karena itu, dalam jingle program pemerintahan orde baru terdapat beberapa sifat-sifat atau elemen jingle, misalnya memorabilty atau sifat jingle yang mudah diingat. Hal
tersebut menunjukkan bahwa jingle program pemerintahan orde baru harus dapat dengan mudah diingat oleh seluruh masyarakat Indonesia sebagai sasaran dari
pembuatan jingle tersebut, dimana masyarakat Indonesia terdiri dari beragam suku, profesi, status sosial, dan sebagainya. Jadi, supaya jingle program pemeritahan orde
baru diterima dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, maka jingle harus dikemas dengan menggunakan pilihan kata dan musik tertentu yang mudah diingat
oleh seuruh masyarakat Indonesia. Selain elemen atau sifat memorability, pada jingle program pemerintahan
orde baru juga terdapat sifat meaningfullness yang berarti mempunyai arti dan makna karena sifat musikalnya. Jingle program pemerintahan orde baru mengandung makna
bahwa jingle tersebut dibuat untuk mengajak masyarakat agar melaksanakan program pemerintahan Indonesia, misalnya Keluarga Berencana KB. Makna tersebut
disampaikan melalui pilihan kata yang menarik dan diiringi dengan musik yang mendukung penyampaian makna itu.
2.6 Analisis Wacana Kritis
Wacana adalah hasil kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa baik secara lisan maupun secara tertulis yang membahas suatu subjek tertentu.
Wacana disusun secara teratur dan sistematis dalam satu kesatuan yang koheren. Selain itu, wacana juga disusun berdasarkan konteks dan ideologi tertentu. Oleh
karena itu, dibutuhkan kajian tertentu untuk memahami wacana secara utuh, baik dari teks maupun faktor-faktor yang terdapat di luar teks seperti konteks dan ideologi.
Kajian tersebut disebut dengan analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis tidak hanya mengkaji wacana dari aspek linguistiknya
saja, tetapi mengkaji lebih dalam makna yang tersembunyi dari suatu wacana. Secara
tidak langsung analisis wacana kritis merupakan alat yang dapat digunakan untuk membongkar makna, konteks, dan ideologi tertentu yang terdapat dalam wacana.
Sehubungan dengan hal tersebut Fairclough dan Wodak dalam Eriyanto, 2001:7 menyatakan bahwa analisis wacana kritis melihat wacana sebagai bentuk praktik
sosial, kemudian wacana dalam hal ini adalah wacana lisan dan wacana tertulis. “Wacana sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan dialektis antara
peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya, selanjutnya praktik wacana bisa jadi menampilkan efek ideologi
tertentu” Darma,2009:51. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa peristiwa yang terjadi di masyarakat berpengaruh pada wacana yang dihasilkan dan
wacana yang dihasilkan tersebut juga berpengaruh pada masyarakat. Oleh karena itu, analisis wacana kritis juga menganalisis konteks yang menyebabkan munculnya
wacana. Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar,
situasi, peristiwa, dan kondisi”, sehingga wacana diproduksi, dimengerti dan dianalisis pada suatu konteks tertentu Eriyanto, 2001:8. Konteks adalah hal yang
berada di luar teks dan memengaruhi penggunaan bahasa, seperti tempat dimana suatu wacana diproduksi, partisipan yang terlibat, dan sebagainya Eriyanto, 2001:9.
Selanjutnya, analisis wacana kritis juga menganalisis faktor internal yang dimiliki oleh pembuat wacana. Salah satu faktor internal tersebut adalah
ideologi.Ideologi merupakan sudut pandang seseorang dalam memandang dan menilai sesuatu. Eriyanto 2001:7 menyatakan bahwa praktik wacana bisa jadi
menampilkan ideologi. Ideologi menjadi dasar sudut pandang pembuat wacana dalam menanggapi segala fenomena yang terjadi di sekitarnya. Jadi melalui analisis wacana
kritis, teks, konteks yang menyebabkan terciptanya wacana, dan ideologi yang tercermin dalam wacana dapat dibedah.
2.7 Kerangka Analisis Wacana van Dijk