Jumlah Polen Kelapa Sawit dan Viabilitasnya pada Tubuh Kumbang Betina Elaeidobius kamerunicus Faust.

JUMLAH POLEN KELAPA SAWIT DAN VIABILITASNYA
PADA TUBUH KUMBANG BETINA
Elaeidobius kamerunicus Faust.

EVA BRIALIN AGENGINARDI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ABSTRAK
EVA BRIALIN AGENGINARDI. Jumlah Polen Kelapa Sawit dan Viabilitasnya pada Kumbang
Betina Elaeidobius kamerunicus Faust. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan DORLY.
Salah satu faktor yang berkontribusi dalam peningkatan produksi tanaman kelapa sawit ialah
penyerbukan yang efektif oleh E. kamerunicus. Efisiensi penyerbukan oleh kumbang sangat
tergantung pada kemampuan kumbang mentransfer polen dari bunga jantan anthesis ke bunga
reseptif. Penelitian ini bertujuan mempelajari jumlah dan viabilitas polen kelapa sawit yang
menempel pada tubuh kumbang betina E. kamerunicus. Penelitian ini meliputi beberapa tahap,
yaitu pelepasan dan penghitungan jumlah polen kelapa sawit yang menempel pada tubuh

kumbang betina, penyusunan peta polen, dan pengukuran viabilitas polen. Total polen yang
menempel pada tubuh kumbang dan jumlah polen pada beberapa bagian tubuh kumbang
ditampilkan dalam tabel dan grafik batang dengan software SigmaPlot versi 11.0. Viabilitas polen
diukur dari persentase polen yang berkecambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
polen yang dibawa oleh kumbang betina E. kamerunicus ialah 1.567 butir polen. Jumlah polen
paling banyak ditemukan pada bagian sayap (elytra). Viabilitas polen yang dibawa kumbang
betina ialah 76,23 %. Rata-rata panjang polen yang didapat ialah 39,9 µm dan lebar rata-ratanya
34,1 µm. Tabung polen yang terbentuk panjangnya berkisar 60-890 µm. Polen yang diamati
memiliki struktur trikolpata.
Kata kunci: Polen, viabilitas, Elaeidobius kamerunicus betina, kelapa sawit.

ABSTRACT
EVA BRIALIN AGENGINARDI. Pollen Load and it’s Viability of Oil Palm Oil on Female
Weevils Elaeidobius kamerunicus Faust. Supervised by TRI ATMOWIDI and DORLY.
One of the factors which contributed to higher crude palm oil production is the effective
pollination by weevil, Elaeidobius kamerunicus Faust. The weevil's pollination efficiency depends
on its ability to transfer pollens while visiting both the male and female oil palm flowers during
anthesis. This research were aimed to study pollen load and pollen viability of oil palm plant on
female weevils Elaeidobius kamerunicus. The procedures in this research were removing and
counting the pollen load, mapping pollen, and measuring of pollen viability. The average of total

pollen load and pollen attached on female weevils body were showed in table and bar graphic
using software Sigma Plot version 11.0. Pollen viability was measured by percentage of
germinated pollen. Results showed that the average of pollen load on female weevils was 1567
pollen grains. The highest number of pollen attached on the elytra. Pollen viability on female
weevils was 76.23%. In average, pollen size was 39.9 µm in length and 34.1 µm in width. Pollen
tube length was about 60-890 µm. The pollen structure was tricolpate.
Key words: Pollen, viability, female Elaeidobius kamerunicus, oil palm.

JUMLAH POLEN KELAPA SAWIT DAN VIABILITASNYA
PADA TUBUH KUMBANG BETINA
Elaeidobius kamerunicus Faust.

EVA BRIALIN AGENGINARDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Judul
Nama
NIM

: Jumlah Polen Kelapa Sawit dan Viabilitasnya pada Tubuh Kumbang
Betina Elaeidobius kamerunicus Faust.
: Eva Brialin Agenginardi
: G34070110

Menyetujui,

Dr. Tri Atmowidi, M.Si.
Pembimbing I

Dr. Dorly, M.Si.

Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.
Ketua Departemen Biologi

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, rizki,
dan rencana-Nya yang Maha Indah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini berjudul
Jumlah dan Viabilitas Polen Kelapa Sawit pada Tubuh Kumbang Betina Elaeidobius kamerunicus
Faust. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai Juli 2011. Pengambilan sampel
dilakukan di Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Kebun Cimulang Bogor.
Pengamatan kumbang dan polen dilakukan di Laboratorium Bioistematika Hewan dan Ekologi
Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian
Bogor (IPB) dan Pusat penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong
Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Tri Atmowidi, M.Si. dan Dr. Dorly, M.Si.
selaku pembimbing, serta Dr. Nisa Rachmania Mubarik, M.Si. selaku penguji karya ilmiah atas
saran, motivasi, dan bimbingannya dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini.
Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada seluruh staf PTPN VIII Kebun Cimulang Bogor
atas bantuan yang diberikan selama penelitian. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang
tua (Bapak Agus Suhardiman dan Mama Iin Hermina), kedua kakak (Muhammad Briyan
Agunginardi dan Ibrahim Brimma Agunginardi), kedua adik (Zera Briadenti Agenginardi dan
Xiane Briaventi Agenginardi), serta seluruh keluarga besar atas dukungan, doa, serta bantuan
dalam penulisan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tini, Mba
Ani, dan Bapak Adi atas bantuannya selama ini. Tidak lupa bagi Irham Fauzi, teman-teman
seperjuangan (Siti Nabilah, Aminah, Ganisa Kusumawardhani, Komal, dan Kak Nicky Jaka
Permana), sahabat-sahabat (Raisa Auliane Syafrina, Soraya Puspa Jelita, Yakub Hidayatullah,
Rina Nurlia Wati, Agessty Ika Nurlita, Karina Swedianti, Novia Putri Setia Ayu, Nisa Nantami,
Cery Chyntia, Bisri Mustofa, I Made Pradipta Krisnayana, Nisfulaila Yarhofatul Kuntibiati,
Henny Widiastuti, Rita Handayani, Irwanto Adhi Nugroho, dan Ikra Nugraha), serta teman-teman
Zoologi dan Biologi 44 atas segala motivasi, doa, dan kebersamaannya selama ini. Terima kasih
pula kepada seluruh Dosen dan staf Departemen Biologi FMIPA IPB.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan agar tulisan ini menjadi lebih baik.


Bogor, September 2011

Eva Brialin Agenginardi

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 5 Januari 1989 dari Ayahanda yang
bernama Agus Suhardiman dan Ibunda yang bernama Iin Hermina. Penulis merupakan putri ketiga
dari lima bersaudara.
Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1993 di TK Bina Ihsan Bekasi, kemudian
melanjutkan pendidikan SDN Kayuringin Jaya I Bekasi tahun 1995. Selanjutnya pada tahun 2001
melanjutkan pendidikan menengahnya di SMPN 7 Bekasi, dan tahun 2004 di SMAN 2 Bekasi.
Pada tahun 2007 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan di tahun 2006
diterima sebagai mahasiswa Mayor di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi Staf Informasi dan Komunikasi
Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) pada tahun 2008-2009, Staf Bidang Olah raga dan Seni
Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB tahun 2009-2010, sebagai
anggota saman Biologi 44, sebagai panitia Divisi Acara pada Masa Perkenalan Departemen, Divisi
Danus dan Usaha dalam Seminar Nasional Revolusi Sains tahun 2009, Divisi Acara di LCTB

(Lomba Cepat Tepat Biologi) tahun 2009, Koordinator Acara IPB Art Contest tahun 2010,
Koordinator Konsumsi dalam acara Gebyar Nusantara IPB 2010, menjadi asisten praktikum mata
kuliah Avertebrata, Ilmu Lingkungan, Perkembangan Hewan, Mikroteknik, Sistematika
Tumbuhan Berpembuluh untuk S1 Biologi FMIPA, IPB, dan Fisiologi Tumbuhan untuk S1
Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian (Faperta), IPB pada tahun 2011. Tahun 2009 penulis
mengikuti kegiatan Studi Lapang (SL) dengan judul “Komunitas Arthropoda Arboreal di Wana
Wisata Cangkuang” dan tahun 2010 penulis mengikuti kegiatan Praktik Lapangan (PL) dengan
judul “Pengujian Kualitas Semen Beku di Balai Inseminasi Buatan Lembang, Bandung”.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................. viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
Tujuan .......................................................................................................................................... 1
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ....................................................................................................................... 2
Bahan dan Alat ............................................................................................................................ 2

Metode
Koleksi Kumbang Betina ......................................................................................................... 2
Pelepasan dan Pengukuran Jumlah Polen ................................................................................ 2
Penyusunan Peta Polen ............................................................................................................ 2
Pengukuran Viabilitas Polen .................................................................................................... 3
Analisis Data............................................................................................................................ 3
HASIL
Jumlah Polen per Kumbang ......................................................................................................... 3
Peta Polen .................................................................................................................................... 3
Viabilitas Polen ........................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 4
SIMPULAN ...................................................................................................................................... 6
SARAN ............................................................................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 6
LAMPIRAN ...................................................................................................................................... 7

DAFTAR TABEL
Halaman
1
2


Jumlah polen kelapa sawit per kumbang betina E. kamerunicus ............................................... 3
Rata-rata dan kisaran panjang dan lebar polen serta panjang tabung polen kelapa sawit .......... 4

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
2
3
4
5
6

Spikelet bunga jantan kelapa sawit. ........................................................................................... 2
Kumbang betina E. kamerunicus dengan polen kelapa sawit yang menempel di tubuhnya. ..... 3
Jumlah rata-rata polen kelapa sawit pada bagian tubuh kumbang betina E. kamerunicus. ........ 4
Polen kelapa sawit yang menempel antara kepala dan toraks E. kamerunicus betina (difoto
dengan SEM). ............................................................................................................................ 4
Perkecambahan polen kelapa sawit. ........................................................................................... 4
Morfologi polen kelapa sawit yang berkecambah. ..................................................................... 4


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit termasuk ke
dalam kelompok palem tropika. Tanaman
tersebut sangat cocok ditanam di wilayah
Indonesia, karena Indonesia merupakan
salah satu negara beriklim tropis. Salah satu
spesies kelapa sawit yang bernilai ekonomi
tinggi ialah Elaeis guineensis (Purseglove
1975). Tanaman E. guineensis berasal dari
Afrika Barat. Hasil panennya mencapai skala
komersial di Indonesia dan Malaysia.
Permintaan akan minyak sawit dari dalam
maupun luar negeri mendorong pengusaha
perkebunan untuk melakukan pemeliharaan
yang intensif dalam pembudidayaan kelapa
sawit (Risza 1994), untuk meningkatkan
produksi kelapa sawit.
Salah satu faktor yang berkontribusi

dalam peningkatan produksi buah kelapa
sawit, yaitu penyerbukan efektif yang
dilakukan oleh kumbang Elaeidobius
kamerunicus Faust. Aroma khas seperti adas
yang dikeluarkan oleh bunga kelapa sawit
saat anthesis merupakan faktor penarik
kumbang (Lajis et al. 1985). Aroma tersebut
dihasilkan oleh kandungan senyawa estragol
dalam bunga jantan kelapa sawit. Bunga
jantan kelapa sawit dikatakan anthesis
apabila kepala sari (anther) pada bunga
tersebut pecah dan menghamburkan polen.
Kumbang Elaeidobius kamerunicus
termasuk ke dalam ordo Coleoptera dan
famili Curculionidae. Ukuran tubuh E.
kamerunicus betina yaitu sekitar 2-3 mm,
sedangkan jantan sekitar 3-4 mm. Kumbang
betina memiliki moncong yang lebih
panjang dibandingkan dengan kumbang
jantan (Susanto et al. 2007). Secara umum,
tubuh kumbang terdiri atas dua bagian, yaitu
kepala dan toraks. Pada kepala, terdapat satu
moncong dan sepasang antena. Bagian
toraks terdiri atas elytra, abdomen, dan tiga
pasang tungkai. Kumbang tersebut berasal
dari Kamerun, Afrika. Pada awal tahun 1982
E. kamerunicus mulai masuk ke Indonesia
(Susanto et al. 2007) kemudian menyebar
pada tanaman kelapa sawit di seluruh
Indonesia.
Pada awalnya, serangga penyerbuk
kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia ialah
Thrips hawaiiensis. T. Hawaiiensis dapat
membawa 4-5 butir polen pada tubuhnya
(Syed 1979). Kumbang E. kamerunicus
diketahui sebagai penyerbuk yang lebih
efektif. Kumbang ini berkembang biak pada
bunga jantan kelapa sawit. Kumbang

tersebut merupakan penyerbuk yang spesifik
terhadap kelapa sawit dan dapat beradaptasi
dengan sangat baik. Kumbang ini dapat
bartahan, baik pada musim hujan ataupun
kering. Kumbang tersebut bisa membawa
banyak polen pada tubuhnya. Hutahuruk et
al. (1982) melaporkan penyerbukan yang
dilakukan
oleh
E.
kamerunicus
meningkatkan pembentukan buah kelapa
sawit dari 44% menjadi 75%. Hal itu
mengindikasikan bahwa kumbang tersebut
memiliki kemampuan yang tinggi dalam
membantu penyerbukan tanaman kelapa
sawit.
Penyerbukan adalah proses transfer
serbuk sari (polen) dari bunga jantan ke
bunga betina. Penyerbukan dilanjutkan
dengan pembuahan dan pembentukan buah
(Mangoensoekarjo & Semangun 2003).
Efisiensi penyerbukan oleh kumbang sangat
tergantung pada kemampuan kumbang
mentransfer polen dari bunga jantan anthesis
ke bunga betina reseptif kelapa sawit.
Kumbang tersebut memakan filamen anther
pada bunga jantan. Ketika kumbang
melakukan pergerakan di sekitar spikelet,
butir polen menempel pada tubuhnya. Pada
saat kumbang tersebut mengunjungi bunga
betina, butir polen akan jatuh ke stigma
(Ponnamma et al. 1986).
Total polen yang dibawa kumbang
disebut total pollen load. Polen yang
menempel di tubuh kumbang dan memiliki
kesempatan besar untuk mencapai target,
yaitu stigma disebut functional pollen load.
Keberhasilan dalam polinasi tergantung pada
fungsional pollen load. Syed (1979b)
melaporkan bahwa viabilitas atau daya hidup
polen yang menempel pada kumbang
sebesar 68%.
Polen memiliki dinding terluar yang
tersusun oleh kompleks eksin dan terdiri dari
sporopollenin. Dinding pada bagian dalam
disebut intin yang mengandung selulosa.
Selama perkembangannya, butir polen
membentuk sel vegetatif yang berhubungan
dengan pembentukan tabung dan sel
generatif yang membentuk dua sel sperma
(Dafni 1992).
Tujuan
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mempelajari jumlah dan viabilitas polen
kelapa sawit yang menempel pada tubuh
kumbang betina E. kemerunicus Faust.

2

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan
Februari sampai Juli 2011. Pengambilan
sampel dilakukan di PTPN VIII Cimulang
Bogor (Lampiran 1). Pengamatan kumbang
dan polen dilakukan di Laboratorium
Biosistematika
Hewan dan Ekologi,
Departemen Biologi FMIPA Institut
Pertanian Bogor dan di Pusat Penelitian
Biologi LIPI, Cibinong.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini ialah kumbang betina E.
kamerunicus dan bunga jantan anthesis
kelapa sawit varietas tenera. Varietas ini
memiliki daging buah yang cukup tebal,
tempurungnya tipis, dan ada serabut di
sekeliling tempurungnya.
Koleksi Kumbang Betina
Spikelet bunga jantan (Gambar 1)
diambil dari pohon kelapa sawit. Kumbang
betina yang ada pada permukaan bunga
jantan tersebut diambil menggunakan pinset
untuk perlakuan selanjutnya.

Kumbang
menempel
pada
spikelet

Gambar 1

Spikelet bunga jantan kelapa
sawit yang sedang anthesis.

Pelepasan dan Pengukuran Jumlah Polen
Satu individu kumbang betina diambil
dari bunga jantan kelapa sawit, kemudian
dimasukkan ke dalam tabung mikro yang
berisi etanol 70% dan gliserol (4:1) sebanyak
0,5 ml. Tabung yang telah berisi kumbang
tersebut diputar dengan rotator merk
TAITEC tipe RT-50 selama 24 jam. Setelah
itu, kumbang dikeluarkan dari tabung.
Tabung yang berisi larutan yang telah
bercampur polen dimasukkan ke dalam
sentrifuse merk HITACHI himac CF 15D2
tipe RT15A8 selama 10 menit dengan
kecepatan 787,49 g. Polen mengendap di
bagian dasar tabung (pelet). Supernatan
dipipet untuk dibuang sampai batas 0,1 ml.

Kemudian pelet tersebut diaduk dan dipipet
secukupnya dan diteteskan di atas
hemasitometer tipe Neubauer
untuk
dihitung jumlah polennya. Polen diamati
dengan mikroskop cahaya menggunakan
perbesaran 100×. Polen yang dihitung yaitu
yang berada di daerah empat kotak besar
pada
hemasitomer
(Dafni
1992).
Pengamatan dilakukan satu kali setiap
kumbang. Jumlah kumbang betina yang
digunakan sebanyak 30 individu.
Penyusunan Peta Polen
Satu individu kumbang dimasukkan ke
dalam tabung film yang telah ditetesi etil
asetat pada tissue. Tabung ditutup dan
didiamkan selama 2-3 menit. Kemudian
kumbang dikeluarkan dan diletakkan di atas
cawan Petri untuk diamati penyebaran polen
pada tubuhnya. Pengamatan dilakukan
dengan mikroskop stereo menggunakan
perbesaran 25×. Bagian tubuh yang diamati
polennya adalah kepala, moncong, antena,
sayap (elytra), abdomen, tungkai depan,
tengah, dan belakang bagian kiri dan kanan.
Pengamatan polen dilakukan pada 30
individu.
Pengamatan polen juga dilakukan
dengan Scanning Electron Microscope
(SEM) di Pusat Penelitian Biologi LIPI
Cibinong. Tahapan yang dilakukan sebelum
melakukan pengamatan dengan SEM
meliputi dua tahap. Tahap awal ialah
preparasi spesimen yang dilakukan oleh
teknisi SEM, dilanjutkan dengan pelapisan
permukaan
spesimen
(coating)
menggunakan emas. Preparasi spesimen
dilakukan melalui tahap pembersihan,
prefiksasi,
fiksasi,
dehidrasi,
dan
pengeringan. Pada tahap pembersihan,
spesimen direndam dalam caccodylate buffer
dengan pH 7,4 selama dua jam dan diagitasi
dalam ultrasonic cleaner selama lima menit.
Sampel
diprefiksasi
dalam
larutan
glutaraldehyde 2,5% selama enam jam.
Tahap fiksasi dilakukan dengan merendam
sampel dalam tannic acid 2% selama lima
belas jam, kemudian dicuci dengan
caccodylate buffer. Spesimen didehidrasi
dalam seri alkohol bertingkat dan
dilanjutkan ke tahap pengeringan. Pada
tahap pengeringan, sampel direndam dalam
butanol tersier, lalu dibekukan dalam
freezer, dan dimasukkan ke dalam freeze
drier sampai kering. Sebelum dilakukan
coating, spesimen diletakkan di atas
specimen stub terlebih dahulu. Setelah itu,
spesimen diamati dan difoto dengan SEM.

3
3
SEM yang digunakan yaitu tipe JEOL JSM5310LV.
Pengukuran Viabilitas Polen
Kumbang betina yang diambil dari
bunga jantan dimasukkan ke dalam larutan
sukrosa 8% yang dicampur dengan 15 mg
asam borat/1 000 ml aquades (15 ppm) pada
gelas preparat cekung. Setelah polen lepas
dari tubuh kumbang, kumbang tersebut
dikeluarkan dari larutan. Satu lipatan tissue
diletakkan di atas cawan Petri dan tissue
tersebut ditetesi air sampai lembab.
Kemudian, kaca preparat cekung yang telah
berisi larutan yang bercampur polen,
diletakkan di atas tissue tersebut. Cawan
Petri ditutup dan didiamkan selama 2 jam.
Setelah 2 jam, dilakukan pengamatan
perkecambahan polen di bawah mikroskop
cahaya dengan perbesaran 100× dan dihitung
persentase perkecambahannya. Pengamatan
dilakukan sebanyak 30 kali.
Analisis Data
Jumlah polen yang menempel pada
tubuh kumbang datampilkan dalam tabel.
Rata-rata jumlah polen pada beberapa bagian
tubuh ditampilkan dalam grafik batang
dengan program Sigma Plot 11.0. Viabilitas
polen dihitung dengan rumus:
Jumlah polen yang berkecambah × 100
Total polen

HASIL
Jumlah Polen per Kumbang
Satu individu kumbang betina membawa
banyak polen pada tubuhnya (Gambar 2).
Jumlah polen rata-rata yang dibawa oleh satu
individu kumbang betina ialah 1 567 polen
dengan kisaran 500-2 500 polen (Tabel 1).

Gambar 2 Kumbang betina E. kamerunicus.
dengan polen kelapa sawit yang
menempel di tubuhnya.

Tabel 1 Jumlah polen kelapa sawit per
kumbang betina E. kamerunicus
Jumlah
Jumlah
polen/
polen/
Ulangan ke4 kotak
kumbang
(butir)
(butir)
1
6
1 500
2
4
1 000
3
9
2 250
4
6
1 500
5
5
1 250
6
7
1 750
7
9
2 250
8
6
1 500
9
7
1 750
10
7
1 750
11
5
1 250
12
5
1 250
13
5
1 250
14
5
1 250
15
10
2 500
16
3
750
17
6
1 500
18
2
500
19
10
2 500
20
4
1 000
21
5
1 250
22
4
1 000
23
10
2 500
24
10
2 500
25
6
1 500
26
3
750
27
5
1 250
28
10
2 500
29
6
1 500
30
8
2 000
Rata-rata
1 567
Peta Polen
Polen paling banyak menempel pada
bagian elytra, yaitu 110 polen. Pada bagian
kepala (selain moncong dan antena) rata-rata
terdapat 101 polen, abdomen terdapat 94
polen, dan bagian moncong terdapat 34
polen. Pada tungkai kiri depan terdapat 17
polen tungkai kanan depan 16 polen, tungkai
kiri tengah 15 polen, dan pada tungkai kiri
belakang terdapat 15 polen, tungkai kanan
tengah 14 polen, tungkai kanan belakang 14
polen, dan antena 13 polen (Gambar 3).
Hasil pengamatan menggunakan SEM,
tampak beberapa butir polen kelapa sawit
menempel pada bagian antara kepala dan
toraks (Gambar 4).

4

140

120

120

100

100

80

Persentase (%)

Jumlah Polen (butir)

4

80
60

60

40

40
20

20
0
Berkecambah

0
K

M

A

S

Gambar 5

Bagian Tubuh Kumbang

Gambar 3

Kepala

Jumlah rata-rata polen kelapa
sawit pada setiap bagian tubuh
kumbang
betina
E.
kamerunicus. Garis bar pada
grafik menunjukkan standar
error.
K=
kepala,
M=
moncong, A= antena, S=
sayap, Ab= abdomen, TKaD=
tungkai kanan depan, TKaT=
tungkai kanan tengah, TKaB=
tungkai
kanan
belakang,
TKiD= tungkai kiri depan,
TKiT= tungkai kiri tengah, dan
TKiB= tungkai kiri belakang.

Toraks

Perkecambahan polen kelapa
sawit yang menempel pada
tubuh kumbang betina E.
kamerunicus.

Rata-rata panjang polen yang didapat
adalah 39,9 µm dan lebar 34,1 µm (Tabel 2
dan Gambar 6). Tabung polen yang
terbentuk panjangnya berkisar 60-890 µm
(Tabel 2 dan Gambar 6). Polen yang diamati
memiliki tipe apertur trikolpata.
Tabel 2 Rata-rata dan kisaran panjang dan
lebar polen serta panjang tabung
polen kelapa sawit
Rata-rata
Kisaran
Karakteristik
(µm)
(µm)
Panjang polen

39,9

30-50

Lebar polen

34,1

30-45

504,12

60-890

Panjang tabung
polen

Gambar 4

Polen kelapa sawit yang
menempel antara kepala
dan toraks E. kamerunicus
betina
(dengan
SEM).
Keterangan
= polen.

Viabilitas Polen
Polen yang berkecambah ditandai
dengan munculnya tabung polen yang
ukuran panjangnya minimal dua kali panjang
polen
tersebut.
Berdasarkan
hasil
pengamatan dalam penelitian ini, dari 1 318
polen yang menempel pada tubuh kumbang
betina, 76,23% polen berkecambah dan
23,78 % tidak berkecambah (Gambar 5).

Tidak berkecambah

Perkecambahan polen

Ab TKaDTKaTTKaBTKiD TKiT TKiB

Tabung
polen

Gambar

6

Morfologi polen yang
berkecambah. Keterangan
= polen trikolpata.

PEMBAHASAN
Pollen load merupakan jumlah polen
yang dibawa oleh individu kumbang. Ratarata total pollen load pada kumbang betina
adalah 1 567 polen per kumbang (Tabel 1),

5
5

dengan kisaran 500 sampai 2 500. Menurut
Syed et al. (1982) kumbang jantan dapat
membawa 985 polen dan kumbang betina
dapat membawa 446 polen. Hal tersebut
menunjukkan jumlah polen yang dibawa
kumbang betina pada hasil penelitian ini
lebih banyak dibandingkan dengan yang
dilaporkan Syed.
Jumlah polen yang dibawa berkaitan
dengan morfologi kumbang. Pengamatan
peta polen (pollen map) dilakukan pada
sebelas bagian tubuh kumbang. Bagian
tubuh tersebut merupakan bagian yang
sering menempel pada permukaan bunga
jantan kelapa sawit. Pada kumbang betina,
polen paling banyak (110 polen) menempel
pada bagian sayap (elytra). Pada bagian
tersebut memiliki permukaan yang paling
luas dan terdapat rambut-rambut halus.
Jumlah polen paling sedikit (13 polen)
ditemukan pada bagian antena. Berdasarkan
peta polen,, jumlah total polen yang dibawa
oleh satu individu kumbang betina ialah 442
polen.
Ukuran tubuh juga berkaitan dengan
jumlah polen yang dibawa oleh kumbang.
Semakin besar ukuran tubuh, maka
kemungkinan akan semakin banyak polen
yang menempel pada tubuhnya. Ukuran
tubuh E. kamerunicus betina lebih kecil (2-3
mm) daripada ukuran tubuh E. kamerunicus
jantan (3-4 mm). Nabilah (2011),
melaporkan bahwa setiap individu kumbang
jantan dapat membawa 2 385 polen. Ciri lain
yang membedakan morfologi antara E.
kamerunicus jantan dan betina adalah
moncongnya. Kumbang betina memiliki
moncong yang lebih panjang dibandingkan
dengan kumbang jantan (Susanto et al.
2007).
Pengecambahan polen dilakukan untuk
mengetahui viabilitas polen yang berkaitan
dengan penyerbukan dan pembuahan. Polen
dinyatakan
viabel
apabila
mampu
menunjukkan fungsinya menghantarkan
sperma ke ovul, segera setelah penyerbukan.
Perkecambahan polen diindikasikan dengan
pembentukan tabung polen dengan panjang
minimal dua kali diameter polen. Tabung
polen yang terbentuk saat perkecambahan
menunjang
proses
pembuahan
dan
pembentukan biji.
Rata-rata panjang polen ialah 39,9 µm
dan rata-rata lebarnya ialah 34,1 µm. Hal ini
sesuai dengan yang dilaporkan Weber
(1998) bahwa polen kelapa sawit
berdiameter kurang dari 100 µm. Damayanti
(2008) melaporkan bahwa polen kelapa

sawit memiliki tipe apertur trikolpata, yaitu
berbentuk segitiga dengan guratan yang
mengelilingi ketiga sisinya. Tidak ditemukan
lubang pada permukaan polen. Tabung polen
muncul dari salah satu apertur tersebut.
Polen pada kelapa sawit bersifat monad,
yaitu terdiri atas satu butir polen (Roubik et
al. 2003).
Viabilitas polen hasil penelitian ini,
yaitu
76,23%
tergolong
tinggi.
Pengecambahan tersebut sudah melebihi
tingkat polinasi minimum, yaitu sebesar
50%. Viabilitas polen hasil penelitian ini
lebih tinggi dari hasil yang dilaporkan Syed
(1979a), yaitu sebesar 68%. Viabilitas polen
yang rendah menyebabkan polen tidak dapat
berkecambah sehingga pada akhirnya akan
mempengaruhi efisiensi pembentukan buah
dan biji karena pembuahan tidak terjadi.
Rendahnya
viabilitas
polen
dapat
dipengaruhi oleh faktor dari dalam (internal)
atau faktor lingkungan (eksternal). Faktor
internal, misalnya kemampuan polen dalam
menyerap nutrisi. Setiap polen memiliki
kemampuan yang berbeda dalam menyerap
nutrisi pada media. Faktor lingkungan di
antaranya adalah suhu dan media.
Pada proses perkecambahan polen,
digunakan larutan boron dan sukrosa sebagai
medianya. Boron merupakan unsur penting
untuk
menunjang
kesempurnaan
perkecambahan in vitro. Polen tanaman
Angiospermae pada umumnya mengandung
lebih banyak boron daripada Gimnospermae.
Hal ini berkaitan dengan waktu yang
dibutuhkan dalam perkecambahan. Adiguno
(1998) melaporkan bahwa waktu optimum
yang dibutuhkan dalam perkecambahan
polen kelapa sawit ialah 2 jam setelah
perlakuan. Menurut Malik (1979), sukrosa
dapat memperpanjang tabung polen dan
meningkatkan persentase perkecambahan.
Schreiber dan Dresselhaus (2003) juga
melaporkan bahwa penambahan Boron
0,005% dapat meningkatkan perkecambahan
polen sampai 90% pada Zea mays. Pengaruh
penambahan boron dapat optimal apabila
disertai dengan sukrosa (Rihova et al. 1996).
Potensial osmotik air dapat diturunkan
dengan penambahan sukrosa, sehingga
kerusakan polen akibat tekanan osmotik
media menurun. Hal tersebut bertujuan agar
viabilitas polen dapat maksimal. Sukrosa
juga berperan sebagai sumber energi dalam
pembentukan tabung polen.

6

SIMPULAN
Rata-rata polen yang dibawa oleh
kumbang betina E. kamerunicus ialah 1 567
butir polen. Jumlah polen paling banyak
ditemukan pada bagian elytra. Viabilitas
polen yang dibawa kumbang betina ialah
76,23 %.

SARAN
Penelitian pollen load pada kumbang
perlu dilakukan di beberapa perkebunan
yang memiliki karakteristik yang berbeda.
Selain itu, penelitian mengenai daya simpan
polen kelapa sawit yang dibawa oleh
kumbang E. kamerunicus juga perlu
dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Adiguno S. 1998. Pengadaan dan
pengawasan mutu internal kecambah
dan bibit kelapa sawit di pusat
penelitian kelapa sawit marihot dan
PT Socfindo Medan Sumatera Utara
[laporan
keterampilan
profesi].
Bogor: Fakultas Pertanian Bogor.
Dafni A. 1992. Pollination Ecology: A
Practical Approach. New York:
Oxford University Press.
Damayanti NS. 2008. Alergenitas polen di
udara bebas pasar minggu Jakarta
Selatan pada tikus wistar (Rattus
norvegicus). [tesis]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Hutahuruk CH, Sipayung A, Soedharto PS.
1982. Elaeidobius kamerunicus hasil
uji kekhususan inang dan perananya
sebagai penyerbuk kelapa sawit. BuIl
PPM 3: 7-21.
Lajis NH, Husein MY, Toia RF. 1985.
Extraction and identification of the
main compound present in Elaeis
guineensis
flower
volatiles.
Pertanika 8: 105-108.
Malik CP. 1979. Current Advantages in
Plant Reproductive Biology. New
Delhi: Kalyani Publisher.

Mangoensoekarjo S, Semangun H. 2003.
Manajemen
Agrobisnis
Kelapa
Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nabilah S. 2011. Jumlah Polen Kelapa Sawit
dan Viabilitasnya pada Kumbang
Jantan Elaeidobius kamerunicus
Faust [skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Ponnamma KN, Dhileepan K, Sasidharan
VG. 1986. Record of the pollinating
weevil Elaeidobius kamerunicus
(Faust) (Coleoptera: Curculionidae)
in oil palm plantations of Kerala.
Curr Sci 55: 19.
Purseglove JW. 1975. Tropical Crops:
Monocotyledons.
England:
Longman.
Rihova L, E Hrrabetova, J Tupy. 1996.
Optimization of conditions for in
vitro pollen growth in potatoes. Int J.
Plant Sci 157: 561-566.
Risza S. 1994. Kelapa Sawit: Upaya
Peningkatan
Produktivitas.
Yogyakarta: Kanisius.
Roubik DW, Patino JEM, Panama LCD.
2003. Pollen and Spores of Barro
Corolado
Island.
Corolado:
Mithsonian
Tropical
Research
Institute.
Schreiber DN, T Dresselhaus. 2003. In vitro
pollen germination and transient
transformation of Zea mays and
other plant species. Plant Mol Biol
Rep 21: 31 – 41.
Susanto A, Purba RY, Prasetyo AE. 2007.
Elaeidobius Kamerunicus: Kumbang
Penyerbuk Kelapa Sawit. Jakarta:
PPKS.
Syed RA. 1979. Studies on oil palm
pollination by insects. Bull Ent Res
69: 213 - 224.
Syed RA, Law IH, Corley RHV. 1982.
Incest pollination of oil palm
introduction, establishment, and
pollinating efficiency of Elaeidobius
kamerunicus in Malaysia. Planter
58: 547-561.
Weber RW. 1998. Pollen identification. Ann
Allergy Asthma Immunol 80:141145.

LAMPIRAN

8

Lampiran 1 Lokasi pengambilan sampel kumbang di PTPN VIII, Cimulang, Bogor

Keterangan:
 PTPN VIII terletak di Desa Cimulang Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor, Jawa
Barat.
 Warna
(19) , (20),
(26) menunjukkan lokasi pengambilan sampel bunga jantan
kelapa sawit.