Lateks Penentuan Bilangan Volatile Fatty Acid (VFA) Dalam Lateks Kebun Pada Pembuatan Karet Remah

Rahma Tia Harahap : Penentuan Bilangan Volatile Fatty Acid VFA Dalam Lateks Kebun Pada Pembuatan Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lateks

Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet Havea brasiliensis diperkenalkan pertama kali pada tahun 1876 yang berasal dari lembah Amazon, Brazil. Karet adalah polimer hidrokarbon tak jenuh di mana jika getah dipanaskan tanpa udara, satu-satunya hasil yang diperoleh adalah hidrokarbon tak jenuh isoprene. Hasil yang diambil dari tanaman karet adalah lateks. Bahan olahan yang dihasilkan dari lateks ini selanjutnya berupa sit, lateks pekat dan karet remah. Lateks adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet. Pada umumnya berwarna putih seperti susu kental dan belum mengalami penggumpalan dengan atau tanpa penambahan bahan pemantap zat antikoagulan. Lateks ini dapat diperoleh dengan cara menyadap antara kambium dan kulit pohon. Menurut penyelidikan kimia, getah karet atau lateks ini terdiri dari molekul metil, sedangkan karet alam merupakan suatu polimer dari isoprene, sedangkan isoprene adalah persenyawaan terkecil dari terpen. Nama kimia karet adalah Cis 1,4- poliisoprene dengan rumus umum C 5 H 8 n , di mana n adalah derajat polimerisasi yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah monomer di dalam rantai polimer. Nilai n di dalam karet alam berkisar antara 3000 – 15000. Kebanyakan karet mempunyai bobot molekul lebih dari 1000000, besarnya bervariasi menurut sumber dan metode pengolahannya. Rahma Tia Harahap : Penentuan Bilangan Volatile Fatty Acid VFA Dalam Lateks Kebun Pada Pembuatan Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 CH 3 H CH 3 H C = C C = C CH 2 CH 2 CH2 CH 2 n Gambar 2.1 Rumus bangun karet alam Cis 1,4-poliisoprena Molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus, tetapi melingkar seperti spiral dan ikatan – C – C – di dalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel yaitu dapat ditarik, ditekan dan dilentur. Adanya ikatan rangkap – C = C – pada molekul karet, memungkinkan dapat terjadinya reaksi – oksidasi. Ikatan rangkap dua karet dipisahkkan satu sama lain oleh satu atau lebih ikatan tunggal. Ikatan rangkap dua pada karet alam menunjukkan geometrik cis. Oksidasi karet oleh udara O 2 terjadi pada ikatan rangkap molekul, sehingga panjang rantai polimer akan semakin pendek. Terjadinya pemutusan rantai polimer mengakibatkan viskositasnya menurun.

2.2. Komposisi Lateks Havea