a Ideologi pemusatan tanpa harus mempromosikan sentralisme, atau desentralisasi b Doktrin   penyeimbang,   sebagaimana   disebutkan   Proudhon   bapak   federasi
modern 250 tahun lalu,  hanya federasi longgar yang dapat memberikan solusi efektif  terhadap masalah kunci dari organisasi sosio-politis rekonsiliasi antara
kekuasaan dan kebebasan. Ia merumuskan Negara Federal ataupun federalisme sebagai:
 penghalang   sentralisasi   dan   penyeragaman,   sebaliknya   menjadi
pendorong distribusi kekuasaan dan penjamin keanekaragaman 
penakhluk autoritarianisme sekaligus karib demokrasi 
musuh ketertinggalan ekonomi sekaligus sahabat kemajuan ekonomi. 
senjata   pamungkas   bagi   ketimpangan   sosial   dan   spatial   sekaligus   alat mempromosikan keadialan sosial serta kesimbangan antar daerah.
Dicey,   memperlebarnya   dengan   mengidentifikasi   ide   federal   sebagai penuh   dengan   cita-cita   mencapai   keseimbangan   antara   sentralisasi     dan
desentralisasi, mencerminkan keinginan masyarakat untuk persatuan tetapi bukan kesatuan union but not unity. Dalam konteks ini, ide federasi singkatnya adalah
semacam   kompromi   yang   ditunjang   oleh   gambaran   saling   kontrol   antara kesatuan dan perbedaan, otonomi dan kedaulatan, nasional dan regional.
c Proyek teritorial dan non teritorial dalam masyarakat multietnis.
3. Prasyarat Federasi
Syarat  menjadi federasi  :  perasaan nasional,  sense of nationality  diantara  negara bagian. Sense nationality tersebut diwujudkan dalam persatuan bukan  kesatuan. Sense
14
atau feeling ini bisa dibangun dengan adanya imajinasi – seperti diistilahkan  Bennedict Anderson dengan imagine comunity-nya -- atau cita-cita bersama.
Ciri dasar federasi : 1. Negara bagian terlibat dalam proses pengambilan keputusan politik nasional
2. Adanya sistem perwakilan wilayah di tingkat pengambilan keputusan nasional. Jumlah   wakil   rakyat   di   Jerman   untuk   tiap   negara   bagian   tidaklah   sama,
tergantung jumlah penduduk, kontribusi negara, sejarah. Bavaria adalah negara bagian dari Jerman yang paling banyak wakil rakyatnya, yaitu 5. Negara dengan
kontribusi yang sedikit hanya memiliki wakil 2 atau 3 orang saja. 3. Keputusan masuk atau keluarnya negara bagian dalam suatu federasi dilakukan
melalui mekanisme politik yang rumit. 4. Adanya   kesatuan   kekuasaan   tertinggi   yang   bertugas   untuk   menyelesaikan
sengketa antar negara bagian,  Supreme Court  di Amerika contohnya. Dan ini adalah perbedaan fundamental   bentuk negara federal dengan kesatuan, setiap
sengketa diselesaikan melalui mekanisme hukum bukan secara politis. 5. Negara-negara bagian disusun dalam suatu tingkatan
6. Masing-masing negara bagian memiliki kostitusi sendiri 7. Adanya supremasi konstitusi
8. Ada distribusi kekuasaan federasi dengan negara bagian Sampai dengan tahun 1990-an federasi seringkali  dikontraskan dengan kesatuan,
ini dikarenakan negara  kesatuan identik dengan sentralisasi dan negara federasi identik dengan desentralisasi. Selain itu negara federasi juga mulai mengadopsi elemen-elemen
negara   kesatuan,   begitu   juga   sebaliknya.   Hans   Linch   1997     mengatakan   dikotomi antara federasi dengan kesatuan adalah hal yang tidak relevan, hampir semua negara
kesatuan bergerak ke arah federal. Dikotomi Negara kesatuan dan federasi hanya relevan ketika negara kesatuan identik dengan sentralisasi dan negara federal dimaknai sebagai
penyebaran kekuasaan. Graham Smith menyatakan, satu dari sepuluh struktur negara federal di  dunia saat  ini tidak bisa  dibedakan  lagi  dengan struktur negara kesatuan.
15
Sehingga   letak   persoalannya   adalah   pada   substansi   dan   prosedur     pengelolaan kekuasaan negara, apakah ia dikelola mengikuti prinsip desentralisasi atau sentralisasi,
bukan pada bentuk negara-federasi atau kesatuan. Kropotkin, seorang teoritikus federasi, menyebutkan   bentuk negara kesatuan
adalah inkarnasi setan, dikotori kepentingan borjuis, para nasionalis yang anti segala hal berbau   asing   xenopobhic.   Ia   merumuskan   Negara   federal   sebagai   “malaikat
penyelamat”.   Sejumlah   ahli   menyimpulkan   rata-rata   negara   demokratis   dan  makmur adalah   negara   federal.   Tetapi   kesimpulan   seperti   ini   akan   menyesatkan.   Karena
kesimpulan  semacam ini secara sengaja memilih sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, Jerman sebagai contoh kisah sukses negara federal. Sedangkan negara
dunia ketiga seperti Indonesia dipilih secara sengaja sebagai representasi dari negara kesatuan.
Bekas   negara   Uni   Soviet   dan  Yugoslavia   adalah   contoh   federasi   yang   tidak demokratis dan tidak makmur secara ekonomi. Bahkan Duchacek menyebut negara-
negara komunis tersebut sebagai federasi-federasi palsu. Di kawasan Asia Tenggara, Myanmar tetap menjadi negara otoriter dan terbelakang baik ketika berbentuk negara
kesatuan maupun ketika masih berbentuk federasi antara tahun 1947 dan 1974. Brasil, salah satu negara di kawasan Amerika Latin, mengalami nasib yang sama. India adalah
contoh   negara   federal   yang   gagal   dari   sudut   ekonomi   sekalipun   berhasil   dari   sudut demokrasi.Tetapi   sebutan   palsu   juga   dapat   diberikan   pada   negara   kesatuan   yang
sentralistik.   Lebih   lagi,   pelabelan   palsu   tidak   sendirinya   menggugurkan   kenyataan bahwa bekas Uni soviet dan sejumlah negara di Eropa Timur lainnya adalah negara
federal Pada   saat   bersamaan   terdapat   banyak   negara   demokratis  dan   maju,   misalnya
Perancis,   Inggris-sekalipun   sejumlah   ahli   menyebut   Inggris   sebagai   varian     negara federal- dan Jepang yang juga merupakan negara kesatuan. Seorang ahli Federasi, King,
memperingatkan, “....kisah federasi berisi sama banyaknya mengenai keberhasilan dan kehancuran”.   Riker,   seorang   pemikir   federasi,   di   tahun   1964   mengingatkan,   adalah
kekeliruan   ideologis   untuk   mengkaitkan   federasi   dengan   jaminan   kebebasan,   tanpa
16
meneliti   jenis   hak   dan   kebebasan   budaya   serta   bagaimana   hak   dan   kebebasan   ini diterapkan secara sosial maupun spatial.
Apa   yang   disebut   sebagai   penyakit   negara   kesatuan   yaitu   sentralisasi   dan penyeragaman bisa dengan mudah ditemukan dalam negara federal, sama mudahnya
pada   negara   kesatuan,  bekas  Uni  soviet  adalah  buktinya.  Autoritarianisme  juga  bisa tumbuh subur di negara federal seperti di banyak negara Amerika Latin. Sementara
ketimpangan   antar   kelompok   dan   daerah   menjadi   gejala   di   banyak   negara,   baik   ia berbentuk federasi atau kesatuan.
Asumsi   ancaman   separatisme   atau   disintegrasi   akan   berlalu   dengan diterapkannya bentuk negara federal lebih sebagai mitos ketimbang realitas. Walaupun
Kanada selalu dirujuk sebagai salah satu contoh federasi yang stabil, Kanada hingga kini tetap   dihadapkan   pada   ancaman   keluarnya   Quebec   melalui   referendum   yang   terus
berulang.   Padahal   Kanada   sudah   memberlakukan   prinsip   “asimetris”   dalam   format federasinya, yaitu Quebec diberi hak istimewa lewat diterimanya penggunaan bi-lingual
bahasa Inggris dan Perancis  di seluruh sektor publik bahkan di lingkungan perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 40 orang.
Hal   yang   sama   juga   dialami   Spanyol.   Paska   era   kediktatoran   Franco, pertengahan   tahun   1970-an,   Spanyol   memutuskan   untuk   menjadi   negara   federal.
Disamping untuk kepentingan demokrasi, langkah ini diyakini kan mengurangi hasrat warga Basque untuk menuntut kemerdekaan.Tetapi tetap saja, perubahan menjadi negara
federal tidak  mengurangi  hasrat sebagian warga Basque untuk menuntut kemerdekaan. Gerakan   separatis   ETA,   sejak   akhir   Desember   1999   bahkan   kembali   angkat   senjata
setelah 24 bulan diam untuk meprjuangkan kemerdekaan Basque dari Spanyol. Awal Maret 2001, sejumlah tokoh belia mereka yang tergabung dalam “Haika” Raising up
ditangkap pihak kepolisian Spanyol. Sementara pemberontakan suku Karen di Myanmar masih sama intensnya saat ini dibandingkan ketika ia berbentuk federasi hingga tahun
1974. Pada  tingkat  yang lebih  praktis,  negara federal dianggap lebih unggul dalam
memfasilitasi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih efisien kepada masyarakat.. Dalam konteks ini Newton menyatakan, ”satu-satunya yang bisa
17
kita simpulkan dengan penuh keyakinan adalah bahwa di bawah kondisi-kondisi yang belum bisa dipahami sepenuhnya, mungkin penguasa lokal bertindak lebih besar atau
lebih kecil atau kurang ekonomis”. Federalisme juga bukanlah hal yang statis, federalisme merupakan proses dan
masih   terus   berproses.   Bila   mencermati   evolusi   federalisme  Amerika   Serikat   akan diketahui bahwa federalisme di Amerika Serikat telah mengalami paling tidak 4 tahapan
evolusi, dari “dual” federalism atau “state mercantilism” 1790-1860, “a centralizing” federalism 1860-1933, the new deals “cooperative” federalism hingga the “creative”
federalism yang muncul belum lama ini. Rujukan   pada   Amerika   Serikat   sebagai   prototipe   ideal   federalisme   –
sebagaimana   dikatakan   Duchacek   bahwa   federasi   yang   ideal   bila   dapat   disejajarkan dengan model Amerika -- mengaburkan fakta bahwa bentuk-bentuk federalisme sangat
beragam. Data hingga tahun 1988 menunjukkan, sekitar 35 dari 185 negara didunia saat   itu     mengambil   bentuk   federasi.   Tetapi   bentuknya     sangat   bervariasi,   yang
mengambil   bentuk   federasi   murni   seperti   Amerika   Serikat   18   negara,  federal arrangement,  seperti  Inggris  17 negara,  associated  states  seperti  Monaco  terhadap
Perancis   23   negara.   Faktor   sejarah,   sosio   kultural,   sosio   ekonomi,   sosio   politik, geografi etnik akan mempengaruhi bentuk sebuah negara.
Bentuk Federal
Salah satu genus federalisme yang kurang dikenal, tapi sesungguhnyan penting adalah   bentuk   federasi.   Jika   di  Indonesiakan   menjadi   “federasi”   –jadi   sama   dengan
pengindonesiaan federation. Suatu federasi  adalah suatu susunan yang terdiri atas suatu negara kecil secara konstitusional terikat dengan suatu negara besar the federate power
dalam cara asimetris. Didunia ini cukup banyak bentuk federasi. Dapat disebutkan di antaranya,Amerika   Serikat   dengan   Puerto   Rico   dan   Northern   Marianas,   Denmark
dengan Greenland dan Faroe Islands, United Kingdom dengan Guernsey,Isle of Man, Jersey, India dengan Kashmir, dan Portugal dengan Macao.Negara induk atau federate
power   dapat   berupa   federal   atau   kesatuan.Sambil   lalu,   patut   dicatat,  Alfred   Stepan 1999   menganjurkan   agar   Indonesia   membangun   bentuk   federasi   dengan  Aceh   dan
Papua. Menilikisinya, Nota Kesepahaman RI-GAM juga mengarah ke bentuk federasi.
18
Masih dapat ditambahkan sebagai genus federalisme, yaitu associatestate yang secara nominal   berdaulat   tetapi   secara   konstitusional   terikat   dengan   atau   tergantung   pada
negara   lain   untuk   tujuan-tujuan   tertentu,misalnya   Monaco   dengan   Prancis,   Republik Palau   dengan   Amerika   Serikat,dan   San   Marino   dengan   Italia.   Yang   terakhir
condominium, yaitu negara yang secara bersama-sama diawasi oleh dua negara atau lebih. MisalnyaPrancis dan Spanyol atas Andorra.
Ciri-ciri   Tambahan   Negara   Federal   Supremasi   hukum,   non   centralisasi,   ada
kekuasaan judicial review yang dipegang oleh MA atau MK Ketika membandingkan negara federal dan negara kesatuan, telah dibahas ciri
dasar negara federal dan beberapa ciri tambahan yang menyertainya. Untuk mengulangi, ciri   dasar   itu   istilah   disesuaikan   adalah   adanya   pembagian   kekuasaan   antara
pemerintah nasional dan pemerintah unit-unit yang lebih rendah. Pembagian kekuasaan
itu   dijamin   dalam   konstitusi,   maka   ciri   tambahan   negara   federal   adalah  supremasi konstitusi.
Sudah   dikemukakan   pula,   bahwa   negara   federal   tidak   mengenal   “pemerintah
pusat”, seperti pada negara kesatuan. Jadi, non centralization merupakan ciri tambahan
lain bagi bentuk federal.Di luar itu dapat ditunjuk pula sebagai ciri tambahan, yaitu adanya legislative dua-kamar dengan majelis federal yang kuat untuk mewakili wilayah-
wilayah   yang   membentuk   federasi   itu.   Wilayah   atau   unit   yang   membentuk   negara federal diberi nama bermacam-macam, seperti negara bagian di Amerika Serikat, India,
Australia,   Malaysia,   dan   Venezuela,   provinsi   Kanada,   canton   Swis,   region   atau
wilayah   Belgia.  Ciri   lain  adalah  bersangkut   paut  dengan   kekuasaan   pengadilan
untuk memutuskan jikaterjadi konflik antara pemerintah federal dan pemerintah daerah
–   yaitu,kekuasaan   judicial   review   yang   dipegang   oleh  Mahkamah   Agung   atau Mahkamah Konstitusi. Berbeda degan negara kesatuan, kehadiran kedua lembaga ini
mutlak bagi negara federal.
C.F. Strong 2004 hanya menunjuk tiga ciri negara federal, yaitu 1supremasi
konstitusi; 2 pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan negara bagian; dan 3   suatu   kewenangan   tertinggi   untuk   menyelesaikan     segala   persengketaan   yang
mungkin   timbul   di   antara   pemerintah   federal   danpemerintah   negara   bagian.
Sebaliknya,  Daniel   J.   Elazar  1995,   seorang   ilmuwan   yang   banyak   mendalami
19
federalisme,   menyebutkan   enam   prinsip   dasar   federalisme   yaitu   1   tidak tersentralisasikan   noncentralization;   2condong   pada   demokrasi;   3   membangun
suatu sistem checks and balances;4 bekerja melalui proses tawar-menawar terbuka; 5 mempunyai konstitusi tertulis; dan 6 adanya unit-unit yang pasti fixed units.
Dikatakan   bahwa   demokrasi   federal   bersandar   pada   suatu   sistem   checks   and balances. Negara harus disusun sedemikian rupa sehingga setiap institusi dicekdikoresi
dan diimbangi oleh institusi-institusi lain yang mempunyai kekuasaan konstitusional dan yang cukup otonom untuk menopang dirinya secara politik dan sosial. Sementara prinsip
fixed units berhubungan dengandemarkasi atau batas pemisah dalam negara yang harus ditetapkan   secarakonstitusional.   Pemisahan   dapat   bersifat   teritorial,   consociational,
ataukeduanya.
C. Negara Federal dari  Segi Proses Pembentukannya