Kelarutan dalam Solubility in : -
Alkohol Benzena, 3,4
- Air dingin,
3,4 -
Air panas, 4,3
- NaOH, 1
19,6
Sumber : Martawijaya 1989
2.5.3 Kayu Tusam P. merkusii
Kayu Tusam termasuk ke dalam family Pinaceae. Kayu Tusam memiliki kayu teras dan gubal yang sukar dibedakan kecuali pada pohon berumur tua. Kayu
terasnya berwarna kuning kemerahan sedangkan gubalnya berwarna putih krem. Tekstur kayu ini agak kasar dan serat lurus tapi tidak rata. Tingkat kekerasan agak
keras dan berat agak ringan sampai agak berat. Berat jenis rata-rata kayu Tusam ini adalah 0,55 0,40 -0,75 dengan kelas awet IV dan kelas kuat III. Kayu Tusam
ini digunakan untuk korek api, papan partikel, pulp, dan kertas, vinir, perabot rumah tangga, pensil, kotak, kerangka pintu dan jendela, mainan anak Pandit
2008. Komponen kimia kayu Tusam disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Komponen kimia kayu Tusam Komponen Kimia
Kadar Selulosa, 54,9
Kadar Lignin, 24,3
Kadar Pentosan, 14,0
Kadar Abu, 1,1
Kadar Silika, 0,2
Kelarutan dalam Solubility in : -
Alkohol Benzena, 6,3
- Air dingin,
0,4 -
Air panas, 3,2
- NaOH, 1
11,1
Sumber : Martawijaya 1989
2.6 Pengaruh Serangan Jamur Pelapuk Kayu terhadap Sifat-sifat Kayu
Jamur pelapuk secara garis besar dikelompokkan menjadi tiga, yaitu brown rot fungi
jamur pelapuk coklat, white rot fungi jamur pelapuk putih, dan soft rot fungi
. Brown rot fungi merupakan jamur tingkat tinggi dari kelas Basidiomycetes.
Jamur kelas ini mampu mendegradasi holoselulosa kayu dan meninggalkan residu kecoklatan yang banyak mengandung lignin. White rot fungi merupakan jamur dari
kelas Basidiomycetes yang mampu mendegradasi holoselulosa dan lignin sehingga menyebabkan warna kayu menjadi lebih muda daripada warna normal. Soft rot fungi
merupakan jamur dari kelas Ascomycetes. Jamur ini mampu mendegradasi selulosa dan komponen penyusun dinding sel kayu sehingga menjadi lebih lunak Fengel dan
Wegener 1989 dalam Herliyana 2007. Pengaruh serangan jamur pelapuk putih terhadap sifat-sifat kayu diantaranya
adanya perubahan struktural kayu dari yang normal, pengurangan berat yang disebabkan oleh hilangnya sebagian selulosa dan lignin karena dirombak jamur,
berkurangnya kekuatan kayu, peningkatan kadar air karena kayu yang telah diserang jamur banyak menyerap air daripada kayu sehat, penurunan kalori terjadi karena
intensitas pelapukan semakin tinggi maka nilai kalori semakin rendah sebab kayu yang lapuk memberi panas yang rendah daripada kayu yang sehat, perubahan warna
pelapuk putih menimbulkan warna putih pada bagian kayu yang terserang, perubahan bau akan menimbulkan bau yang tak sedap dan perubahan struktur mikroskopis
pelapukan putih menyebabkan dinding sel kayu semakin lama makin tipis dan akhirnya habis Nandika dan Tambunan 1989 dalam Herliyana 1997.
Zat ekstraktif merupakan bagian kecil dari suatu pohon dan bukan merupakan penyusun struktur kayu, namun zat ini cukup esensial dan berpengaruh terhadap sifat-
sifat kayu termasuk ketahanan terhadap serangan serangga dan organisme pelapuk lainnya karena bersifat racun Ediningtyas 1993 dalam Fitriyani 2010. Variasi
keawetan kayu juga terdapat di dalam kayu teras, dimana kayu teras bagian luar lebih awet dibandingkan kayu teras bagian dalam. Sedangkan kayu gubal memiliki
keawetan yang rendah karena kayu gubal tidak mengandung zat ekstraktif Tobing 1997 dalam Fitriyani 2010.
2.7 Keawetan Kayu