Karya Dalam Bentuk Elektronik Kebijakan Pengembangan Koleksi

dalam bentuk lain seperti rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar dan sebagainya. Istilah lain yang dipakai untuk bahan pustaka ini adalah bahan non buku, ataupun bahan pandang dengar. Karya noncetak terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Rekaman suara Yaitu bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam. Sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah buku pelajaran bahasa inggris yang dikombinasikan dengan pita kaset. b. Gambar hidup dan rekaman video Gambar hidup dan rekaman suara terdiri dari film dan kaset video. Kegunaannya selain bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan. Misalnya untuk pendidikan pemakai, dalam hal ini bagaimana cara menggunakan perpustakaan. c. Bahan Grafika Ada dua tipe bahan grafika yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung misalnya lukisan, bagan, foto, gambar, teknik dan sebagainya dan yang harus dilihat dengan bantuan alat misalnya slide, transparansi, dan filmstrip.

c. Bentuk Mikro

Menurut Siregar 1999, bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan microreder. Bahan pustaka ini digolongkan tersendiri, tidak dimasukkan bahan noncetak. Hal ini disebabkan informasi yang tercakup di dalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebagainya. Ada tiga macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi perpustakaan yaitu: a. Mikrofilm, bentuk mikro dalam gulungan film. Ada beberapa ukuran film yaitu 16 mm, dan 35 mm. b. Mikrofis, bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm x 148 mm standar dan 75 mm x 125 mm. c. Microopaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak kedalam kertas yang mengkilat tidak tembus cahaya ukuran sebesar mikrofis.

d. Karya Dalam Bentuk Elektronik

Dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan ke dalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD-ROM player, dan sebagainya. Karya dalam bentuk elektronik ini biasanya disebut dengan bahan pandang dengar audio visual juga merupakan koleksi perpustakaan. Bahan pandang yang merupakan koleksi perpustakaan dengan memuat informasi yang dapat ditangkap secara Universitas Sumatera Utara bersamaan oleh indra mata dan telinga. Oleh sebab itu bahan pandang dengar merupakan media pembawa pesan yang sangat kuat untuk bisa ditangkap oleh manusia. Sedangkan menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi 2004: 38 yang termasuk ke dalam koleksi perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut 1. Buku teks, baik untuk mahasiswa maupun dosen, baik yang diwajibkan maupun yang dianjurkan untuk mata kuliah tertentu. 2. Buku referensi, termasuk buku referensi umum, referensi bidang studi kasus, alat-alat bibliografi seperti indeks, abstrak, laporan tahunan, kamus, ensiklopedia, katalog, dan lain-lain.. 3. Pengembangan ilmu, yang melengkapi dan memperkaya pengetahuan pemakai selain dari bidang studi dasar. 4. Penerbitan berkala seperti majalah, surat kabar dan lain-lain. 5. Penerbitan perguruan tinggi, baik perguruan tinggi dimana perpustakaan bernaung, maupun penerbitan perguruan tinggi lainya. 6. Penerbitan pemerintah, terutama penerbitan resmi, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut kebutuhan khusus perguruan tinggi yang bersangkutan. 7. Koleksi khusus, yang berhubungan dengan minat khusus perpustakaan, seperti koleksi tentang kebudayaan tertentu, subjek tertentu, dan sebagainya. 8. Koleksi bukan buku yang berupa koleksi audio visual film, tape, kaset, video tape, piringan hitam, dan sebagainya.

2.4 Kebijakan Pengembangan Koleksi

Kebijakan pengembangan koleksi ini sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang memuaskan, dan mampu memenuhi keperluan pemakai secara efektif dan efisien. Maka dari itu kebijakan pengembangan koleksi sebaiknya dirumuskan secara tertulis. Karena dengan adanya kebijakan ini, pada saat melakukan kegiatan pengadaan bahan pustaka akan memudahkan pustakawan untuk memilih keriteria bahan pustaka sebagai koleksi perpustakaan yang mutakhir dan mampu memenuhi semua kebutuhan pemakai. Menurut Massofa 2008, bahwa kebijakan pengembangan koleksi berfungsi sebagai: 1. Pedoman bagi para selektor untuk bekerja lebih terarah. 2. Sarana komunikasi untuk memberitahu pada para pemakai, administrator, dewan pembina dan pihak lain, apa cakupan dan ciri-ciri koleksi yang telah ada dan rencana untuk pengembangan selanjutnya. 3. Sarana perencanaan untuk membantu dalam proses alokasi dana. Universitas Sumatera Utara Menurut Sutarno 2006:153 Kebijakan kebijakan yang perlu diterapkan dalam pengembangan koleksi adalah sebagai berikut: 1. Setiap langkah kebijakan manajemen adalah untuk menjalankan strategi organisasi yang efektif dan efesien. Kebijakan tersebut harus jelas, tegas, aplikatif, dan praktis. 2. Kebijakan perpustakaan meliputi hal-hal pokok yaitu untuk menghimpun informasi, memelihara dan melestarikan semua sumber informasi; mengemas memberdayakan dan melayankan informasi, memanfaatkan seluruh aset perpustakaan, dan memberikan kesenangan dan kepuasan pemakai karena keinginannya terpenuhi dengan cepat , tepat, murah dan sederhana. 3. Kebijakan diharapkan dapat memacu dan memicu proses pembinaan dan pengembangan perpustakaan dan mampu berkompetisi dengan pusat informasi lain yang dikelola secara profesional dan lebih bernuansa infotainment. 4. Perpustakaan berusaha menjalin kerjasama dan jaringan informasi yang baik dan saling menguntungkan dengan mitra kerja , baik dengan perpustakaan lain maupun lembaga-lembaga yang mempunyai kedekatan visi dan misinya. 5. Perpustakaan terus berusaha untuk menciptakan K 5 kebersihan, keamanan, ketenangan, kenyamanan, kesenangan. Tujuannya pengunjung betah dan kerasan berlama-lama di perpuustakaan untuk membaca dan belajar atau untuk sekeda mencari hiburan. 6. Perpustakaan berusaha melakukan sosialisasi, publikasi dan promosi serta terus-menerus gar keberadaannya dikenal, dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. 7. Pepustakaan hendaknya berusaha menciptakan kesan yang baik, ules, ramah, bersifat informatif, membimbing, dan dekat dengan masyarakat. 8. Perpustakaan berusaha mengembangkan berbagai kegiatan yang melibatkan atau menfasilitasi kepentingan masyarakat, sehingga masyarakat cenderung berkunjung ke pepustakaan. Mereka nantinya akan merasa perpustaaan adalah milik masyarakat dan untuk mereka pula. 9. Dampaknya perpustakaan menjadi ramai pengunjung dan pemakai.Pada gilirannya lebih mampu melakukan proses transksi dan transformasi ilmu pengetahuan pada pemakainya. Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi 2004:44, yang perlu di pertimbangkan dalam kebijakan pengembangan koleksi antara lain: 1. Program Lembaga 2. Model Pembelajaran yang dijalankan 3. Kebutuhan Pengguna 4. Jenis Koleksi 5. Kriteria Bahan Perpustakaan 6. Jumlah Eksemplar 7. Bahasa Universitas Sumatera Utara Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kebijakan pengadaan tergantung pada beberapa hal antara lain: efektif dan efesien, model pembelajaran, profesionalisme, anggaran, tujuan dan prioritas dari organisasi, jenis pemakai dan kebutuhannya, hubungan dengan perpustakaan lain atau dokumentasi lain, kekhususan, staf perpustakaan, dan bahasa maka pengadaan bahan pustaka akan dapat disesuaikan dengan kebutuhan para penggunanya.

2.5 Seleksi Bahan Pustaka