oleh V. harveyi adalah penyakit bakterial paling utama pada budidaya udang penaeid.
Penyakit vibriosis pada budidaya udang terjadi pada stadia larva sampai dewasa. Penyakit vibriosis yang disebabkan bakteri berpendar bersifat akut dan
ganas. Udang windu stadia dewasa yang terserang bakteri Vibrio menyebabkan bercak coklat pada karapasnya. Udang yang terserang bakteri Vibrio sering
ditemukan berenang di pinggir tanggul, dengan tanda-tanda kulit rusak dan berwarna coklat, nekrosis, organ limfoid berwarna hitam, bagian ekor dan kaki
renangnya berwarna kemerahan, insang berwarna coklat, otot atau daging berwarna kecoklatan, ususnya kosong dan gerakannya lemah serta menyentak
Rukyani 1993. Pada uji tantang 3 strain V. harveyi terhadap Penaeus monodon dan P. vannamei menunjukkan gejala lesi pada kutikula, terutama di apendik dan
uropod atau kipas ekor Intaraprasong et al. 2009. Pada stadia larva, infeksi V. harveyi menyebabkan penyakit kunang-
kunang, bercak merah pada dasar bak pemeliharaan, perubahan warna tubuh menjadi coklat kehitaman dan terjadi penyusutan hepatopankreas Roza et al.
1997. Pada dosis tinggi 10
7
cfuudang semua udang mati dalam 12 jam setelah diinjeksi V. harveyi, sedangkan lethal doses 50 LD
50
salah satu strain V. harveyi
10
2
cfuudang Intaraprasong et al. 2009. Sedangkan pada udang vaname, virulensi V. harveyi tidak setinggi ketika menginfeksi udang windu. Pada udang
vaname yang terinfeksi V. harveyi, tingkah laku udang tidak berenang menyentak seperti pada udang windu. Pada infeksi V. harveyi 10
5
cfuml, menyebabkan udang windu mengalami moulting 43 sedangkan pada udang vaname moulting
hanya 10 Intaraprasong et al. 2009. Bahkan V. harveyi strain BB120 tidak menimbulkan kematian ketika diinfeksi 10
6
Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya ko-infeksi atau infeksi bersama beberapa patogen pada udang vaname. Ko-infeksi tersebut bisa
disebabkan oleh 2 atau lebih patogen viral dan patogen bakterial. Dilaporkan hasil penelitian yang dilakukan pada 2006 di Taiwan bahwa 75 udang sampel yang
dikoleksi dari tambak yang terserang infeksi berat white spot syndrome virus cfuudang Phuoc et al. 2009.
2.3 Ko-infeksi Patogen pada Udang Vaname
WSSV juga terinfeksi virus infectious hypodermal and hematopoietic necrosis virus
IHHNV dengan level infeksi berat, medium dan ringan masing-masing 34, 25 dan 16 Yeh et al. 2009. Masih di Taiwan, penelitian Tsai et al.
2002 menunjukkan adanya ko-infeksi virus WSSV dan TSV yang dapat dideteksi menggunakan PCR. Ko-infeksi beberapa virus juga dideteksi dari
sampel udang vaname yang diambil dari Provinsi Hainan, China. Sebanyak 59.8 sampel terdeteksi mengalami ko-infeksi virus taura syndrome virus TSV dan
IHHNV, 42.7 sampel terdeteksi ko-infeksi WSSV dan IHHNV, serta ko-infeksi 3 virus WSSV, IHHNV dan TSV diperoleh dari 42.7 sampel Tan et al. 2009.
Ko-infeksi patogen viral dan bakterial juga berdampak negatif pada udang vaname. Ko-infeksi WSSV dan bakteri Vibrio campbellii 10
4
cfuudang menyebabkan kematian 100 pada 84 hpi hours post infection, padahal infeksi
tunggal V. campbellii 10
4
cfuudang tidak menyebabkan kematian dan infeksi tunggal WSSV menyebabkan mortalitas 100 pada 156 hpi Phuoc et al. 2009.
Sedangkan ko-infeksi WSSV dengan V. harveyi strain BB120 10
6
cfuudang menyebabkan mortalitas 80 dalam 360 hpi, dan infeksi tunggal V. harveyi strain
BB120 tidak menyebabkan mortalitas pada dosis injeksi 10
6
cfuudang Phuoc et al
. 2009. Strain V. alginolyticus yang tidak patogen pada udang bisa menjadi virulen
pada udang yang terserang virus WSSV, ini dideteksi dari tambak yang terserang wabah penyakit WSS seperti dilaporkan oleh Manilal et al. 2010. Serangan ko-
infeksi juga bisa terjadi antar bakteri Vibrio spp., misalnya bakteri V. parahaemolyicus
dan V. harveyi yang menyebabkan red disease syndrome
Alapide-Tendencia dan Dureza 1997.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada Januari sampai Mei 2011 bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Organisme Uji
Organisme uji adalah udang Litopenaeus vannamei SPF specific pathogen free
yang diperoleh dari hatchery komersial di Anyer, Banten. Benur post larvae
dipelihara pada kondisi terkontrol untuk mencegah peluang infeksi IMNV dari lingkungan.
Sebagai langkah biosecurity maka air pemeliharaan didisinfeksi menggunakan desinfektan kuat. Desinfeksi ganda dilakukan untuk mengurangi
keberadaan patogen di air yang akan digunakan untuk penelitian. Desinfeksi ganda tersebut menggunakan kalsium hipoklorit kaporit 10 ppm dan kalium
mono-persulfat KMPS dengan dosis 2 ppm. 3.3 Stok Virus dan Bakteri
Stok virus diperoleh dari udang yang terinfeksi virus IMNV, yakni udang dengan symptom penyakit IMN. Verifikasi dilakukan dengan menguji ke
laboratorium PCR kit komersial Nugen-IMNV. Udang terinfeksi dipelihara sebagai stok virus untuk bahan infeksi oral dalam penelitian ini. Otot udang
tersebut dicacah dan segera diinfeksikan secara oral. Jenis bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah Vibrio harveyi.
Isolat V. harveyi merupakan koleksi Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor. Bakteri dikultur ulang untuk menjaga
aktivitas dan kemurniannya.
3.4 Desain Penelitian 3.4.1 Percobaan 1. Dampak Ko-Infeksi IMNV dan Berbagai Dosis