VI-22
ISBN 978-602-71228-3-3
pengambilan sampel tidak dibatasi baik itu mesin kendaraan bermotor dengan sistem konvensional
maupun sistem bahan bakar injeksi. Sistem bahan bakar konvensional atau sering
disebut sistem injeksi mekanis dikarenakan injektor menyemprotkan secara terus menerus ke setiap
saluran masuk bahan bakar intake manifold. Sedangkan sistem bahan bakar tipe injeksi
merupakan
langkah inovasi
yang sedang
dikembangkan pada kendaraan bermotor. Sistem injeksi elektronik atau yang lebih dikenal dengan
sistem Electronic Gasoline Injection EFI, volume dan waktu penyemprotannya dilakukan secara
elektronik. Komponen-komponen yang digunakan untuk menyalurkan bahan bakar ke mesin terdiri dari
tangki bahan bakar fuel pump , saringan bahan bakar fuel filter, pipaslang penyalur pembagi,
pengatur tekanan bahan bakar fuel pressure regulator, dan injectorpenyemprot bahan bakar.
Sistem EFI kadang disebut juga dengan Electronic Gasoline InjectionEGI Bakeri dkk, 2012.
Sistem EFI secara ideal harus dapat mensuplai sejumlah bahan bakar yang disemprotkan agar dapat
bercampur dengan udara dalam perbandingan campuran yang tepat sesuai kondisi putaran dan
beban mesin, kondisi suhu kerja mesin dan suhu atmosfir saat itu. Sistem harus dapat mensuplai
jumlah bahan bakar yang bervariasi, agar perubahan kondisi operasi kerja mesin tersebut dapat dicapai
dengan unjuk kerja mesin yang tetap optimal Bakeri dkk, 2012.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian ini merupakan data hasil pengujian emisi pada sampel kendaraan. Hubungan
antara hasil uji emisi dengan jenis bahan mesinbahan bakar lebih difokuskan pada kendaraan
jenis mobil dikarenakan motor yang digunakan di Negara Indonesia hampir secara keseluruhan
merupakan motor dengan menggunakan mesin dengan bahan bakar bensin.
A. Uji Emisi Kendaraan Bermotor
Kendaraan berjenis mobil yang diuji dalam penelitian ini adalah sebanyak 119 unit dengan
jumlah mobil yang tidak lolos uji sebanyak 9 unit. Jumlah motor 140 unit dengan unit yang tidak lolos
uji sebanyak 24 unit. Gambar 1 Hasil Uji Emisi
Grafik tersebut menunjukan data hasil uji emisi kendaraan bermotor yang dikelompokan kedalam
dua kategori yaitu mobil dan motor. Total keseluruhan kendaraan yang diuji adalah sebanyak
259 unit kendaraan dengan total tidak lolos uji emisi sebanyak 33 unit.
B. Uji Emisi berdasarkan Bahan Bakar
Tujuan dari klasifikasi berdasarkan jenis bahan bakar adalah untuk memberikan gambaran mengenai
jenis mobil dengan kemungkinan penyebab emisi lebih tinggi.
Pengujian berdasarkan jenis bahan bakar dilakukan terhadap kendaraan dengan jenis mobil.
Kendaraan berjenis mobil dibagi menjadi berbahan bakar bensin dan berbahan bakar solar.
Gambar 2 Hasil Uji Emisi Berdasar Bahan Bakar Total keseluruhan kendaraan bermotor dengan
jenis mobil menunjukan 9 unit mobil tidak lolos uji emisi. Gambar 2 menunjukan bahwa berdasarkan
jenis bahan bakarnya, data dari keseluruhan mobil yang tidak memenuhi uji emisi merupakan mobil
dengan bahan bakar bensin.
Mobil dengan bahan bakar bensin yang diuji pada penelitian ini sejumlah 84 unit. Jumlah mobil
dengan bahan bakar solar yang diuji dalam penelitian ini sebanyak 35 unit. Tidak ada satupun
mobil dengan bahan bakar solar yang tidak lolos uji emisi pada penelitian ini. Jumlah yang berbeda
antara mobil berbahan bakar bensin dan solar yang diuji ini merepresentasikan keadaan kendaraan di
VI-23
ISBN 978-602-71228-3-3
Indonesia dimana mobil berbahan bakar bensin jauh lebih dominan dari mobil berbahan solar.
C. Klasifikasi Berdasarkan Tahun dan Jenis Mesin Mobil
Klasifikasi berdasarkan tahun pembuatan kendaraan dilakukan pada mobil yang tidak lolos uji
emisi. Hal ini dilakukan karena keseluruhan mobil yang tidak lolos uji emisi menggunakan berbahan
bakar bensin.
Tabel 1 Mobil Tidak Lolos Uji
Tahun Unit
1994 1
1997 2
1999 2
2000 2
2004 1
2005 1
Total 9
EFI 44.44444
Non-EFI 55.55556
Tabel 1 menampilkan hasil dari tahun pembuatan kendaraan dan jenis mesin berbahan
bakar bensin yang tidak lolos uji emisi. Hasil tersebut menunjukan bahwa mobil dengan tahun
pembuatan 1994 hingga tahun 2005 tidak lolos uji emisi. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013,
sehinga dapat dilakukan perhitungan usia kendaraan dari tahun pembuatanya. Dapat dikatakan bahwa
kendaraan dengan usia lebih dari 8 tahun berpeluang lebih besar untuk menimbulkan emisi dan tidak lolos
uji emisi.
Data mengenai jenis mesin dari keseluruhan mobil dan diklasifikasikan menjadi mobil bermesin
EFI dan Non-EFI. Data tersebut menunjukan bahwa 4 mobil bermesin EFI yang setara dengan 44,44
dari total mobil tidak lolos uji emisi. Mobil bermesin Non-EFI yang tidak lolos uji berjumlah 5 unit atau
setara dengan 55,56. Hal ini menunjukan bahwa jenis mesin kendaraan bermesin bensin pada
penelitian ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil uji emisi.
Berdasarkan tabel yang menunjukan data 9 unit mobil yang tidak lolos uji emisi dapat dikatakan
bahwa usia kendaraan lebih memiliki pengaruh yang signifikan daripada jenis mesin kendaraan. Hal ini
tidak terlepas dari banyaknya mobil yang lolos uji emisi dengan rentang tahun pembuatan dari tahun
1994 hingga tahun 2013 pada saat penelitian ini dilakukan. Usia mobil yang memiliki usia lebih dari
8 tahun cenderung memerlukan perawatan ekstra sehingga dapat mengasilkan emisi bahan bakar yang
baik dan meminimalisir pencemaran lingkungan. D. Klasifikasi Berdasarkan Tahun Motor
Klasifikasi berdasarkan
tahun pembuatan
kendaraan dilakukan pada motor yang tidak lolos uji emisi. Hal ini dilakukan karena keseluruhan motor
yang digunakan dalam penelitian ini berbahan bakar bensin.
Tabel 2 Motor Tidak Lolos Uji
Tahun Unit
1994 1
1997 2
1999 1
2000 2
2001 2002
1 2003
7 2004
5 2005
2 2006
1 2007
2008 2
Total 24
Tabel 2 menunjukan informasi mengenai tahun pembuatan motor dan jumlah motor yang tidak lolos
uji emisi. Total jumlah motor yang tidak lolos uji emisi sebanyak 24 unit. Pembahasan pada tabel ini
lebih menekankan pada hubungan antara usia motor dengan hasil uji emisi sehingga dapat diketahui
gambaran hubungan antara usia motor dengan hasil uji emisinya.
Gambar 3 Grafik Motor TIdak Lolos Uji Emisi Sama halnya dengan mobil, pada saat penelitian
dilakukan pada tahun 2013, tahun pembuatan motor
VI-24
ISBN 978-602-71228-3-3
yang diteliti memiliki durasi tahun pembuatan antara tahun 1994 hingga tahun 2013.
Berdasarkan grafik tersebut diatas, ditunjukan nilai kemunculan tahun pembuatan motor yang tidak
lolos uji emisi. Angka tertingi berada pada motor dengan tahun pembuatan 2003 yang berjumlah 7
unit. Tahun ini merupakan median dari rentang tahun pembuatan motor yang diuji pada penelitian
ini.
Hal ini menunjukan usia motor tidak selalu berbanding lurus dengan hasil uji emisinya. Mesin
kendaraan bermotor akan memiliki emisi yang tidak sesuai
dengan standar
dikarenakan pada
perawatanya. Asumsi ini didasarkan pada data motor yang tidak lolos uji emisi seperti digambarkan pada
Tabel 2 yang berbeda dengan hasil pada kendaraan jenis mobil seperti yang ditunjukan pada Tabel 1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk proses pengambilan kebijakan dalam
bidang transportasi khususnya yang membidangi transportasi khususnya pada kendaraan pribadi.
Hasil penelitian ini ini menunjukan bahwa emisi yang diakibatkan oleh kendaraan tidak selalu
berdasarkan dengan umur kendaraan. Gambaran mengenai keadaan emisi gas buang di wilayah
perkotaan dipengaruhi oleh banyaknya kendaraan bermotor. Semakin banyak mobil berumur lebih dari
8 tahun pada suatu kota akan semakin buruk polusi yang dihasilkan. Tetap ada kendaraan berupa motor
yang tidak lolos pada uji emisi, namun usia motor tidak berhubungan secara signifikan dengan tingkat
polusi yang dihasilkan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini. Pembatasan tahun kendaraan berjenis mobil
perlu dilakukan. Hal ini didasarkan pada hasil yang menunjukan bahwa semakin tua usia mobil semakin
besar kemungkinan mobil tersebut tidak lolos uji emisi.
Hasil uji emisi kendaraan berjenis motor menunjukan
bahwa tahun
kendaraan tidak
menunjukan bahwa semakin tua usia motor akan semakin besar kemungkinan motor tersebut tidak
lolos uji emisi, namun dapat diasumsikan bahwa tingkat emisi kendaraan bejenis motor dapat
dikurangi dengan perwatan yang baik dan benar.
IV. KESIMPULAN