berada di dalam kayu. Selain itu, Hunt dan Garratt 1986 menambahkan bahwa, cendawan-cendawan permbusuk kayu sangat berbeda-beda dalam hal kebutuhan
lembabnya, tetapi ada sedikit yang dapat membusukkan kayu pada kadar air di bawah titik jenuh serat kadar air 25-30 dari berat kayu pada daerah beriklim sedang.
2.3 Siklus Pelapukan Kayu oleh Jamur Pelapuk Kayu
Umumnya siklus pelapukan oleh jamur pelapuk kayu dari kelas Basidiomycetes adalah sebagai berikut. Basidiospora menempel pada permukaan
kayu karena terbawa udara, air, serangga atau bahan-bahan yang mudah terkena infeksi. Apabila keadaan lingkungan sesuai, basidiospora tersebut akan berkecambah
menjadi hifa atau miselium yang berinti sel satu yang haploid miselium primer Tambunan dan Nandika 1989 dalam Herliyana 1997. Dua hifa miselium yang
kompatibel akan mengadakan somatogami sehingga terjadi dikarionasi terjadinya hifa baru dengan tetap berinti dua, sehingga terbentuk miselium sekunder yang
selanjutnya berinti dua yang masing-masing haploid Buller 1924 dalam Herliyana 1997. Miselium sekunder ini berkembang secara khusus, yaitu tiap inti membelah
diri dan hasil belahan tiap pasangan inti berkumpul lagi membentuk pasangan baru tanpa mengadakan kariogami dalam sel baru, sehingga miselium sekunder tiap sel
selalu berinti dua. Pembelahan tiap-tiap inti diikuti dengan terbentuknya suatu kait yang mengakibatkan terjadinya suatu struktur pada tiap antar dua sel yang lama dan
baru yang biasa disebut sambungan apit clamp connection Buller 1924 dalam Herliyana 1997. Setelah terbentuk miselium sekunder yang sel ke sel pada kayu
melalui lubang pengeboran yang dibuatnya di tempat-tempat pertemuan antara hifa itu dengan dinding sel atau melalui noktah-noktah dan dinding sel kayu.
2.4 Proses Pelapukan Kayu
Cartwright dan Findlay 1958 dalam Herliyana 1997 mendefinisikan pelapukan kayu sebagai berkurangnya kepadatan kayu, disebabkan karena terjadinya
penguraian bahan dasar kayu oleh jamur. Karena jamur tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk bahan organik sendiri, maka bahan-bahan organik
kompleks yang ada dalam kayu dirombak untuk dijadikan sebagai sumber energi.
Hasil dari proses respirasi oleh jamur tersebut berupa karbondioksida sesuai dengan persamaan reaksi di bawah ini.
C
6
H
12
O
6
+ 6O
2
6H
2
O + 6CO
2
Jamur pelapuk kayu dapat berkembang dalam kondisi lingkungan yang cocok melalui perkecambahan spora atau pertumbuhan segmentasi hifa miselium yang
berasal dari sumber-sumber yang terinfeksi disekitarnya. Hifa tumbuh sepanjang permukaan kayu dan melakukan penetrasi untuk pertama kali melalui dinding sel
kayu atau lubang yang dibuat oleh hifa itu sendiri Haygreen dan Bowyer 1982; Manion 1981 dalam Herliyana 1997. Menurut Khan 1954 dan Shigo 1979 dalam
Herliyana 1997, kejadian tersebut merupakan awal dari proses pelapukan. Kemampuan hifa menyerang sel-sel kayu ditentukan oleh kenormalan
aktivitas pertumbuhan sel hifa yang ada pada ujung hifa, yang dikenal sebagai zona sub-apikal hifa. Sel-sel pada ujung hifa selain dapat mengadakan proses biokimia
juga dapat menghasilkan enzim yang diperlukan untuk mempercepat katalisator proses biokimia dalam rangka menembus dinding sel kayu serta perolehan zat
makanan yang diperlukan hifa Haygreen dan Bowyer 1982 dalam Herliyana 1997.
2.5 Komponen Kayu yang digunakan Jamur