16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 KANDUNGAN AMILOSA PADA PATI PALMA
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa yang terdiri atas dua fraksi, yaitu amilosa dan amilopektin. Selain kedua fraksi tersebut terdapat juga bahan antara yang menyusun pati,
yaitu protein dan lemak. Komponen protein dan lemak serta bahan antara lainnya ini terdapat berkisar 5-10 Banks et al. 1975.
Pati yang digunakan terdiri atas tujuh pati palma yang berasal dari Balai Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado, yaitu pati sagu rumbia Metroxylon sp., sagu komersial Metroxylon sagoo,
Caryota mitis, aren Arenga pinnata, serta sagu baruk 1,2, dan 3 Arenga microcarpa. Untuk pati
sagu baruk dibedakan menjadi tiga kode karena adanya perbedaan sumber pohon sagu baruk, tekstur dan penampakan fisik, serta penggunaannya. Untuk sagu baruk 1 memiliki tekstur agak halus dengan
warna putih bersih, sagu baruk 2 memiliki tekstur yang lebih kasar dan berwana kecoklatan, sedangkan sagu baruk 3 merupakan pati yang sudah diperdagangkan dengan tekstur yang paling halus
yang berwarna putih. Oleh karena itu, nilai derajat polimerisasi awal untuk masing-masing pati palma akan menghasilkan nilai yang berbeda-beda.
Pada tahap awal penelitian dilakukan penentuan kadar amilosa pati palma yang digunakan. Ketujuh pati palma dikarakterisasi kandungan amilosa dan amilopektinnya untuk mengetahui tipe
pati. Adapun nilai amilosa dan amilopektin masing-masing pati palma disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan data tersebut pati palma yang digunakan memiliki kandungan amilosa berkisar antara
20,1-26,7 dengan kandungan amilopektin antara 73,3-79,9. Hasil ini menunjukkan bahwa ketujuh pati palma memiliki rasio amilosa dan amilopektin 15-25 : 75-85 artinya pati palma yang digunakan
termasuk tipe pati normal.
Tabel 7. Rasio amilosa dan amilopektin pada pati palma
Jenis Pati Amilosa
Amilopektin
Sagu baruk 1 23,2
76,8 Sagu baruk 2
25,8 74,2
Sagu baruk 3 23,7
76,3 Sagu rumbia
26,7 73,3
Sagu komersial 21,8
78,2 Aren
20,1 79,9
Caryota mitis 20,6 79,4
Keragaman jumlah amilosa dan amilopektin yang menyusun tiap pati akan mempengaruhi kerja enzim hidrolase yang digunakan. Semakin tinggi kandungan amilosanya, maka rantai lurus yang
dimiliki pati semakin banyak sehingga lebih memudahkan enzim hidrolase, seperti β-amilase dalam
menghidrolisis substrat pati. Berdasarkan data tersebut pati sagu rumbia memiliki kandungan
17 amilosa paling tinggi, yaitu 26,67. Oleh karena itu, pati tersebut akan lebih mudah dihidrolisis
dibandingkan pati palma lainnya. Sebaliknya, pati aren dan Caryota mitis memiliki kandungan amilosa paling rendah, yaitu 20,04 sehingga akan lebih lambat dihidrolisis terutama oleh enzim
β- amilase. Hal ini didukung oleh pendapat Said 2008 yang mengatakan bahwa laju hidrolisis oleh
enzim amilase akan lebih cepat terjadi pada rantai lurus amilosa jika dibandingkan pada rantai bercabang amilopektin sehingga semakin banyak rantai lurus pada suatu polisakarida, maka semakin
cepat laju hidrolisisnya. Pada proses hidrolisis, enzim yang digunakan bersifat spesifik dan hanya memutus ikatan-
ikatan pada rantai amilosa dan amilopektin. Oleh karena itu, perlu dilakukan persiapan pati sebelum dihidrolisis berupa proses pemurnian pati. Pemurnian pati bertujuan menghilangkan sejumlah
komponen minor pada pati, seperti lemak, protein, dan air untuk mempermudah proses hidrolisis karena enzim dapat langsung memutus rantai glukosidik pada amilosa dan amilopektin. Pemurnian
pati terdiri atas dua tahapan, yaitu penghilangan komponen protein dan lemak. Penghilangan komponen protein atau disebut deproteinisasi menggunakan metode denaturasi.
Protein yang terkandung dalam suatu bahan dapat terdenaturasi pada suhu ataupun pH tinggi. Oleh karena itu, pada penelitian ini penghilangan protein pada pati palma dilakukan dengan penambahan
larutan alkali kuat, yaitu NaOH disertai pemisahan dengan metode sentrifugasi. Protein yang telah terdenaturasi akan dipisahkan dengan proses pencucian dengan air. Untuk penghilangan komponen
lemak defatting menggunakan penambahan larutan kimia untuk menghilangan internal lipid yang membentuk kompleks dengan amilosa dan ekstenal lipid yang menyelimuti granula pati.
Penghilangan internal lipid pada pati palma dilakukan dengan penambahan larutan DMSO Dimetil Sulfoksida disertai pengadukan dengan shaker pada suhu 37
o
C. Selanjutnya penambahan metanol dan disimpan pada suhu rendah T=4
o
C bertujuan untuk menghilangkan eksternal lipid pada pati palma. Lemak yang telah terangkat dan sisa lemak yang belum hilang dicuci dengan metanol dan
eter. Penambahan kedua bahan kimia tersebut juga sekaligus mengikat air yang terkandung pada pati.
4.2 HIDROLISIS ENZIMATIS PATI PALMA