Pengorganisasian kerja berjalan dengan baik

Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012 281 Faktor-faktor yang menjadi kelemahan usahatani ternak sapi perah yaitu:

1. Masih rendahnya tingkat pendidikan peternak

Peternak sebagai sumberdaya pengelola ternak sapi perah sangat menentukan cepat lambatnya perkembangan usaha yang dilakukannya, dan tingkat pendidikan yang baik akan berdampak pada kualitas peternak serta responnya dalam menghadapi perkembangan.Mulyadi 2003 sebagaimana di acu dalam Mastuti dan Hidayat 2011 menyatakan kualitas pekerja yang akan dicerminkan oleh tingkat pendidikan yang semakin baik, yang akan memberikan dampak posistif terhadap produktifitas tenaga kerja.Hasil analisis data primer mununjukkan bahwa 80 persen responden berpendidikan SD dan SMP atau masih berpendidikan rendah. Hal ini berdampak pada sukarnya peternak dalam memahami dan merespon perubahan yang terjadi, khususnya dalam perkembangan pola beternak dan penggunaan teknologi pendukung. 2. Rendahnya kapasitas produksi susu per hari Kapasitas produksi susu yang dihasilkan oleh para peternak di Kecamatan Pujon dan yang diserap oleh koperasi mencapai 110 ton perhari. Besarnya produksi susu ini menjadikan koperasi sebagai penghasil susu terbesar di Jawa Timur bahkan mungkin di Indonesia. Meskipun begitu, jika dilihat dari hasil produksi per ekor, rata- rata produksi susu tingkat peternak masih rendah yaitu 10-12 liter per ekor. Rendahnya produktivitas ini salah satunya akibat rendahnya manajemen pemeliharaan. 3. Terbatasnya bibit unggul sapi perah Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi perah adalah melalui penyediaan bibit ternak unggul. Dalam hal pengadaan bibit, para peternak merasakan sulitnya memperoleh bibit sapi perah yang bermutu. Ketersediaan sapi perah dara berkualitas sebagai pengganti sapi perah induk sapidara pengganti dalam kondisi usahaternak sapi perah rakyat dirasakan masih kurang,sehingga masih harus dipenuhi dengan cara impor sapi perah. Berdasarkanpengalaman penggunaan sapi perah eks-impor sebagai sapi dara pengganti tidak selalumenguntungkan, terutama yang diternakkan di daerah dataran rendah beriklim kering. Selain itu upaya melalui impor sapi perah juga belum mampumemenuhi kebutuhan bibit sebagai sapi dara pengganti yang berkualitas. Permasalahan lain adalah masih tingginya persentase pedet-pedet betina turunan indukberkemampuan produksi tinggi induk elite yang dijual oleh peternaknya ke belantik-belantikdi daerah-daerah sentra usahaternak sapi perah di Jawa Timur, sehingga tidakdapat ditelusuri keberadaan berikutnya. Dengan tidakterkonservasinya pedet-pedet betina turunan induk elite tersebut, maka berakibatrendahnya ketersediaan sapi dara pengganti yang berkualitas dalam usahaternak sapiperah rakyat di Jawa Timur Yusran et al, 1998. 4. Limbah produksi yang belum terkelola dengan baik Pengelolaan kotoran ternak merupakan salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian juga dalam menjalankan usah ternak sapi perah, karena hal ini berkaitan dengan kondisi kesehatan dan kebersihan dari ternak yang diusahakan. Saat ini,