Rancangan Arsitektur Strategik Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di

288 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012 Tahapan pencapaian sasaran peningkatan daya saing susu peternak Jawa Timur dilalui dengan pelaksanaan program secara bertahap dengan tiga periode waktu. Tabel 2. Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur Strategi Program Penanggungjawab 1. Memberikan dorongan kepada koperasi untuk mengembangkan unit usaha divesifikasi susu 1. Memberikan bantuan sarana dan prasarana pengolah produk turunan susu kepada kelompok peternak anggota koperasi Peternak, Koperasi Primer, Dinas Koperasi dan UKM 2. Meningkatkan kegiatan promosi bersama pentingnya konsumsi susu sehat pemantapan sistem manajemen pemasaran susu dan turunannya, untuk memenuhi permintaan konsumen lokal dan dunia 1. Menerapkan dan membangun fasilitas dan penunjang agroindustri 2. Menggalakaan program minum susu segar di Jawa Timur khususnya untuk para pelajar Koperasi Primer, Koperasi Sekunder, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pendidikan, Pemerintah Daerah 3. Manjemen Hijauan Makanan Ternak HMT dengan model integrasi tanaman – ternak, pembuatan HMT dalam bentuk basah silase atau padat kering hay dibawah koordinasi koperasi 1. Budidaya HMT dapat dilakukan oleh kelompok peternak dimana petani langsung menyediakan lahan, melakukan budidaya, pengolahan dibawah koordinasi koperasi. Peternak, Koperasi Primer, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan 4. Membangun dan mengembangkan unit pasca panen pengolahan susu yang dikelola langsung oleh koperasi 1. Melakukan pelatihan pembuatan produk olahan turunan susu kepada peternak 2. Pengembangan unit-unit pengolahan susu mikro yang menghasilkan produk susu pasteurisasi, keju ataupun coklat putih, yogurt dan lain-lain yang dikerjakan oleh peternak-peternak anggota koperasi Peternak, Koperasi Primer, LSM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM 5. Pemberian subsidi input dan output 1. Pemberian subsidi input khususnya konsentrat 2. Pemberian kredit lunak untuk mendapatkan bibit sapi unggul 3. Pemberian subsidi output untuk produk- produk turunan susu hasil olahan koperasi untuk mendukung program gerakan minum susu Pemerintah pusat, Dinas Koperasi dan UKM 6. Pelatihan manajemen peternak menuju peternakan sapi perah modern 1. Pelatihan manajemen peternak menuju peternakan sapi perah modern seperti pembuatan kandang, penentuan masa kawian ternak, penangan susu, pemeliharaan ternak, manajemen pakan dan lain-lain Koperasi sekunder, koperasi primer, Dekopin, Dinas Koperasi dan UKM 7. Peningkatan posisi tawar koperasi susu melalui dukungan dan kebijakan pemerintah yang mampu menempatkan posisi tawar koperasi lebih seimbang dengan posisi IPS sebagai pembeli utama susu segar produksi dari koperasi susu 1. Meninjau kembali kebijakan tarif impor susu 5 persen yang cenderung masih merugikan peternak 2. Mengaktifkan kembali kewajiban serap bagi IPS terhadap produk susu peternak sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan SNI Pemerintah Pusat, Kementerian Perdagangan, 8. Peningkatan usahaunit pengolahan susu skala menengah sebagai alternatif selain IPS 1. Mengembangkan kapasitas produksi PKIS Sekar Tanjung yang merupakan konsursium 6 koperasi di Jawa Timur Koperasi Sekunder, Dinas Koperasi dan UKM, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012 289 Gambar 3. Arsitektur Strategik Agribisnis Sapi Jawa Timur 290 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pada analisis internal, faktor-faktor yang menjadi kekuatan adalah pengorganisasian kerja yang berjalan dengan baik, pelayanan koperasi yang baik, permodalan koperasi yang baik, dan ketersediaan sarana-prasarana. Sedangkan faktor-faktor yang menjadi kelemahan adalah rendahnya tingkat pendidikan peternak, terbatasnya bibit sapi perah unggul dan limbah produksi yang belum terkelola dengan baik. Pada analisis eksternal, faktor-faktor yang menjadi peluang adalahperkembangan harga susu yang cenderung naik, perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat, kondisi geografis daerah dan peran koperasi sekunder. Sedangkan faktor-faktor yang menjadi ancaman adalahkondisi cuaca, perkembangan harga pakan, kebijakan tataniaga susu, kuatnya posisi tawar IPS dan adanya produk subtitusi susu sapi lokal susu nabati dan susu impor. 2. Alternatif-alternatif strategi yang dirumuskan dalam penelitian ini adalahmemberikan dorongan kepada koperasi untuk mengembangkan unit usaha diversifikasi susu,meningkatkan kegiatan promosi bersama pentingnya konsumsi susu sehat, pemantapan sistem manajemen pemasaran susu dan turunannya untuk memenuhi permintaan konsumen lokal dan dunia, manajemen Hijauan Makanan Ternak HMT dengan model integrasi tanaman - ternak, pembuatan HMT dalam bentuk basah silase atau padat kering hay dibawah koordinasi koperasi, membangun dan mengembangkan unit pasca panen pengolahan susu yang dikelola langsung oleh koperasi, pemberian subsidi input dan output,peningkatan posisi tawar koperasi susu melalui dukungan dan kebijakan pemerintah yang mampu menempatkan posisi tawar koperasi lebih seimbang dengan posisi IPS sebagai pembeli utama susu segar produksi dari koperasi susu, peningkatan usahaunit pengolahan susu skala menengah sebagai alternatif selain IPS.

5.2. Saran

Pengembangan agribisnis sapi perah di Jawa Timur hendaknya tidak saja menitikberatkan pada besarnya produksi susu yang dihasilkan tetapi harus mulai juga memperhatikan ketersediaan pakan baik konsentrat maupun hijauan khususnya di saat musim kemarau dan pasar alternatif untuk susu peternak.Pemanfaatan lahan perhutani untuk penyediaan hijauan bisa dilakukan secara berkelompok mengingat telah terbentuk kelompok-kelompok peternak anggota koperasi di daerah penelitian. Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012 291 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2011. Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Subsektor Tahun 2004 – 2009. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Chevny, Adam. 2011. Jawa Timur kekurangan sapi perah. http:www.bisnis.com- articlesjawa-timur-kekurangan-sapi-perah. Diakses 15 Mei 2012. David, F.R. 2006. Strategic Management. Edisi 10. Salemba Empat, Jakarta. Direktorat Jenderal Peternakan [Ditjennak]. 2010. Statistik Peternakan 2010. Kementerian Pertanian. Jakarta. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. 2011. Statistik Produksi Ternak Jawa Timur. http:disnak.jatimprov.go.idwebstatistik_produksi_detail.php. Diakses 14 MeI 2012. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang. 2007. Laporan Tahunan 2007. Dinas Peternakan dam Kesehatan Kabupaten Malang, Malang. ________________________________________________. 2008. Laporan Tahunan 2008. Dinas Peternakan dam Kesehatan Kabupaten Malang, Malang. ________________________________________________. 2009. Laporan Tahunan 2009. Dinas Peternakan dam Kesehatan Kabupaten Malang, Malang. ________________________________________________. 2010. Laporan Tahunan 2010. Dinas Peternakan dam Kesehatan Kabupaten Malang, Malang. ________________________________________________. 2011. Laporan Tahunan 2011. Dinas Peternakan dam Kesehatan Kabupaten Malang, Malang. Heriyanto. 2009. Analisis Pendapatan dan Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah di Tingkat Peternak Kasus Anggota Koperasi Serba Usaha ‘Karya Nugraha’ Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ismanto, Nur. 2005. Strategi Penyehatan Keuangan Koperasi Susu Anggota Gabungan Koperasi Susu Indonesia Derah Jawa Timur.[Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Iwantono, Sutrisno. 2007. Konsentrasi Industri dan Pasar Tidak Sempurna di Sektor Pertanian.http:www.perhepi.orgimagesstoriespublikasikonpernas- sutrisno.pdf. Diakses 15 Mei 2012. Kementerian Perindustrian. 2009. Roadmap Industri Susu. Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia. Kementerian Perindustrian, Jakarta. Mastuti, S dan NN Hidayat. 2011. Peranan Tenaga Kerja Perempuan dalam Usaha Ternak Sapi Perah di Kabupaten Banyumas. Animal Production, 111: 40 ‐47