hanya jika tangannya terlihat kotor misalnya setelah bermain danatau setelah buang air besar. Ini menunjukkan bahwa sedikit anak yang menggunakan sabun
pada saat mencuci tangan dan hanya menggunakan air saja. Ada satu orang anak yang tidak pernah mencuci tangan baik hanya dengan air saja atau tanpa sabun
karena anak tersebut tidak suka air jadi kalau makan anak tersebut menggunakan sendok atau menggunakan tangan tanpa dicuci dahulu.
Hasil penelitian dengan menggunakan uji
chi square
menunjukkan tidak ada hubungan antara higiene perilaku buang air besar pada anak dengan kejadian
diare pada balita di Desa Sijambur tahun 2015 dengan nilai p=0,400 p0,05. Lalat berperan sebagai vektor mekanik dalam penyebaran penyakit diare.
Apabila nyamuk hinggap di tinja maka tinja tersebut akan menempel pada kakinya dan apabila menyentuh makanan dan makanan tersebut dimakan anak
balita maka akan mengalami diare karena kekebalan tubuh balita masih rentan. Jadi perlu untuk mengubur tinja yang sudah dikeluarkan, namun dalam penelitian
ini ketika anak buang air besar biasanya berada dekat rumah halaman rumah dan begitu tinja keluar langsung dimakan hewan ternak anjing, babi setelah buang
air besar anak menggunakan air yang dibantu oleh ibunya.
5.2 Hubungan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita
Semua sanitasi dasar yang dimiliki responden setelah diberi skor dan dijumlahkan nilainya334 sehingga termasuk kriteria tidak memenuhi syarat
sehingga tidak dapat dianalisis dengan menggunakan komputer. Namun apabila sanitasi dasar dianalisis per variabel maka dapat dilihat ada hubungan atau tidak
ada hubungan variabel sanitasi dasar tersebut dengan kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015.
Berikut akan dibahas hubungan sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita per variabel:
a. Hubungan Sumber Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita
Hasil penelitian dengan menggunakan uji
chi square
menunjukkan p0,05, artinya tidak ada hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada
balita di Desa Sijambur tahun 2015. Ini menunjukkan bahwa sumber air bersih di Desa Sijambur tidak menjadi penyebab diare pada balita di Desa Sijambur.
Sumber air bersih di Desa Sijambur sebanyak 47 berasal dari air hujan sedangkan 53 lainnya berasal dari mata air. Namun kalau musim hujan
sebagian besar warga Desa Sijambur akan membuat penampungan air hujan dan air tersebutlah yang akan menjadi sumber air bersih mereka. Sedangkan pada
musim kemarau warga Desa Sijambur akan mengambil air dari mata air. Hampir semua kampung kecil di Desa Sijambur mempunyai mata air milik bersama. Dan
hampir setiap keluarga memiliki bak penampungan air hujan. Sumber air bersih tidak ada hubungannya dengan diare mungkin
disebabkan karena ibu balita selalu memasak air sampai mendidih sebelum diminum oleh balita. Air hujan menurut PERMENKES 416 tidak memenuhi
syarat kesehatan karena air tersebut sudah tercampur dengan bahan-bahan berbahaya yang ada di udara selain itu atap rumah yang terbuat dari seng yang
sudah berkarat juga menjadi penyebab air hujan tidak memenuhi syarat kesehatan. Sebaliknya mata air adalah air yang berasal dari tanah dan biasanya air ini
mengandung mineral-mieral yang dibutuhkan tubuh sehingga air ini memenuhi syarat kesehatan. Air yang berasal dari mata air ini bisa langsung diminum karena
sudah termasuk golongan air minum. Mata air di Desa Sijambur berada di daerah tebing-tebing dan jarang sekali hewan ternak masuk ke daerah tersebut sehingga
air tersebur tidak terkontaminasi dengan kotoran ternak.
b. Hubungan antara Kepemilikan Jamban dengan Kejadian Diare pada Balita