282 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012
seringkali kotoran yang dihasilkan menjadi permasalahan lingkungan akibat pencemarannya serta berdampak pada timbulnya penyakit yang dialami oleh ternak.
Sebagian besar peternak hanya membuang kotoran sapi perahnya begitu saja di kali atau sungai. Hanya sebagian kecil peternak yang memanfaatkan kotoran sapi
perahnya untuk pupuk dan biogas.
4.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman
Faktor-faktor yang menjadi peluang usahatani ternak sapi perah yaitu: 1.
Perkembangan harga susu yang cenderung naik
Perkembangan harga susu saat ini mengalami tren yang meningkat, sehingga berdampak pada tingkat harga susu lokal yang semakin baik. Hal ini dibuktikan
dengan dengan tren penerimaan harga rata-rata susu ditingkat peternak yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan Laporan Tahunan Dinas
Peternakan dan Kesehatan Kabupaten Malang 2007-2011, harga susu yang diterima oleh peternak rata-rata mengalami kenaikan Rp. 350 atau 17 persen pertahun untuk
kurun waktu 2007 sampai dengan 2011. Sedangkan harga susu yang diterima oleh koperasi dari IPS rata-rata mengalami kenaikan Rp. 250 atau 11 persen pertahun.
Perkembangan harga susu ini diharapkan mampu menjadi pemacu perkembangan usaha ternak sapi perah khususnya di daerah Malang sekaligus sebagai insentif bagi
peternak dalam meningkatkan jumlah produksi susu yang dihasilkan. 2.
Perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat
Perkembangan jumlah penduduk yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data BPS tahun 2011, jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 mencapai
237.641.326 jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49 persen pertahun. Peningkatan jumlah penduduk ini diharapkan mampu meningkatkan permintaan produk pangan khususnya
susu sehingga mendukung perkembangan usaha sapi perah dalam meningkatkan kapasitas produksi susunya.
Jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan ditambah dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya minum susu merupakan
peluang yang besar untuk meningkatkan pengembangan usaha ternak sapi perah. Salah satu program dari pemerintah untuk meningkatkan kesadaran minum susu
adalah Hari Susu Nasional yang diperingati setiap tanggal 1 Juni berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 2182KPTSPD.42052009. Dengan adanya
gerakan nasional tersebut diharapkan persepsi masyarakat terhadap komoditas susu yang cenderung mahal dan mewah dapat diubah.
3.
Kondisi geografis daerah
Rata-rata sentra produksi susu di dataran tinggi Pulau Jawa memiliki agroklimat yang mendukung perkembangan sapi perah, yaitu suhu yang sejuk atau
daerah pegunungan dengan ketinggian minimimum 800 meter di atas permukaan air laut, serta air yang berlimpah. Dataran rendah tidak menjadi penghalang bagi
Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012 283
berkembangnya usaha budidaya, karena sapi perah Fries Holland FH di dataran rendah masih mampu menghasilkan susu 8-10 kgekorhari, demikian pula sapi-sapi
Bos indicus dan persilangannya dengan sapi FH dapat menghasilkan susu 4-8 kgekorhari Setiawati, 2010. Kabupaten Malang khususnya kecamatan Pujon yang
memiliki ketinggian rata-rata 1.100 m dengan bentuk topografi pegunungan sangat cocok untuk usaha peternakan sapi perah.
4.
Adanya peran koperasi sekunder
Koperasi sekunder yang dimaksud dalam hal ini adalah Gabungan Koperasi Susu Indonesia GKSI. GKSI mempunyai peran yang sangat besar dalam
menentukan produksi dan distribusi susu segar Yusdja dan Iqbal, 2000. Selain itu, GKSI Jawa Timur khususnya juga memungkinkan sebagai IPS alternatif dengan
membangun pengolah susu di Pasuruan bersama dengan koperasi-koperasi primer yang ada di bawahnya yaitu PKIS Sekar Tanjung. Koperasi-koperasi pendiri PKIS
Sekar Tanjung adalah KPSP Setiakawan, KUTT Suka Makmur, KUD Dadi Jaya, KUD Sembada, KUD Dau dan Koperasi SAE.
Faktor-faktor yang menjadi ancaman usahatani ternak sapi perah yaitu: 1.
Kondisi cuaca
Kondisi cuaca Indonesia saat ini yang sukar diprediksi dan tidak menentu berdampak pada risiko ketidakpastian pada bidang pertanian yang salah satunya
adalah peternakan. Cuaca mempengaruhi kondisi ternak, khususnya dalam menghasilkan susu baik pada sisi kualitas dan kuantitas. Saat ini cuaca yang terjadi
cenderung menunjukan tingkat intensitas curah hujan yang rendah dan ini berdampak pada jumlah susu yang dihasilkan. Pada musim kemarau, pakan khususnya hijauan
sangat sulit didapatkan peternak sehingga hasil susu yang dihasilkan cenderung turun dibandingkan saat hijauan tersedia dalam jumlah yang mencukupi.
2.
Perkembangan harga pakan konsentrat dan hijauan
Pakan merupakan faktor penentu keberhasilan usaha peternakan. Kontribusinya kurang lebih 70 persen sedangkan 30 persen keberhasilan peternakan ditentukan oleh
faktor lain seperti bibit, penyakit dan lingkungan. Sehingga untuk meningkatkan populasi dan produktivitas ternak sebagai tolok ukur keberhasilan usaha peternakan
diperlukan tersedianya pakan yang cukup. Pakan juga merupakan biaya terbesar dalam usaha budidaya sapi perah, yaitu sebesar 60-80 persen Setiawati, 2010.
Pakan dapat mempengaruhi kinerja produksi dan kualitas susu yang dihasilkan, serta tingkat reproduksi ternak. Kenaikan harga pakan baik konsentrat maupun
hijauan menjadi ancaman bagi para peternak maupun koperasi karena menyebabkan terjadinya peningkatan biaya produksi usaha ternak sapi perahnya. Kondisi ini
diperparah dengan harga susu yang cenderung masih belum mampu menutupi biaya produksi. Harga susu memang mengalami peningkatan setiap tahunnya, tetapi
kenaikan harga pangan lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga beli susu peternak. Berdasarkan penelitian Rusdiana dan Sejati, 2009 diketahui bahwa harga
susu per liter paling sedikit sebesar 2,1 kali harga pakan. Jika harga jual pakan