III. METODELOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari 2010 sampai dengan April 2010, di wilayah KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
3.2 Alat dan Bahan
Alat ukur yang digunakan di lapangan dalam penelitian ini adalah pita keliling, patok, tali rafia, meteran dan timbangan lapang. Alat bantu lapangan
yang digunakan berupa kompas, sabit, golok, alat tulis, tally sheet, kamera, sekop, peta kerja, dan kantong plastik kedap. Alat-alat yang digunakan di labolatorium
antara lain timbangan dan oven. Bahan yang digunakan adalah pohon dan tegakan pinus, dan sampel dari
bagian bagian pohon per umur yang akan dicari berat keringnya.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Metode Destruktif
Prosedur umum untuk membuat estimasi berat dari individu masing-masing pohon yang menjadi bagian dalam pemanenan biomassa destructive sampling
adalah sebagai berikut Hitchcock dan McDonnell 1979: a. Pohon ditebang dan pisahkan material yang ada sesuai dengan komponen dari
pohon tersebut; b. Setiap komponen per bagian demi bagian ditimbang;
c. Ambil sampel dari masing-masing komponen; d. Tentukan volume dari sampel dengan metode penenggelaman dalam air atau
metode lainnya optional; e. Keringkan dengan oven dan timbang masing-masing sampel;
f. Hitung total berat kering dari masing-masing bagian; g. Terapkan faktor kepadatan berat basah dan berat kering untuk setiap
komponen; dan h. Jumlahkan berat masing-masing komponen menjadi berat keseluruhan pohon.
Berat basah keseluruhan pohon dan komponen-komponennya dapat dibagi atau dibedakan dengan cara ini atau melalui cara sampling. Membagi berdasarkan
kadar air dan berat kering umumya memerlukan proses laboratorium Dadun 2009.
3.3.2 Jenis Data
Data pohon yang diambil adalah tinggi pohon, diameter pohon, luas tajuk pohon, luasan cakupan akar, berat basah pohon yang terbagi dalam bagian akar,
bagian batang, bagian ranting, dan bagian daun untuk metode destruktif. Selain data pohon, diambil juga data berat basah serasah. Berat basah serasah diambil
setiap selang 10 m dengan mengunakan plot contoh 0,5×0,5 m yang diletakan berseling pada poros jalur.
3.3.3 Pengambilan data
Pengukuran karbon dilakukan dengan metode destruktif, dilakukan pada satu pohon di setiap umur pohon. Jumlah karbon total didapat dengan memasukan
semua data diameter pohon ke dalam model penduga potensi karbon yang dibuat dari data destruktif pohon contoh.
Prosedur umum untuk membuat mengukur diameter pohon adalah menukur pada ketinggian setinggi dada dbh. Pengukuran dbh dilakukan pada pohon yang
mencapai tinggi yang mencukupi, sedangkan untuk mengukur diameter anakan pengukuran diameter dilakukan dengan cara mengukur RCD Root Collar
Diameter. Pengukuran untuk pohon pinus diilustrasikan pada Gambar 1 Grift.T.E dan R.Oberti 2006.
Gambar 1 Ilustrasi pengukuran diameter anakan pinus.
50 m
0,5m x 0,5m
Jumlah plot akan ditentukan oleh luasan lahan tersebut dengan intensitas sampling sebanyak 5. Data yang diambil pada plot tersebut adalah data diameter
pohon yang akan digunakan untuk menghitung rata-rata diameter pohon dan pembuatan model penduga potensi karbon.
Pengambilan data serasah diambil setiap plot ukur. Ukuran plot yang digunakan untuk pengambilan data serasah ialah 0,5×0,5 m diletakan berselang-
seling pada poros jalur seperti berikut
Gambar 2 Ilustrasi plot ukur pohon.
3.3.4 Pengolahan data
Perhitungan biomassa pohon dilakukan dengan metode destruktif. Pohon akan dibagi menjadi empat 4 bagian yaitu daun, batang, ranting dan akar.
Bagian bagian pohon tersebut akan ditimbang berat basah dari masing masing bagian, setelah itu akan ditimbang berat keringnya, yang artinya kita harus
melakukan pengovenan di labolatorium selama 24 jam pada suhu 103±2 C.. Kadar air yang ada dalam masing masing bagian dihilangkan, sehingga
diperoleh berat kering. Perhitungan metode destruktif antara lain: 1. Perhitungan Biomassa
dimana B = Biomassa g
KA = Persentase Kadar Air BB
= Berat Basah g
20 m
Perhitungan kadar air tiap bagian dapat dilakukan dengan mengunakan rumus sebagai berikut Haygreen dan Bowyer 1986:
dimana KA = Persentase Kadar Air BK
= Berat Kering g BB
= Berat Basah g
2. Perhitungan Karbon Pohon C pohon Perhitungan jumlah karbon tersimpan dalam hutan dihitung dengan
persamaan Brown yang menyatakan bahwa 50 biomassa dari vegetasi hutan tersusun atas karbon Brown 1997. Sehingga untuk perhitungan karbon dari hasil
perhitungan biomassa dapat diubah dalam bentuk karbon tonha yaitu dengan mengalikan nilai biomassa dengan faktor konversi 0.5, dinyatakan dalam rumus
sebagai berikut:
C
pohon
= 0,5 Y
dimana C = Jumlah karbon tersimpan kgha Y = Total Biomassa kgha
3. Perhitungan Karbon Serasah C serasah Untuk perhitungan karbon serasah, dapat diperoleh dengan mengalikan
biomassa serasah dengan faktor konversi 0,4 karena kandungan karbon dalam serasah yaitu 40 Hariah et al 2001.
C
serasah
= 0,4 Y
dimana C = Jumlah karbon tersimpan kgha Y = Total Biomassa kgha
Perhitungan serapan karbon dilakukan dengan menjumlahkan hasil perhitungan total serapan karbon serasah dan total serapan karbon pada pohon
pinus. Pendugaan serapan karbon pada pohon pinus menggunakan persamaan yang didapat dari dua belas pohon contoh diambil dua pohon contoh pada setiap
umurnya. Setelah persamaan didapat, maka data diameter setiap pohon pada plot ukur dimasukan kedalam untuk mendapatkan jumlah serapan karbon setiap plot,
yang akan dikonversikan menjadi jumlah serapan karbon per hektar. Pendugaan serapan karbon pada serasah dilakukan dengan membuat rata-rata karbon dari
setiap plot sampel serasah, setelah itu dikonversi menjadi rata-rata karbon serasah setiap hektar. Dari jumlah rata-rata karbon pohon per hektar dan rata rata karbon
serasah per hektar, maka didapat jumlah rata-rata serapan karbon total per hektar yang dibagi berdasarkan tahun tanam tegakan. Secara bagan, dijelaskan pada
Gambar 3.
Gambar 3 Ilustrasi bagan alur penelitian.
Tegakan Hutan
Pinus Diameter Pohon Di
setiap plot
12 Pohon Contoh
Pendugaan Karbon serasah per hektar
Persamaan Alometrik
Pendugaan Karbon Pohon Pinus per hektar
Pendugaan Karbon Total Tegakan Pinus
per hektar
IV. KEADAAN UMUM LOKASI
4.1 Letak dan Luas
Perum Perhutani KPH Cianjur memiliki luas hutan 70.110,27 ha yang terdiri dari dua Kelas Perusahaan KP yaitu KP Jati seluas 23.486,96 ha dan KP
Pinus 46.623,31 ha. Menurut fungsinya hutan tersebut terbagi ke dalam Hutan Produksi 45.804,64 ha dan Hutan Lindung 24.305,63 ha.
Kawasan hutan yang dikelola oleh KPH Cianjur terdapat pada wilayah administratif Pemerintahan Kabupaten Cianjur seluas 69.177,80 ha 98,67,
Kabupaten Sukabumi seluas 701,17 ha 1,10 dan Kabupaten Purwakarta seluas 161,25 ha 0,23. Batas-batas kawasan hutan KPH Cianjur adalah sebagai
berikut: a. sebelah utara berbatasan dengan KPH Purwakarta dan KPH Bogor;
b. sebelah timur berbatasan dengan KPH Bandung Utara, KPH Garut, dan KPH Bandung Selatan;
c. sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia; d. sebelah barat berbatasan dengan KPH Sukabumi dan KPH Bogor;
Secara pembatasan wilayah, kawasan KPH Cianjur dibagi beberapa BKPH Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan, antara lain BKPH Cianjur, BKPH
Ciranjang Utara, BKPH Ciranjang Selatan, BKPH Gede Timur, BKPH Sukanagara Utara, BKPH Sukanagara Selatan, BKPH Tanggeung, BKPH
Cibarengkok dan BKPH Sindangbarang, penelitian ini dilakukan di BKPH Cianjur Perhutani 2010.
4.2 Kondisi Fisik, Curah Hujan, dan Tutupan Lahan