1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan kejadian penyakit IMN pada budidaya udang di Indonesia maka ada dugaan peran ko-infeksi IMNV dan patogen lain, sehingga
menyebabkan mortalitas udang di tambak yang terinfeksi penyakit IMN semakin tinggi. Vibrio spp. terutama Vibrio harveyi sebagai bakteri oportunistik
memungkinkan untuk berperan lebih besar dalam mortalitas udang karena kondisi udang yang lemah akibat penyakit yang dialami.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak ko-infeksi IMNV dengan bakteri V. harveyi yang dipengaruhi oleh berbagai dosis infeksi V. harveyi
dan menganalisa perkembangan gejala klinis penyakit IMN pada infeksi tunggal serta ko-infeksi.
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi penting mengenai ko-infeksi virus IMNV dengan V. harveyi dan perkembangan klinis penyakit IMN
pada udang vaname.
1.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu ko-infeksi virus IMNV dengan bakteri V. harveyi
dapat menyebabkan dampak kematian yang lebih tinggi dan lebih cepat dibandingkan dengan infeksi tunggal virus IMNV maupun bakteri V. harveyi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infectious Myonecrosis Virus
Virus IMNV infectious myonecrosis virus adalah agen penyebab penyakit IMN. Virus ini memiliki genom tunggal dsRNA yang tidak bersegmen
dengan molekul 7560 bp. Partikel IMNV berbentuk icosahedral dengan diameter 40 nm. IMNV memiliki capsid isometrik dengan protein penyusun 901-asam
amino Tang et al. 2008. Tang et al. 2008 juga melaporkan bentuk virion IMNV dengan cryomicrograph dan rekonstruksi 3-dimensinya Gambar 1.
Keterangan: A Cryomicrograph virion IMNV yang telah dimurnikan dari sampel kepala udang. Tanda panah adalah contoh protrusi pada permukaan virus. B Rekonstruksi 3-dimensi virion
IMNV dengan resolusi 8.0-Å.
Gambar 1. Virion IMNV. Tang et al. 2008. Analisis filogeni IMNV telah dilakukan berdasarkan RDA-dependent dari
gen RNA polimerase RdRp, hasilnya IMNV memiliki kemiripan dengan Giardia lamblia virus
GLV Gambar 2 yang merupakan bagian dari famili Totiviridae Poulos et al. 2006. Sebagian besar anggota famili Totiviridae
memiliki kekurangan dalam mentransmisikan menyebarkan virion melalui media ekstraseluler dalam siklus hidupnya Lightner et al. 2004. Kebanyakan,
penyebaran melalui cara vertikal di dalam sel atau horizontal dengan hyphal anastomiasis kecuali GLV dan IMNV. Sebagai tambahan, IMNV juga merupakan
satu-satunya virus dari famili Totiviridae yang diketahui menyebabkan penyakit pada inangnya Tang et al. 2008.
Inang virus IMNV adalah krustase terutama menyerang udang-udang penaeid. Pada prinsipnya inang paling utama dari penyakit IMN adalah udang
A B
vaname L. vannamei, karena infeksi IMNV pada udang ini menyebabkan mortalitas yang tinggi dan menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan
Lightner et al. 2004. Dampak paling parah dari penyakit IMN adalah infeksi pada stadia juvenile 2-3 gram Coelho et al. 2009 dan udang dewasa hingga 12
gram Nunes et al. 2004 dengan mortalitas lebih dari 60. Penyakit IMN bisa menyerang udang vaname yang dibudidayakan pada media air laut ataupun air
payau bersalinitas rendah Lightner et al. 2004. Hasil penelitian menunjukkan IMNV juga dapat menginfeksi udang Penaeus stylirostris dan udang Penaeus
monodon namun tidak menimbulkan kematian pada udang Tang et al. 2005.
Gambar 2. Filogeni IMNV, memiliki kemiripan dengan GLV. Poulos et al.
2006. Organ target penyakit IMN adalah otot dan organ limfoid. Jaringan yang
terinfeksi yaitu otot skeletal abdomen, ekor, haemosit, parenchymal cells organ limfoid, sedikit menyerang otot cardiac Tang et al. 2005. IMNV merupakan tipe
virus sistemik dan tidak bereplikasi pada jaringan enteric seperti hepatopankreas, saluran usus dan caeca. Proses kematian udang memerlukan waktu lebih lama
karena penyakit IMN bersifat kronis. Udang yang terserang penyakit IMN bisa bertahan hidup meskipun terjadi kerusakan parah nekrosis pada otot
abdominalnya Tang et al. 2005.
Gejala klinis penyakit IMN dapat dilihat secara visual dengan mengamati transparansi otot udang Gambar 3. Udang yang terserang penyakit IMN akan
kehilangan transparansi pada ototnya karena terlihat berwarna putih. Warna putih tersebut adalah nekrosis pada otot skeletal akibat infeksi virus IMNV Poulos et
al. 2006. Gejala klinis lain penyakit IMN dapat dilihat melalui histologi jaringan
otot atau organ limfoid dengan pewarnaan haematoxylin - eosin Gambar 4 dan 5. Pada histologi jaringan otot dapat dilihat bodi inklusi basophilic tunggal maupun
berganda yang terdapat pada sitoplasma dan di dekat nukleus Tang et al. 2005. Selain itu, pada jaringan otot tersebut sering juga ditemukan gumpalan nekrosis
yang multifocal Andrade et al. 2008. Sedangkan pada histologi organ limfoid dapat ditemukan akumulasi lymphoid organ speroids LOS yang merupakan
hipertropi sel limfoid Andrade et al. 2008.
Keterangan: Nekrosis pada otot udang yang terserang wabah penyakit IMN di tambak A. Nekrosis pada udang eksperimen, diinjeksi virion IMNV atas dan udang normal bawah B.
Tanda panah menunjukkan nekrosis.
Gambar 3. Gejala klinis penyakit IMN. Poulos et al. 2006. A
B
Keterangan: Andrade et al. 2008 A. Poulos et al. 2006 B. Coelho et al. 2009 C. Tang et al
. 2005 D. Tanda panah menunjukkan N nukleus, S single inclusion dan M multiple inclusions
. Skala bar: 50 µm A, B, C dan 20 µm D.
Gambar 4. Histologi jaringan otot udang yang terinfeksi penyakit IMN dengan pewarnaan haematoxylin – eosin dari berbagai sumber.
Keterangan: Pewarnaan haematoxylin - eosin A. Pengamatan organ limfoid udang dengan in situ hybridization
ISH B. Tanda panah menunjukkan probe penanda positif terinfeksi virus IMNV. Skala bar: 50 µm.
Gambar 5. Histologi organ limfoid udang. Andrade et al. 2008. A
B C
D
A B
2.2 Bakteri Vibrio harveyi