Akad Pembiayaan Usaha Bagi Hasil Dalam Ekonomi Syariah.

29 penggarap untuk ditanami dan di pelihara dengan imbalan bagian tertentu persentase dari hasil panen. Dalam prinsip ini benih disediakan oleh pemilik lahan. Rasulullah menganjurkan ummatnya untuk melakukan kerja sama dalam pengelolaan tanah pertanian secara muzara’ah dengan rasio bagi hasil, Rasulullah juga menganjurkan untuk menanami tanah pertanian atau menyerahkannya kepada orang lain untuk digarap. Dalam konteks ekonomi syariah dapat memberikan modal dalam bentuk pembiayaan bagi pengelola yang bergerak di bidang pertanian atas dasar prinsip bagi hasil dari hasil panen.

4. Al Musaqah

Al Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah dimana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen. Dalam hal ini seseorang pemilik kebun memberikan kepercayaan pada penggarap untuk memelihara kebunnya dengan mempergunakan peralatan dan dana mereka, sebagai imbalan mereka memperoleh persentase tertentu dari hasil panen.

2.10. Akad Pembiayaan Usaha Bagi Hasil Dalam Ekonomi Syariah.

Akad adalah merupakan suatu perjanjian atau persetujuan antar dua atau berbagai pihak dalam hukum Islam dinamakan dengan aqad transaksi. Aqad menurut bahasa berarti ikatan, kaitan atau janji. Dikatakan ikatan maksudnya ialah menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan salah satunya pada yang lainnya hingga keduanya bersambung dan menjadi seperti seutas tali 30 yang satu. Perikataan mengacu pada terjadinya dua perjanjian atau lebih, yaitu jika seseorang mengadakan perjanjian kemudian ada orang lain yang menyetujui janji tersebut serta menyatakan pula suatu janji yang berhubungan dengan janji yang pertama, terjadilah perikatan. Ketika kedua buah janji berpadu, disebut aqad. Dalam melaksanakan suatu akad kerja sama antara pemilik modal dengan pelaku usaha terdapat rukun dan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Hal ini dilakukan agar akad sah menurut hukum. Rukun adalah yang harus di penuhi untuk sahnya suatu perjanjian, sedangkan syarat adalah ketentuan yang harus diindahkan dan dilakukan. Dalam syariah rukun dan syarat ini sama sama menentukan sah atau tidaknya suatu transaksi. Mengenai rukun dan syarat akad dalam sebuah perjanjian yang menentukan sah atau tidaknya sebuah perikatan bahwa rukun akad hanya sighat al-’aqd, yaitu ijab dan kabul. ijab merupakan suatu perkataan dari si pemilik modal dan qabul adalah ucapan dari peminjam modal berupa penerimaan perikatan, sedangkan syarat akad adalah subjek akad dan objek akad. Dari beberapa akad pembiayaan dalam ekonomi syariah yang merupakan akad pembiayaan dengan menggunakan prinsip bagi hasil adalah Mudharabah, Musyarakah, Al Muzara’ah dan Al musaqah.

1. Qiradh Mudharabah

Istilah qiradh dikemukakan oleh ulama Hijjaz, sedangkan ulama Iraq menyebutnya mudharabah. Qiradh merupakan kerja sama dalam pemberian modal kepada seseorang pekerja pedagang untuk diperdagangkan yang keuntungannya dan kerugian dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama. Ibrahim,1995 : 399. Dalam kerja sama ini satu pihak memberikan 100 31 modal kepada pihak lainnya untuk dijadikan sebagai modal usaha. Adapun rukun qiradh adalah orang yang berakad, modal, keuntungan, kerja, dan akad. Adapun syarat-syaratnya, yaitu sebagai berikut : a. Orang yang bertransaksi harus orang yang cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wali. b. Syarat yang berkaitan dengan modal, yaitu : - Berbentuk uang - Jumlahnya harus jelas. - Tunai. - Diserahkan sepenuhnya kepada pedagang. c. Keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambil dari keuntungan bisnis tersebut.

2. Syirkah Musyarakah

Syirkah berasal dari bahasa Arab yang artinya “pencampuran” sehingga sulit dibedakan. Secara terminologis, syirkah bisa diartikan sebagai perserikatan dagang, ikatan kerja sama yang dilakukan dua orang atau lebih dalam perdagangan. Dalam kerja sama usaha ini masing-masing pihak yang bekerja sama memberikan kontribusi dan untung dan rugi ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Syirkah merupakan upaya saling menolong antar sesama manusia. Adapun syarat syarat umum syirkah adalah sebagai berikut : a. Perserikatan itu merupakan transaksi yang bisa diwakilkan. Artinya, salah satu pihak jika bertindak hukum terhadap objek perserikatan itu, dengan izin pihak lain, dianggap wakil seluruh pihak yang berserikat. 32 b. Persentase pembagian keuntungan untuk setiap yang berserikat dijelaskan ketika berlangsungnya akad. c. Keuntungan diambilkan dari hasil laba harta perserikatan, bukan dari harta lain. Pada masa Rasulullah kerja sama modal ini sangat lazim dilakukan dalam rangka sistem ekonomi syariah. Adapun klasipikasi kerja sama ini dibagi dalam empat kategori yaitu : 1. Syirkah al-inan yaitu kerja sama modal bersama dimana salah satu pihak menyerahkan modal lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan yang lain, sedangkan pembagian keuntungan dan kerugian berdasarkan persentase besarnya modal yang diberikaan atau sesuai kesepakatan bersama. 2. Syirkah al-mufawwadah yaitu perserikatan dua orang atau lebih dalam usaha, dengan syarat setiap pihak memberikan modal dengan yang sama,serta melakukan kerja secara bersama sama. Unsur penting dalam perserikatan ini adalah, baik dalam masalah modal, kerja, maupun keuntungan, setiap pihak yang mengingatkan diri dalam perserikatan ini mempunyai hak dan kewajiban yang sama. 3. Syirkah al-Sanai yaitu kerja sama dalam dalam usaha untuk memproduksi suatu barang, dimana modal yang dibeikan dalam bentuk keterampilan yang berbeda dan saling melengkapi untuk menghasilkan suatu produk komoditas tertentu. Pembagian keuntungan dalam kategori ini dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama. 33 4. Syirkah al-wujuh yaitu serikat yang dilakukan dua orang atau lebih dimana masing masing pihak tidak mempunyai modal dan keterampilan, usaha yang dijalankan untuk mendapatkan modal diperoleh dari kredit pihak lain. Pembagian keuntungan harus dilakukan secara bersama, bahkan dilarang membagi keuntungan secara berbeda. Usaha kerja sama jenis ini hanya dapat dilakukan oleh mereka yang telah mempunyai reputasi tinggi dalam masyarakat.

3. Al-Muzara’ah

Kerja sama di bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani penggarap disebut muzara’ah. Istilah ini, dalam masyarakat Indonesia dikenal dengan paroan sawah. Dalam muzara’ah bibit yang ditanam berasal dari pemilik lahan. Adapun rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga akad dianggap sah, yaitu: a. Pemilik lahan. b. Petani penggarap. c. Objek muzara’ah, yaitu manfaat lahan dan hasil kerja petani. d. Ijab ungkapan penyerahan menerima lahan untuk diolah dari petani. Adapun rukun dan syarat-syarat muzara’ah menurut jumhur ulama, yaitu sebagai berikut : a. Para pihak yang berakad pemilik tanah dan penggarap, syarat bagi keduanya harus cakap melakukan perbuatan hukum balig dan berakal sehat. 34 b. Objek yang dijadikan tujuan akad lahan pertanian, disyaratkan agar tempat tersebut layak untuk ditanami dan dapat menghasilkan sesuai kebiasaan serta tempat tersebut sudah ditetapkan secara pasti. c. Hasil atau sewa yang ditetapkan harus jelas dan pembagiaannya ditentukan saat akad. d. Sigat ijab qabul, yaitu ungkapan khusus yang menunjukkan akad muzara’ah. Akad muzara’ah berakhir karena beberapa hal berikut: 1. Berakhir masa akad muzara’ah. 2. Salah satu atau kedua belah pihak meninggal dunia. 3. Terjadi pembatalan akad muzara’ah karena alasan tertentu, baik dari pemilik tanah maupun dari pihak petani penggarap.

4. Al-Musaqah

Musaqah adalah transaksi antara pemilik kebun atau tanaman dan pengelola atau penggarap untuk memelihara dan merawat kebun atau tanaman pada masa tertentu sampai tanaman itu berbuah. Ibrahim,1995 : 416. Tanaman yang ditransaksikan dalam musaqah adalah tanaman yang minimal usianya satu tahun. Disyaratkan juga jenis tanaman yang menjadi objek perjanjian adalah tanaman keras. Adapun rukun musaqah menurut jumhur ulama ada lima, yaitu: a. Ada dua orang pihak yang melakukan transaksi. b. Ada lahan yang dijadikan objek dalam perjanjian. c. Menyangkut jenis usaha yang akan dilakukan. d. Ada ketentuan mengenai bagian masing-masing dan hasilnya. e. Ada perjanjian, baik tertulis maupun lisan sigath. 35 Syarat yang harus dipenuhi oleh setiap rukun, yaitu sebagai berikut. a. Pihak-pihak yang melakukan transaksi harus orang yang cakap bertindak hukum, yakni balig dan berakal; b. Benda yang dijadikan objek perjanjian bersifat pasti, dikemukakan sifat dan keadaannya sehingga tidak ada kemungkinan berbeda dengan keadaan yang telah dijelaskan. c. Hasil panen yang dihasilkan dari kebun tersebut merupakan hak mereka bersama sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat. d. Bentuk usaha yang dilakukan oleh pengelola harus yang berkaitan dengan usaha untuk merawat dan mengolah kebun agar memberikan hasil yang maksimal. e. Ada kesediaan setiap pihak untuk melakukan perjanjian musaqah berupa ungkapan lisan atau tertulis. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi yang empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitan. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skiripsi ini, maka penulis menggunakan cara sebagai berikut :

3.1. Lokasi penelitian