.
Ulangan Perlakuan
1 2 3 4 5 6 Total Rataan
P1 1.07 1.07 1.02 0.96 1.01 1.13 6.26 1.04
P2 0.92 0.99 1.03 1.10 1.11 1.01 6.16 1.03
P3 1.04 1.00 1.04 1.04 1.01 1.00 6.13 1.02
Total 3.03 3.06 3.09 3.10 3.13 3.14 18.55 3.09 Rataan 1.01 1.02 1.03 1.03 1.04 1.05 6.18 1.03
Lamtiur Manurung : Analisis Ekonomi Uji Ransum Berbasis Pelepah Daun Sawit, Lumpur Sawit Dan Jerami Padi Fermentasi Dengan Phanerochaete Chrysosporium Pada Sapi Peranakan Ongole, 2008
USU Repository © 2008
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa rataan BC ratio tertinggi terdapat pada perlakuan P1 sebesar 1,04 diikuti pada perlakuan P2 sebesar 1,03 dan rataan
terkecil terdapat pada perlakuan P3 sebesar 1,02.
5. BEP Break Even Point
Terdapat dua macam break event point BEP yang biasa dipakai yaitu break even point harga dan break event point volume produksi.
a. Break Even Point Harga Produksi Pada penelitian ini break even point harga produksi diperoleh dari hasil
pembagian hasil total biaya produksi dengan berat sapi setelah digemukkan kg. Dari hasil penelitian diperoleh data BEP harga produksi seperti Tabel 16.
Tabel 16. BEP harga sapi selama penelitian Rp
Ulangan Perlakuan
1 2 3 4 5 6 Total Rataan
P1 18.644 18.645 19.587 20.813 19.715 17.569 114.973
19.162, 2
P2 21.727 20.091 19.255 18.086 17.929 19.625 116.713
19.452, 2
P3 19.202 19.858 19.122 19.089 19.637 19.899 116.807
19.467, 8
Total 59.573 58.594
57.964 57.988 57.281 57.093 348.493
58.082, 2
Rataan 19.857,
7 19.531 19.321,
3 19.329,
3 19.093 19.031
116.164 19.360,
7
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa rataan BEP harga produksi yang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 sebesar Rp 19.467,8-, kemudian diikuti pada
perlakuan P2 sebesar Rp 19.452,2,- dan rataan yang terkecil terdapat pada perlakuan P1 sebesar Rp 19.162,2-.
b. Break Even Point Volume Produksi
Lamtiur Manurung : Analisis Ekonomi Uji Ransum Berbasis Pelepah Daun Sawit, Lumpur Sawit Dan Jerami Padi Fermentasi Dengan Phanerochaete Chrysosporium Pada Sapi Peranakan Ongole, 2008
USU Repository © 2008
Pada penelitian break even point volume produksi diperoleh dari hasil pembagian total biaya produksi dengan harga jual sapi per kg. Dari hasil
penelitian diperoleh data Break even point volume produksi seperti pada Tabel 17. Tabel 17. Break even point volume produksi selama penelitian kg.
Ulangan Perlakuan
1 2 3 4 5 6 Total Rataan
P1 236 220 227 201 291 230 1.405 234,2
P2 211 272 258 196 276 216 1.429 238,2
P3 238 212 220 168 271 235 1.344 224,0
Total 685 704 705 565 838 681 4.178 696,3 Rataan 228,3 234,7 235 188,3 279,3 227 1.392 232,1
Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa rataan BEP volume produksi yang tertinggi terdapat pada perlakuan P2 sebesar 238,2 kg, kemudian diikuti pada
perlakuan P1 sebesar 234,2 kg dan rataan yang terkecil terdapat pada perlakuan P3 sebesar 224,0 kg.
6. Income Over Feed Cost