19
Gambar 12. Transpor air kendi Lapindo media air Dari hasil pengukuran ini didapatkan nilai konduktivitas hidrolika, dimana kendi Lapindo 1
sebesar 5.046x10
-7
cmdetik sedangkan kendi Lapindo 2 sebesar 1.768x10
-7
cmdetik. Perbedaan nilai konduktivitas hidrolika antara kendi Lapindo 1 dan kendi Lapindo 2 memang cukup berjarak atau lima
kali dari kendi Lapindo 1. Namun hasil keseluruhan nilai kondutivitas hidrolika untuk kendi Lapindo ini tidak berbeda jauh dari pengukuran yang dilakukan oleh Setiawan dan Saleh 1997 antara 1.14x10
-7
sampai 7.43x10
-7
cmdetik pada kendi yang terbuat dari tanah liat dan beberapa kendi dari campuran bahan lainnya. Bila dibandingkan dengan kelas konduktivitas hidrolika jenuh tanah dari US Soil Survey,
kendi lapindo ini termasuk dalam kelas sangat lambat dalam kemampuan merembeskan air dari dindingnya dimana kurang dari 3.61x10
-05
cmdetik. Hal ini dikarenakan bahan utama dalam membuat kendi bukan dari tanah liat dengan campuran bahan lainnya seperti yang digunakan untuk membuat kendi
pada sistem irigasi kendi pada umumnya sehingga laju rembesan air melalui dinding kendi lebih kecil. Sedang untuk laju rembesan yang didapatkan sebesar 0.49 literhari untuk kendi Lapindo 1 dan kendi
Lapindo 2 sebesar 0.13 literhari.
4.2 Kalibrasi Alat Kelembaban Tanah Digital Soil Tester.
Sebelum alat digunakan untuk mengukur kelembaban tanah, alat ini dilakukan kalibrasi terlebih dahulu dengan cara mengambil sampel tanah yang akan digunakan dalam sistem irigasi kendi lapindo
kemudian dimasukkan ke dalam ring samplers yang terlebih dulu disemprotkan air dan diukur dengan alat kelembaban tanah. Ke-5 ring sampler yang digunakan merupakan keterangan dari tiap kondisi
kelembaban tanah yang diukur dengan alat pengukur kelembaban tanah ini, dimana untuk sample tanah dengan nama G-51 dengan kondisi dry +, H-22 kondisi untuk dry, E-43 untuk kondisi normal, E-134
untuk kondisi wet dan B-55 untuk kondisi wet +. Setelah itu sampel tanah tersebut diuji sifat fisik di Laboraturium tanah dan didapatkan hasilnya pada tabel berikut,
20
Tabel 4. Hasil analisis contoh fiska tanah
No Kode
Contoh Kadar Air
Vol Permeabilit
as Cmjam
Tekstur Pori Drainase
Vol Pasir
Debu Liat
Cepat Lambat
1. G-51
34.7 10.22
15 59
26 23.3
7.4 2.
H-22 36
8.25 13
60 27
21.6 9.6
3. E-43
38.3 6.15
9 48
43 20.2
6.6 4.
E-134 37.5
5.92 7
51 42
19.7 6.0
5. B-55
39.1 9.36
14 62
24 24.9
7.3 Dari hasil pengujian sifat fisik tanah yang didapatkan bahwa untuk nama sampel G-51 dengan
kondisi dry+ mempunyai kadar air sebesar 34.7, H-22 dengan kondisi dry mempunyai kadar air sebesar 36 , E-43 dengan kondisi normal mempunyai kadar air sebesar 38.3, E-134 dengan kondisi wet
memunyai kadar air sebesar 37.5 dan B-55 dengan kondisi wet + mempunyai kadar air sebesar 39.1 . Informasi ini nantinya akan digunakan untuk mengetahui kadar air tanah dalam tiap-tiap kondisi
kelembaban tanah yang terbaca dalam alat. Selain itu dari hasil pengujian sifat fisik tanah didapatkan pula nilai pF tiap sampelnya, pF 1 merupakan kadar air jenuh dimana tanah sudah tidak dapat menerima air
sehingga bila dipaksakan akan terjadi run off, pF 2 merupakan kadar air kapasitas lapang dimana kekuatan maksimal tanah dalam menyimpan air, pF 2.54 merupakan kadar air tersedia didalam tanah
untuk dapat dimanfaatkan dengan baik oleh tanaman, sedangkan pF 4.2 merupakan kadar air titik layu permanen dimana ketersediaan air sudah kritis dan sulit dimanfaatkan. Dapat dilihat pada tabel dibawah
Nilai pF dari analisis fisika tanah.
21
Tabel 5. Nilai pF dari analisis fisika tanah
No Kode contoh
Kadar Air Vol pF 1
pF 2 pF 2.54
pF 4.2 1
G-51 51.3
41.7 34.3
21.4 2
H-22 52.3
43.8 34.2
19.9 3
E-43 49.5
43.4 36.8
26.9 4
E-134 46.8
43.3 37.3
26.8 5
B-55 50.2
42.1 34.8
23.4
Dilihat dari tabel bahwa masing-masing sampel yang mewakili tiap jenis kelembaban mempunyai kadar air yang semakin mengecil dari kadar air pF 1-4.2. sehingga bila dibandingkan dengan
nilai kadar air yang diperoleh dari data sebelumnya dari tiap jenis kelembaban, hasilnya tidak jauh berbeda dengan kadar air pF 2.54 atau kadar air tersedia. Sehngga dari hal ini dapat dinyatakan bahwa tanah yang
digunakan dalam pengujian sistem irigasi kendi, baik untuk media tanam tanaman lada perdu karena mempunyai ketersediaan air yang baik yang akan dimanfaatkan dalam pertumbuhan tanaman lada perdu.
4.3 Pengujian Laju Rembesan Kendi dan Nilai Konduktivitas Hidrolika Pada Media