Alur Penelitian Uji Fungsi Pesawat

3.3 Alur Penelitian

Se M ulai Pesaw at sinar-X Radiografi Thorax PA Uji Fungsi CR Comput ed Radiography CR Uji Fungsi Pesaw at Teknik kV t inggi Krit eria fot o Teknik kV st andar Nilai Ekspose indeks Kont ras Hasil Pengamat an Nilai Ekspose Indeks Hasil Pengamat an Kont ras Dosis Radiasi Sensit ifit as Dosis Radiasi Sensit if it as Selesai Gambar 4. Alur Penelitian Universitas Sumatera Utara

3.4 Uji Fungsi Pesawat

3.4.1 Uji Fungsi Pesawat Sinar-X Sebelum pengambilan data ESD, maka terlebih dahulu dilakukan uji fungsi pesawat sinar-X. Tujuan dari uji fungsi pesawat sinar-X ini agar diperoleh kepastian bahwa pesawat sinar-X berfungsi sesuai dengan spesifikasi, menentukan pesawat sinar-X benar-benar layak dipakai dan telah memenuhu standar yang telah di tetapkan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan formulir dari NSW EPA dan dosimeter Unfors Xi. Uji fungsi pesawat radiografi dilakukan dengan mengacu pada standar dari Radiation Safety Act 1975, Workbook 3 Diagnostic X-Ray Equitment Compliace Testing dari Radiation Council of Western Australia yang prinsipnya sama dengan AAPM report No. 74. a. Uji keakurasian tegangan kerja Tujuan uji keakurasian ini untuk mengetahui kebenaran dan konsistensi tegangan pesawat sinar-X. standar RCWA menyatakan bahwa error maximum kV yang diperbolehkan untuk pesawat radiografi adalah dibawah 5,5,. Error maximum adalah selisih antara setting dengan kV terbaca dibagi setting kV. Error maximum ini menjadi tolak ukur dalam keakurasian kV. Error max = . 100 Dalam uji keakurasian tegangan kerja pesawat sinar-X diagnostic ini tabung pesawar diposisikan tidak menggunakan filter, dosimeter unfors Xi diletakkan pada jarak 100 cm dari kolimator pesawat dan berkas penyinaran kolimator oada posisi dosimeter Unfors Xi. Dosimeter Unfors Xi di papari dengan tegangan sekitar 40 kV– 125 kV dan 5 mAs b. Uji akurasi waktu Tujuannya untuk mengetahui kebenaran dan konsistensi waktu pada pesawat sinar-X. Universitas Sumatera Utara c. Uji Kedapatulangan Kedapatulangan atau reprodccibility adalah kemampuan untuk mendapatkan nilai yang sama atau mendekati sama ketika dilakukan pengujian pada factor ekposi yang sama. Tahan uji kedapatulangan adalah untuk mengetahui kV dapat bernilai sama dari satu paparan ke paparan berikutnya. Dalam uji kedapatulangan pesawat sinar-X , tabung pesawat diposisikan tidak menggunaklan filter, dosimeter Unfors Xi diletakkan pada jarak 100 cm dari kolimator pesawat dan berkas penyinaran tepat pada posisi dosimeter Unfors Xi. Memapari dosimeter Unfors Xi dengan tegangan 70 kV dengan 10 mAs, paparan dilakukan sebanyak 5x. 3.4.2 Uji Fungsi Computed Radiography Uji fungsi CR ini dimaksudkan agar di peroleh kepastian bahwa CR berfungsi sesuai dengan spesifikasi, CR layak dipakai dan telah memenuhi standar yang ditetapkan, dengan melihat hasil uji kaset CR dan kinerja Reader CR. Tes dimaksudkan untuk melihat artifact dan kualitas citra dan sensitifitas. Pengujian dilakukan dengan mengacu pada standar dari Leeds Test Object CR dan DDR. a. Dark Noise Tujuan pengukuran Dark Noise adalah untuk menilai tingkat Noise dalam system. Uji Dark Noise untuk menilai Exposure CR Kodak dari kaset dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : kaset CR dihapus terlebih dahulu tanpa memberikan paparan radiasi pada kaset kemudian kaset di scan dengan Imaging Processing Mode Pattern, mengevaluasi citra untuk melihat ada tidaknya ketidak seragaman, mencatat nilai exposure index dan nilai rata-rata pixel dengan menggunakan Region Of Interest ROI. Toleransi nilai exposure CR Kodak yang kurang dari 80, untuk kaset General Purpose GP b. Dosimetri Tujuan pengukuran dosimetri adalah untuk mengukur penerimaan dosis yang dibutuhkan untuk test Linearitas dan system Transfer, Kalibrasi Universitas Sumatera Utara indicator dosis pada reseptor Exposure Index , konsistensi detector indicator dosis Exposure Index dan ketidakseragaman Uji dosimetri dimulai dengan memposisiskan Unfors Xi pada jarak 1.2 m dari focus dan 30 cm berada diatas meja. Nilai mAs yg tepat dicari agar mendapatkan reseptor entrance airkerma 10 Gy, dengan menyinari 0.5 mm Cu pada tabung sinar-X, selanjutnya mencari nilai mAs untuk mendapatkan nilai receptor entrance 5 µGy, 12 µGy, 20 µGy, dan 50µGy. c. Linearitas dan Sistem Transfer Tujuan pengukuran adalah membuat hubungan antara dosis reseptor dan nilai pixel, sehingga hubungan ini dapat dikoreksi dalam tes efisiensi siklus penghapusan dan ketidakseragaman dan juga membuktikan bahwa exposure indek linear terhadap kenaikan dosis. Dilakukan dengan cara menyiapkan kaset 24cmx30cm dan meletakkannya pada jarak 150 cm dari focus, atur lapangan penyinaran seluas kaset . kemudian untuk mendapatkan dosis 5 µGy kaset disinari dengan 81 kV 1 mAs. Setelah 5 menit, kaset di scan dengan mode image processing pattern. Catat nilai Exposure index, nilai pixel pada tengah-tengah citra. Kemudian di ulangi dengan kondisi penyinaran 81 kV dengan variasi mAs masing-masing kaset 2.5 mAs, 4mAs dan 10mAs. Grafik hubungan antara nilai pixel dengan dosis reseptor, di buat untuk mencari persamaan Sistem Transfer Properties STP yang nantinya digunakan untuk mengoreksi uji efisiensi siklus Penghapusan dan Keseragaman. Toleransi yang diperkenankan untuk semua citra rasio k, indicator penyinaran ke penyinaran tidak bole lebih besar dari ± 10 dari nilai rata- rata k. Nilai R 2 pada perhitungan excel lebih besar dari 0,95. Persamaan STP tidak ada toleransi, grafik hubungan antara nilai pixel dan dosis merupakan persamaan logaritma. d. Efisiensi Siklus Penghapusan Tujuan pengukuran efisiensi siklus penghapusan adalah untuk melihat minimal sisa sinyal pada kaset setelah proses penghapusan dan Universitas Sumatera Utara scan.penilaian uji efisiensi siklus penghapusan adalah dengan melihat ada tidaknya sisa sinyal dari citra yang diperoleh dengan melakukan penyinaran pada kaset yang diletakkan diatas meja dengan jarak 150 cm dari focus, dengan lapangan penyinaran 14cm x 14 cm dan meletakkan material attenuasi pada tengah-tengah kaset CR dengan kondisi 80 kV, 25 mAs tanpa penambahan filter pada tabung, kemudia kaset di scan. Pada kaset yang sama dilakukan penyinaran dengan luas lapangan penyinaran 8cm x 8cm dengan kondisi penyinaran 80 kV, 0,5 mAs tanpa filter. Kemudian kaset di scan dengan mode processing pattern. Dengan mengatur windows sedimikian sempit, kemudian citra di evaluasi apakah ada sisa gambaran dari penyinaran yang pertama. Hasil uji dinyatakan lulus jika tidak terdapat gambaran bayangan, tetapi jika masih terdapat gambaran bayangan di perlukan analisa ROI. Sisa gambaran harus lebih kecil dari 1 antara koreksi STP nilai pixel pada area bayangan dan area sekitarnya. e. Kalibrasi Indikator Dosis Pada Reseptor Exposure Index Tujuannya adalah untuk menilai ke akurasian perhitungan nilai eksposi kaset dengan menggunakan indicator ekposi. Langkah-langkah yang dilakukan adalah meletakkan kaset 24 cm x 30 cm dengan jarak 150 cm dari focus, lapangan penyinaran diatur seluas kaset. Kemudian menyinari kaset dengan kondisi ekposi 81 kV dengan 3,2 mAs. Setelah 15 menit penyinaran kaset di scan dengan processing image mode pattern. Penyinaran dilakukan sebanyak dua kali, untuk mendapatkan nilai-nilai rata-rata exposure index. Exposure index pengukuran dibandingkan dengan hasil perhitungan ekposi indicator dengan persamaan : E kodak = 8.7 x 10 n Dimana n= Universitas Sumatera Utara Uji kalibrasi indicator dosis pada reseptor dinyatakan lulus jika nilai indicator ekposi dari Kodak E kodak senilai dengan nilai eksposi hasil pengukuran, dengan toleransi penyimpangan tidak lebih dari 20. f. Konsistensi Detektor Indikator Dosis exposure index Tujuannya adalah untuk menilai variasi sensitivitas antar kaset dan membuat baseline untuk memonitor system sensitivitas pada QA mendatang. Untuk mengetahui konsistensi detector indicator dosis dilakukan dengan cara membandingkan variasi hasil perhitungan exposure index masing-masing kaset, dengan toleransi variasi perhitungan exposure index harus tidak lebih besar dari 20 antar kaset. Kaset yang digunakan ukuran 18 cm x 24 cm, 24 cm x 30cm, 35 cm x 35 cm, 35cm x 43 cm. kaset secara bergantian diletakkan dengan jarak 150 cm dari focus, dan lapangan penyinaran seluas kaset dan kemudian menyinari kaset dengan kondisi 81 kV dengan 3, 2 mAs agar di dapatkan dosis 10 µGy. Kemudian kaset di scan dengan processing image mode pattern setelah menunggu 5 menit setelah penyinaran. g. Keseragaman Tujuannya adalah untuk menilai keseragaman sinyal yang terrekam dari kaset yang terpapar seragam. Respon yang tidak seragam dapat mempengaruhi klinis kualitas citra. Keseragaman di peroleh dengan membandingkan nilai rata- rata pixel pada 5 area ROI. Toleransi yang diperbolehkan yaitu rasio standar deviasi dari ke lima ROI dengan perhitungan menggunakan persamaan STP tidak lebih dari 9. Area dari ROI paling sedikit harus 10000 pixel dan di peroleh dengan mengukur lima area dari kaset 24 cm x 30 cm yang telah disinari dengan kondisi penyinaran 81 kV, 1,6mAs dengan jarak 150 cm dari fokus. Dari penyinaran posisi pertama dilakukan penyinaran ulang dengan tujuan menyiadakan ketidakseragaman di karenakan adanya anoda heal effect. Setelah lima menit penyinaran kaset di scan dengan mode image processing pattern. Universitas Sumatera Utara h. Kekaburan Blurring Tujuannya adalah untuk melihat ada tidaknya distorsi atau kekaburan dari citra. Uji kekaburan dilakukan dengan menilai dan memeriksa ada tidaknya gambaran distorsi pada citra. 3.4.3 Pengambilan Data Citra Dan Dosis Pada Pasien 1. Melakukan pengambilan data radiografi dengan objek thorax dewasa. Image radiografi thorax diperoleh dengan menggunakan dua kondisi penyinaran yang berbeda. Kondisi pertama menggunakan teknik radiografi standar dengan menggunakan tengangan tabung 66 kV, beban arus 8 mAs dan 85 kV, 6,3 mAs. Kondisi kedua menggunakan teknik tegangan kV tinggi dengan tegangan tabung 109 kV, beban arus 2,2 mAs. Penentuan tegangan tabung standarkV berdasarkan refrensi nilai eksposure indeks dari Kodak. Sedangkan pada tegangan tabung tinggi kV berdasarkan kondisi rutin untuk pemeriksaan Thorax dewasa dengan menggunakan Automatic Exposure Control AEC yaitu 109 kV dan 2.2 mAs. 2. Pada saat pengambilan citra, dilakukan juga pengambilan dosis ESD pada objek, dengan cara menempalkan TLD di tengah lapangan radiasi pada permukaan objek. TLD yang sudah terpapari radiasi kemudian di baca menggunakan TLD Reader dan didapatkan nilai dalam satuan nanoCoulomb, yang kemudian dikonversikan dalam satuan dosis mGy . FFD Focus Film Distance diatur sejauh 150 cm, fungsi film disini digantikan oleh image reseptor sedangkan FOD Focus Objec Distance merupakan jarak sumber sampai dengan permukaan objek. 3. Evaluasi citra dengan menggunakan standar quality criteria yang tercatat pada European Commission EUR 16260 EN 1996 . European Guidelines On Quality Criteria For Diagnostic Radiographic Image dengan parameter : Universitas Sumatera Utara Kriteria Citra Thorax :  Eksposi saat inspirasi penuh dan tahan nafas  Thorax tergambar secara simetris ditandai dengan posisi processus spinosus ditengah-tengah kedua clavikula.  Gambaran tepi medial scapula tidak menutupi paru-paru.  Seluruh tulang iga tergambar diafragma  Tergambar jelas gambaran paru-paru terutama peripheral vessel.  Terlihat gambaran tajam dari trachea dan proksimal bronkus  Batas jantung dan aorta jelas  Diafragma dan tepi lateral sudu costeoprenicus  Terlihat gambaran retrocardiac paru-paru dan mediastinum  Terlihat gambaran tulang belakang vertebrae thoracal melalui bayangan jantung. 4. Evaluasi dosis permukaan yang diterima pada objek 5. Evaluasi dengan menggunakan fantom LEEDS TOR CDR dan TOR 18FG untuk melihat detail kontras, resolusi. 6. Evaluasi hasil image dan ESD dari pasien Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN