Hubungan Higiene Ibu Dan Anak Serta Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

(1)

HUBUNGAN HIGIENE IBU DAN ANAK SERTA SANITASI DASAR DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SIJAMBUR

KECAMATAN RONGGURNIHUTA KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH :

DELIMA SIMBOLON NIM. 111000064

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

HUBUNGAN HIGIENE IBU DAN ANAK SERTA SANITASI DASAR DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SIJAMBUR

KECAMATAN RONGGURNIHUTA KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2015

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

DELIMA SIMBOLON NIM. 111000064

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

ABSTRAK

Diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Menurut Riskesdas 2007 sebesar 21% diare menyebabkan kematian pada balita. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Samosir Pada tahun 2008 ditemukan kasus diare sebanyak 4.223 kasus, dimana sebanyak 1.668 penderita diare pada anak balita dan telah mendapat penanganan. Kondisi higiene ibu dan anak serta sanitasi dasar dapat menjadi salah satu faktor resiko kejadian diare pada balita.

Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan higiene ibu dan anak (Cuci Tangan Pakai Sabun dan Perilaku Buang Air Besar) serta sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan desain cross sectional. Sampel adalah 70 ibu dan dipilih dengan sistematic random sampling. Data dianalisis dengan chi square dengan p<0,05.

Hasil penelitian menunjukkan sebesar 35,7% balita menderita diare. Higiene ibu kategori baik untuk cuci tangan pakai sabun sebesar 35,7% dan 44,3% perilaku buang air besar sedangkan higiene anak kategori baik untuk cuci tangan pakai sabun sebesar 35,7% dan 61,4% perilaku buang air besar. Ada hubungan bermakna antara higiene ibu yaitu cuci tangan pakai sabun dan perilaku buang air besar dengan kejadian diare pada balita dengan nilai p=0,034, p=0,049 pada ibu sedangkan anak tidak ada hubungan yang bermakna dengan nilai p=0,629 dan p=0,400 pada anak. Seluruh rumah memiliki sanitasi dasar tidak memenuhi syarat kesehatan tapi apabila dianalisis per variabel maka ada hubungan antara kepemilikan jamban (p=0,026), SPAL (p=0,011) dan tempat pembuangan sampah (p=0,005), tidak ada hubungan bermakna antara sumber air bersih (p=0,676).

Diharapkan kepada ibu agar tetap menjaga kesehatan diri dan anaknya serta lingkungan untuk mencegah terjadinya diare pada balita dan menambah pengetahuan tentang diare.

Kata kunci : diare, higiene ibu dan anak, cuci tangan pakai sabun, perilaku buang air besar, sanitasi dasar


(5)

ABSTRACT

Diarrhea is still a health problem in Indonesia. Based on data Riskesdas 2007 there were 21% diarrhea disease causing death children under five years. Based on data Profil Kesehatan Kabupaten Samosir in 2008 finded 4.223 diarrhea cases and 1.668 on children under five years already have medical treatment. Mother and child hygiene and basic sanitation can be a risk factors diarrhea incident.

The purpose of this research to know the relationship of mother and child hygiene (washing hands with soap and attitude of defecation) and also basic sanitation with incident of diarrhea in Sijambur village Ronggurnihuta subdistrict Samosir regency in 2015. This type of research was survey analytic by cross sectional design. Sample is 70 mothers and selected with systematic random sampling. Data were analyzed by using chi square and p< 0,05.

The result showed that 35,7% suffer diarrhea on children under five years. The amount of mother and child hygiene good category (washing hand with soap and attitude of defecation is 35,7% and 44,3% for mother hygiene then 35,7% and 61,4% for child hygiene. There is a relationship mother to incident diarrhea on children under five years. p value for mother hygiene is p= 0,034 and p= 0,049 while no relationship child hygiene with p= 0,629 and p= 0,400. All sample have basic sanitation unqualified criteria but if variabels analysis one by one there is a relationship between latrine ownership (p= 0,026), severage (p= 0,011) and garbage dump (0,005) but no relationship to water source (p= 0,676).

It’s recommended to mothers taking care health self, child and environment to prevent incident diarrhea on children under five years and going to know more about diarrhea information.

Keywords: diarrhea, mother and child hygiene, wash hands with soap, attitude of defecation, basic sanitation


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan kuasa dan kasih setiaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul : “Hubungan Higiene Ibu Dan Anak Serta Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada orangtuaku terkasih Jonter Simbolon dan Mesti Sinurat yang telah memberikan segala dukungan moril dan materil serta perhatian dan doa. Dengan segala kerendahan hati juga penulis ucapkan kepada Ir. Evi Naria, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Dra.Nurmaini, MKM, Ph.D selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan, petunjuk dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada : 1. DR.Drs.Surya Utama,M.S selaku dekan FKM USU

2. Dra.Nurmaini.MKM,Ph.D selaku dosen penguji II, Prof,DR.Dra.Irnawati Marsaulina,MS selaku dosen penguji III dan DR.dr.Taufik Ashar MKM selaku dosen penguji IV yang sudah banyak memberikan masukan dan arahan yang membangun

3. Ir.Evi Naria, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan ketua departemen yang sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam menulis skripsi ini

4. Bapak/ibu dosen FKM USU dan dosen departemen kesehatan lingkungan 5. drg, Doar Siregar selaku kepala Puskesmas Ronggurnihuta Kabupaten

Samosir


(7)

7. Teristimewa orangtuaku tercinta ayahanda Jonter Simbolon dan Mesti Sinurat telah memberikan pengertian, motivasi, semangat dan dukungan moril maupun materil serta doa yang luar biasa.Thanks ayah ibu.

8. Saudaraku terkasih Hepri Doli Simbolon, Lasmian Simbolon, Joko Suento Simbolon, Camelina Simbolon, Rapael Simbolon dan Barli Prima Simbolon yang telah memberikan semangat dan dukungan yang hangat

9. Teman teman KTB Tabita (Kak Ira, Yohana, Mei, Martha, Elisabeth dan Lamtiur) yang memberikan semangat, doa dan dukungan

10.Adik-adik tercinta Evangeline (Veni, Kristin, Lydia, Indriani, Meli, Eni Dan Arliantini) atas dukungan dan doanya

11.Teman-temanku (Yanti, Rika, Friska, Nova, Tetty si Cicak, Putri, Renta, Erniwati dan Herna), terimakasih atas dukungannya

12.Teman-teman seperjuangan (PBL dan LKP) yang saling memberikan dukungan dan semangat serta teman-teman semua yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan dan doan

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun dan memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu kesehatan masyarakat.

Medan, Oktober 2015 Penulis


(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Delima Simbolon

Tempat/Tanggal Lahir : Nahornop/21 Agustus 1993 Agama : Katolik

Ayah : Jonter Simbolon Ibu : Mesti Sinurat Anak ke : 3 dari 7 bersaudara Status Perkawinan : Belum Menikah Alamat Rumah : Nahornop-Samosir RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 9 Sijambur : Tahun 1999-2005 2. SMP Negeri 1 Ronggurnihuta : Tahun 2005-2008 3. SMA Negeri 1 Pangururan : Tahun 2008-2011 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU : Tahun 2011-2015


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Pengesahan

Abstrak……….. i

Abstract………... ` ii

Kata Pengantar... iii

Daftar Isi……… vi

Daftar Tabel………... v

Daftar Gambar………... vii

Daftar Lampiran……….... viii

Daftar Riwayat Hidup... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang………. 1

1.2Perumusan Masalah………. 3

1.3Tujuan Penelitian………. 5

1.3.1 Tujuan Umum………... 5

1.3.2 Tujuan Khusus………. 5

1.4Hipotesis Penelitian………. 6

1.5Manfaat Penelitian………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Penyakit Berbasis Lingkungan……… 7

2.2Diare……….………… 7

2.2.1 Pengertian Diare……….. 7

2.2.2 Klasifikasi Diare……….. 8

2.2.3 Etiologi Diare……….. 8

2.2.4 Tanda dan Gejala Diare……….. 10

2.2.5 Patofisiologi Diare……….. 11

2.2.6 Epidemiologi Diare……….. 12

2.2.7 Penularan Diare……… 13

2.2.8 Teori Simpul Penularan Diare……….. 13

2.2.9 Distribusi dan Frekuensi………... 15

2.2.10 Penatalaksanaan Diare……….. 16

2.3Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare………... 20

2.3.1 Higiene………. 20

2.3.2 Sanitasi Dasar……..……..………... 30

2.4Kerangka Konsep………. 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian………...………. 35

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian………..………. 35

3.3Populasi dan Sampel………...………. 35

3.4Metode Pengumpulan Data………..……… ... 38

3.5Variabel dan Defenisi Operasional……….………. 39


(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian ……… 50

4.2Hasil Penelitian...………..……….. 50

4.2.1 Analisis Univariat 4.2.1.1 Karakteristik Ibu……….………. 51

4.2.1.2 Karakteristik Balita…………...………. 53

4.2.1.3 Higiene Ibu dan Anak……….. 54

4.2.1.4 Saniasi Dasar……… 60

4.2.1.5 Kejadian Diare……….. 62

4.2.2 Analisis Bivariat ………... 62

4.3.1 Hubungan antara Higiene Ibu dengan Kejadian Diare……….... 62

4.3.2 Hubungan antara Higiene Anak dengan Kejadian Diare………. 63

4.3.3 Hubungan antara Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare……… 64

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden... 67

5.2 Hubungan Higiene Ibu dan Anak dengan Kejadian Diare pada Balita….... 67

5.3 Hubungan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita………….... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ………...………... 75

6.2 Saran………..… 76 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Table 4.1 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Tahun 2015………51

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun

2015………52

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Umur di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015 ………...52

Tabel 4.4 Distribusi Balita Menurut Umur di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015 ………..53 Tabel 4.5 Distribusi Balita Menurut Jenis Kelamin di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

………53

Tabel 4.6 Gambaran Cuci Tangan Pakai Sabun pada ibu di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015…...….54 Tabel 4.7 Kategori Cuci Tangan Pakai Sabun pada Ibu di Desa SijamburKecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun

2015………55

Tabel 4.8 Gambaran Cuci Tangan Pakai Sabun pada Anak di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015……...56 Tabel 4.9 Kategori Cuci Tangan Pakai Sabun pada Anak di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015... 57 Tabel 4.10 Gambaran Perilaku Buang Air Besar Pada Ibu Di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015…...….57 Tabel 4.11 Kategori Perilaku Buang Air Besar pada Ibu di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015... 58 Tabel 4.12 Gambaran Perilaku Buang Air Besar Pada Anak Di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun


(12)

Tabel 4.13 Kategori Perilaku Buang Air Besar pada Anak di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015... 59 Tabel 4.14 Distribusi Sanitasi Dasar Rumah Responden di Desa Sijambur

Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015……60 Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Kejadian Diare pada Balita di Desa Sijambur

Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015………62 Tabel 4.16 Hubungan Higiene Ibu Dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa

Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun

2015………... 61

Tabel 4.17 Hubungan Higiene Anak Dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015……… 63 Tabel 4.18 Hubungan Sanitasi Dasar dengan Kejadiaan Diare di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015... 65


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Teori Simpul Kejadian Diare……….... 15

Gambar 2 Cara Membuat Dan Memberikan Oralit………... 18

Gambar 3 Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun Yang Benar……….. 23


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 4. Master Data

Lampiran 5. Output Penelitian


(15)

ABSTRAK

Diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Menurut Riskesdas 2007 sebesar 21% diare menyebabkan kematian pada balita. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Samosir Pada tahun 2008 ditemukan kasus diare sebanyak 4.223 kasus, dimana sebanyak 1.668 penderita diare pada anak balita dan telah mendapat penanganan. Kondisi higiene ibu dan anak serta sanitasi dasar dapat menjadi salah satu faktor resiko kejadian diare pada balita.

Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan higiene ibu dan anak (Cuci Tangan Pakai Sabun dan Perilaku Buang Air Besar) serta sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan desain cross sectional. Sampel adalah 70 ibu dan dipilih dengan sistematic random sampling. Data dianalisis dengan chi square dengan p<0,05.

Hasil penelitian menunjukkan sebesar 35,7% balita menderita diare. Higiene ibu kategori baik untuk cuci tangan pakai sabun sebesar 35,7% dan 44,3% perilaku buang air besar sedangkan higiene anak kategori baik untuk cuci tangan pakai sabun sebesar 35,7% dan 61,4% perilaku buang air besar. Ada hubungan bermakna antara higiene ibu yaitu cuci tangan pakai sabun dan perilaku buang air besar dengan kejadian diare pada balita dengan nilai p=0,034, p=0,049 pada ibu sedangkan anak tidak ada hubungan yang bermakna dengan nilai p=0,629 dan p=0,400 pada anak. Seluruh rumah memiliki sanitasi dasar tidak memenuhi syarat kesehatan tapi apabila dianalisis per variabel maka ada hubungan antara kepemilikan jamban (p=0,026), SPAL (p=0,011) dan tempat pembuangan sampah (p=0,005), tidak ada hubungan bermakna antara sumber air bersih (p=0,676).

Diharapkan kepada ibu agar tetap menjaga kesehatan diri dan anaknya serta lingkungan untuk mencegah terjadinya diare pada balita dan menambah pengetahuan tentang diare.

Kata kunci : diare, higiene ibu dan anak, cuci tangan pakai sabun, perilaku buang air besar, sanitasi dasar


(16)

ABSTRACT

Diarrhea is still a health problem in Indonesia. Based on data Riskesdas 2007 there were 21% diarrhea disease causing death children under five years. Based on data Profil Kesehatan Kabupaten Samosir in 2008 finded 4.223 diarrhea cases and 1.668 on children under five years already have medical treatment. Mother and child hygiene and basic sanitation can be a risk factors diarrhea incident.

The purpose of this research to know the relationship of mother and child hygiene (washing hands with soap and attitude of defecation) and also basic sanitation with incident of diarrhea in Sijambur village Ronggurnihuta subdistrict Samosir regency in 2015. This type of research was survey analytic by cross sectional design. Sample is 70 mothers and selected with systematic random sampling. Data were analyzed by using chi square and p< 0,05.

The result showed that 35,7% suffer diarrhea on children under five years. The amount of mother and child hygiene good category (washing hand with soap and attitude of defecation is 35,7% and 44,3% for mother hygiene then 35,7% and 61,4% for child hygiene. There is a relationship mother to incident diarrhea on children under five years. p value for mother hygiene is p= 0,034 and p= 0,049 while no relationship child hygiene with p= 0,629 and p= 0,400. All sample have basic sanitation unqualified criteria but if variabels analysis one by one there is a relationship between latrine ownership (p= 0,026), severage (p= 0,011) and garbage dump (0,005) but no relationship to water source (p= 0,676).

It’s recommended to mothers taking care health self, child and environment to prevent incident diarrhea on children under five years and going to know more about diarrhea information.

Keywords: diarrhea, mother and child hygiene, wash hands with soap, attitude of defecation, basic sanitation


(17)

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan (setengan padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Haryono, 2012). Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan tinja yang encer atau cair (Ode, 2012).

Penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia sampai saat ini. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah pneumonia. Diperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi setiap tahun pada anak balita di seluruh dunia. Setiap tahun 1,5 juta anak balita meninggal karena diare. Dari daftar urutan penyebaran kunjungan Puskesmas/Balai Pengobatan, hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke Puskesmas. Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak di bawah umur 5 tahun (±40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kali kejadian diare. Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh ke dalam dehidrasi dan kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal (Suraatmaja, 2010).


(18)

Jumlah penderita penyakit diare yang berobat rawat jalan ke sarana kesehatan pemerintah dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5-2 juta. Jumlah ini adalah sekitar 10 % dari jumlah penderita yang datang berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau dari hasil survei rumah tangga diantara 8 penyakit utama, ternyata persentase penyakit diare yang berobat sangat tinggi yaitu 72% dibandingkan 56% untuk rata-rata penderita seluruh penyakit yang memperoleh pengobatan (Suraatmaja, 2010)

Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDG’s) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada tahun 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia.

Berdasarkan data WHO tahun 2010, pada Weekly Morbidity and Mortality Report (WMMR) IDP husting and crisis affected districts, Kyberpakhtunkhwa, Pakistan, dilaporkan bahwa pada minggu ke-22 (29 Mei-4 Juni 2010) dari semua jumlah kunjungan pasien 12% diantaranya adalah kasus penyakit diare dan dari semua jumlah kunjungan pasien 23% diantaranya adalah balita, dimana yang menderita penyakit diare adalah 9% dari semua jumlah kunjungan pasien balita.

Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2010) diare dan gastroenteritis menempati urutan pertama pada pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit, dengan CFR 1,79%. Pada tahun 2010 Kejadian Luar Biasa (KLB) diare terjadi di 11 provinsi dengan CFR 1,74% (Simarmata,2013).


(19)

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 % dan 7,0 %. Lima provinsi dengan insiden maupun period prevalen diare tertinggi adalah Papua, Sulawesi Selatan, Aceh, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah. Insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Di sumatera utara insiden rate diare sebesar 4,9 % terjadi penurunan sebesar 3,9% dari tahun 2007. Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), tinggal di daerah pedesaan (5,3%).

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Utara 2007, dilaporkan bahwa di beberapa kabupaten/kota di Sumatra Utara terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) diare. Di Tapanuli Tengah terjadi KLB diare dengan CFR 1,26%. Di Nias terjadi KLB diare dengan CFR 3,77%. Di Tapanuli Utara terjadi KLB dengan CFR 7,60%. Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Tebing Tinggi 2008, dilaporkan dari semua kejadian diare 50,49% diantaranya terjadi pada anak balita. Sementara tahun 2007 dari semua kejadian diare 49,90% diantaranya terjadi pada anak balita (Simarmata,2013).

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Samosir Pada tahun 2008 ditemukan kasus diare sebanyak 4.223 kasus, dimana sebanyak 1.668 penderita diare pada anak balita dan telah mendapat penanganan. Angka kesakitan diare di Kabupaten Samosir sebesar 32,10% (Simarmata, 2013). Berdasarkan hasil


(20)

penelitian Umiati (2010), diketahui bahwa ada hubungan bermakna antara kesakitan diare dengan sumber air bersih dan kepemilikan jamban.

Anak-anak balita di Desa Sijambur sering bermain di luar rumah yaitu di atas tanah tanpa menggunakan sandal dan sering bermain-main tanah atau lumpur. Banyak balita yang tidak selalu dalam pengawasaan orangtua sehingga bisa saja balita buang air besar di sembarang tempat dan langsung makan tanpa mencuci tangan mereka. Disamping itu mayoritas ibu bekerja sebagai petani kopi yang sering kontak dengan tanah atau kotoran-kotoran. Selain bertani, masyarakat Desa Sijambur juga beternak kerbau/lembu yang kandangnya langsung di bawah rumahnya dan kandang babi di samping rumahnya.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah masih tingginya kejadian diare, higiene ibu dan anak serta sanitasi dasar yang belum diketahui kategori baik atau buruk. Sehingga perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan higiene ibu dan anak serta sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara higiene ibu dan anak serta sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015.


(21)

1.3.2 Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik ibu meliputi pendidikan, pekerjaan, umur dan karakteristik balita yang memungkinkan terjadinya diare pada balita.

b. Mengetahui hubungan antara cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada ibu dan anak dengan kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015.

c. Mengetahui hubungan antara perilaku buang air besar pada ibu dan anak dengan kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015.

d. Mengetahui hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015.

e. Mengetahui hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015.

f. Mengetahui hubungan antara pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015.

g. Mengetahui hubungan antara saluran pembuangan air limbah (SPAL) dengan kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015


(22)

1.4 Hipotesis Penelitian

a. Ada hubungan antara Cuci Tangan Pakai Sabun pada ibu dan anak dengan kejadian diare pada balita.

b. Ada hubungan antara perilaku buang air besar pada ibu dan anak dengan kejadian diare pada balita.

c. Ada hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada balita. d. Ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita. e. Ada hubungan antara tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare pada

balita.

f. Ada hubungan antara saluran pembuangan air limbah (SPAL) dengan kejadian diare pada balita.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan tentang hubungan antara higiene dan sanitasi dasar dengan kejadian penyakit diare sehingga dapat meningkatkan penyuluhan dan pembinaan terhadap masyarakat luas.

2. Menambah pengetahuan tentang hubungan antara higiene dan sanitasi dasar dengan kejadian penyakit diare sehingga masyarakat dapat lebih meningkatkan higiene dan sanitasi dan dapat menjadi data dasar bagi peneliti lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Menambah pengetahuan dan memberi pengalaman langsung dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Berbasis Lingkungan

Penyakit berbasis lingkungan adalah ilmu yang mempelajari proses kejadian atau fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat yang berhubungan, berakar (bounded) atau memiliki keterkaitan erat dengan satu atau lebih komponen lingkungan pada sebuah ruang dalam mana masyarakat tersebut bertempat tinggal atau beraktivitas dalam jangka waktu tertentu. Penyakit tersebut bisa dicegah atau dikendalikan, kalau kondisi lingkungan yang berhubungan atau diduga berhubungan dengan penyakit tersebut dihilangkan (Achmadi, 2013).

Kejadian penyakit pada dasarnya berbasis lingkungan. Munculnya gejala-gejala penyakit pada kelompok tertentu merupakan resultante hubungan antara manusia ketika bertemu atau berinteraksi dengan komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya kejadian penyakit atau munculnya sekumpulan gejala penyakit (Achmadi, 2013). Beberapa contoh penyakit berbasis lingkungan adalah seperti: kanker, kolera, diare, pneumonia, tuberculosis, ispa dan lain lain. Salah satu penyakit berbasis lingkungan yaitu diare menjadi variabel penelitian dalam tulisan ini.

2.2 Diare

2.2.1 Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam), dengan tinja berbentuk cairan


(24)

atau setengah cairan (setengan padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Haryono,2012). Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar (BAB) dengan tinja yang encer atau cair (Ode, 2012).

2.2.2 Klasifikasi Diare

Menurut Depkes RI dalam Ummiati (2009), jenis diare dibagi menjadi 4 (empat) yaitu:

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.

b. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.

c. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.

d. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten), mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.

2.2.3 Etiologi diare

Faktor-faktor etiologi diare persisiten menurut PRITECH/WHO dalam Suraatmaja (2010) adalah:


(25)

a. Kelompok yang lebih sering ditemukan pada diare kronik dari pada diare akut : Enteroadherent E.coli, Cryptosporidium, Enterophatogen E.coli b. Kelompok yang dijumpai dengan frekuensi sama antara diare kronik dan

diare akut : a) Shigella

b) Nontyphoid salomella

c) Campylobacter jejuni

d) Enterotoxigenic E.coli e) Giardia lamblia f) Entamuba histolytica g) Clostridium lamblia 2. Faktor Host

a. Gizi buruk : atrofi mukosa usus, regenerasi epitel usus berkurang, pembentukan enzim serta penyerapannya terganggu

b. Defesiensi zat imunologis c. Defisiensi enzim laktase d. Alergi makanan

3. Faktor-faktor Lain

a. Penanganan diare yang tidak cocok/ efektif b. Penghentian ASI dan makanan

c. Penggunaan obat-obatan antimotilitas

Diare merupakan gejala infeksi yang disebabkan oleh tuan rumah, virus dan parasit organisme bakteri yang sebagian besar dapat ditularkan melalui air


(26)

yang terkontaminasi. Hal ini lebih umum bila ada kekurangan air bersih untuk minum, memasak dan membersihkan dan kebersihan dasar penting dalam pencegahan. Air yang terkontaminasi dengan kotoran manusia misalnya dari limbah kota, tangki septik dan jamban merupakan perhatian khusus. Tinja juga mengandung mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare. Diare juga dapat menyebar dari orang ke orang, diperburuk oleh kebersihan yang rendah. Makanan merupakan penyebab utama diare ketika disiapkan atau disimpan dalam kondisi yang tidak higienis.

2.2.4 Tanda dan Gejala Diare

Menurut Mansyoer Arif dalam Haryono (2012), tanda dan gejala diare adalah :

1) Mula-mula cengeng dan gelisah (jika pasien bayi/anak) 2) Suhu badan dapat meningkat atau tidak

3) Nafsu makan berkurang atau tidak ada 4) Feses cair dengan atau tanpa darah/lendir

5) Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu 6) Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam

7) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare

8) Dehidrasi, bila banyak cairan keluar mempunyai tanda-tanda ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit menurun, selaput lendir mulut dan bibir kering 9) Berat badan turun


(27)

2.2.5 Patofisiologi Diare

Menurut Haryono (2012), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :

a. Ganguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meninggi dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selajutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. c. Gangguan motolitis usus, hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan/air sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul pula diare.

Menurut Suharyono (2008), berdasarkan cairan yang hilang tingkat dehidrasi terbagi menjadi:

a. Dehidrasi ringan yaitu kehilangan cairan 2-5% dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak , klien belum jatuh pada keadaan syok.

b. Dehidrasi sedang yaitu kehilangan cairan 5-8% dari berat badan dengan gambaran klinik kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.


(28)

c. Dehidrasi berat, yaitu kehilangan cairan 8-10%dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis. 2.2.6 Epidemiologi Diare

Epidemiologi penyakit diare menurut Depkes RI tahun 2005 dalam Ummiati (2010) yaitu :

a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar melalui fekal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4/6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.

b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare. Beberapa faktor pada penjamu yang dapat meningkatkan beberapa penyakit dan lamanya diare yaitu tidak memberikan ASI sampai dua tahun, kurang gizi, campak, immunodefisiensi, dan secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.

c. Faktor lingkungan dan perilaku. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih


(29)

dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.

2.2.7 Penularan Penyakit Diare

Penyakit diare dapat ditularkan dari orang satu ke orang lain secara langsung melalui fekal – oral dengan media penularan utama adalah makanan atau minuman yang terkontaminasi agen penyebab diare. Penderita diare berat akan mengeluarkan kuman melalui tinja, jika pembuangan tinja tidak dilakukan pada jamban tertutup, maka akan berpotensi sebagai sumber penularan.

Penyakit diare dapat juga ditularkan secara tidak langsung melalui air. Air yang tercemar kuman, bila digunakan orang untuk keperluan sehari-hari tanpa direbus atau dimasak terlebih dahulu, maka kuman akan masuk ke tubuh orang yang memakainya, sehingga orang tersebut dapat terkena diare.

2.2.8 Teori Simpul Penularan Diare

Simpul 1 yaitu sumber penyakit. Sumber penyakit adalah titik yang menyimpan dan/atau menggandakan agen penyakit serta mengeluarkan atau mengemisikan agen penyakit. Agen penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui media perantara (Achmadi, 2013). Sumber penyakit diare adalah bakteri, virus, parasit dan alergi

Simpul 2 yaitu media transmisi penyakit. Media tramsmisi penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat memindahkan agen penyakit. Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit kalau didalamnya tidak mengandung agen


(30)

penyakit (Achmadi, 2013). Media transmisi untuk penularan diare adalah air, udara, makanan, lalat, udara dan manusia.

Simpul 3 yaitu perilaku pemajanan (behavioral exposure). Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit (Achmadi, 2013). Perilaku pemajanan pada sebuah penyakit dipengaruhi oleh umur, kebiasaan/perilaku, kekebalan begitu juga penyakit diare dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut. Biomarker adalah tanda biologi untuk mengetahui agen penyakit dalam tubuh penderita. Biomarker diare adalah ditemukan E-coli pada tinja penderita.

Simpul 4 yaitu kejadian penyakit. Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan (Achmadi, 2013). Manifestasi dampak akibat hubungan antara penduduk dengan lingkungan menghasilkan penyakit pada penduduk dalam hal ini berupa sakit atau sehat. Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare.

Teori simpul sangat diperlukan jika ingin mencegah penyakit berbasis lingkungan karena dengan mempelajari teori simpul akan lebih mudah untuk mencegah/memotong rantai penularan. Semua simpul sangat berkaitan jadi untuk memutuskan rantai penularan penyakit dapat diputuskan/dicegah di simpul 1, 2 ataupun 3. Dalam hal ini perlu dilakukan pencegahan berbasis lingkungan dimana untuk mencegah penularan diare tidak hanya mengobati penderita tetapi juga mencegah penularan dari lingkungan yaitu media transmisi seperti vektor (lalat), air yang belum dimasak, makanan yang terkontaminasi. Untuk itu perlu setiap


(31)

orang untuk menjaga kesehatan lingkungan dan juga hygiene pribadi seperti kebiasaan buang air besar dan memotong kuku, cuci tangan dengan sabun. Disamping itu setiap orang juga perlu menjaga daya tahan tubuh supaya terhindar dari terjadinya diare. Berikut dibawah ini adalah skema teori simpul kejadian diare:

Simpul 1 Simpul 2 Simpul 3 Simpul 4

Sumber : Achmadi, 2013 Gambar 1. Skema Teori Simpul Kejadian Diare

2.2.9 Distribusi Dan Frekuensi

Menurut data Riskesdas tahun 2007, distribusi dan frekuensi diare adalah sebagai berikut :

a. Umur. Penyakit diare tinggi pada kelompok umur muda dan tua (balita dan manula) rendah pada kelompok umur remaja dan produktif.

b. Jenis kelamin. Jenis kelamin tidak mempengaruhi prevalensi diare. Tidak ada perbedaan antara wanita dan laki-laki.

b. Tempat. Penyakit diare tidak hanya terdapat pada negara-negara berkembang atau terbelakang saja tetapi juga di jumpai di negara industri bahkan di negar maju hanya saja di negara maju infeksinya jauh lebih kecil.

2.2.10 Penatalaksanaan Diare

Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah Sumber Penyakit

Bakteri Virus Parasit

Alergi

Media Transmisi Air Makanan

Vektor Alergi

Perilaku Pemajanan Daya tahan tubuh

Perilaku Umur

Dampak Sehat Sakit


(32)

1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan melalui lima langkah tuntaskan diare ( LINTAS Diare)

2. Meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan benar

3. Meningkatkan Survei Kewaspadaan Dini (SKD) dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) diare

4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif 5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi

LINTAS diare merupakan salah satu penatalaksanaan yang perlu dilakukan pada saat balita diare. Langkah-langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Berikan Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.

Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi : a) Diare tanpa dehidrasi


(33)

Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 (dua) tanda di bawah ini atau lebih:

a. Keadaan Umum : Baik b. Mata : Normal

c. Rasa haus : Normal, minum biasa d. Turgor kulit : Kembali cepat

Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sebagai berikut : Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret b) Diare dehidrasi Ringan/Sedang

Diare dengan dehidrasi ringan/sedang, bila terdapat 2 (dua) tanda di bawah ini atau lebih seperti :

a. Keadaan Umum : Gelisah, rewel b. Mata : Cekung

c. Rasa haus : Haus, ingin minum banyak c) Diare dehidrasi berat

Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 (dua) tanda di bawah ini atau lebih: a. Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar

b. Mata : Cekung

c. Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum d. Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)


(34)

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk diinfus. Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kgbb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

Gambar 2. Cara Membuat dan Memberikan Oralit

Cara membuat dan memberikan oralit adalah pertama, cuci tangan dengan sabun cair lalu bilas dengan air bersih, keringkan dengan handuk bersih. Kemudian sediakan satu gelas air minum sekitar 200 cc lalu masukkan satu bungkus oralit yang dapat dibeli/diperoleh dari Puskesmas kemudian aduk sampai larut dan langsung diberikan kepada penderita diare.

2. Berikan obat Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.


(35)

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 %. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari b. Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari. Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc :

Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.

3. Pemberian ASI / Makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih


(36)

sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (Amoeba, Giardia) (Kepmenkes, 2011). 5. Pemberian Nasehat

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang :

1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan/minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah, tidak membaik dalam 3 hari.

2.3 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Diare 2.3.1 Higiene

Higiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya (Potter dan Perry, 2005). Dalam kehidupan


(37)

sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Manalu, 2015). Higiene yang memengaruhi kejadian diare adalah sebagai berikut:

a. Cuci Tangan Pakai Sabun

Cuci tangan dapat berfungsi untuk menghilangkan/mengurangi mikroorganisme yang menempel di tangan. Cuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman karena tanpa sabun maka kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan. Oleh karenanya mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif membersihkan kotoran dan telur cacing yang menempel pada permukaan kulit, kuku dan jari-jari pada kedua tangan (Proverawaty, 2012).

Waktu tepat untuk mencuci tangan adalah :

1. Setiap kali tangan kita kotor (setelah: memegang uang, memegang binatang, berkebun, dll)


(38)

3. Setelah menceboki bayi atau anak 4. Sebelum makan dan menyuapi anak 5. Sebelum memegang makanan

6. Sebelum menyusui bayi dan atau menyuapi bayi

7. Setelah bersin, batuk, membuang ingus, setelah pulang dari bepergian 8. Setelah bermain/memberi makan/memegang hewan peliharaan

Perilaku mencuci tangan pakai sabun merupakan salah satu bagian dari higiene perorangan seorang ibu. Higiene perorangan yang baik dapat mencegah terjadinya insiden diare. Beberapa cara dapat dilakukan diantaranya adalah cuci tangan setelah buang air besar, cuci tangan sebelum menyiapkan makanan, cuci tangan setelah menangani feses anak, dan yang paling penting setiap akan makan atau memberikan makan pada anak ibu/pengasuh balita harus cuci tangan dengan sabun atau desinfektan (Hanif, 2011).

Cuci tangan sangat berguna untuk membunuh mikroorganisme/kuman penyakit yang ada di tangan. Tangan yang bersih akan mencegah penularan penyakit seperti diare. Dengan mencuci tangan maka tangan menjadi bersih dan dan bebas dari kuman.

Cara mencuci tangan yang benar menurut Proverawaty dan Rahmawaty (2012) adalah sebagai berikut :

1. Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun. Tidak perlu harus sabun khusus antibakteri, namun lebih disarankan sabun bentuk cairan

2. Gosok tangan setidaknya selama 10-15 detik


(39)

4. Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir 5. Keringkan dengan handuk bersih atau alat pengering lain

6. Gunakan tisu/handuk sebagai penghalang ketika mematikan keran air

Gambar 3. Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun yang Benar

Cara cuci tangan pakai sabun dengan benar sesuai gambar di atas adalah dengan membasahi tangan dengan air bersih yang mengalir dan gunakan sabun (sebaiknya sabun cair untuk mengurangi kontaminasi kuman dengan orang lain) kemudian gosok-gosok tangan diantara jari-jari, dibawah kuku, di atas tangan/punggung tangan. Bilas hingga 10 detik sampai tanganmu bersih dari sisa sabun dan keringkan dengan handuk kering.

b. Perilaku Buang Air Besar

Perilaku adalah kegiatan individu yang menyangkut hal-hal yang disadari atau tidak disadarinya. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit. Dengan demikian perilaku kesehatan dibedakan atas tiga kelompok yaitu:perilaku pemeliharaan kesehatan, perilaku penggunaan fasilitas kesehatan dan perilaku kesehatan


(40)

lingkungan (Notoadmodjo, 2003). Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang menjaga kesehatan lingkungan fisiknya atau lingkungan sosial budaya dan lain-lain sehingga lingkungan tersebut tidak menyebabkan penyakit. Perilaku buang air besar di sembarang tempat akan menjadi sumber penularan penyakit diantaranya adalah diare. Jadi penting supaya buang air besar di jamban yang memenuhi syarat kesehatan.

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban (Manalu, 2015).

Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Beberapa zat tersebut adalah tinja (feses), air seni (urine) dan ��2 sebagai hasil proses pernapasan. Tempat pembuangannya disebut dengan latrine (jamban atau kakus) (Adnani, 2011).

Berdasarkan penelitian yang ada seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 330 gr dan menghasilkan air seni 970 gr. Tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton). Jadi, bila penduduk Indonesia dewasa saai ini 200 juta, maka setiap hari. Maka bila pengelolaan tinja tidak baik jelas penyakit akan mudah tersebar (Suraatmaja, 2010).

2.3.2 Sanitasi Dasar

Sanitasi dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga


(41)

dan meningkatkan kesehatan manusia (Manalu,2015). Sanitasi dasar yang dapat menyebabkan diare, antara lain :

a. Sarana Air Bersih

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut dapat menyebabkan wabah dimana-mana. Volume air dalm tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing-masing orang bahkan tubuh seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari air dipergunakan antara lain untuk keperluan minum, mandi, memasak, membersihkan rumah, pelarut obat, dan pembawa bahan buangan industri (Chandra, 2012).

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh manusia itu sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Menurut WHO di negara-negara maju setiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara berkembang termasuk Indonesia setiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per harinya.

Penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya


(42)

penyakit di masyarakat. Volume rata-tara kebutuhan air setiap individu perhari berkisar 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan dan kebiasaan masyarakat. (Chandra, 2012).

Menurut Sumantri (2010),air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman ini adalah :

a) Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit b) Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun c) Tidak berasa dan berbau

d) Dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga e) Memenuhi standar normal yang ditentukan oleh WHO autau Departemen

Kesehatan RI.

Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri. Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut dengan waterborne disease atau water-related disease. Terjadinya suatu penyakit tentunya memerlukan adanya agen dan terkadang vektor (Chandra, 2012).

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu :


(43)

1. Waterborne mechanism. Didalam mekanisme ini, kuman patogen dalm air yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut dan sistem percernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini adalah kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler dan poliomyelitis.

2. Waterwashed mechanism. Mekanisme penularan semacam ini berkaitan

dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu:

a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti : diare pada anak-anak b. Infeksi melalui kulit dan mata seprti scabies dan trachoma

c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis. 3. Water-based mechanism. Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini

memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediat host yang hidup di air. Contohnya skistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculus medinensis.

4. Water-related insect vector mechanism. Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembangbiak di dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.

Sumber-sumber air bersih adalah sebagai berikut :

1. Air hujan. Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum, tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium.


(44)

2. Air sungai dan danau. Berdasarkan asalnya juga berasal dari air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau. Air ini disebut juga dengan air permukaan oleh karena itu air ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran, maka bila akan dijadikan air minum harus dimasak dulu sebelum digunakan.

3. Mata air. Air yang keluar dari mata air ini berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu air ini bisa langsung diminum.

4. Air sumur atau sumur pompa. Air sumur dangkal adalah air yang keluar dari dalam tanah sehingga disebut sebagai air tanah jaraknya sekitar 5 sampai 15 meter ke bawah dari permukaan tanah. Air ini belum sehat sehingga harus direbus dulu baru dijadikan air minum. Air sumur dalam yaitu air yang berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari permukaan tanah biasanya lebih dari 15 meter. Oleh karena itu air ini bisa langsung diminum. 5. Air ledeng atau perusahaan air minum. Air yang berasal dari perusahaan air

minum tidak selalu terkontrol dengan baik.

6. Air dalam kemasan. Air dalam kemasan untuk air minum biasanya sudah siap dikonsumsi.

b. Jamban

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Proverawaty dan Rahmawaty 2012).


(45)

1. Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan kotoran/tinja kedalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.

2. Jamban tanki septik/leher angsa, adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapan (Proverawaty dan Rahmawaty 2012).

Syarat jamban sehat menurut Proverawaty dan Rahmawaty (2012), sebagai beriku :

1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antar sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter

2. Tidak berbau

3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus 4. Tidak mencemari tanah sekitarnya

5. Mudah dibersihkan dan aman digunakan 6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung 7. Penerang dan ventilasi yang cukup

8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai 9. Tersedia air, sabun dan alat pembersih c. Pembuangan Sampah


(46)

Menurut WHO dalam Chandra (2012), sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak digunakan, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Menurut Chandra (2012), sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu:

a. Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya

b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan, dan sebagainya.

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri patogen) dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vektor).

Dampak sampah terhadap kesehatan adalah pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat, dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit. Potensi bahaya yang ditimbulkan adalah misalnya diare, kolera, dan tifus (Proverawaty dan Rahmawaty 2012).

Beberapa pengaruh dari pengelolaan sampah terhadap masyarakat dan lingkungan dibedakan atas pengaruh positif dan pengaruh negatif yang akan diuraikan di bawah ini:


(47)

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat dan lingkungannya, seperti berikut :

1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah

2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk

3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menajalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak

4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat berkembang biak serangga atau binatang pengerat

5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular erat hubungannya dengan sampah

6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat

7. Keadan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya masyarakat 8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan

suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain. b. Pengaruh Negatif

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, seperti berikut :

a. Pengaruh terhadap kesehatan

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat dan tikus


(48)

b) Insiden penyakit demam berdarah dengue akan meningkat apabila vektor penyakit hidup dan berkembang biak dalam tumpukan sampah

b. Pengaruh terhadap lingkungan

c. Terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat

d. Saluran Pembungan Air Limbah

Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari buangan rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang sangat membahayakan kesehatan manusia dan mengganggu lingkungan hidup (Adnani, 2011).

Air limbah rumah tangga (sullage) adalah air limbah yang tidak mengandung ekskreta manusia dan dapat berasal dari buangan kamar mandi, dapur, air cuci pakaian, dan lain-lain yang mungkin mengandung mikroorganisme patogen. Volume air limbah rumah tangga bergantung pada volume pamakaian air penduduk setempat. Penggunaan air untuk keperluan sehari-hari mungkin kurang dari 10 liter per orang di daerah yang sumber airnya berasal dari sumur pompa atau sambungan rumah sendiri, penggunaan air dapat mendapat mencapai 200 liter per orang (Chandra, 2006).

Ada 5 cara pembuangan air limbah air limbah rumah tangga menurut Chandra (2006), yaitu :

a. Pembuangan umum, yaitu melalui tempat penampungan air limbah yang terletak di halaman


(49)

c. Dibuang ke lapangan peresapan d. Dialirkan ke saluran terbuka

e. Dialirkan ke saluran tertutup atau selokan

Pembuangan melalui tempat-tempat penampungan air limbah di halaman akan memberikan tempat bagi perkembangbiakan serangga seperti Culex pipiens selain menghasilkan lumpur dan kondisi yang tidak saniter karena dekat dengan sumur air bersih. Halaman juga sering dijadikan arena bermain anak-anak bahkan tidak jarang digunakan untuk tempat buang air besar yang memungkinkan telur cacing untuk tidak cepat matang sehingga potensi untuk menularkan penyakit tetap besar. Air limbah yang mengandung mikroorganisme patogen dan berasal dari pembersihan kamar mandi mungkin dapat menginfeksi anak-anak yang sedang bernain di halaman rumah. Penggunaan air limbah dengan cara dimanfaatkan untuk penyiraman sayur-sayuran di kebun dekat rumah memberikan dampak negatif lebih kecil terhadap kesehatan. Namun pemanfaatan tersebut jangan sampai membentuk genangan air karena dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk (Chandra, 2006).

Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan organik sehingga memudahkan di dalam pengelolaannya. Sebaliknya, limbah industri lebih sulit pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat, dan zat-zat organik lain yang bersifat toksik (Chandra, 2006)

Volume air limbah yang dihasilkan pada suatu masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Chandra (2012), antara lain:


(50)

a. Kebiasaan manusia. Makin banyak orang menggunakan air makin banyak air limbah yang dihasilkan

b. Waktu. Air limbah tidak mengalir merat sepanjang hari tetapi bervariasi bergantung pada waktu dalam sehari dan musim. Di pagi hari manusia cenderung menggunakan air yang menyebabkan aliran air limbah lebih banyak sedangkan di tengah hari volumenya sedikit dan di malam hari agak meningkat lagi.

a) Karakteristik Air Limbah

Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat sehingga, tidak mencemari lingkungan yang hidup. Secara garis besar karakteristik air limbah ini digolongkan menjadi :

a. Karakteristik Fisik

Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga biasanya berwarna suram seperti larutan sabun sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas berwarna bekas cucian beras dan sayur bagian-bagian tinja dan sebagainya.

b. Karakteristik Kimiawi

Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih sehat bermacam-macam zat organik yang bersal dari penguraian tinja, urin, dan sampah-sampah lainnya. Oleh sebab itu umumnya bersifat basah pada waktu masih baru dan cenderung bau asam apabila sudah memulai membusuk.


(51)

Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air limbah tergantung darimana sumbernya namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan.

Sesuai dengan zat-zat yang terkandung dalam air limbah ini maka air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain:

1. Menjadi transisi atau media penyebaran berbagai penyakit terutama : kolera, tifus abdominalis, disentri basiler

2. Menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme patogen

3. Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk dan atau hidup larva nyamuk 4. Menimbulkan bau tidak enak serta pandangan yang tidak sedap

5. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan hidup lainnya

6. Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tidak nyaman dan sebagainya.

b) Dampak Pembuangan Limbah

Menurut Chandra (2012), air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang benar tentunya dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut antara lain :

1. Kontaminasi dan pencemaran pada permukaan dan badan-badan air yang digunakan oleh manusia


(52)

3. Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerobik dan zat anorganik)

4. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir.

2.4 Kerangka Konsep Variabel Bebas

Variabel Terikat

Gambar 4. Kerangka Konsep Karakteristik

-Ibu (Pendidikan, Pekerjaan, Umur)

-Anak (Umur, Jenis Kelamin)

Higiene Ibu dan Anak - Cuci Tangan Pakai Sabun

- Perilaku Buang Air Besar Kejadian Diare Pada Balita Sanitasi Dasar

- Sumber Air Bersih - Kepemilikan Jamban

- Tempat Pembuangan Sampah - Saluran Pembuangan Air Limbah


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bentuk survei yang bersifat analitik dengan metode pendekatan cross-sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus-September tahun 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang bertempat tinggal di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir tahun 2015 yaitu sebanyak 146 orang ibu balita.

3.3.2 Sampel


(54)

= Z + Z � � pa−po

2

Keterangan :

n : besar sampel minimal N : jumlah populasi

Z∝: standar normal untuk CL 5% adalah 1,96 Z� : 10 % adalah 1,28

qa : proporsi tanpa atribut (1-0,95) adalah 0,05 pa : proporsi target populasi 95 % adalah 0,95 po: proporsi diare pada balita (53%) adalah 0,53 qo: 1-po sama dengan 0,47

pa-po: 15% adalah 0,15 sehingga :

= 1,96 0,53.0,47 + 1,28 0,95.0.05 0,15

2

= 1,96 0,25 + 1,28 0,05 0,15

2

= 1,96 0,5 + 1,28.0,2 0,15

2

= 0,98 + 0,25

0,15 2

= 1,23 0,15

2


(55)

= 67,2 ≈ 70 Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah 70 orang balita.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan Systematic Random Sampling dimana populasi yang sejenis dikelompokkan ke dalam daftar. Hal ini dimungkinkan jika unsur-unsur yang berada di dalam daftar tersebut ditata menurut waktu, ukuran, kelas dan sebagainya (Sunyoto, 2011). Caranya membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel (Notoatmodjo, 2010).

Sampel diambil secara sistematis dengan interval yaitu dengan rumus sebagai berikut :

I = N : n Dimana :

I = Interval

N = Jumlah populasi n = Sampel

maka : I = 141 : 50 = 2,82 = 2

Sehingga yang akan menjadi responden adalah nomor urut yang mempunyai kelipatan 2. Misalnya urutan 2,4,6,8,10 dan seterusnya. Pengambilan urutan sampel dilakukan dengan menggunakan daftar balita dari Puskesmas


(56)

Pembantu (Postu) Desa Sijambur tahun 2015. Jika dalam satu rumah terdapat lebih dari satu orang balita maka yang akan diambil adalah satu orang saja yaitu balita yang lebih muda.

3.4 Metode Pengumpulan Data a. Data primer

Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dan lembar observasi oleh peneliti secara langsung kepada responden mengenai higiene ibu dan anak yaitu cuci tangan pakai sabun dan perilaku buang air besar serta sanitasi dasar yaitu: sumber air bersih, kepemilikan jamban, tempat pembuangan sampah, saluran pembuangan air limbah

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Pembantu Desa Sijambur berupa data.

c. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yang diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner dan lembar observasi untuk melihat secara langsung mengenai higiene ibu dan anak yaitu cuci tangan pakai sabun dan perilaku buang air besar serta sanitasi dasar yaitu : sumber air bersih, kepemilikan jamban, tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah.

d. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Kuesioner


(57)

c. Alat tulis d. Kamera

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu: 1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah higiene ibu dan anak yaitu cuci tangan pakai sabun dan perilaku buang air besar serta sanitasi dasar yang meliputi sumber air bersih, kepemilikan jamban, pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada balita di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir tahun 2015.

3.5.2 Defenisi Operasional

1. Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subjeknya, yang meliputi :

a. Cuci tangan pakai sabun adalah tindakan pencegahan kontaminasi makanan dengan mencuci tangan pakai sabun setelah selesai melakukan sesuatu.

b. Perilaku buang air besar adalah kebiasaan atau cara buang air besar setiap hari. 2. Sanitasi dasar adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan lingkungan yang sehat untuk menunjang kesehatan masyarakat, syarat kesehatan lingkungan minimal yang meliputi:


(58)

a. Sumber air bersih adalah asal atau jenis air yang digunakan dalam keperluan hidup sehari-hari.

b. Kepemilikan jamban adalah sarana yang digunakan untuk buang air besar yang dimiliki oleh responden.

c. Tempat Pembuangan sampah adalah sarana/cara yang digunakan untuk membuang sampah yang dihasilkan dari rumah tangga.

d. Saluran pembuangan air limbah adalah saluran air limbah rumah tangga yang selanjutnya akan diolah/dialirkan ke tempat pembuangan untuk mengurangi kontaminasi.

3. Balita adalah anak di bawah umur lima tahun diperoleh dari keterangan responden atau berdasarkan Kartu Menuju Sehat atau catatan lahir.

4. Anak adalah laki-laki/perempuan yang berusia 2-5 tahun

5. Usia balita adalah lama hidup balita yang diukur berdasarkan ulang tahun terakhir yang telah dilalui dalam satuan tahun yaitu usia 2-5 tahun pada waktu dilakukan penelitian.

6. Diare adalah buang air besar dengan jumlah tinja yang lebih dari tiga kali dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan (setengan padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Kondisi ini ditanyakan dalam 3 bulan terakhir.

7. Menderita adalah kondisi sakit atau mengalami diare

8. Tidak menderita adalah kondisi tidak sakit atau tidak mengalami diare

9. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang diperoleh ibu dari instansi terkait yang ditandai adanya ijazah atau keterangan responden.


(59)

10.Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh ibu untuk menghasilkan uang untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.

11.Usia ibu adalah lama hidup ibu balita yang diukur berdasarkan ulang tahun terakhir yang telah dilalui dalam satuan tahun pada waktu dilakukan penelitian.

3.6 Aspek Pengukuran 1. Higiene Ibu dan Anak a) Cuci Tangan Pakai Sabun

1) Cuci Tangan Pakai Sabun pada Ibu

Variabel tindakan cuci tangan pakai sabun pada ibu diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup sebanyak 5 pertanyaan kepada ibu di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir tahun 2015. Untuk pertanyaan Cuci tangan pakai sabun memiliki empat pilihan jawaban yaitu :

Jawaban selalu skor : 4 Jawaban sering skor : 3 Jawaban kadang-kadang skor : 2 Jawaban tidak pernah skor : 1

Kriteria untuk masing-masing jawaban yaitu : Selalu = 6 kali dalam sehari


(60)

Kadang-kadang = 1-2 kali dalam sehari Tidak pernah = 0 kali dalam sehari

Berdasarkan kriteria pemberian skor, higiene cuci tangan pakai sabun ibu dikategorikan dengan skala pengukuran sebagai berikut :

1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai > (lebih dari) 15 atau memilih jawaban yang memiliki nilai > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

2. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai 2 s/d 15 atau memilih jawaban yang memiliki nilai sama dengan 10% s/d 75 % dari total skor seluruh pertanyaan.

2) Cuci Tangan Pakai Sabun pada Anak

Variabel tindakan cuci tangan pakai sabun pada anak diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup sebanyak 5 pertanyaan kepada ibu di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir tahun 2015. Untuk pertanyaan cuci tangan pakai sabun memiliki empat pilihan jawaban yaitu :

Jawaban selalu, skor : 4 Jawaban sering, skor : 3 Jawaban kadang-kadang, skor : 2 Jawaban tidak pernah, skor : 1

Kriteria untuk masing-masing jawaban yaitu : Selalu = 6 kali dalam sehari


(61)

Kadang-kadang = 1-2 kali dalam sehari Tidak pernah = 0 kali dalam sehari

Berdasarkan kriteria pemberian skor, higiene cuci tangan pakai sabun anak dikategorikan dengan skala pengukuran sebagai berikut :

1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai > (lebih dari) 15 atau memilih jawaban yang memiliki nilai > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

2. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai 2 s/d 15 atau memilih jawaban yang memiliki nilai sama dengan 10% s/d 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

a) Perilaku Buang Air Besar

1) Perilaku Buang Air Besar pada Ibu

Variabel tindakan perilaku buang air besar diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan sebanyak 5 pertanyaan kepada ibu di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir tahun 2015. Untuk pertanyaan perilaku buang air besar memiliki dua pilihan jawaban yaitu : Jawaban Ya, skor 2, Jawaban Tidak, skor : 1

Berdasarkan kriteria pemberian skor, higiene perilaku buang air besar pada ibu dikategorikan dengan skala pengukuran sebagai berikut :

1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 7,5 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan.


(62)

2. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai 2 s/d 7,5 atau memilih jawaban yang memiliki nilai sama dengan 10% s/d 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

2) Perilaku Buang Air Besar Pada Anak

Variabel tindakan perilaku buang air besar diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup sebanyak 5 pertanyaan kepada ibu di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir tahun 2015. Untuk pertanyaan perilaku buang air besar memiliki dua pilihan jawaban yaitu jawaban Ya, skor =2, jawaban Tidak, skor=1

Berdasarkan kriteria pemberian skor, higiene perilaku buang air besar pada anak dikategorikan dengan skala pengukuran sebagai berikut :

1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai > (lebih dari) 7,5 atau memilih jawaban yang memiliki nilai > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

2. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai 2 s/d 7,5 atau memilih jawaban yang memiliki nilai sama dengan 10% s/d 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

3. Sanitasi Dasar

Penelitian sanitasi dasar menggunakan KEPMENKES RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan yang terdiri dari 2 kriteria yaitu sehat apabila skor ≥ 334 dan tidak sehat apabila skor < 334. Adapun komponen yang dinilai dihitung berdasarkan rumus : nilai skor × bobot (bobot=25) dengan ketentuan sebagai berikut :


(63)

a. Sarana air bersih yaitu:

a) Tidak ada, dengan skor =0

b) Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat, dengan skor =1 c) Ada, milik sendiri dan tidak memnuhi syarat, dengan skor =2

d) Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat =3 e) Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat dengan skor=4

b. Jamban, yaitu:

a) Tidak ada, dengan skor =0

b) Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam, dengan skor = 1

c) Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam, dengan skor =2

d) Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tank, dengan skor =3 e) Ada, leher angsa dan septik tank, dengan skor =4

c. Sarana pembuangan air limbah yaitu:

a) Tidak ada sehingga tergenang tidak teratur di halaman, dengan skor =0 b) Ada, diterapkan tapi mencemari sumber air (jarak dengan sumber <10 m),

dengan skor =1

c) Ada, dialirkan ke saluran terbuka, dengan skor =2

d) Ada, diserapkan dan tidak mencemari sumber air ( jarak dengan sumber air >10 m), dengan skor =3


(64)

e) Ada, dialirkan ke selokan tertutup untuk diolah lebih lanjut, dengan skor =4

d. Sarana pembuangan sampah yaitu : a) Tidak ada, dengan skor =0

b) Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada tutup, dengan skor =1 c) Ada, kedap air dan tidak ada tutup, dengan skor =2

d) Ada, kedap air dan tertutup, dengan skor =3 3. Kejadian Diare

Untuk mengetahui kejadian diare pada balita diajukan 3 pertanyaan berbentuk kuisioner, kemudian dikategorikan berdasarkan kategori sebagai berikut:

a) Menderita b) Tidak menderita 4. Karakteristik Ibu a. Pendidikan

Untuk mengetahui pendidikan responden diajukan 1 pertanyaan berbentuk kuisioner. Penilaian dilakukan dengan memberi nilai 1 jika responden menjawab pendidikan tidak tamat SD, 2 jika responden menjawab pendidikan SD, 3 jika responden menjawab pendidikan SMP, 4 jika responden menjawab SMA dan nilai 5 jika responden menjawab PT. Tingkat pendidikan berdasarkan skala ordinal. b. Pekerjaan

Untuk mengetahui jenis pekerjaan responden diajukan 1 pertanyaaan berbentuk kuisioner. Diberikan nilai 1 jika responden menjawab bekerja dan nilai


(65)

0 jika responden menjawab tidak bekerja. Pekerjaan diukur berdasarkan skala nominal.

c. Umur.

Untuk mengetahui umur responden diajukan 1 pertanyaan berbentuk kuisioner. Umur diukur berdasarkan skala ordinal dan dikategorikan berdasarkan hasil penelitian.

5. Karakteristik Balita a. Umur.

Untuk mengetahui umur balita diajukan 1 pertanyaan. Umur diukur berdasarkan skala ordinal dan dikategorikan berdasarkan hasil penelitian.

b. Jenis Kelamin

Untuk mengetahui jenis kelamin balita diajukan 1 pertanyaan. 3.7 Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang digunakan untuk menggambarkan atau mendiskripsikan dari masing-masing variabel, baik variabel bebas dan variabel terikat dan karakteristik responden.

2. Analisis Bivariat

Dilakukan untuk menguji hubungan variabel bebas dan variabel terikat dengan uji statistik chi square (χ2) untuk mengetahi hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Uji chi square dilakukan dengan mengunakan bantuan komputer dengan tingkat signifikan


(66)

p<0,05 (taraf kepercayaan 95%). Dasar pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaan 95%, yaitu :

a. Jika nilai sig p>0,05 maka hipotesis penelitian ditolak. b. Jika nilai sig p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Luas Desa Sijambur adalah 12.750 Ha yang terdiri dari 3 dusun. Jumlah penduduk di desa ini adalah sebanyak 1.780 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 882 jiwa dan perempuan sebanyak 898 jiwa. Jumlah balita sebanyak 149 orang. Jumlah kepala keluarga sebanyak 375 KK. Desa ini memiliki perangkat kesehatan yaitu 1 Puskesmas Pembantu.Untuk imunisasi setiap bulan di desa ini diambil alih oleh Puskesmas Pembantu karena Desa Sijambur cukup luas


(67)

bidan yang bertugas di desa ini. Setiap imunisasi dibantu oleh kader-kader namun kadang–kadang semua kader tidak datang atau berganti setiap bulannya sehinga informasi tentang balita yang dicatat di pembukuan kurang rapi.

Desa Sijambur berada di Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir dengan batas wilayah sebagai berikut :

 Utara : berbatasan dengan Kecamatan Ambarita

 Selatan : berbatasan dengan Desa Ronggurnihuta dan Lintong Nihuta

 Barat : berbatasan dengan Desa Sabungan Nihuta

 Timur : berbatasan dengan Desa Salaon Dolok 4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi, frekuensi karakteristik responden meliputi pekerjaan, umur. Selain itu juga untuk mengetahui karakteristik balita seperti jenis kelamin dan umur. Adapun jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 orang. Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi berdasarkan variabel yang diteliti yaitu variabel dependen (kejadian diare pada balita) dan variabel independen (higiene ibu dan anak yaitu cuci tangan pakai sabun dan perilaku buang air besar serta sanitasi dasar).

4.2.1.1 Karakteristik Ibu a. Pendidikan

Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :


(68)

Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden menurut tingkat pendidikan di Desa Sijambur tahun 2015 yang paling banyak adalah pendidikan SMA yaitu 48 orang responden (68.6%). Sedangkan yang paling sedikit terdapat pada kelompok tingkat pendidikan PT yaitu 4 orang responden (5,7%). Responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 12 orang (17,1%) dan pendididan SD hanya 6 orang (8,6%). Ini menunjukkan bahwa jenjang pendidikan responden sudah cukup baik.

b. Pekerjaan

Pekerjaan responden pada penelitian dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah responden menurut pekerjaan di Desa Sijambur tahun 2015paling banyak adalah petani yaitu 60 orang (85,7%), kemudian wiraswasta sebanyak 8 orang (11,7%) dan bidan ada 2 orang

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. SD 6 8,6

2. SMP 12 17,1

3. SMA 48 68,6

4. PT 4 5,7

Total 70 100,0

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1. Petani 60 85,7

2. 3.

Wiraswasta Bidan

8 2

11,7 2,9


(1)

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar Lampiran 1. Wawancara Dengan Responden


(2)

(3)

Gambar Lampiran 5. Jamban Responden


(4)

Gambar Lampiran 7. Penderita Diare (Dalam 3 Bulan Terakhir)


(5)

Gambar 9. Sampah Berserakan Di Samping Rumah


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Higiene Ibu Dan Anak Serta Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

0 2 138

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA PULOSARI KEBAKKRAMAT KECAMATAN Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

0 1 13

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA PULOSARI KEBAKKRAMAT KECAMATAN Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

0 1 10

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PRAKTIK KESEHATAN IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK TODDLER DI DESA HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PRAKTIK KESEHATAN IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK TODDLER DI DESA JATIREJO KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI.

0 0 16

Cover Hubungan Higiene Ibu Dan Anak Serta Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

0 0 14

Abstract Hubungan Higiene Ibu Dan Anak Serta Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

0 0 2

Chapter I Hubungan Higiene Ibu Dan Anak Serta Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

0 0 6

Chapter II Hubungan Higiene Ibu Dan Anak Serta Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

0 0 30

Reference Hubungan Higiene Ibu Dan Anak Serta Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

0 0 2

Appendix Hubungan Higiene Ibu Dan Anak Serta Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir Tahun 2015

0 1 43