tidak ramah masyarakat akan beralih untuk mendapatkan pelayanan lain terutama masalah persalinan, hal ini juga sesuai dengan Green dimana dengan sikap dan
perilaku petugas sangat menentukan pelayanan yang akan digunakan oleh masyarakat, tetapi sikap dan perilaku petugas kesehatan yang demikian informan
tetap memilih dukun bayi sebagai penolong persalinannya sehingga hal ini tidak sesuai dengan teori Green lagi.
5.3.2 Sikap dan perilaku dukun bayi saat menolong persalinan
Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap informan tentang sikap dukun bayi menurut pendapat informan saat menolong persalinan sikap
tersebut adalah lemah lembut, sabar, biasa saja, tidak buru-buru, teliti, sabar, baik, dianggap saudara sendiri selalu menolong, senang membantu. Pernyataan-pernyataan
tersebut seperti berikut :
”Lemah lembut... sabar...” ”Biasa sajalah, tidak buru-buru, teliti perhatian”
”Baik orangnya, selalu menolong, senang karena Dia senang membantu kita”
New Comb dalam buku Soekidjo : Seorang ahli psikologis sosial mengatakankan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dengan demikian pernyataan tentang sikap tersebut diatas sesuai dengan Green yang dinyatakan Soekidjo dimana sikap seseorang dapat berpengaruh terhadap
tindakannya. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
Efi Yuliarti : Determinan Ibu Memilih Dukun Bayi Sebagai Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Bangko Pusako Kabupaten ROKAN Hilir Riau Tahun 2009, 2009.
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Notoatmodjo juga mengatakan sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
seseorang untuk bertindak, hal ini sesuai dengan teori Green.
5.3.3 Pemilihan dukun bayi sebagai penolong persalinan reference group
Berdasarkan hasil penelitian menurut informan orang yang berperan mempengaruhi informan memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan adalah
orang tua, tetangga, makcik adik mamak, dan setelah melahirkan dengan bidan kampung informan memilih sendiri bidan kampung sebagai penolong persalinannya
seperti pada pernyataan informan berikut :
”Dulu orang tua, karena orang tuaku melahirkan dengan bidan kampung juga, dan anak aku semua lahir dengan bidan kampung”
”Makcik, karena mamak aku sudah meninggal aku melahirkan dirumah makcik aku”
”
Semua orang kampung ini melahirkan dengan bidan kampung, ya... kami ikut jugalah”
P
ernyataan informan bahwa orang tua, makcik, tetangga orang kampung dapat mempengaruhi informan dalam memilih dukun bayi sebagai penolong
persalinannya, hal ini sama dengan pernyataan Meutia F.Swasono yakni bahwa dari kajian oleh ahli-ahli antropologi ditemukan masalah mengenai pilihan terhadap
sarana pertolongan persalinan, baik oleh dukun bayi maupun oleh puskesmas atau rumah sakit, tidak selalu ditentukan oleh suami- istri yang menantikan kelahiran bayi
melainkan oleh anggota kerabat lainnya yang lebih senior seperti, mertua, bibi adik
Efi Yuliarti : Determinan Ibu Memilih Dukun Bayi Sebagai Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Bangko Pusako Kabupaten ROKAN Hilir Riau Tahun 2009, 2009.
mamak, ibu wanita tersebut bahkan bila ada anggota keluarga yang berprofesi sebagai dukun bayi.
5.4. Pertolongan Persalinan Dukun Bayi