27
Dalam menetapkan responden, peneliti bekerja berdasarkan petunjuk dari pejabat Kantor Kecamatan Pamulang. Berdasarkan informasi dari Filipo Da Costa
1
selaku tim survai penduduk migran di wilayah kecamatan Pamulang, dilaporkan bahwa penduduk migran sirkuler lebih banyak tinggal di wilayah-wilayah tertentu
yang dibangun rumah-rumah petak atau kontrakan. Beberapa wilayah tersebut sebagian besar berada di wilayah perkampungan dan dalam keseharian mereka berada
di lingkungan penduduk kampung tersebut. Menurut tim survai tersebut, populasi responden yang paling besar berada di wilayah sekitar Gang Asem di wilayah
Kelurahan Pamulang Barat. Oleh karena itu strategi untuk menemukan responden dilakukan melalui kunjungan langsung ke rumah-rumah petak kontrakan di lokasi
tersebut. Disamping itu, penelusuran responden juga dilakukan pada saat mereka melakukan kegiatan usahanya di lokasi tempat bekerja, terutama pada saat mereka
tidak pada jam-jam sibuk ketika banyak pelanggan yang harus dilayaninya. Dalam penelitian ini, sektor informal yang dimaksud adalah jenis usaha dagang
kaki lima jasa penjualan makananminuman dan dalam berdagang menggunakan gerobag dan tenda sebagai alat untuk mengantisipasi kalau terjadi hujanpanas dan
menentukan luas area yang dikuasainya. Dengan demikian migran sirkuler yang dimaksud disini adalah terbatas pada gerak penduduk yang bertujuan untuk melakukan
usaha mencari penghasilan di kota wilayah Pamulang, untuk memenuhi tuntutan kebutuhan sosial ekonomi yang diharapkan rumah tangganya. Penelitian ini
menggunakan unit analisis dan pengamatan individu yang merupakan salah satu dari anggota rumah tangga migran sirkuler dan mempunyai domisili serta kegiatan usaha
sektor informal pedagang kaki lima di wilayah Kecamatan Pamulang.
3.4. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan alat bantu program SPSS, sedangkan untuk penulisan kualitatif dengan mengolah hasil wawancara baik dari
responden maupun informan. Hasil wawancara yang dituangkan dalam bentuk draft dirubah menjadi bentuk kalimat yang lebih terstruktur, untuk kemudian digunakan
sebagai suplemen dalam memberi penjelasan terhadap isi pokok bahasan dalam tesis. Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses analisa ini digunakan program ____________________________
1
adalah Pejabat yang menduduki Kepala Seksi Kependudukan dan Catatan Sipil Kantor Kecamatan Pamulang
28
SPSS yang berfungsi menyederhanakan data penelitian yang besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah untuk difahami. Analisis variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa diskriptif kuantitatif, yang menganalisa dengan menghubungkan antara satu variabel dengan variabel yang lain,
misalnya analisis komparatif atau asosiatif. Untuk mempertajam analisa pembahasan dari penelitian ini dilakukan dengan menambah informasi hasil wawancara bebas dan
mendalam terhadap pihak-pihak informan sebagai pendekatan kualitatifnya.
GH I J
I K L
M J
N
B
J O
J P
QN QN RS J
T J J
P UK V J
W J X
TJ P
Y S P
T Q
T Q
R N
I
MO J
P T
I
RSZ J N
J[ J P
Y J N Q
VJ P M
Salah satu yang menjadi acuan atau modal dasar dalam menyusun strategi pembangunan suatu wilayah adalah potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut baik
yang berupa kekayaan sumber daya alam dan lingkungan maupun potensi sumber daya manusianya. Dalam proses pembangunan, kedua aspek tersebut saling
melengkapi. Melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu wilayah tanpa didukung oleh kemampuan sumber daya manusia untuk mengolahnya, maka hasilnya
menjadi tidak optimal. Oleh karena itu sumber daya manusia yang berkualitas menjadi sesuatu yang amat penting dalam menunjang pembangunan suatu wilayah.
Sumber daya manusia yang berupa besarnya jumlah penduduk dalam suatu wilayah negara, tidak selalu memberikan kontribusi yang positif terhadap pembangunan.
Besarnya jumlah penduduk tanpa diikuti dengan tingkat kualitas yang baik acapkali justru akan menjadi beban tanggungan bagi negara tersebut. Oleh karena itu dalam
membangun suatu bangsa dan negara, sudah selayaknyalah negara ini memberikan perhatian yang lebih pada aspek yang menentukan kualitas bangsanya seperti:
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dalam skala yang lebih kecil, di era otonomi daerah OTDA, yang bertanggungjawab dan berkewajiban
memberikan perhatian terhadap pembangunan wilayahnya adalah pemerintah daerah setempat. Oleh karena itu, masyarakat dari kelompok manapun dalam suatu wilayah
berhak untuk mendapatkan perhatian dalam hal peningkatan kualitas hidupnya dari pemerintah daerah setempat.
\]] _`a bc
d a bea
F
`f `c g ea
hi jb
k el
`f
Wilayah kecamatan Pamulang merupakan bagian dari wilayah Kota Tangerang Selatan yang berada dalam wilayah Propinsi Banten. Secara geografis Kota Tangerang
Selatan terletak di bagian timur wilayah Propinsi Banten. Secara administratif Kota Tangerang Selatan terdiri dari tujuh kecamatan, 49 kelurahan dan lima desa dengan
luas wilayah 147,19 kilometer persegi. Menurut Kabupaten Tangerang Dalam
Angka Tahun 20072008 , luas wilayah kecamatan-kecamatan yang berada di Kota Tangerang Selatan yang kemudian diambil sebagai luas wilayah Kota Tangerang
Selatan adalah sebesar 150,78 kilometer persegi, sedangkan menurut Kompilasi
Data untuk Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Tangerang
mn
Selatan adalah sebesar 147,19 kilometer persegi dengan rincian luas kecamatan
masing-masing yang berbeda pula. Semula seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan wilayah yang
berstatus perdesaan dan masuk dalam wilayah Kabupaten Tangerang. Perubahan
-Gambar 4.1. Peta Lokasi Kecamatan Pamulang, 2012
status wilayah dari perdesaan menjadi perkotaan terjadi ketika wilayah Tangerang Selatan memisahkan diri dari Kabupaten Tangerang menjadi Kota Tangerang Selatan.
Kota Tangerang Selatan yang sering disebut Tangsel, dibentuk berdasarkan UU No. 322007 tanggal 29 Oktober 2008, yang wilayahnya meliputi Kecamatan Ciputat,
Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara dan Setu. Pada Gambar 4.1. menunjukkan bahwa wilayah kecamatan Pamulang merupakan wilayah
yang terletak di bagian paling timur dari wilayah Kota Tangerang Selatan sebelumnya merupakan bagian wilayah Kabupaten Tangerang.
Secara geografis, wilayah kecamatan Pamulang di sebelah timur berbatasan dengan wilayah DKI Jakarta dan kota Depok, sebelah selatan berbatasan dengan
wilayah kota Depok, sebelah barat berbatasan dengan wilayah kota kecamatan Setu dan Serpong, sedangkan di wilayah utara berbatasan dengan wilayah Kecamatan
Ciputat dan Ciputat Timur. Sebagian besar wilayah kecamatan Pamulang dipadati oleh komplek-komplek
perumahan penduduk yang dibangun oleh para pengembangdeveloper, dan oleh masyarakat lokal setempat sering disebut wilayah perkotaan. Selebihnya merupakan
wilayah-wilayah yang sebagian besar dihuni oleh penduduk pribumi yaitu penduduk
opq r sr tuv
rq pw x
rw y
p z
r w y
{ rw
s |
qr x
rw y
p z
r w y
} p
~ r
q rw
Kab. Bogor Depok
Kec. Pamulang
yang mempunyai nenek moyang yang lahir dan dibesarkan di wilayah itu yang masyarakat
pada umumnya menyebut
wilayah tersebut sebagai
wilayah perkampungan.
Wilayah kecamatan Pamulang merupakan wilayah yang sangat strategis. Dari sisi akses jalan baik menuju ibukota negara Jakarta, kota Bogor dan ibukota propinsi
Banten yaitu Serang, dihubungkan dengan jalan raya yang dapat dilalui kendaraan besar seperti mobil, bus, truk. Namun demikian permasalahan akses ke kota-kota
tersebut menjadi semakin besar, ketika pada jam-jam tertentu jumlahvolume arus kendaraan menjadi penyebab terjadinya kemacetan lalu lintas. Hal ini disebabkan oleh
besarnya pertumbuhan penduduk dan jumlah kendaraan yang sangat pesat tidak sebanding dengan pertumbuhan panjang dan lebar ruas jalan raya.
Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan ada beberapa hal yang dapat diindikasikan bahwa wilayah kecamatan Pamulang sedang mengalami proses
transformasi dan dinamika sosial yang pesat. 1 Tingginya mobilitas sirkuler penduduk yang nglaju setiap hari dari wilayah di sekitar pinggiran ibukota Jakarta
termasuk Pamulang yang bekerja menuju ibukota Jakarta. Hal ini ditandai dengan padatnya arus kendaraan yang bergerak setiap hari dari wilayah di sekitar pinggiran
kota Jakarta menuju kota Jakarta pada pagi hari dan arus balik dari Jakarta menuju wilayah di sekitar pinggiran kota Jakarta pada sore hari, baik kendaraan roda dua
motor maupun roda empat mobil. 2 Pertumbuhan permukiman baru yang sangat pesat. Munculnya komplek-komplek perumahan baru telah mengakibatkan tingginya
tingkat pertumbuhan pemukiman di wilayah kecamatan Pamulang. Sejak sepuluh tahun terakhir jumlah komplek perumahan baru telah bertambah puluhan komplek
yang rata-rata telah habis terjual dan dihuni oleh keluarga migran. Beberapa contoh komplek permukiman baru antara lain: Komplek Perumahan Pamulang Estate,
Komplek Villa Inti Persada, Perumahan Sasmitajaya, Perumahan Pamulang Elok, Perumahan Villa Dago, Perumahan Bukit Modern, dan Perumahan Gardenia. 3
Tingginya pertumbuhan kebutuhan akan infrastruktur dan fasilitas pelayanan sosial. Misalnya: munculnya beberapa rumahsakit atau klinik kesehatan yang baru dan selalu
dipenuhi oleh pelanggan, serta pertumbuhan lembaga pendidikan formal baik dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi yang selalu dipenuhi peserta didik dan
mahasiswa. 4 Pertumbuhan kegiatan usaha profit baik skala besar maupun skala kecil. Pada skala besar usaha tersebut membutuhkan fasilitas dan modal usaha yang
besar, sedangkan skala kecil hanya membutuhkan modal usaha yang kecil. Untuk kegiatan usaha skala besar misalnya dalam bentuk menjamurnya swalayan Indomart,
Alfamart, Superindo, Giant, Carrefour dsb. Kegiatan usaha kecil dapat berupa pelaku usaha sektor informal seperti pedagang kaki lima yang pada umumnya dilakukan oleh
para migran sirkuler.
¡ ¢
£¡ ¤
¥ ¦
Wilayah kecamatan Pamulang, meskipun secara administratif termasuk bagian dari wilayah propinsi Banten, namun secara geografis letaknya lebih dekat dengan
propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta daripada ibukota propinsi Banten. Jarak pusat kota kecamatan Pamulang dengan perbatasan wilayah Jakarta hanya sekitar 8 km,
sedangkan dengan kota Serang sebagai ibukota propinsi Banten mencapai sekitar 90 km. Letak geografis ini secara tidak langsung mempunyai dampak yang sangat besar
terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat di wilayah kecamatan Pamulang.
Wilayah kecamatan Pamulang merupakan bagian dari wilayah penyangga ibukota Jakarta. Setidaknya ibukota Jakarta sebagai sentral kegiatan ekonomi, sosial,
budaya dan pusat pemerintahan, menjadi suatu daya tarik tersendiri bagi penduduk di luar DKI Jakarta yang ingin mengadu nasib untuk memperbaiki kehidupannya.
Demikian proses ini berjalan dari waktu ke waktu hingga DKI Jakarta tidak mampu lagi memberikan tempat untuk bermukim dan berlindung bagi penduduk migran
tersebut. Sebagai dampak dari fenomena sosial ini, maka wilayah-wilayah pinggiran kota Jakarta menjadi penyangga ibukota Jakarta.
Akibat dari kondisi sosial tersebut, maka menjadi suatu kenyataan bahwa luberan penduduk telah mengakibatkan pertumbuhan penduduk di wilayah pinggiran
Jakarta pada umumnya menjadi sangat tinggi. Kondisi ini terjadi di wilayah kecamatan Pamulang dan wilayah-wilayah kecamatan lainnya di Kota Tangerang
Selatan. Gambaran umum jumlah, tingkat kepadatan dan pertumbuhan penduduk di wilayah Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Kecamatan Pamulang
merupakan wilayah yang berpenduduk terbanyak ke-2 setelah Kecamatan Pondok Aren. Tingkat kepadatan penduduknya, wilayah Kecamatan Pamulang menduduki
urutan ke-4 setelah wilayah Ciputat Timur, Pondok Aren dan Ciputat. Angka pertumbuhan penduduknya, di setiap wilayah kecamatan Kota Tangerang Selatan
menujukkan angka yang lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk nasional. Angka pertumbuhan penduduk nasional tahun 2010 sebesar 1,49 persen BPS, 2010.
§§
Tabel 4.1. Gambaran Umum Penduduk tidak termasuk migran sirkuler Kota Tangerang Selatan, 2010
No Kecamatan
Jumlah Penduduk Luas
Wilayah km2
Kepadatan Penduduk
jiwakm2 Distri-
busi Pertum-
buhan Laki-laki
Perem- puan
Jumlah 1
2 3
4 5
6 7
8 9
1 Setu
33.260 31.725
64.985 15,61
4.163 4,99
4,90 2
Serpong 68.129
69.269 137.398
24,87 5.525
10,54 5,52
3 Pamulang
146.141 142.370
288.511 27,66
10.431 22,13
4,19 4
Ciputat 99.387
96.513 195.900
18,54 10.566
15,03 4,53
5 Ciputat Timur
93.057 90.273
183.330 16,42
11.165 14,06
3,80 6
Pondok Aren 155.838
151.316 307.154
28,83 10.654
23,56 5,05
7 Serpong Utara
62.889 63.402
126.291 18,85
6.700 9,69
6,32 Jumlah
658.701 644.868
1.303.56 9
150,78 8.646
100,00 -
Pertumbuhan 2000-2010 Sumber : BPS Kabupaten Tangerang, 2011
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa besarnya jumlah dan angka pertumbuhan penduduk di wilayah Kota Tangerang Selatan termasuk kecamatan Pamulang
memberikan gambaran bahwa setidaknya wilayah tersebut merupakan wilayah yang dinamis dan sedang mengalami perubahan sosial yang sangat pesat. Dinamika sosial
yang terjadi di wilayah Pamulang, memberikan peringatan dan tantangan kepada pemerintah daerah setempat, agar dilakukan upaya pengelolaan dan penataan wilayah
yang berwawasan lingkungan. Pengelolaan yang berwawasan lingkungan ini sangat penting agar seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan kota, tetap
tidak terjadi kerusakan lingkungan yang menyebabkan kerugian bagi manusia terutama yang bermukim di wilayah tersebut.
Di sisi yang berbeda, jumlah dan dinamika penduduk yang tinggi memberikan cerminan bahwa di wilayah tersebut sangat berpotensi dan memberikan peluang yang
amat besar bagi setiap manusia untuk melakukan kegiatan usaha yang merupakan mata pencaharian sebagai bagian dari mempertahankan kehidupannya. Oleh karena
itu, menjadi wajar ketika di daerah padat penduduk kemudian bermunculan orang- orang sebagai migran yang berspekulasi menekuni hidupnya di sektor informal.
¨©ª© «¬ ®¯
° ®±
B
° ² ± ³ ±
´ ±µ ³
± ¶ ±¯ ± ·
Sebagaimana halnya masyarakat sekitar pinggiran kota Jakarta lainnya, masyarakat di wilayah kecamatan Pamulang mempunyai ciri dan corak budaya yang
hampir sama. Dalam struktur masyarakat yang heterogen akibat masuknya individu- individu dari masyarakat luar daerah yang berbeda-beda secara tidak langsung akan
mempengaruhi perilaku budaya masyarakat di wilayah kecamatan Pamulang.
¸¹
Dari hasil wawancara terhadap beberapa tokoh masyarakat pribumi, diperoleh penjelasan bahwa sekitar duapuluh tahun yang lalu, ketika wilayah Pamulang masih
didominasi oleh penduduk pribumi, sebagian besar aktifitas mata pencaharian masyarakatnya sebagai pedagang kecil atau bekerja di sektor pertanian. Namun ketika
banyak penduduk dari luar daerah berpindah menjadi migran di wilayah Pamulang, maka wilayah Pamulang ini mengalami perubahan yang sangat pesat pada berbagai
aspek tidak terkecuali pada aspek budaya dan mata pencaharian penduduk masyarakatnya. Dengan semakin pesatnya pembangunan baik secara fisik maupun
non fisik di wilayah ini, berakibat semakin besar pula jenis peluang kerja dan usaha yang dapat dilakukan oleh penduduk sebagai mata pencaharian masyarakat.
Terbukanya sektor jasa yang semakin luas, berakibat pada semakin besarnya peluang pekerjaan di sektor tersebut. Sebagai contoh, banyaknya masyarakat yang
beralih profesi dari petani atau pedagang ketika menjalani kehidupan sebagai masyarakat desa kemudian setelah wilayah ini berubah menjadi kota, mereka beralih
di sektor jasa layanan transportasi seperti sopir angkutan umum, tukang ojek, cuci motormobil, jasa pengiriman dan sebagainya. Dengan demikian, terjadinya
pembangunan infra struktur dan perubahan pola perilaku mata pencaharian masyarakat, secara tidak langsung hal ini membentuk karakteristik budaya baru dalam
suatu masyarakat. Pada aspek budaya yang lain, pola dan perilaku kehidupan masyarakat
pendatang migran, acapkali menjadi faktor yang mempengaruhi pola dan perilaku pada masyarakat pribumi. Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat Betawi Nsd, 52
tahun, menunjukkan bahwa terdapat persepsi publik terhadap masyarakat pendatang khususnya dari masyarakat Jawa yang dimaksud masyarakat yang bahasa ibu
menggunakan bahasa Jawa, sebagai masyarakat yang mempunyai sifat-sifat tekun dan ulet, pekerja keras, berani hidup prihatin dan mandiri, toleran, dan gemi tidak
boros. Sifat-sifat inilah yang kemudian banyak ditiru sebagian masyarakat pribumi Betawi. Tidak sedikit masyarakat pribumi yang berhasil dalam kehidupan sosial
ekonominya, ketika mereka mengadopsi pola dan perilaku kehidupan budaya masyarakat pendatang khususnya masyarakat Jawa.
Menurut Castles dalam Koentjaraningrat 1984, orientasi kearah agama Islam yang amat kuat dalam kehidupan sehari-hari orang Jakarta asli, juga merupakan suatu
faktor yang menghalangi keinginan mereka untuk bersekolah. Sekolah mereka hubungkan dengan cara hidup orang Kristen Belanda atau orang Cina, yang dalam
hati sanubari mereka tak disukai. Disisi lain, pengaruh dari guru-guru mengaji
º»
mendorong mereka untuk memilih belajar mengaji atau masuk pesantren atau madrasah dan tidak pergi ke sekolah orang Kristen. Kondisi sosial budaya masyarakat
Jakarta asli dengan sebutan Betawi nampaknya tersebar secara meluas. Seperti halnya masyarakat pribumi di Pamulang, pada umumnya orang tua dari anak-anak Betawi
mempunyai kecenderungan lebih memprioritaskan kegiatan mengaji daripada pendidikan formal di sekolah.
Oleh karena itu dengan masuknya masyarakat pendatang dari luar daerah akan mampu mendorong dan memotivasi masyarakat pribumi melakukan perubahan pola
dan budaya kehidupannya dan menyadari bahwa hidup membutuhkan suatu perjuangan yang harus diperjuangkan. Bagi masyarakat pribumi pada umumnya,
masuknya budaya baru dari luar daerah dianggap menambah warna budaya di wilayah sekitar pinggiran Jakarta. Mereka tidak mempertentangkan masuknya budaya luar.
Beberapa kelompok masyarakat pribumi menganggap bahwa budaya baru sebagai bentuk budaya yang perlu dipelajari dan bahkan ditiru, terutama budaya-budaya
masyarakat pendatang yang dianggap positif, seperti cara hidup yang ulet, tidak boros, pekerja keras, berfikir dan bekerja untuk masa depan.
Pada sisi budaya yang lain, tidak sedikit masyarakat pribumi yang masih mempertahankan dan memelihara kebudayaan asli daerahnya. Dalam kegiatan
upacara-upacara tradisional keagamaan misalnya: upacara perkawinan, pelaksanaan adat masih sangat dipertahankan. Dalam mempertahankan tradisinya ini, misalnya
upacara pernikahan seringkali mengabaikan hal-hal yang diluar kemampuannya. Ada pepatah masyarakat pribumi Betawi yang mengatakan
Biar Tekor Asal Nyohor . Kalimat ini mengandung makna bahwa misalnya dalam menyelenggarakan upacara
pernikahan, biarpun rugi harta yang penting tersanjung dan populer. Setelah selesai upacara pernikahan tidak jarang keluarga menanggung hutang untuk biaya pernikahan
tersebut. Pada akhirnya harta kekayaan yang pada umumnya berupa tanah terpaksa harus dijual.
¼½¼½ ¾¿À¿
Á Â
Ã Ä Å Ä Å Æ
ÇÈÉÊ ¿ Ã
Ä È Á
¿ Ë Å Ì ¿
à É
Pada umumnya data-data migrasi penduduk yang menggambarkan besar kecilnya pertumbuhan penduduk migran dari waktu ke waktu dalam suatu wilayah
kecamatan apalagi di tingkat kabupaten atau kota sangat sulit ditemukan. Kondisi ini tidak lepas dari lemahnya sistem administrasi dan pendataan penduduk di suatu
wilayah yang kurang akurat. Pengawasan terhadap keluar masuknya penduduk migran dalam suatu wilayah seringkali tidak terdata dengan baik. Migran seringkali sengaja
Í
6
tidak melakukan lapor diri di wilayah Rukun Tetangga RT. Andaikatapun lapor, seringkali pihak Ketua RT kurang responsif untuk kemudian segera melaporkan data
tersebut di tingkat pemerintahan di atasnya. Keadaan seperti inilah yang kemudian menyebabkan data migrasi penduduk di tingkat kelurahan dan kecamatan menjadi
tidak lengkap dan akurat. Demikian pula sepertinya kondisi ini juga terjadi di kecamatan Pamulang.
Meskipun data migrasi secara berkala di wilayah kecamatan Pamulang sulit ditemukan, namun dapat dipastikan bahwa penduduk migran yang masuk ke wilayah
Pamulang cukup besar. Beberapa hal yang dapat mengindikasikan bahwa telah terjadi proses migrasi penduduk dari luar daerah yang memasuki wilayah kecamatan
Pamulang antara lain adalah 1 tingginya angka pertumbuhan penduduk di wilayah kecamatan Pamulang pada tahun 2000-2010 yaitu sebesar 4,19 persen tersaji pada
Tabel4.1., 2 tingginya pertumbuhan rumah kontrakan hasil pengamatan di lapangan yang pada umumnya dihuni oleh masyarakat pendatang, 3 besarnya
jumlah pekerja sektor informal seperti pedagang keliling hasil pengamatan di lapangan yang pada umumnya dilakukan oleh masyarakat pendatang dari luar daerah.
Setidaknya dengan tiga hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwa di wilayah kecamatan Pamulang sedang terjadi proses dan dinamika penduduk yang sangat pesat.
Tingginya migran sirkuler masuk di wilayah Pamulang juga diindikasikan oleh angka- angka yang diperoleh dari data survai yang dilakukan oleh Sie Pemerintahan, Kantor
Kecamatan Pamulang. Hasil survai yang dilakukan pada bulan September tahun 2011 pasca Idul Fitri 1432 H, menunjukkan bahwa jumlah penduduk migran sirkuler baru
sangat besar jika dibandingkan jumlah penduduk migran sirkuler secara keseluruhan pada tahun yang sama.
Sebagai contoh, Tabel 4.2. menunjukkan bahwa penduduk migran sirkuler baru yang masuk wilayah kelurahan Pamulang Barat pada pasca Idul Fitri 1432 H di bulan
September 2011 sebanyak 98 orang, sedangkan penduduk migran sirkuler yang masuk selama tahun 2011 sampai bulan September sebanyak 152 orang. Ini berarti bahwa
angka pertambahan penduduk migran sirkuler pada pasca Idul Fitri 1432 H mencapai angka 181 persen.
Filipo Da Cost a
1
selaku tim survai penduduk migran sirkuler di wilayah _________________________
1
Ketua Tim Survai penduduk migran sirkuler di wilayah kecamatan Pamulang dan yang bersangkutan menjadi Pejabat Kasi Dukcapil Kecamatan Pamulang.
37
Tabel 4.2. Daftar Penduduk Migran Baru Yang Masuk ke Wilayah Kelurahan di Kecamatan Pamulang Pasca Hari Raya Idul Fitri Tahun 2011
No Kelurahan
Laki-laki Perempuan
Jumlah 1
Pamulang Barat 60
38 98
17.22 2
Pamulang Timur 33
26 59
10.37 3
Kedaung 56
40 96
16.87 4
Bambu Apus 18
14 32
5.62 5
Pondok Cabe Udik 45
42 86
15.11 6
Pondok Cabe Ilir 47
45 92
16.17 7
Benda Baru 27
22 49
8.61 8
Pondok Benda 30
27 57
10.02 Jumlah
316 253
569 100,00
Sumber : Kantor Kecamatan Pamulang, September 2011.
kecamatan Pamulang menjelaskan bahwa tingginya angka pertambahan penduduk migran sirkuler di wilayah ini karena adanya perubahan status administrasi wilayah
Pamulang sejak tahun 2008 dari bagian wilayah Kabupaten Tangerang menjadi wilayah baru yaitu Kota Tangerang Selatan. Perubahan wilayah menjadi bentuk
pemerintahan baru setidaknya memberikan banyaknya peluang pekerjaan baru. Menurut Filipo Da Costa, di samping peluang kerja di lembaga pemerintahan, di
sektor swasta juga memberikan peluang kerja yang sangat besar. Beberapa yang disebutkannya merupakan peluang di sektor informal antara lain adalah peluang kerja
pada bidang jasa advertising, transportasi, restoran, bengkel, usaha dagang, sales, pedagang keliling kaki lima.
Keberhasilan para migran sirkuler yang datang pada waktu-waktu sebelumnya merupakan kunci yang mempengaruhi besarnya angka penduduk migran sirkuler di
wilayah ini. Jika sebelumnya yang menjadi penduduk migran adalah para suami, maka tahap berikutnya mereka akan mengajak isteri, anak, saudara dan bahkan teman-teman
sekampungnya. Data pada Tabel 4.3. memberikan gambaran bahwa penduduk migran yang
terjadi di wilayah kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Pamulang ada kecenderungan semakin jauh daerah asal migran, proporsinya semakin kecil. Hal ini
sesuai dengan teori E.G. Ravenstain dalam Munir 1981, bahwa semakin jauh jarak antara daerah asal dengan daerah tujuan menunjukkan kecenderungan volume migran
yang semakin kecil. Sebagai contoh membandingkan antara besarnya jumlah migran dari Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, dimana Jawa Barat sebesar 32,89 persen, Jawa
38
Tabel 4.3. Data Penduduk Migran Sirkuler Yang Masuk di Wilayah Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Tahun
2011 sd. bulan September 2011.
No Wilayah
Jumlah Migran
Imigran
1 DKI Jakarta
ÎÏ Ð ÎÑÒ Î
2 Jawa Barat
Ï Ò
Î Ð Ñ
8
Ó
Depok 9
- Bogor
8 -
Tasikmalaya 7
- Ciamis
6 -
Bekasi 5
- Indramayu
4 -
Cirebon 3
- Cianjur
3 -
Garut 3
- Bandung
1 -
Sukabumi 1
- 3
Jawa Tengah
Î
8
ÐÏ ÑÒ Ò
Tegal 13
- Cilacap
5 -
Pekalongan 5
- Banyumas
3 -
Purbalingga 3
- Brebes
2 -
Kulon Progo 2
- Wonogiri
2 -
Kebumen 2
- Demak
1 -
4 Jawa Timur
Ô ÐÑ ÕÎ
Ngawi 3
- Blitar
1 -
5 Banten
ÖÏ Ó
Ñ
8
×
Tangerang 9
- Pandeglang
5 -
Serang 1
- 6
Luar Jawa
Ö Ò ÕÑ Ï
8
Riau 4
- Sumatera Utara
2 -
Jambi 2
- Lampung
1 -
Nusa Tenggara Timur NTT 1
-
Ø ÙÚ Û ÜÝ
ÖÏÐ Ö ÒÒ
Ñ ÒÒ
Sumber : Data Sekunder Kantor Kecamatan Pamulang, 2011
Tengah sebesar 25,00 persen dan Jawa Timur yang letaknya paling jauh angkanya paling kecil yaitu sebesar 2,63 persen. Demikian juga di Jawa Barat, migran daerah
asal dari Depok dan Bogor yang letaknya lebih dekat dengan wilayah Pamulang Barat menunjukkan angka yang lebih besar dari wilayah-wilayah lainnya seperti Sukabumi,
Cianjur, Bandung, Garut, Cirebon, Indramayu, Bekasi, Ciamis dan Tasikmalaya. Dikaitkan dengan penelitian ini, maka gambaran umum keadaan wilayah
Kecamatan Pamulang, dapat memberikan informasi yang meyakinkan bahwa data kependudukan yang berupa jumlah, kepadatan dan pertumbuhan penduduk yang
39
sangat tinggi menunjukkan bahwa telah terjadi dinamika penduduk yang sangat tinggi di wilayah kecamatan Pamulang. Dinamika penduduk yang ditandai dengan tingginya
angka pertumbuhan mengindikasikan bahwa di wilayah tersebut terjadi aktivitas dan transaksi ekonomi yang tinggi. Hal ini merupakan magnet yang kuat dan menjadi daya
tarik bagi para migran sirkuler, dengan harapan sebagian dari aktivitas dan transaksi ekonomi masyarakat dapat terjadi pula pada masyarakat migran sirkuler. Inilah yang
peneliti menduga bahwa tumbuhnya migran sirkuler di wilayah Pamulang karena adanya secercah harapan untuk mengais kehidupan.
BAB V KARAKTERISTIK MIGRAN
DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI MIGRAN SIRKULER
Þ
ab ini
ß
pada bagian awal akan disajikan tentang gambaran umum karakteristik migran sirkuler
à
ang diambil dari data responden penelitian ini
á â
arakteristik migran sirkuler amat perlu diketahui untuk memberikan penjelasan kepada para pembaca
ß
agar mampu memahami latar belakang secara rasionalitas terhadap responden hingga kemudian mengambil keputusan untuk menjadi migran
sirkuler
á Þ
eberapa karakteristik migran
à
ang akan disajikan dalam penelitian ini antara lain
ã
umur migran
ß
tingkat pendidikan migran
ß
status perkawinan migran
ß
pendapatan migran
á ä
isi lain
à
ang akan dikaji dari migran adalah pengalaman migran
ß
pandangan migran terhadap kota
ß
daerah asal migran
ß
motivasi dan pandangan migran terhadap migrasi
á å
ada bagian berikutn
à
a
ß
bab ini akan memberikan penjelasan tentang bagaimana proses pengambilan keputusan untuk menjadi migran sirkuler
á ä
eperti telah disebutkan pada
Þ
ab
ææ
di atas oleh
ç
ee
èéêêëß
bahwa ada
ì
empat faktor penting
à
ang mempengaruhi seseorang atau individu mengambil keputusan untuk melakukan migrasi
á íî
pat faktor tersebut adalah
èë
faktor
ï
faktor
à
ang terdapat di daerah asal
ß ð
ë
faktor
ï
faktor
à
ang terdapat di daerah tujuan
ß ñ
ë
rintangan
ï
rintangan atau kendala
à
ang menghambat
ß òó
n
ì ë
faktor individu
à
ang bersifat pribadi
á
5.1. Karakteristik Migran