Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Pinus merkusii

karbondioksida di atmosfer akan semakin banyak, dan efek rumah kaca akan semakin nyata, tetapi jika pohon kembali ditanami, maka karbondioksida akan kembali terurai dengan fotosintesis, dan kembali menjadi karbon pada jaringan tubuh tanaman, sehingga karbondioksida di atmosfer berkurang. Vegetasi yang berklorofil mampu menyerap CO 2 dari atmosfer melalui proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini antara lain disimpan dalam bentuk biomassa yang menjadikan vegetasi tumbuh menjadi makin besar atau makin tinggi. Pertumbuhan ini akan berlangsung terus sampai vegetasi tersebut secara fisiologis berhenti tumbuh atau dipanen. Secara umum hutan pada fase pertumbuhan mampu menyerap lebih banyak CO 2 daripada hutan dewasa Kyrklund 1990. Adanya hutan yang lestari, diharapkan jumlah karbon C yang disimpan akan semakin banyak dan semakin lama. Kegiatan penanaman vegetasi pada lahan yang kosong atau merehabilitasi hutan yang rusak akan membantu menyerap kelebihan CO 2 di atmosfer. Jenis vegetasi berkayu merupakan penyerap karbon yang paling tinggi. Dahlan 2004 dalam Ginoga 2004 menerangkan jenis vegetasi berkayu yang cepat tumbuh dapat menyerap karbon lebih tinggi dibandingkan vegetasi yang lama tumbuh, tetapi vegetasi yang lebih cepat tumbuh sebagian besar memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi dalam pengukuran pendugaan potensi serapan karbon yang ada dalam vegetasi itu, kebanyakan disebabkan oleh bentuk batang yang relatif kurang silindris dan akar yang meluas, sehingga metode yang digunakan dapat berbeda-beda berdasarkan jenis vegetasi tersebut. Metode pengukuran karbon merupakan hal yang penting untuk mengetahui potensi serapan karbon dalam suatu kawasan hutan, dengan memakai metode yang efektif dan benar maka potensi pengukuran karbon dapat diketahui secara tepat dan meyakinkan.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui pendugaan potensi simpanan karbon pada tegakan hutan pinus secara destruktif.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini ialah untuk memberi informasi mengenai pendugaan potensi karbon pada tegakan pinus dengan mengunakan metode destruktif. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pinus merkusii

Tusam atau pinus adalah sebutan bagi tumbuhan yang tergabung dalam marga pinus, di Indonesia penyebutan tusam atau pinus biasanya ditujukan pada tusam sumatra Pinus merkusii Jungh. Et de Vries. Manfaat pohon pinus dari segi ekonomi adalah kayu dan getahnya. Kayunya untuk berbagai keperluan seperti konstruksi ringan, mebel, pulp, korek api dan sumpit, sedangkan getahnya dapat dipakai untuk membuat terpentin. Pinus merupakan pohon besar, batang lurus, silindris. Tegakan pinus normal dapat mencapai tinggi 30 m, diameter 60-80 cm. Tegakan pinus tua dapat mencapai tinggi 45 m, diameter 140 cm. Tajuk pohon muda berbentuk piramid, setelah tua lebih rata dan tersebar. Kulit pohon muda abu-abu, sesudah tua berwarna gelap, alur dalam. Daun pinus berbentuk daun jarum, terdapat 2 helai dalam satu daun, panjang 16-25 cm, berumah satu, bunga berkelamin tunggal, bunga jantan dan betina dalam satu tunas, bunga jantan berbentuk strobili, panjang 2-4 cm, terutama di bagian bawah tajuk. Kayu P. merkusii memiliki sifat-sifat yang spesifik. Sifat tersebut yaitu berat jenis sebesar 0,55 0,4 –0,75, kelas kuat III, kelas awet IV, kandungan selulosa, lignin, pentosan, abu dan silika berturut-turut 54,9; 24,3; 14; 1,1; dan 0,2 Martawijaya et al. 1989. Pinus dapat tumbuh pada jenis tanah jelek dan kurang subur, pada tanah berpasir dan berbatu, tetapi tidak tumbuh baik pada tanah becek. Jenis ini menghendaki iklim basah sampai agak kering dengan tipe curah hujan A sampai C, pada ketinggian 200 –1.700 mdpl, terkadang tumbuh di bawah 200 mdpl dan mendekati pantai Aceh Utara Martawijaya et al. 1989.

2.2 Karbon C