Per Segmen Usaha

Per Segmen Usaha

Sebagai bagian dari keseluruhan strategi bisnis Perusahaan, kami mengubah pendekatan segmen usaha dari berbasis produk menjadi berbasis pelanggan di tahun 2012. Perubahan ini mengakibatkan perubahan penyajian informasi segmen di tahun 2012, dimana Manajemen mengubah laporan segmen dari segmen sambungan kabel tidak bergerak, sambungan nirkabel tidak bergerak, seluler dan lain-lain menjadi segmen korporat, perumahan, perorangan dan lain- lain. Kami juga menyajikan kembali informasi segmen untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011, tapi dengan alasan ketidakpraktisan, kami tidak menyajikan kembali informasi segmen untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2010.

Kami memiliki empat segmen operasi utama, yaitu korporat, perumahan, perorangan dan lain-lain. – Segmen korporat menyediakan jasa telekomunikasi diantaranya interkoneksi, sirkit langganan, satelit, VSAT,

contact center, broadband access, usaha layanan informasi teknologi serta data dan internet kepada perusahaan dan institusi;

– Segmen perumahan menyediakan jasa telekomunikasi tidak bergerak, TV berbayar serta data dan internet kepada pelanggan perumahan; – Segmen perorangan menyediakan jasa telekomunikasi seluler bergerak dan sambungan nirkabel tidak bergerak termasuk akses bergerak dan layanan teknologi informatika, data dan layanan internet kepada pelanggan perorangan; dan

– Segmen lain-lain yang menyediakan jasa pengelolaan gedung. Untuk informasi detail terkait informasi segmen kami, lihat catatan 38 pada Laporan Keuangan Konsolidasian. Hasil

segmen usaha kami untuk tahun 2011 dan 2012 adalah sebagai berikut:

Layanan per Segmen Pelanggan

Tahun yang berakhir 31 Desember

Segmen Korporat Satelit-transponder

2.360 Leased Channel & Satellite

161.890 Corporate Internet

(000) Mbps

42.639 Fixed wireline

Fixed broadband (Speedy)

(000) pelanggan

Segmen Perumahan Fixed wireline

7.316 Pay Television

(000) pelanggan

1.000 Fixed broadband (Speedy)

(000) pelanggan

1.558 Segmen Perorangan Seluler

(000) pelanggan

107.017 Fixed wireless (Classy + Trendy)

(000) pelanggan

14.238 Mobile broadband (Flash)

90 Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

TATA KELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PROFIL

INFORMASI TAMBAHAN

PERUSAHAAN DAN LINGKUNGAN

PERUSAHAAN

(BAGI PEMEGANG SAHAM

LAMPIRAN

ADR)

Hasil Operasi Berdasarkan Segmen

Tahun-tahun yang berakhir 31 Desember

Rp(miliar)

US$(juta)

Rp(miliar)

Korporat Pendapatan

Pendapatan eksternal

14.279 Pendapatan antar segmen

5.289 Jumlah pendapatan segmen

19.568 Beban Segmen

(15.659) Hasil Segmen

3.909 Beban penyusutan dan amortisasi

(1.890) Provisi penurunan nilai piutang

(255) Perumahan Pendapatan

Pendapatan eksternal

8.1 7 1 Pendapatan antar segmen

1.888 Jumlah pendapatan segmen

10.059 Beban Segmen

(8.322) Hasil Segmen

1.737 Beban penyusutan dan amortisasi

(1.389) Provisi penurunan nilai piutang

(454) Perorangan Pendapatan

48.733 Pendapatan antar segmen

Pendapatan eksternal

2.180 Jumlah pendapatan segmen

50.913 Beban Segmen

(34.679) Hasil Segmen

16.234 Beban penyusutan dan amortisasi

(1 1 .007) Provisi penurunan nilai piutang

(174) Lain-lain Pendapatan

Pendapatan eksternal

12 70 Pendapatan antar segmen

67 350 Jumlah pendapatan segmen

79 420 Beban Segmen

(342) Hasil Segmen

80 8 78 Beban penyusutan dan amortisasi

Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

ANALISA DAN HIGHLIGHTS

IKHTISAR

LAPORAN MANAJEMEN

TINJAUAN BISNIS

PEMBAHASAN MANAJEMEN

HASIL SEGMEN

Segmen Perorangan Pendapatan

perorangan meningkat sebesar Tahun yang berakhir 31 Desember 2012 dibandingkan dengan

segmen

Rp5.362 miliar, atau 10,5%, dari Rp50.913 miliar pada tahun 2011 tahun yang berakhir 31 Desember 2011

menjadi Rp56.275 miliar pada tahun 2012, terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan seluler sebesar Rp4.957 miliar, atau

Segmen Korporat naik 15,0%, dan peningkatan pendapatan interkoneksi sebesar Pendapatan

dibanding tahun 2011. Rp2.479 miliar, atau 12,7%, dari Rp19.568 miliar pada tahun

seluler terutama disebabkan 2011 menjadi Rp22.047 miliar pada tahun 2012. Peningkatan

Peningkatan

pendapatan

fitur seluler sebesar pendapatan segmen ini terutama disebabkan kenaikan

peningkatan

pendapatan

Rp2.553 miliar, atau 49,1% dan peningkatan pendapatan SLJJ pendapatan interkoneksi Rp1.632 miliar, atau 40,8% terutama

seluler sebesar Rp1.397 miliar ditahun 2012 dibandingkan tahun karena peningkatan pendapatan IP transit dan SLI outgoing.

2011, atau 20,6%. Peningkatan pendapatan interkoneksi terutama Pendapatan internet dan data naik sebesar Rp705 miliar, atau

disebabkan karena peningkatan pendapatan seluler lokal. 15,8% terutama disebabkan kenaikan pendapatan metro ethernet serta data, internet dan layanan telekomunikasi sejalan dengan

Beban segmen perorangan meningkat sebesar Rp1.693 miliar, peningkatan volume data metro ethernet sebesar 70,8%, dari

atau 4,9%, dari Rp34.679 miliar pada tahun 2011 menjadi 140.733 Mbps di tahun 2011 menjadi 240.315 Mbps di 2012.

Rp36.372 miliar pada tahun 2012, terutama karena peningkatan beban interkoneksi sebesar Rp196 miliar, atau 4,2%, dan

Beban segmen korporat meningkat sebesar Rp2.317 miliar, peningkatan beban operasi dan pemeliharaan sebesar atau 14,8%, dari Rp15.659 miliar pada tahun 2011 menjadi

Rp1.025 miliar, atau 7,6%. Peningkatan beban operasi dan Rp17.976 miliar pada tahun 2012, terutama disebabkan karena

pemeliharaan terutama disebabkan peningkatan beban kenaikan beban operasi dan pemeliharaan sebesar Rp1.763 miliar,

transportasi beban frekuensi radio. Di sisi lain beban penyusutan atau 31,4% terutama akibat peningkatan beban kerja sama serta

menurun sebesar Rp1.066 miliar, atau 9,9% disebabkan karena beban operasi dan pemeliharaaan antena dan tower. Beban

penurunan beban penurunan nilai aset dari Rp563 miliar pada karyawan juga meningkat sebesar Rp459 miliar, atau 15,1% dari

tahun 2011 menjadi Rp247 miliar pada tahun 2012. tahun 2011.

Segmen Lain-lain

Segmen Perumahan

lain-lain meningkat sebesar Pendapatan

Pendapatan

segmen

Rp345 miliar, atau 82,1%, dari Rp420 miliar pada tahun Rp476 miliar, atau 4,7%, dari Rp10.059 miliar pada tahun 2011

segmen perumahan

menurun

sebesar

2011 menjadi Rp765 miliar pada tahun 2012 disebabkan menjadi Rp9.583 miliar pada tahun 2012 yang terutama

peningkatan pendapatan layanan telekomunikasi lainnya dari disebabkan penurunan pendapatan sambungan telepon tidak

TelkomProperty sebesar Rp273 miliar, atau 368% sebagai hasil bergerak sebesar Rp616 miliar, atau 10,2% akibat penurunan ARPU

dari peningkatan pendapatan manajemen proyek sebesar wireline serta penurunan pemakaian dikarenakan pergeseran

Rp57 miliar, atau 102,8% dan pendapatan jasa keamanan sebesar pemakaian ke layanan telepon seluler dan telepon nirkabel tidak

Rp206 miliar, atau 100%. Sebagai tambahan, pendapatan sewa bergerak.

gedung meningkat sebesar Rp71 miliar, atau 20,5% disebabkan peningkatan pendapatan sewa gedung sebesar Rp24 miliar, atau

Beban segmen perumahan turun sebesar Rp383 miliar, atau 48,7% dan pemeliharaan gedung sebesar Rp46 miliar, atau 15,6%. 4,6%, dari Rp8.322 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp7.939 miliar pada tahun 2012, terutama disebabkan kenaikan pendapatan

Beban segmen lain-lain meningkat sebesar Rp343 miliar, atau ganti rugi sebesar Rp521 miliar karena adanya klaim asuransi

100,3%, dari Rp342 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp685 miliar sehubungan dengan kegagalan peluncuran satelit Telkom-3 dan

pada tahun 2012 terutama karena peningkatan beban operasi dan peningkatan beban karyawan sebesar Rp382 miliar, atau naik

pemeliharaan sebesar Rp154 miliar, atau 37,4% yang disebabkan 11,7% dibandingkan tahun 2011.

peningkatan pada beban manajemen proyek, beban terkait operasional gedung dan tanah serta beban listrik, gas, dan air.

Segmen Korporat

Segmen Perumahan

Segmen Perorangan

(miliar Rupiah)

(miliar Rupiah)

(miliar Rupiah)

92 Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

TATA KELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PROFIL

INFORMASI TAMBAHAN

PERUSAHAAN DAN LINGKUNGAN

PERUSAHAAN

(BAGI PEMEGANG SAHAM

LAMPIRAN

ADR)

Tinjauan Keuangan

A. Perbandingan Posisi Keuangan

Tahun-tahun yang berakhir 31 Desember

Rp(miliar)

US$(juta)

Rp(miliar)

Rp(miliar)

POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Jumlah Aset Lancar

18.729 Jumlah Aset Tidak Lancar

81.772 Jumlah Aset

100.501 Jumlah Liabilitas Jangka Pendek

20.473 Jumlah Liabilitas Jangka Panjang

23.613 Jumlah Liabilitas

44.086 Ekuitas yang dapat didistribusikan ke

44.419 pemilik entitas induk

*Dinyatakan kembali, lihat Catatan 48 pada Laporan Keuangan Konsolidasian

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 - Penurunan aset tak berwujud sebesar Rp346 miliar, dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada

atau 19,3%.

tanggal 31 Desember 2011

LIABILITAS DAN EKUITAS ASET

Liabilitas Jangka Pendek

Aset Lancar

Pada tanggal 31 Desember 2012, posisi liabilitas jangka Pada tanggal 31 Desember 2012 posisi aset lancar

pendek mencapai Rp24.107 miliar (US$2.501 juta) mencapai Rp27.973 miliar (US$2.901 juta) dibandingkan

dibandingkan Rp22.189 miliar pada 31 Desember 2011. Rp21.258 miliar pada 31 Desember 2011. Peningkatan aset

Peningkatan liabilitas jangka pendek kami terutama lancar kami terutama disebabkan oleh meningkatnya

disebabkan oleh:

aset keuangan lancar lain sebesar Rp3.965 miliar, - Peningkatan beban yang masih harus dibayar atau 1.063,0%, serta kas dan setara kas kami sebesar

sebesar Rp1.373 miliar, atau 28,7%, terutama terkait Rp3.484 miliar, atau 36,2%.

dengan gaji dan tunjangan sebesar Rp591 miliar serta program pensiun dini sebesar Rp699 miliar;

Peningkatan di atas sebagian dikompensasi oleh:

dan

- Penurunan aset tersedia untuk dijual sebesar - Peningkatan utang pajak sebesar Rp805 miliar, atau Rp791 miliar, atau 100,0% karena sudah dijual/

direalisasikan di tahun 2012 dan tidak adanya penambahan aset yang tersedia untuk dijual di tahun

Peningkatan di atas sebagian dikompensasi oleh 2012; serta

pihak ketiga sebesar - Penurunan

Rp1.042 miliar, atau 13,2%, yang terutama terkait dengan Rp415 miliar, atau 52,7%.

pembelian peralatan, material dan layanan dari pihak ketiga.

Aset Tidak Lancar Pada tanggal 31 Desember 2012, posisi aset tidak lancar

Liabilitas Jangka Panjang

mencapai Rp83.396 miliar (US$8.653 juta) dibandingkan Pada tanggal 31 Desember 2012, posisi liabilitas jangka Rp81.796 miliar pada 2011. Peningkatan aset tidak lancar

panjang mencapai Rp20.284 miliar (US$2.105 juta) terutama disebabkan peningkatan aset tetap sebesar

dibandingkan Rp19.884 miliar pada 31 Desember 2011. Rp2.150 miliar, atau 2,9%. Peningkatan di atas sebagian

Liabilitas jangka panjang kami mengalami peningkatan dikompensasi oleh:

terutama disebabkan oleh peningkatan utang sewa - Penurunan uang muka dan aset tidak lancar lainnya

pembiayaan sebesar Rp1.500 miliar, atau 477,7%. sebesar Rp307 miliar, atau 8,0% karena penurunan

Peningkatan tersebut dikompensasi dengan: uang muka pembelian aset tetap; dan

Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

ANALISA DAN HIGHLIGHTS

IKHTISAR

LAPORAN MANAJEMEN

TINJAUAN BISNIS

PEMBAHASAN MANAJEMEN

- Penurunan liabilitas pajak tangguhan sebesar

Aset Tidak Lancar

Rp735 miliar, atau 19,4%; Pada 31 Desember 2011 posisi aset tidak lancar - Penurunan utang bank sebesar Rp448 miliar, atau

mencapai Rp81.796 miliar (US$9.021 juta) dibandingkan 6,2%;

Rp81.772 miliar pada 31 Desember 2010. Perubahan aset - Penurunan pinjaman penerusan sebesar Rp221 miliar,

tidak lancar kami terutama disebabkan oleh peningkatan atau 11,0%; dan

uang muka dan aset tidak lancar lainnya sebesar - Penurunan obligasi dan wesel bayar sebesar

Rp722 miliar, atau 23,3%, dan peningkatan beban Rp172 miliar, atau 5,1%.

manfaat pensiun dibayar di muka sebesar Rp247 miliar, atau 33,2%. Peningkatan di atas sebagian dikompensasi

Ekuitas

oleh penurunan aset tetap sebesar Rp935 miliar, atau Jumlah ekuitas meningkat sebesar Rp5.997 miliar,

atau 9,8%, dari Rp60.981 miliar pada 31 Desember 2011 menjadi Rp66.978 miliar pada 31 Desember 2012.

LIABILITAS DAN EKUITAS

Peningkatan jumlah ekuitas terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah laba komprehensif tahun berjalan

Liabilitas Jangka Pendek

sebesar Rp18.388 miliar pada 31 Desember 2012, Pada 31 Desember 2011 posisi liabilitas jangka pendek diimbangi dengan dividen tunai sebesar Rp10.734 miliar

mencapai Rp22.189 miliar (US$2.447 juta) dibandingkan dan pembelian modal saham yang diperoleh kembali

Rp20.473 miliar pada 31 Desember 2010. Peningkatan sebesar Rp1.744 miliar. Sebagai hasilnya, laba ditahan

liabilitas jangka pendek kami terutama disebabkan mengalami peningkatan sebesar Rp5.723 miliar, atau

oleh:

18,0%, dan total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada - Peningkatan beban yang masih harus dibayar pemilik entitas induk meningkat sebesar Rp4.031 miliar

sebesar Rp1.381 miliar, atau 40,5%; dan atau 8,5% dari Rp47.510 miliar pada tanggal 31 Desember

- Peningkatan utang usaha pihak ketiga sebesar 2011 menjadi Rp51.541 miliar pada tanggal 31 Desember

Rp1.133 miliar, atau 16,8%.

2012. Peningkatan di atas sebagian dikompensasi oleh:

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 - Penurunan utang usaha pihak berelasi sebesar dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada

Rp327 miliar, atau 43,4%; dan tanggal 31 Desember 2010

- Penurunan pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun sebesar Rp491 miliar, atau

ASET

Aset Lancar

Liabilitas Jangka Panjang

Aset lancar berjumlah Rp18.729 miliar pada tanggal Pada 31 Desember 2011 posisi liabilitas jangka panjang

mencapai Rp19.884 miliar (US$2.193 juta) dibandingkan (US$2.344 juta) pada tanggal 31 Desember 2011

Rp23.613 miliar pada 31 Desember 2010. Penurunan mencerminkan peningkatan sebesar Rp2.529 miliar,

liabilitas jangka panjang kami terutama disebabkan atau 13,5%. Peningkatan tersebut antara lain disebabkan

oleh:

oleh: - Penurunan utang bank sebesar Rp3.025 miliar, atau - Peningkatan aset tersedia untuk dijual sebesar

29,5%; dan

Rp791 miliar, atau

penerusan sebesar

31 Desember 2011 dari Rp0 miliar pada tanggal

Rp729 miliar, atau 26,6%.

31 Desember 2010; - Peningkatan piutang usaha dari pihak ketiga

Ekuitas

sebesar Rp573 miliar, atau 14,6%, dari Rp3.936 miliar Jumlah ekuitas meningkat sebesar Rp4.566 miliar, atau pada tahun 2010 menjadi Rp4.509 miliar pada tahun

8,1%, dari Rp56.415 miliar pada 31 Desember 2010 menjadi 2011;

Rp60.981 miliar pada 31 Desember 2011. Peningkatan - Peningkatan

jumlah ekuitas terutama disebabkan oleh jumlah laba Rp514 miliar, atau 5,6%, dari Rp9.120 miliar pada

komprehensif tahun berjalan sebesar Rp15.481 miliar tanggal 31 Desember 2010 menjadi Rp9.634 miliar

pada tahun 2011, diimbangi dengan dividen tunai pada tanggal 31 Desember 2011. Lihat analisis

sebesar Rp8.849 miliar dan pembelian modal saham terperinci pada bagian arus kas bersih; dan

yang diperoleh kembali sebesar Rp2.059 miliar. Sebagai - Peningkatan

hasilnya, laba ditahan mengalami peningkatan sebesar Rp238 miliar, atau 178,9%, dari Rp133 miliar pada

Rp5.146 miliar, atau 19,4%, dan total ekuitas yang dapat tanggal 31 Desember 2010 menjadi Rp371 miliar

diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat pada tanggal 31 Desember 2011.

sebesar Rp3.091 miliar, atau 7,0%, dari Rp44.419 miliar pada tanggal 31 Desember 2010 menjadi Rp47.510 miliar pada tanggal 31 Desember 2011.

94 Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

TATA KELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PROFIL

INFORMASI TAMBAHAN

PERUSAHAAN DAN LINGKUNGAN

PERUSAHAAN

(BAGI PEMEGANG SAHAM

LAMPIRAN

ADR)

B. Perbandingan Laba Rugi Komprehensif

Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember

(Rp miliar)

(US$ juta)

(Rp miliar)

(Rp miliar) %

Pendapatan Pendapatan Telepon

Seluler Pendapatan pemakaian

28.024 40,9 Pendapatan abonemen bulanan

582 0,8 Jumlah Pendapatan Seluler

29.134 42,5 Tidak Bergerak Pendapatan pemakaian

9.287 13,6 Pendapatan abonemen bulanan

3.251 4,7 Call center

- - Pendapatan instalasi

223 0,3 Jumlah Pendapatan Tidak Bergerak

12.940 18 ,9 Jumlah Pendapatan Telepon

42.074 61,4 Pendapatan Data, Internet dan Jasa Teknologi Informatika Internet, komunikasi data dan jasa

8.297 12,1 teknologi informatika

Short Messaging Service ("SMS")

18 - Jumlah Pendapatan Data, Internet

19.801 28,9 dan Jasa Teknologi Informatika

Pendapatan Interkoneksi

3.735 5,4 Pendapatan Jaringan

1.058 1,5 Pendapatan Jasa Telekomunikasi Lainnya

1.961 2,8 Jumlah Pendapatan

68.629 100,0 Beban Usaha Beban Operasi, Pemeliharaan dan Jasa Telekomunikasi

8.836 19,1 Beban pemakaian frekuensi radio

Operasi dan pemeliharaan

2.892 6,3 Beban hak penyelenggaraan dan

1 .1 7 7 2,5 Kewajiban Pelayanan Universal

Listrik, gas dan air

841 1,8 Beban pokok penjualan telepon, set

1.067 top box, kartu SIM dan RUIM

384 0,8 Sewa sirkit dan CPE

215 0,5 Sewa kendaraan dan fasilitas

Beban pokok jasa teknologi

Beban perjalanan

91 0,2 Jumlah Beban Operasi, Pemeliharaan

16.046 34,7 dan Jasa Telekomunikasi

Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

ANALISA DAN HIGHLIGHTS

IKHTISAR

LAPORAN MANAJEMEN

TINJAUAN BISNIS PEMBAHASAN MANAJEMEN

Tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember

(Rp miliar)

(US$ juta)

(Rp miliar)

% (Rp miliar) %

29,7 14.612 31,6 Beban Karyawan Cuti, insentif dan tunjangan lainnya

Beban Penyusutan dan amortisasi

5,6 2.575 5,6 Gaji dan tunjangan

6,0 2.751 6,0 PPh karyawan

2,1 796 1,7 Beban pensiun berkala bersih

1,0 504 1,1 Program Pendi

1,0 - - Perumahan

0,4 214 0,5 Beban LSA

96 0,2 78 0,2 Beban imbalan kesehatan pasca kerja bersih

70 0, 2 68 0,1 Beban imbalan pasca kerja lainnya

52 0,1 42 0,1 Jumlah Beban Karyawan

17,1 7.332 15,9 Beban Interkoneksi

7,1 3.086 6,7 Beban Pemasaran

6,6 2.525 5,5 Beban Umum dan Administrasi

5,9 2.537 5,4 Rugi (laba) selisih kurs bersih

0,4 (43) (0,1) Beban lain-lain

0,4 145 0,3 Bagian rugi bersih perusahaan asosiasi

(14) Jumlah Beban

49.960 100,0 46.240 100,0 Penghasilan lain-lain

(548) Laba Usaha

22.937 Penghasilan pendanaan

421 Biaya pendanaan

(1.928) Laba Sebelum Pajak Penghasilan

21.416 Beban pajak penghasilan

(5.546) Laba Tahun Berjalan

15.870 Jumlah Pendapatan Komprehensif Lain - Bersih

26 3 11 34 Jumlah Laba Komprehensif Tahun Berjalan

15.904 Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan

11.537 kepada pemilik entitas induk

Laba komprehensif tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk

11.571 Laba per saham dasar

96 Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

TATA KELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PROFIL

INFORMASI TAMBAHAN

PERUSAHAAN DAN LINGKUNGAN

PERUSAHAAN

(BAGI PEMEGANG SAHAM

LAMPIRAN

ADR)

TINJAUAN KEUANGAN

Rp791 miliar, atau 9,7%, dari Rp8.114 miliar pada 2011 menjadi Rp7.323 miliar pada 2012 disebabkan

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 karena penurunan pemakaian lokal dan SLJJ. dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada tanggal

Lebih lanjut, pendapatan abonemen bulanan

31 Desember 2011 juga menurun sebesar Rp199 miliar, atau 6,6% di tahun 2012. Penurunan pendapatan sambungan

telepon tidak bergerak ini disebabkan oleh Jumlah

A. Pendapatan

penurunan penggunaan layanan telepon tidak Rp5.890 miliar, atau 8,3%, dari Rp71.253 miliar pada

bergerak karena beralihnya pengguna ke layanan 2011 menjadi Rp77.143 miliar pada 2012. Peningkatan

telepon seluler.

pendapatan di tahun 2012 terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan seluler, pendapatan

3. Pendapatan Data, Internet dan Jasa

data, internet dan jasa teknologi informatika serta

Teknologi Informatika

pendapatan interkoneksi dan pendapatan jasa Pendapatan data, internet dan jasa teknologi telekomunikasi lainnya, yang diimbangi dengan

informasi meningkat sebesar Rp3.700 miliar, penurunan pendapatan telepon tidak bergerak dan

atau 15,5%, dari Rp23.924 miliar pada 2011 jaringan.

menjadi Rp27.624 miliar pada 2012. Peningkatan pendapatan ini terutama disebabkan oleh

peningkatan pendapatan internet, komunikasi Pendapatan telepon seluler meningkat sebesar

1. Pendapatan Telepon Seluler

data dan jasa teknologi informatika sebesar Rp2.133 miliar, atau 7,5%, dari Rp28.598 miliar

Rp4.117 miliar, atau 38,3%, dari Rp10.740 miliar pada 2011 menjadi Rp30.731 miliar pada

di tahun 2011 menjadi Rp14.857 miliar di tahun 2012 terutama disebabkan oleh peningkatan

2012, yang dipicu oleh pertumbuhan pendapatan pendapatan

data komunikasi seluler dari pemakaian data oleh abonemen bulanan, yang sebagian diimbangi

pengguna ponsel dan kenaikan pelanggan Flash dengan penurunan pendapatan fitur.

sebesar 99,5%, dari 5,5 juta pelanggan di tahun 2011 menjadi 11,0 juta pelanggan di tahun 2012.

Pendapatan pemakaian meningkat sebesar Peningkatan pendapatan internet, komunikasi Rp2.288 miliar, atau 8,4%, dari Rp27.189 miliar

data dan jasa teknologi informatika juga sebagian di tahun 2011 menjadi Rp29.477 miliar di tahun

disebabkan oleh kenaikan pelanggan Speedy 2012 disebabkan karena peningkatan minutes

sebesar 30,9%, dari 1,8 juta pelanggan di tahun of usage sebesar 11,1% menjadi 184,8 miliar

2011 menjadi 2,3 juta pelanggan di tahun 2012, menit pada tahun 2012 dan peningkatan jumlah

peningkatan volume data yang melalui jaringan pelanggan sebesar 16,9%. Sedangkan pendapatan

VPN sebesar 41,9% dari 28.702 Mbps di 2011 abonemen

menjadi 40.748 Mbps di 2012, dan peningkatan Rp125 miliar, atau 21,9%, dari Rp571 miliar di tahun

volume data yang melalui metro ethernet 2011 menjadi Rp696 miliar di tahun 2012 terutama

sebesar 70,8%, dari 140.733 Mbps di 2011 menjadi disebabkan oleh peningkatan jumlah pelanggan

240.315 Mbps di 2012.

Flash dan Blackberry sebesar 93,1% dengan pendapatan tumbuh sebesar 21,5%. Peningkatan

Volume SMS menurun sebesar 47,8%, dari tersebut sebagian diimbangi dengan penurunan

226,4 miliar SMS menjadi 118,1 miliar SMS pada pendapatan fitur sebesar Rp280 miliar, atau

di tahun 2012, sementara pendapatan SMS 33,4%, dari Rp838 miliar di tahun 2011 menjadi

menurun lebih sedikit sebesar Rp462 miliar, atau Rp558 miliar di tahun 2012 disebabkan karena

3,5%, dari Rp13.093 miliar pada 2011 menjadi munculnya Peraturan Menkominfo No. 01/PER/M.

Rp12.631 miliar pada 2012. Penurunan volume KOMINFO/01/2009 tentang penyelenggaraan

SMS sejalan dengan peningkatan pemakaian jasa pesan premium dan pengiriman jasa pesan

internet-based messaging. Penurunan yang lebih singkat ke banyak tujuan.

sedikit pada pendapatan SMS disebabkan oleh penerapan interkoneksi berbasis biaya untuk

2. Pendapatan Sambungan Telepon Tidak

SMS pada 1 Juni 2012. Sebelum Juni 2012, SMS

Bergerak

dikirim dan diterima di antara operator dengan Pendapatan sambungan telepon tidak bergerak

menggunakan basis “ Sender Keeps All”. Efektif menurun sebesar Rp957 miliar, atau 8,2%, dari

pada 1 Juni 2012, sejalan dengan rezim interkoneksi Rp11.619 miliar pada 2011 menjadi Rp10.662 miliar

berbasis biaya untuk panggilan voice, Pemerintah pada 2012. Penurunan pendapatan sambungan

menerapkan interkoneksi berbasis biaya untuk telepon tidak bergerak terutama disebabkan oleh

SMS. Penerapan interkoneksi berbasis biaya untuk penurunan pada pendapatan pemakaian sebesar

SMS secara umum memberi keuntungan bagi

Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

ANALISA DAN HIGHLIGHTS

IKHTISAR

LAPORAN MANAJEMEN

TINJAUAN BISNIS

PEMBAHASAN MANAJEMEN

pendapatan SMS Telkomsel karena Telkomsel peningkatan substansial pada pelanggan Pay TV secara historis memiliki jumlah SMS masuk yang

sebesar 19,1% dari 1,0 juta pelanggan di tahun lebih besar daripada jumlah SMS keluar.

2011 menjadi 1,2 juta pelanggan di tahun 2012.

pendapatan diatas diimbangi Pendapatan interkoneksi terdiri dari pendapatan

4. Pendapatan Interkoneksi

Peningkatan

dengan penurunan pendapatan dari kompensasi interkoneksi dari sambungan telepon tidak

KPU yang disebabkan oleh penurunan proyek bergerak Telkom dan pendapatan interkoneksi

KPU untuk membangun layanan pusat internet dari jaringan seluler Telkomsel. Pendapatan

di berbagai ibu kota provinsi di tahun 2012 dan interkoneksi termasuk sambungan langsung

penurunan pendapatan bisnis direktori telepon. internasional incoming dari layanan SLI (TIC- 007).

7. Pendapatan lain

meningkat sebesar Pendapatan interkoneksi meningkat sebesar

Pendapatan

lain

Rp1.894 miliar dari Rp665 miliar pada tahun Rp764 miliar, atau 21,8%, dari Rp3.509 miliar

2011 menjadi Rp2.559 miliar pada tahun 2012. pada 2011 menjadi Rp4.273 miliar pada 2012.

Peningkatan ini terutama berkaitan dengan Peningkatan

kompensasi asuransi sebesar Rp1.772 miliar yang disebabkan

pendapatan

interkoneksi

diterima dari penjamin asuransi sehubungan interkoneksi domestik dan transit sebesar

oleh peningkatan

pendapatan

dengan asuransi Satelit Telkom-3 yang dibangun Rp547 miliar, atau 26,4%, dari Rp2.071 miliar

dan diluncurkan tetapi gagal mencapai orbitnya di tahun 2011 menjadi Rp2.618 miliar di tahun

pada tanggal 7 Agustus 2012, Lihat Catatan 11 2012 disebabkan terutama karena peningkatan

pada Laporan Keuangan Konsolidasian. interkoneksi seluler sebesar Rp538 miliar, atau 30,2%, dan pendapatan interkoneksi

B. Beban

internasional meningkat sebesar Rp217 miliar, Jumlah beban meningkat sebesar Rp4.044 miliar, atau 15,1%, yang disebabkan adanya promo tarif

atau 8,1%, dari Rp49.960 miliar pada 2011 menjadi panggilan internasional ke semua negara tujuan

Rp54.004 miliar pada 2012. Peningkatan jumlah dan meningkatnya jumlah panggilan masuk ke

beban terutama disebabkan oleh meningkatnya pelanggan seluler.

beban operasi dan pemeliharaan, beban karyawan dan beban interkoneksi dengan penjelasan lebih

Jumlah pendapatan interkoneksi mencapai

lanjut sebagai berikut:

kontribusi sebesar 5,5% terhadap pendapatan konsolidasian

untuk

tahun yang

berakhir

1. Beban Operasi, Pemeliharaan dan Jasa

31 Desember 2012 dibandingkan dengan 4,9%

Telekomunikasi

untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011.

Beban

pemeliharaan dan jasa telekomunikasi meningkat sebesar Rp431 miliar,

operasi,

atau 2,6%, dari Rp16.372 miliar pada 2011 menjadi Pendapatan jaringan menurun sebesar Rp93

5. Pendapatan Jaringan

Rp16.803 miliar pada 2012. miliar, atau 7,1%, dari Rp1.301 miliar di 2011 menjadi Rp1.208 miliar pada 2012 terutama disebabkan

Peningkatan beban operasi, pemeliharaan dan oleh penurunan pada pendapatan sewa sirkit

jasa telekomunikasi lainnya juga disebabkan oleh sebesar Rp87 miliar, atau 9,5%, dari Rp911 miliar

hal-hal berikut:

di tahun 2011 menjadi Rp824 miliar di tahun 2012.

meningkat sebesar Penurunan ini disebabkan oleh penurunan tarif

- Beban

asuransi

Rp240 miliar, atau 55,7%, dari Rp431 miliar di sewa sirkit.

tahun 2011 menjadi Rp671 miliar di tahun 2012, disebabkan oleh peningkatan beban asuransi

6. Pendapatan Jasa

Telekomunikasi

aset tetap dari satelit Telkom-3;

- Beban hak penyelenggaraan dan KPU Pada 2012, pendapatan Telkom dari jasa

Lainnya

meningkat sebesar Rp217 miliar, atau 17,6%, telekomunikasi

dari Rp1.235 miliar di tahun 2011 menjadi Rp343 miliar, atau 14,9%, dari Rp2.302 miliar

Rp1.452 miliar di tahun 2012. Peningkatan pada 2011 menjadi Rp2.645 miliar pada 2012.

disebabkan adanya Peningkatan pendapatan ini terutama berasal

beban

tersebut

peningkatan dana yang dicadangkan untuk dari

proyek KPU periode berjalan, dari 1% menjadi Premise Equipment (CPE) dan terminal sebesar

1,9%, yang berdampak pada meningkatnya Rp307 miliar, atau 41,5%, dan peningkatan

belanja infrastruktur dan peningkatan jumlah pendapatan sewa sebesar Rp182 miliar, atau

pendapatan sebesar Rp5.889 miliar, atau 83,1% serta peningkatan pendapatan TV berbayar

8,3%, yang kami gunakan sebagai dasar sebesar Rp146 miliar, atau 56,4%. Pendapatan

perhitungan proyek KPU; dan TV

berbayar meningkat disebabkan oleh

98 Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

TATA KELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PROFIL

INFORMASI TAMBAHAN

PERUSAHAAN DAN LINGKUNGAN

PERUSAHAAN

(BAGI PEMEGANG SAHAM

LAMPIRAN

ADR)

- Beban pemakaian frekuensi radio meningkat

4. Beban Interkoneksi

meningkat sebesar Rp2.846 miliar di tahun 2011 menjadi

sebesar Rp156 miliar, atau 5,5%, dari

Beban

interkoneksi

Rp1.112 miliar, atau 31,3%, dari Rp3.555 miliar pada Rp3.002 miliar di tahun 2012. Peningkatan ini

tahun 2011 menjadi Rp4.667 miliar pada tahun disebabkan oleh peningkatan penggunaan

2012. Peningkatan ini disebabkan oleh naiknya bandwidth seluler.

beban interkoneksi domestik dan transit sebesar Rp1.050 miliar, atau 43,5%, dan peningkatan

Peningkatan di atas dimbangi oleh hal-hal pendapatan interkoneksi internasional. berikut: - Beban pokok penjualan telepon, set-up top

Beban interkoneksi mencapai 8,6% dari beban box kartu SIM dan RUIM menurun sebesar

konsolidasian untuk tahun 2012 dibandingkan Rp192 miliar, atau 21,8%, dari Rp879 miliar di

dengan 7,1% untuk tahun yang berakhir tahun 2011 menjadi Rp687 miliar di tahun 2012.

31 Desember 2011.

Penurunan ini disebabkan oleh packaging yang lebih murah untuk kartu SIM dan RUIM;

5. Beban Pemasaran

dan Beban pemasaran menurun sebesar Rp184 miliar, - Beban operasi dan pemeliharaan menurun

atau 5,6%, dari Rp3.278 miliar pada 2011 menjadi sebesar Rp179 miliar, atau 1,9%, disebabkan

Rp3.094 miliar pada 2012, terutama disebabkan oleh menurunnya beban yang terkait dengan

oleh penurunan beban iklan dan promosi sebesar peningkatan kapasitas stasiun penerima

Rp249 miliar, atau 9,1% yang disebabkan oleh dan transmisi serta layanan broadband

optimalisasi beban pemasaran. Telkomsel;

6. Beban Umum dan Administrasi

Beban umum dan administrasi meningkat sebesar Beban penyusutan dan amortisasi menurun

2. Beban Penyusutan dan amortisasi

Rp101 miliar, atau 3,4%, dari Rp2.935 miliar sebesar

pada 2011 menjadi Rp3.036 miliar pada 2012, Rp14.863

Rp407 miliar,

sebagian disebabkan oleh peningkatan beban Rp14.456 miliar pada 2012 yang terutama

umum sebesar Rp201 miliar, atau 61,7%, dari disebabkan

Rp326 miliar di tahun 2011 menjadi Rp527 miliar di penurunan

tahun 2012. Peningkatan beban umum disebabkan Rp316 miliar, atau 56,1%, dari Rp563 miliar

oleh peningkatan beban biaya pengganti di tahun 2011 menjadi Rp247 miliar di tahun

fasilitas kendaraan jabatan terkait dengan 2012. Sebagai tambahan, beban amortisasi

perubahan kebijakan perusahaan serta adanya menurun sebesar Rp23 miliar, atau 3,8%, dari

beban pesangon yang disebabkan pergantian Rp599 miliar di tahun 2011 menjadi Rp576 miliar

direksi di tahun 2012. Beban penyisihan piutang di tahun 2012 disebabkan oleh penurunan beban

dan persediaan usang meningkat sebesar penurunan nilai goodwill dan penurunan beban

Rp32 miliar, atau 3,6%, dari Rp883 miliar di amortisasi lisensi, dan beban penyusutan juga

tahun 2011 menjadi Rp915 miliar di tahun 2012. menurun sebesar Rp68 miliar, atau 0,5%, dari

Peningkatan ini terutama berasal dari penilaian Rp13.701

individual dan kolektif tahun berjalan atas Rp13.633 miliar di tahun 2012. Penurunan beban

miliar di

penurunan nilai piutang

penyusutan terutama disebabkan oleh beban penyusutan peralatan sentral telepon dan

Peningkatan beban penyisihan piutang dan jaringan akses.

persediaan usang diimbangi sebagian dengan penurunan beban sumbangan sosial sebesar

Rp161 miliar, atau 55,5%, dari Rp290 miliar di tahun Beban

3. Beban Karyawan

2011 menjadi Rp129 miliar di tahun 2012 Penurunan Rp1.231 miliar, atau 14,4%, dari Rp8.555 miliar pada

ini disebabkan oleh keputusan pemegang saham 2011 menjadi Rp9.786 miliar pada 2012. Peningkatan

untuk menurunkan rasio kontribusi laba bersih beban karyawan ini sebagian disebabkan oleh

perusahaan untuk tanggung jawab sosial dari peningkatan beban tunjangan cuti insentif dan

2,0% di tahun 2011 menjadi 1,0% di tahun 2012. tunjangan lainnya sebesar Rp586 miliar, atau 20,8%, dari Rp2.814 miliar di tahun 2011 menjadi Rp3.400

Beban jasa profesional menurun sebesar miliar di tahun 2012, peningkatan beban program

Rp48 miliar, atau 20,4%, sedangkan beban pensiun dini sebesar Rp182 miliar, atau Rp35,2%, dari

keamanan dan screening menurun sebesar Rp699 miliar di tahun 2012, dibandingkan dengan

Rp35 miliar, atau 36,1%, dari Rp97 miliar di tahun Rp517 di tahun 2011, serta peningkatan beban gaji

2011 menjadi Rp62 miliar di tahun 2012. dan tunjangan sebesar Rp256 miliar, atau Rp8,5%, dari Rp3.257 miliar di tahun 2012, dibandingkan dengan Rp3.001 di tahun 2011.

Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

ANALISA DAN HIGHLIGHTS

IKHTISAR

LAPORAN MANAJEMEN

TINJAUAN BISNIS

PEMBAHASAN MANAJEMEN

7. Rugi (laba) selisih kurs - bersih

H. Laba Tahun Berjalan yang dapat

Rugi selisih kurs bersih menurun sebesar

Diatribusikan kepada Kepentingan Non

Rp21 miliar, dari sebesar Rp210 miliar pada

Pengendali

2011 menjadi sebesar Rp189 miliar pada 2012. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada Penurunan

kepentingan non pengendali meningkat sebesar menurunnya nilai tukar Yen Jepang terhadap

Rp1.007 miliar, atau 22,4%, dari Rp4.505 miliar pada rupiah sebesar 4,3% dan naiknya aset Telkom

2011 menjadi Rp5.512 miliar pada 2012. akibat penguatan Dollar AS sebesar 6,3%.

I. Laba Tahun Berjalan yang dapat

8. Beban lain-lain

Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk

Beban lain-lain

Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan Rp1.781 miliar dari Rp192 miliar pada tahun 2011

meningkat

sebesar

kepada pemilik entitas induk meningkat sebesar menjadi Rp1.973 pada tahun 2012. Peningkatan

Rp1.885 miliar, atau 17,2%, dari Rp10.965 miliar pada ini terutama berkaitan dengan pengakuan

2011 menjadi Rp12.850 miliar pada 2012. kembali dari nilai tercatat Satelit Telkom-3 sebesar Rp1.606 miliar yang telah dibangun dan

J. Laba Bersih per Saham

diluncurkan tetapi gagal mencapai orbitnya pada Laba bersih per saham meningkat sebesar tanggal 7 Agustus 2012. Lihat Catatan 11 pada

Rp109 atau 19,5%, dari Rp560 di tahun 2011 menjadi Laporan Keuangan Konsolidasian.

Rp669 di tahun 2012.

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 Sebagai hasil dari hal-hal yang dijelaskan di atas,

C. Laba Usaha dan Marjin Laba Usaha

dibandingkan dengan tahun yang berakhir pada laba usaha meningkat sebesar Rp3.740 miliar,

tanggal 31 Desember 2010

atau 17,0%, dari Rp21.958 miliar pada 2011 menjadi Rp25.698 miliar pada 2012. Marjin laba meningkat

A. Pendapatan

dari 30,8% pada 2011 menjadi 33,3% pada 2012.

Jumlah

meningkat sebesar Rp2.624 miliar, atau 3,8%, dari Rp68.629 miliar

pendapatan

D. Laba Sebelum Pajak dan Marjin Laba

pada tahun 2010 menjadi Rp71.253 miliar pada

Sebelum Pajak

tahun 2011. Peningkatan pendapatan di tahun 2011 Sebagai hasil dari hal-hal yang dijelaskan sebelumnya,

terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan laba sebelum pajak meningkat sebesar Rp3.371 miliar,

data, internet dan jasa teknologi informatika, atau 16,2%, dari Rp20.857 miliar pada 2011 menjadi

jaringan dan jasa telekomunikasi lainnya yang Rp24.228 miliar pada 2012. Marjin laba sebelum

diimbangi dengan penurunan pendapatan telepon pajak meningkat dari 29,3% pada 2011 menjadi 31,4%

tidak bergerak, pendapatan telepon seluler dan pada 2012.

interkoneksi. Pendapatan telepon seluler, yang merupakan komponen terbesar dari pendapatan

usaha kami, menunjukkan sedikit penurunan sebesar Beban

E. Beban Pajak Penghasilan

Rp536 miliar, atau 1,8% di tahun 2011. Rp479 miliar, atau 8,9%, dari Rp5.387 miliar pada 2011 menjadi Rp5.866 miliar pada 2012, mengikuti

pajak penghasilan

menurun

sebesar

1. Pendapatan Telepon

peningkatan laba sebelum pajak. Pendapatan Telepon Seluler Pendapatan telepon seluler menurun sebesar

Rp536 miliar, atau 1,8%, dari Rp29.134 miliar Pendapatan komprehensif lain meningkat sebesar

F. Pendapatan Komprehensif Lain

pada tahun 2010 menjadi Rp28.598 miliar pada Rp15 miliar, atau 136,4%, dari Rp11 miliar pada 2011

tahun 2011 terutama disebabkan oleh penurunan menjadi Rp26 miliar pada 2012 disebabkan karena

pendapatan pemakaian, yang diimbangi dengan peningkatan pada selisih kurs karena penjabaran

peningkatan pendapatan fitur. laporan keuangan sebesar Rp24 miliar diimbangi dengan penurunan pada perubahan selisih bersih

Pendapatan pemakaian menurun sebesar nilai wajar aset keuangan tersedia untuk dijual

Rp835 miliar, atau 3,0%, dari Rp28.024 miliar sebesar Rp9 miliar.

di tahun 2010 menjadi Rp27.189 miliar di tahun 2011 disebabkan oleh penurunan pemakaian

lokal. Penurunan pada pendapatan pemakaian Laba komprehensif tahun berjalan meningkat

G. Laba Komprehensif Tahun Berjalan

diimbangi dengan peningkatan pada pendapatan sebesar

fitur sebesar Rp256 miliar, atau 44,0%, dari Rp15.481 miliar pada 2011 menjadi Rp18.388 miliar

Rp582 miliar di tahun 2010 menjadi Rp838 miliar pada 2012.

di tahun 2011.

100 Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

PROFIL PERUSAHAAN

TATA KELOLA PERUSAHAAN

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

INFORMASI TAMBAHAN (BAGI PEMEGANG SAHAM ADR)

LAMPIRAN

Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk 101

Pendapatan Sambungan

Telepon

Tidak

Bergerak Pendapatan sambungan telepon tidak bergerak menurun sebesar Rp1.321 miliar, atau 10,2%, dari Rp12.940 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp11.619 miliar pada tahun 2011. Penurunan pendapatan sambungan telepon tidak bergerak terutama disebabkan oleh penurunan pada pendapatan pemakaian sebesar Rp1.173 miliar, atau 12,6%, dari Rp9.287 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp8.114 miliar pada tahun 2011 yang disebabkan oleh penurunan pemakaian lokal dan SLJJ. Kemudian, pendapatan abodemen bulanan juga menurun sebesar Rp247 miliar, atau 7,6% di tahun 2011. Penurunan pendapatan sambungan telepon tidak bergerak ini terutama disebabkan oleh penurunan penggunaan layanan telepon tidak bergerak karena pelanggan beralih ke teknologi baru.

2. Pendapatan Data, Internet dan Jasa Teknologi Informatika Pendapatan data, internet dan jasa teknologi informatika meningkat sebesar Rp4.123 miliar, atau 20,8%, dari Rp19.801 miliar pada 2010 menjadi Rp23.924 miliar pada tahun 2011. Peningkatan pendapatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan internet, komunikasi data dan jasa teknologi informatika sebesar Rp2.443 miliar, atau 29,4%, dari Rp8.297 miliar di tahun 2010 menjadi Rp10.740 miliar di tahun 2011. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh peningkatan pelanggan Speedy sebesar 8,5%, dari 1,6 juta pelanggan di tahun 2010 menjadi 1,8 juta pelanggan ditahun 2011, dan peningkatan pelanggan Flash sebesar 45,7%, dari 3,8 juta pelanggan di tahun 2010 menjadi 5,5 juta pelanggan di tahun 2011. Peningkatan ini juga disebabkan oleh peningkatan volume data yang melalui jaringan VPN sebesar 18,4%, dari 24.237 Mbps menjadi 28.702 Mbps, dan peningkatan volume data yang melalui metro ethernet sebesar 131,0%, dari 60.924 Mbps menjadi 140.733 Mbps.

Pendapatan SMS

juga

berkontribusi

terhadap peningkatan pendapatan sebesar Rp1.804 miliar atau 16,0% dari Rp11.289 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp13.093 miliar pada tahun 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan volume SMS sebesar 13,4% dari 199,6 miliar SMS di tahun 2010 menjadi 226,4 miliar SMS di tahun 2011.

3. Pendapatan Interkoneksi

Pendapatan interkoneksi

turun

sebesar

Rp226 miliar, atau 6,1%, dari Rp3.735 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp3.509 miliar pada tahun

2011. Pendapatan interkoneksi internasional turun sebesar Rp123 miliar, atau 7,9%, dari Rp1.561 miliar di tahun 2010 menjadi Rp1.438 miliar di tahun 2011. Pendapatan interkoneksi domestik dan transit turun sebesar Rp103 miliar, atau 4,7%, dari Rp2.174 miliar di tahun 2010 menjadi Rp2.071 miliar di tahun 2011. Penurunan pendapatan interkoneksi sebagian disebabkan oleh penurunan pendapatan interkoneksi seluler sebesar Rp113 miliar, atau 6,0%, yang disebabkan oleh promosi dari industri seluler atas pengurangan tarif panggilan antar sesama pelanggan dalam satu penyedia jaringan. Selain itu, pemerintah menetapkan tarif interkoneksi yang lebih rendah di tahun 2011 dibandingkan dengan tarif di tahun 2010. Pendapatan interkoneksi juga menurun disebabkan

oleh

penurunan

pendapatan interkoneksi seluler dan internasional karena peningkatan substantial pada penggunaan VoIP untuk melakukan panggilan, termasuk melalui telepon seluler dengan menggunakan aplikasi seluler VoIP.

Pendapatan

interkoneksi

terdiri dari pendapatan

interkoneksi dari sambungan telepon tidak bergerak Telkom dan pendapatan interkoneksi dari jaringan seluler Telkomsel. Pendapatan interkoneksi termasuk sambungan langsung incoming dari layanan SLI (TIC-007).

Jumlah pendapatan interkoneksi berkontribusi sebesar 4,9% dari pendapatan konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada tanggal

31 Desember 2011 dibandingkan dengan 5,4% untuk tahun yang berakhir pada tanggal

31 Desember 2010.

4. Pendapatan Jaringan

Pendapatan jaringan meningkat sebesar Rp243 miliar, atau 23,0%, dari Rp1.058 miliar di tahun 2010 menjadi Rp1.301 miliar pada tahun 2011 terutama disebabkan oleh peningkatan substansial pada pendapatan sewa sirkit sebesar Rp224 miliar, atau 32,6%, dari Rp687 miliar di tahun 2010 menjadi Rp911 miliar di tahun 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya kapasitas sewa sirkit dari 40.451 E1 di tahun 2010 menjadi 118.357 E1 di tahun 2011 sejalan dengan peningkatan permintaan akibat pertumbuhan ekonomi yang diimbangi dengan penurunan tarif sewa sirkit.

Pendapatan sewa transponder satelit meningkat sebesar Rp19 miliar, atau 5,1%, dari Rp371 miliar di tahun 2010 menjadi Rp390 miliar di tahun 2011 yang disebabkan oleh peningkatan kapasitas sewa akibat adanya peningkatan permintaan.

ANALISA DAN HIGHLIGHTS

IKHTISAR

LAPORAN MANAJEMEN

TINJAUAN BISNIS

PEMBAHASAN MANAJEMEN

5. Pendapatan

Jasa

Telekomunikasi

Peningkatan beban operasi, pemeliharaan dan

Lainnya

jasa telekomunikasi juga disebabkan oleh hal-hal Pada

sebagai berikut:

telekomunikasi

- Beban sewa sirkit dan CPE meningkat sebesar Rp341 miliar, atau 17,4%, dari Rp1.961 miliar pada

Rp191 miliar, atau 88,8%, dari Rp215 miliar di tahun 2010 menjadi Rp2.302 miliar pada tahun

tahun 2010 menjadi Rp406 miliar di tahun 2011. Peningkatan pendapatan ini terutama

berasal dari peningkatan pendapatan TV - Beban hak penyelenggaraan dan KPU berbayar sebesar Rp100 miliar, atau 62,9%, dari

meningkat sebesar Rp58 miliar, atau 4,9%, Rp159

dari Rp1.177 miliar di tahun 2010 menjadi Rp259 miliar pada tahun 2011; peningkatan

Rp1.235 miliar di tahun 2011. Peningkatan kompensasi KPU sebesar Rp88 miliar, atau

beban ini mengikuti peningkatan jumlah 25,7%, dari Rp342 miliar di tahun 2010 menjadi

pendapatan sebesar 3,8%; dan Rp430 miliar di tahun 2011 serta peningkatan

meningkat sebesar pendapatan

- Beban

asuransi

Rp47 miliar, atau 12,2%, dari Rp384 miliar di Rp26 miliar, atau 22,2%, dari Rp117 miliar pada

tahun 2010 menjadi Rp431 miliar di tahun tahun 2010 menjadi Rp143 miliar pada tahun

2011. Peningkatan ini disebabkan oleh beban 2011.

asuransi atas kerusakan kabel bawah laut terkait bencana tsunami di Sumatera Barat

dan gempa di Sumbawa pada tahun 2010. disebabkan oleh peningkatan substansial pada pelanggan TelkomVision sebesar 369,7% dari

Peningkatan di atas sebagian dimbangi oleh hal- 212,9 ribu pelanggan di tahun 2010 menjadi

hal berikut:

1 juta pelanggan di tahun 2011 akibat promosi - Beban pokok penjualan telepon, set top yang intensif dan penurunan tarif. Pendapatan

box, kartu SIM dan RUIM turun sebesar dari kompensasi KPU meningkat terutama

Rp188 miliar, atau 17,6%, dari Rp1.067 miliar disebabkan oleh pendapatan dari proyek KPU

di tahun 2010 menjadi Rp879 miliar di tahun di tahun 2011 untuk membangun layanan pusat

2011. Penurunan ini disebabkan oleh kemasan internet di berbagai ibu kota provinsi. Pendapatan

yang lebih murah untuk kartu SIM dan RUIM; lain-lain meningkat disebabkan oleh pendapatan

- Beban pokok jasa teknologi informatika dari bisnis direktori telepon menjadi Rp349 miliar

turun sebesar Rp56 miliar, atau 28,0%, dari pada tahun 2011.

Rp200 miliar di tahun 2010 menjadi Rp144 miliar di tahun 2011. Penurunan ini

disebabkan oleh menurunnya jumlah lisensi Jumlah beban meningkat sebesar Rp3.720 miliar, atau

B. Beban

software akibat berakhirnya beberapa lisensi 8,0%, dari Rp46.240 miliar pada tahun 2010 menjadi

software dan penunjukan Sigma sebagai Rp49.960 miliar pada tahun 2011. Peningkatan jumlah

penyedia software serta menurunnya beban beban terutama disebabkan oleh meningkatnya beban

pemeliharaan software; dan karyawan, beban pemasaran serta beban interkoneksi.

- Beban pemakaian frekuensi radio menurun Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut:

sebesar

miliar, atau 1,6%, dari Rp2.892 miliar di tahun 2010 menjadi

Rp46

1. Beban Operasi, Pemeliharaan dan Jasa

Rp2.846 miliar di tahun 2011, disebabkan oleh

Telekomunikasi

peraturan baru yang dikeluarkan pada tanggal Beban

13 Desember 2010, dimana biaya hak pakai telekomunikasi

BTS yang dibayarkan kepada pemerintah Rp326 miliar, atau 2,0%, dari Rp16.046 miliar pada

meningkat

sebesar

tidak lagi dihitung berdasarkan jumlah BTS tahun 2010 menjadi Rp16.372 miliar pada tahun

yang dipakai, namun dihitung berdasarkan 2011. Peningkatan beban operasi, pemeliharaan

bandwidth yang digunakan. dan jasa telekomunikasi terutama disebabkan oleh peningkatan pada beban pemeliharaan

2. Beban Penyusutan dan Amortisasi

menara, gedung perkantoran dan BTS sebesar Beban penyusutan dan amortisasi meningkat Rp355 miliar, atau 4,0%, disebabkan oleh

miliar, atau 1,7%, dari meningkatnya beban karena adanya peningkatan

sebesar

Rp251

Rp14.612 miliar pada tahun 2010 menjadi kapasitas stasiun penerima dan transmisi serta

Rp14.863 miliar pada tahun 2011 yang terutama layanan broadband Telkomsel.

disebabkan

meningkatnya beban penyusutan sebesar Rp616 miliar, atau 4,7%, dari Rp13.085

oleh

tahun 2010 menjadi Rp13.701 miliar di tahun 2011, disebabkan oleh

miliar

di

102 Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

TATA KELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PROFIL

INFORMASI TAMBAHAN

PERUSAHAAN DAN LINGKUNGAN

PERUSAHAAN

(BAGI PEMEGANG SAHAM

LAMPIRAN

ADR)

beban penyusutan fasilitas pendukung, BTS setelah lima tahun, ARPU akan menurun sehingga dan peralatan switching yang diimbangi dengan

hanya tingkat pertumbuhan jangka panjang yang penurunan baban penyusutan untuk jaringan

dapat diabaikan akan dicapai dalam pasar yang kabel, peralatan pemrosesan data serta sewa

kompetitif.

pembiayaan. Perusahaan mengakui penurunan nilai untuk Dengan meningkatnya persaingan dalam pasar

aset-aset dalam kelompok unit penghasil kas layanan sambungan nirkabel tidak bergerak

layanan sambungan nirkabel tidak bergerak yang berdampak pada tarif rata-rata yang lebih

pada 31 Desember 2011, yang menyebabkan rendah, menurunnya jumlah pelanggan aktif, dan

rugi penurunan nilai sebesar Rp563 miliar menurunnya rata-rata pendapatan per pelanggan

(2010: nihil) yang diakui dalam laporan laba rugi (“ Average Revenue Per User” atau “ARPU”), kami

komprehensif konsolidasian sebagai bagian dari melakukan pengujian penurunan nilai untuk unit

“Penyusutan dan amortisasi”. Perubahan asumsi penghasil kas layanan telepon nirkabel tidak

penting, termasuk asumsi tingkat diskonto bergerak. Lihat “Faktor-faktor Risiko – Layanan

atau tingkat pertumbuhan dalam proyeksi telepon nirkabel tidak bergerak kami mengalami

arus kas, dapat mempengaruhi secara material persaingan ketat”. Jumlah tercatat aset terkait

perhitungan nilai pakai. Kenaikan sebesar 1% layanan telepon nirkabel tidak bergerak yang

pada tingkat diskonto yang digunakan akan mengalami penurunan nilai diturunkan hingga

penurunan nilai menjadi sebesar jumlah terpulihkan, yang ditentukan

menambah

rugi

Rp907 miliar. Namun jumlah terpulihkan dari unit oleh

penghasil kas layanan sambungan nirkabel tidak estimasi nilai pakai. Dalam menentukan nilai

bergerak sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pakai, manajemen menggunakan pertimbangan

manajemen dalam melaksanakan rencananya, dalam menentukan proyeksi kinerja operasional

termasuk rencana untuk menyelenggarakan masa depan, dan dalam menentukan tingkat

jasa layanan telepon nirkabel bergerak, yang pertumbuhan dan tingkat diskonto.

diharapkan akan menghasilkan surplus arus kas dan tingkat profitabilitas sesuai proyeksi.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut diterapkan Apabila kinerja dari unit penghasil kas layanan berdasarkan pemahaman kami atas informasi

telepon nirkabel tidak bergerak terus mengalami historis dan ekspektasi atas kinerja operasional

penurunan atau rencana-rencana manajemen masa depan. Proyeksi arus kas mencerminkan

tidak terlaksana seperti yang diharapkan dalam ekspektasi manajemen terhadap pendapatan,

periode keuangan selanjutnya, analisa harus pertumbuhan laba sebelum bunga, pajak,

dilakukan untuk menentukan apakah terdapat penyusutan, dan amortisasi (“Earnings Before

tambahan penurunan nilai di tahun yang akan Interest, Tax, Depreciation, and Amortisation”

datang.

atau “EBITDA”), dan arus kas operasi atas dasar unit penghasil kas layanan sambungan nirkabel

3. Beban Karyawan

meningkat sebesar bersih sejak tahun 2013 dan pengembalian tingkat

tidak bergerak menghasilkan surplus arus kas

Beban

karyawan

Rp1.223 miliar, atau 16,7%, dari Rp7.332 miliar profitabilitas di tahun 2016. Proyeksi arus kas

pada tahun 2010 menjadi Rp8.555 miliar pada manajemen juga mempertimbangkan ekspektasi

tahun 2011. Peningkatan beban karyawan ini wajar manajemen terhadap perkembangan kondisi

sebagian disebabkan oleh kenaikan beban ekonomi makro dan ekspektasi pasar terhadap

gaji dan tunjangan sebesar Rp250 miliar, atau industri telekomunikasi di Indonesia. Proyeksi

9,1%, dari Rp2.751 miliar di tahun 2010 menjadi tersebut mengasumsikan bahwa manajemen

Rp3.001 miliar di tahun 2011. Peningkatan ini akan menerima lisensi dan menyelenggarakan

sebagian disebabkan oleh kenaikan gaji dasar jasa layanan sambungan nirkabel bergerak

tahunan sebesar 8,0% untuk mengimbangi secara

efektif yang

keterbatasan pada jasa yang diselenggarakan sekarang dimana hanya dapat digunakan oleh

Selain itu, kenaikan juga disebabkan oleh pelanggan dalam kode area tertentu. Manajemen

adanya beban program pensiun dini sebesar menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak

Rp517 miliar di tahun 2011 dan tidak adanya sebesar 11,4%, yang berasal dari perhitungan

program pensiun dini yang ditawarkan di 2010. rata-rata tertimbang biaya modal Perusahaan

Beban cuti, insentif dan tunjangan lainnya setelah pajak dan diperbandingkan dengan data

juga memberikan kontribusi kenaikan sebesar eksternal yang tersedia. Tingkat pertumbuhan

Rp239 miliar, atau 9,3%, dari Rp2.575 miliar di perpetuitas yang digunakan adalah 0% dengan

tahun 2010 menjadi Rp2.814 miliar di tahun 2011, asumsi jumlah pelanggan akan terus meningkat

terutama disebabkan oleh kenaikan insentif.

Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

ANALISA DAN HIGHLIGHTS

IKHTISAR

LAPORAN MANAJEMEN

TINJAUAN BISNIS

PEMBAHASAN MANAJEMEN

Beban pajak

komprehensif di tahun 2010 menjadi 2,0% meningkat sebesar Rp247 miliar, atau 31,0%,

jumlah laba komprehensif di tahun 2011. Dana dari Rp796 miliar di tahun 2010 menjadi

ini dialokasikan secara merata untuk program Rp1.043 miliar di tahun 2011. Peningkatan

kemitraan dan bina lingkungan. ini mengikuti peningkatan beban gaji dan tunjangan.

Beban jasa profesional meningkat sebesar Rp72 miliar, atau 44,2%, dari Rp163 miliar pada

tahun 2010 menjadi Rp235 miliar pada tahun Beban

4. Beban Interkoneksi

Rp469 miliar, atau 15,2%, dari Rp3.086 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp3.555 miliar pada tahun

Peningkatan beban jasa profesional, sumbangan 2011. Beban interkoneksi meningkat terutama

sosial serta beban penyisihan piutang ragu- disebabkan peningkatan beban interkoneksi

ragu dan persediaan usang diimbangi oleh domestik seluler dan transit (beban interkoneksi

penurunan beban keamanan dan screening untuk panggilan antara sesama pelanggan

sebesar Rp118 miliar, atau 54,9%, dari Rp215 miliar Telkomsel yang diarahkan melalui jaringan

di tahun 2010 menjadi Rp97 miliar di tahun 2011. seluler operator lain), sebesar Rp434 miliar, atau

Penurunan ini disebabkan oleh kebijakan Telkom 21,9% sejalan dengan peningkatan pada jumlah

untuk melakukan penurunan jumlah tenaga pelanggan Telkomsel di 2011 sebesar 13,8%.

kerja keamanan dan menggunakan tenaga kerja keamanan dari entitas anak, bukan dari pihak

Beban interkoneksi

jumlah beban konsolidasian untuk tahun 2011 dibandingkan dengan 6,7% untuk tahun 2010.

Selain itu beban penagihan menurun sebesar Rp74 miliar, atau 18,5%, dari Rp401 miliar di tahun

2010 menjadi Rp327 miliar di tahun 2011. Beban

5. Beban Pemasaran

Rp753 miliar, atau 29,8%, dari Rp2.525 miliar pada

7. (Laba) Rugi Selisih Kurs – bersih

tahun 2010 menjadi Rp3.278 miliar pada tahun (Laba) rugi selisih kurs bersih menurun sebesar 2011, terutama disebabkan oleh peningkatan

Rp253 miliar, atau 588,4%, dari laba selisih kurs beban iklan dan promosi sebesar Rp749 miliar,

sebesar Rp43 miliar pada tahun 2010 menjadi atau 37,6%. Peningkatan beban iklan dan promosi

rugi selisih kurs sebesar Rp210 miliar pada tahun ini disebabkan oleh perubahan skema insentif

2011. Penurunan ini terutama disebabkan oleh dealer di Telkomsel.

apresiasi mata uang Yen dan Dolar AS sebesar 5,6% dan 0,7% di tahun 2011 yang berakibat pada

peningkatan biaya hutang dalam denominasi Yen Beban umum dan administrasi meningkat

6. Beban Umum dan Administrasi

dan Dolar AS.

sebesar Rp398

Rp2.537 miliar pada tahun 2010 menjadi

C. Laba Operasi dan Marjin Usaha Operasi

Rp2.935 miliar pada tahun 2011, sebagian Sebagai hasil dari hal-hal yang dijelaskan sebelumnya, disebabkan oleh peningkatan beban penyisihan

laba operasi menurun sebesar Rp979 miliar, atau piutang ragu-ragu dan persediaan usang sebesar

4,3%, dari Rp22.937 miliar pada 2010 menjadi Rp358 miliar, atau 68,2%, dari Rp525 miliar di

Rp21.958 miliar pada tahun 2011. Sementara itu, tahun 2010 menjadi Rp883 miliar di tahun 2011.

pendapatan meningkat sebesar Rp2.624 miliar, atau Peningkatan ini disebabkan perubahan penilaian

3,8%. Marjin laba menurun dari 33,4% pada tahun piutang ragu-ragu berdasarkan umur piutang

2010 menjadi 30,8% pada tahun 2011. menjadi tingkat kolektibilitas.

D. Laba Sebelum Pajak dan Marjin Laba

Selain itu, beban sumbangan sosial meningkat

Sebelum Pajak

sebesar Rp119 miliar, atau 69,6%, dari Rp171 miliar Sebagai hasil dari hal-hal yang dijelaskan sebelumnya, di tahun 2010 menjadi Rp290 miliar di tahun

laba sebelum pajak menurun sebesar Rp559 miliar, 2011. Peningkatan ini disebabkan oleh keputusan

atau 2,6%, dari Rp21.416 miliar pada tahun 2010 pemegang saham untuk meningkatkan jumlah

menjadi Rp20.857 miliar pada tahun 2011. Marjin laba dana

sebelum pajak menurun dari 31,2% pada tahun 2010 jawab sosial perusahaan dari 1,0% jumlah laba

yang dialokasikan

untuk

tanggung

menjadi 29,3% pada tahun 2011.

104 Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

TATA KELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PROFIL

INFORMASI TAMBAHAN

PERUSAHAAN DAN LINGKUNGAN

PERUSAHAAN

(BAGI PEMEGANG SAHAM

LAMPIRAN

ADR)

E. Beban Pajak Penghasilan

H. Laba Tahun Berjalan yang dapat Diatribusikan

Beban pajak penghasilan

menurun

sebesar

kepada Kepentingan Non Pengendali

Rp159 miliar, atau 2,9%, dari Rp5.546 miliar pada Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada tahun 2010 menjadi Rp5.387 miliar pada tahun 2011,

kepentingan non pengendali meningkat sebesar mengikuti penurunan laba sebelum pajak 2,6%.

Rp172 miliar, atau 4,0%, dari Rp4.333 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp4.505 miliar pada tahun 2011.

F. Pendapatan Komprehensif Lain

Pendapatan komprehensif lain menurun sebesar

I. Laba Tahun Berjalan yang dapat

Rp23 miliar, atau 67,6%, dari Rp34 miliar pada 2010

Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk

menjadi Rp11 miliar pada 2011 disebabkan karena Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada peningkatan di selisih kurs karena penjabaran laporan

pemilik entitas induk menurun sebesar Rp572 miliar, keuangan sebesar Rp5 miliar diimbangi dengan

atau 5,0%, dari Rp11.537 miliar pada tahun 2010 penurunan pada perubahan selisih bersih nilai

menjadi Rp10.965 miliar pada tahun 2011. wajar aset keuangan tersedia untuk dijual sebesar Rp28 miliar.

J. Laba bersih per saham

Laba bersih per saham menurun sebesar Rp27 atau

4,6%, dari Rp587 di tahun 2010 menjadi Rp560 di Laba komprehensif tahun berjalan menurun sebesar

G. Laba Komprehensif

tahun 2011.

Rp423 miliar, atau 2,7%, dari Rp15.904 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp15.481 miliar pada tahun 2011.

C. Perbandingan Arus Kas Bersih

Tabel berikut menyajikan informasi yang berhubungan dengan arus kas konsolidasi Perusahaan, seperti yang disajikan dalam (dan disiapkan dalam basis yang sama) pada Laporan Keuangan Konsolidasian.

Tahun-tahun yang berakhir 31 Desember

(Rp miliar)

(US$ juta)

(Rp miliar)

(Rp miliar)

Arus Kas Bersih: dari kegiatan operasi

27.759 untuk kegiatan investasi

(16.518) untuk kegiatan pendanaan

(9.820) Kenaikan (penurunan) bersih kas dan setara kas

1.421 Dampak perubahan kurs terhadap kas dan setara kas

17 5 (106) Kas dan setara kas pada awal tahun

7.805 Kas dan setara kas pada akhir tahun

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember

Rp11.311 miliar (US$1.173 juta) dibandingkan dengan

2012 dibandingkan dengan tahun yang berakhir

Rp14.505 miliar pada tahun 2011. Penurunan arus kas tersebut

pada tanggal 31 Desember 2011

terutama disebabkan oleh peningkatan pembayaran pembelian aset keuangan tersedia untuk dijual sebesar

Arus Kas dari Kegiatan Operasi

Rp3.975 miliar dan penurunan pembayaran kas untuk Pada tahun 2012 arus kas bersih yang dihasilkan

pembelian aset tetap sebesar Rp4.976 miliar, atau 37,7%. dari

Penurunan ini diimbangi sebagian dengan perolehan dari (US$2.898 juta), menurun dibandingkan Rp30.553 miliar pada

kegiatan operasi

klaim asuransi sebesar Rp1.862 miliar, atau 14.323,1%, terkait tahun 2011. Penurunan arus kas kami terutama disebabkan

klaim atas kegagalan peluncuran satelit Telkom-3. oleh peningkatan pembayaran kas untuk beban sebesar Rp8.235 miliar, atau 32,4% yang sebagian dikompensasi

Selain dari kas di tangan dan kas di bank, kami menginvestasikan dengan peningkatan penerimaan pendapatan dari pelanggan

sebagian besar kelebihan kas kami dari waktu ke waktu dalam sebesar Rp4.391 miliar, atau 6,5% karena meningkatnya

bentuk deposito berjangka. Sejak 14 Mei 2004, kami juga telah pendapatan kami.

menginvestasikan sebagian kelebihan uang kas kami dalam reksadana dan surat berharga lainnya yang berbasis mata

Arus Kas untuk Kegiatan Investasi

uang Rupiah. Pada tanggal 31 Desember 2012, aset keuangan Pada tahun 2012 arus kas bersih yang digunakan

lancar lainnya yang dimiliki dalam bentuk reksadana dan surat untuk kegiatan investasi menurun menjadi sebesar

berharga lainnya sebesar Rp4.338 miliar (US$450 juta).

Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

ANALISA DAN HIGHLIGHTS

IKHTISAR

LAPORAN MANAJEMEN

TINJAUAN BISNIS

PEMBAHASAN MANAJEMEN

Arus Kas dari Kegiatan Pendanaan

Peningkatan pembayaran pengembalian kas kepada Pada tahun 2012 arus kas bersih yang digunakan untuk

pelanggan sebesar Rp612 miliar, atau 158,5%. kegiatan pendanaan menurun menjadi sebesar Rp13.314 miliar

(US$1.381 juta) dibandingkan dengan Rp15.539 miliar di tahun

Arus Kas untuk Kegiatan Investasi

2011. Penurunan sebesar Rp2.225 miliar, atau 14,3% tersebut Pada tahun 2011 arus kas bersih yang digunakan untuk terutama disebabkan oleh penurunan pembayaran pinjaman

kegiatan investasi menurun menjadi sebesar Rp14.505 miliar penerusan dan utang bank sebesar Rp3.075 atau 41,9% dan

(US$1.600 juta) dibandingkan dengan Rp16.518 miliar pada penurunan pembayaran untuk saham yang diperoleh kembali

tahun 2010. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh sebesar Rp315 miliar, atau 15,3%. Penurunan ini diimbangi

penurunan pembayaran pembelian aset tetap sebesar sebagian dengan peningkatan pembayaran dividen tunai

Rp1.755 miliar, atau 11,7%.

sebesar Rp1.058 miliar, atau 17,4% kepada pemegang saham.

Arus Kas untuk Kegiatan Pendanaan Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember

Pada tahun 2011 arus kas bersih yang digunakan untuk

2011 dibandingkan dengan tahun yang berakhir

kegiatan

pendanaan

meningkat menjadi sebesar

pada tanggal 31 Desember 2010

Rp15.539 miliar (US$1.713 juta) dibandingkan dengan Rp9.820 miliar pada tahun 2010. Peningkatan ini terutama

Arus Kas dari Kegiatan Operasi

disebabkan oleh:

Pada tahun 2011 arus kas bersih yang dihasilkan dari kegiatan

Penurunan penerimaan kas dari pinjaman jangka panjang operasi meningkat menjadi sebesar Rp30.553 miliar

dan pinjaman lainnya sebesar Rp4.731 miliar, atau 56,9% (US$3.368 juta) dibandingkan Rp27.759 miliar pada tahun

sebagai dampak dari penurunan penerimaan kas dari 2010. Peningkatan arus kas dari kegiatan operasi tersebut

perolehan pinjaman penerusan dan utang bank sebesar terutama disebabkan oleh:

Rp2.146 miliar, atau 44,3%, serta penurunan penerimaan -

Peningkatan penerimaan kas dari pelanggan sebesar kas dari perolehan obligasi sebesar Rp2.991 miliar karena Rp2.953 miliar, atau 4,6% sebagai dampak dari

tidak ada obligasi yang diterbitkan pada tahun 2011; dan peningkatan pendapatan kami;

Peningkatan pembayaran kas untuk pembelian kembali -

Penurunan pembayaran kas kepada karyawan sebesar saham yang telah diterbitkan sebesar Rp2.059 miliar Rp484 miliar, atau 5,4%; dan

karena tidak dilakukan pembelian pada tahun 2010. -

Penurunan pembayaran pajak penghasilan sebesar Rp470 miliar, atau 8,1%.

Peningkatan tersebut diimbangi sebagian oleh penurunan Peningkatan arus kas dari kegiatan operasi tersebut diimbangi

pembayaran kas untuk pelunasan pinjaman jangka panjang sebagian oleh:

dan pinjaman lainnya sebesar Rp1.131 miliar, atau 12,4% yang -

Penurunan penerimaan tagihan restitusi pajak sebesar terutama disebabkan penurunan pembayaran kas untuk Rp659 miliar, atau 100,0% karena tidak ada tagihan

pelunasan pinjaman penerusan dan utang bank sebesar restitusi pajak yang diakui pada tahun 2011; dan

Rp1.382 miliar, atau 15,9%.

KEWAJIBAN DAN KOMITMEN

A. Kewajiban Kontraktual

Tabel berikut menyajikan informasi tentang kewajiban kontraktual pada tanggal 31 Desember 2012.

Jatuh Tempo Pembayaran

Kewajiban Kontraktual

Jumlah

Kurang Dari

1 Tahun

1-3 Tahun

3-5 Tahun

Lebih Dari

(Rp Miliar)

(Rp Miliar)

(Rp Miliar)

(Rp Miliar)

5 Tahun (Rp Miliar)

- Utang Jangka Panjang (2)(6)

Utang Jangka Pendek (1)(6)

3.068,0 Utang Sewa Pembiayaan (3)

675,0 Bunga Atas Utang Jangka Pendek, Utang

2 1 1 ,0 Jangka Panjang Dan Kewajiban Sewa Pembiayaan (7)

Operating Leases (4)

5.1 9 5 ,0 Kewajiban Pengadaan Yang Tidak Bersyarat (5)

9.149,0 (1) Terkait dengan utang jangka pendek yang diperoleh dari Bank Ekonomi dan Bank CIMB Niaga, lihat Catatan 16 pada Laporan

Keuangan Konsolidasian; (2) Lihat Catatan 17-20 pada Laporan Keuangan Konsolidasian; (3) Terkait dengan sewa pembiayaan untuk instalasi dan peralatan, kendaraan bermotor, perangkat pemrosesan dan perangkat kantor

untuk jaringan telekomunikasi Telkom Flexi dan CPE; (4) Terkait dengan sewa jaringan, peralatan telekomunikasi serta tanah dan bangunan; (5) Belanja modal yang disepakati di bawah pengaturan kontraktual; (6) Tidak termasuk komitmen kontraktual untuk suku bunga; (7) Lihat “Risiko–Risiko Terkait Dengan Bisnis Kami - Risiko-Risiko Keuangan – Kami Menghadapi Risiko Suku Bunga”.

106 Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

TATA KELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PROFIL

INFORMASI TAMBAHAN

PERUSAHAAN DAN LINGKUNGAN

PERUSAHAAN

(BAGI PEMEGANG SAHAM

LAMPIRAN

ADR)

Lihat Catatan 41 Laporan Keuangan Konsolidasian

B. Kewajiban Pokok Terutang

untuk detail lebih lanjut mengenai komitmen Saldo liabilitas konsolidasian (terdiri dari pinjaman kontraktual. Sebagai tambahan atas kewajiban

jangka panjang, pinjaman jangka panjang yang jatuh kontraktual di atas, pada tanggal 31 Desember

tempo dalam satu tahun dan utang bank) pada 2012, Telkom memiliki kewajiban jangka panjang

tanggal 31 Desember 2010, 2011 dan 2012, tercantum untuk pensiun, imbalan kesehatan pascakerja dan

pada tabel berikut:

penghargaan masa kerja. Telkom mengalokasikan Rp300 miliar untuk imbalan kesehatan pascakerja dan Rp186 miliar untuk program pensiun manfaat pasti di tahun 2012. Lihat catatan 34 dan 36 pada Laporan Keuangan Konsolidasian.

Tahun yang berakhir 31 Desember

(Rp miliar)

(US$ juta)

(Rp miliar)

(Rp miliar)

Rupiah Indonesia

17.667 Dolar Amerika Serikat (1)

3.147 Yen Jepang (2)

22.015 (1) Jumlah pada tanggal 31 Desember 2010, 2011 dan 2012, yang dikonversikan ke dalam Rupiah dengan kurs Rp9.015, Rp9.075 dan

Rp9.645= US$1, yaitu nilai jual Reuters untuk Dolar Amerika Serikat pada setiap tanggal tersebut. (2) Jumlah pada tanggal 31 Desember 2010, 2011 dan 2012, yang dikonversikan ke dalam Rupiah pada Rp110,8, Rp117,0 dan Rp111,8 = Yen 1, yaitu nilai tukar beli untuk Yen pada setiap tanggal tersebut.

Dari seluruh liabilitas Telkom Group pada tanggal tahun 2012, kas dan setara kas meningkat sebesar

31 Desember 2012, pembayaran yang dijadwalkan Rp3.484 miliar. Selama tahun 2012, peningkatan arus akan dilakukan pada tahun 2013, 2014-2015 dan

kas yang dihasilkan dari kegiatan operasi terutama 2016-2017 dan seterusnya masing-masing sebesar

peningkatan penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp5.658 miliar, Rp8.116 miliar dan Rp1.758 miliar.

Rp71.910 miliar.

Untuk informasi lebih lengkap mengenai liabilitas Kami mencatatkan pembayaran kembali bersih Telkom dan Telkomsel, lihat Catatan 16-20 pada

atas utang tahun berjalan untuk pinjaman sebesar Laporan Keuangan Konsolidasian.

Rp9.098 miliar pada tahun 2010, Rp7.967 miliar pada tahun 2011 dan Rp5.843 miliar pada tahun 2012. Arus

kas keluar pada tahun 2012 terutama digunakan Pada 2011 dan 2012, kami tidak mengajukan kontrak

C. Kontrak Material

untuk pembayaran:

material baru atau mengubah kontrak material yang

panjang sebesar sudah ada, di luar kontrak yang sudah dimasukkan

- Pinjaman

jangka

Rp4.259 miliar;

atau diubah dalam kegiatan usaha biasa. - Pinjaman jangka pendek sebesar Rp654 miliar;

dan

LIKUIDITAS

- Utang sewa pembiayaan sebesar Rp418 miliar.

Sumber Likuiditas

Kekuatan likuiditas internal kami tercermin dari Sumber utama likuiditas perusahaan adalah kas yang

rasio lancar, yaitu perbandingan antara aset lancar diperoleh dari kegiatan operasional dan pinjaman jangka

dibandingkan liabilitas jangka pendek, sebesar panjang melalui pasar modal serta pinjaman jangka

116,0% atau meningkat dari 95,8% di tahun 2011. panjang dan jangka pendek melalui fasilitas bank. Kami

membagi sumber likuiditas kami menjadi likuiditas

B. Likuiditas Eksternal

internal dan eksternal. Sumber likuiditas eksternal kami yang paling utama adalah utang bank jangka pendek dan jangka

panjang, pinjaman penerusan, obligasi dan wesel Dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo kami

A. Likuiditas Internal

bayar. Selama tahun 2012 likuiditas eksternal yang terutama mengandalkan likuiditas internal kami.

kami gunakan adalah:

Pada tanggal 31 Desember 2012, kami memiliki - Utang bank sebesar Rp3.936 miliar; dan kas dan setara kas sebesar Rp13.118 miliar. Selama

- Pinjaman jangka pendek sebesar Rp590 miliar;

Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

ANALISA DAN HIGHLIGHTS

IKHTISAR

LAPORAN MANAJEMEN

TINJAUAN BISNIS

PEMBAHASAN MANAJEMEN

C. Sumber Likuiditas yang belum digunakan

Fasilitas kredit yang tersedia tetapi belum kami

Rasio

manfaatkan antara lain:

Rp13.1 1 8 miliar Rp9.634 miliar - ABN Amro sebesar Rp1.925 miliar;

Kas

Rp4.338 miliar Rp373 miliar - CIMB Niaga sebesar Rp1.204 miliar;

Aset keuangan lancar

lainnya

- Bank BRI sebesar Rp214 miliar;

Rp579 miliar Rp758 miliar - Bank BNI, sebesar Rp200 miliar; dan

Persediaan

Rp27.973 miliar Rp2 1 .258 miliar - Sindikasi

Aset lancar

Liabilitas jangka pendek

Rp24.107 miliar Rp22.189 miliar

116,0% Rp2,5 miliar. 95,8%

Rasio lancar ( current ratio)

Rasio cepat ( quick ratio)

MODAL KERJA BERSIH 45,1 % Modal kerja bersih, dihitung dari selisih antara aset

Rasio kas ( cash ratio)

lancar dan liabilitas jangka pendek, berjumlah sebesar defisit Rp931 miliar pada 31 Desember 2011 dan surplus

B. Liabilitas Jangka Panjang

Rp3.866 miliar (US$401 juta) pada 31 Desember 2012. Kemampuan Perusahaan untuk membayar utang Peningkatan modal kerja bersih terutama disebabkan

jangka panjang dapat dilihat melalui rasio-rasio pada oleh:

tabel di bawah ini:

- Peningkatan substansial aset keuangan lancar lainnya, terutama aset keuangan tersedia untuk

Rasio

Rp1 9.275 miliar Rp1 7.871 miliar - Peningkatan

dijual, sebesar Rp3.965 miliar;

Utang (debt)

Rp51.541 miliar Rp47.510 miliar Rp3.484 miliar; dan

Rp2.055 miliar Rp1 .637 miliar - Penurunan utang usaha kepada pihak ketiga sebesar

Biaya pendanaan

Rp40.154 miliar Rp36.821 miliar Rp1.042 miliar.

EBITDA

Rasio utang terhadap

ekuitas ( debt to equity ratio)

Hal di atas diimbangi dengan:

Rasio utang terhadap

48,0% 48,5% - Peningkatan beban yang masih harus dibayar

EBITDA ( debt to EBITDA)

19,5 kali 22,5 kali - Peningkatan pinjaman jangka panjang yang jatuh

sebesar Rp1.373 miliar;

Rasio EBITDA terhadap

beban bunga ( times interest earned ratio)

tempo dalam satu tahun sebesar Rp808 miliar; dan - Penurunan aset tersedia untuk dijual sebesar Rp791 miliar.

Untuk pembahasan mengenai utang Perusahaan, lihat Catatan 16-20 pada Laporan Keuangan

Kami meyakini bahwa modal kerja kami memadai untuk

Konsolidasian.

memenuhi ketentuan yang ada saat ini. Telkom berharap modal kerja bersih dapat dipenuhi dari berbagai

KOLEKTIBILITAS PIUTANG

sumber pendanaan termasuk penerimaan kas dari Tingkat kolektibilitas piutang Perusahaan relatif stabil di kegiatan operasional dan pinjaman bank. Lihat bagian

tahun 2011 dan 2012, yang dapat dilihat melalui rasio- “Likuiditas”.

rasio pada tabel di bawah ini:

KEMAMPUAN MEMBAYAR UTANG Kemampuan Perusahaan membayar utangnya, baik

Rasio

jangka pendek ataupun jangka panjang, sangat

Rp5.223 miliar Rp4.915 miliar dipengaruhi oleh sumber likuiditas Perusahaan. Lihat

Piutang

Pendapatan

Rp77.143 miliar Rp7 1.253 miliar

24,7 hari pembahasan pada bagian “Likuiditas”. 25,2 hari

Lama penagihan rata-rata

( average collection period) Rasio perputaran piutang

14,8 kali 14,5 kali

A. Liabilitas Jangka Pendek

( receivable turnover)

Kemampuan Perusahaan untuk membayar liabilitas jangka pendeknya dapat dilihat melalui rasio-rasio pada tabel berikut:

Rasio-rasio di atas menunjukkan bahwa dalam menagih piutangnya, Perusahaan membutuhkan waktu rata-rata

25 hari. Selain itu, dana yang ditanam dalam piutang rata-rata dapat berputar 15 kali dalam satu tahun.

108 Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

TATA KELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PROFIL

INFORMASI TAMBAHAN

PERUSAHAAN DAN LINGKUNGAN

PERUSAHAAN

(BAGI PEMEGANG SAHAM

LAMPIRAN

ADR)

Perusahaan telah membentuk provisi atas penurunan tanggal 31 Desember 2012. Rasio hutang terhadap modal nilai piutang berdasarkan pada nilai ketertagihan dari

(“DER”) Telkom adalah 37,4% dan debt service coverage tingkat penurunan nilai historis dan nilai individual

ratio adalah 4,3 kali, mengindikasikan kemampuan dari kualitas kredit dan historis kredit dari para

perusahaan yang tinggi dalam melunasi hutangnya. pelanggan sebesar Rp2.047 miliar di tahun 2012 dan

Tingkat hutang ditentukan pada strategi usaha saat ini Rp1.732 miliar di tahun 2011. Pada tanggal 31 Desember

dan masa depan. Untuk mendapatkan tingkat hutang 2012 dan 2011, nilai tercatat piutang usaha Perusahaan dan

yang optimal, kami juga mempertimbangkan tingkat entitas anak yang dipertimbangkan telah jatuh tempo

rasio hutang dengan membandingkan sesama industri tetapi tidak diturunkan nilainya masing-masing sebesar

telekomunikasi di kawasan regional. Rp2.189 miliar dan Rp2.068 miliar. Manajemen menyimpukan bahwa piutang yang telah jatuh tempo

Lihat Catatan 45 pada Laporan Keuangan Konsolidasian tetapi tidak diturunkan nilainya, termasuk dengan

untuk informasi kebijakan Manajemen atas struktur piutang usaha yang tidak jatuh tempo dan juga tidak

modal.

diturunkan nilainya, adalah terutang dari para pelanggan dengan historis piutang yang tertagih dengan baik dan

BELANJA MODAL

diharapkan dapat terpulihkan. Pada tahun 2012, belanja modal Perusahaan sebesar Rp17.272 miliar (US$1.792 juta), lebih kecil dari anggaran

Untuk pembahasan mengenai piutang Perusahaan, lihat belanja modal sebesar Rp19.863 miliar. Hal ini terutama Catatan 5 pada Laporan Keuangan Konsolidasian.

beberapa proyek

pembangunan SKKL.

STRUKTUR MODAL Struktur modal Telkom per 31 Desember 2012 adalah

Kami mengelompokkan kategori belanja modal berikut sebagai berikut:

ini untuk keperluan perencanaan, yaitu: -

Broadband services, terdiri dari akses broadband, IT, aplikasi dan konten, serta service node;

Network infrastructure, terdiri dari jaringan transmisi, Jangka Pendek

Jumlah (Rp miliar)

Porsi (%)

metro ethernet and Regional Metro Junction (“RMJ”), Jangka Panjang

dan IP backbone serta satelit;

Hutang

Optimazing legacy, terdiri dari telepon nirkabel tidak Modal

bergerak dan telepon kabel tidak bergerak; dan Jumlah Modal Yang Investasikan

- Belanja modal pendukung. Belanja modal Telkom Group pada tahun 2012,

Kami melakukan pendekatan kualitatif untuk menentukan mencapai Rp17.272 miliar, dimana dari jumlah tersebut, struktur permodalan dan tingkat hutang. Berdasarkan

Telkom sebagai entitas induk mengeluarkan belanja perjanjian sindikasi pinjaman hutang dengan BNI dan BRI

modal sebesar Rp4.040 miliar (US$419 juta), Telkomsel per tanggal 16 Juni 2009, kami diminta untuk menjaga

sebesar Rp10.656 miliar (US$1.106 juta) dan belanja tingkat rasio hutang terhadap modal tidak lebih dari 2,0

modal entitas anak lainnya sebesar Rp2.576 miliar dan debt service coverage ratio diatas 1,25 kali. Pada

(US$267 juta) dengan rincian sebagai berikut:

Tahun-tahun yang berakhir 31 Desember Tabel realisasi belanja modal

(Rp miliar)

(Rp miliar)

(Rp miliar)

(Rp miliar)

Telkom (Entitas Induk) Broadband services

1.312 Network infrastructure

2.208 Optimizing legacy

219 Sub total untuk Telkom (Entitas Induk)

5.652 Entitas Anak Telkomsel

836 Subtotal untuk Entitas Anak

13.509 Jumlah untuk Telkom Group

Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

ANALISA DAN HIGHLIGHTS

IKHTISAR

LAPORAN MANAJEMEN

TINJAUAN BISNIS

PEMBAHASAN MANAJEMEN

Jumlah aktual pengeluaran belanja modal dapat berbeda memiliki ikatan material untuk investasi barang modal dari angka-angka yang dicantumkan di atas karena

terkait dengan pembangunan gedung Telkom Landmark beberapa sebab, termasuk namun tidak terbatas pada,

Tower dan pengadaan menara telekomunikasi. perekonomian Indonesia, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, Euro ataupun mata uang asing lainnya yang

Lihat Catatan 44a pada Laporan Keuangan Konsolidasian relevan, ketersediaan pembiayaan dari pemasok atau

untuk pembahasan lengkap mengenai ikatan material fasilitas lain dengan persyaratan yang dapat kami

untuk pembelian barang modal. terima, masalah teknis dan non-teknis dalam pengadaan serta instalasi peralatan, maupun kemungkinan kami

B. Sumber Dana

memasuki bisnis-bisnis yang baru. Secara historis, kami membiayai belanja modal terutama dari kas dari aktivitas operasional. Di tahun 2013, kami

IKATAN MATERIAL UNTUK INVESTASI BARANG

mengalokasikan belanja modal sekitar Rp27,2 triliun,

MODAL

meningkat cukup signifikan dibandingkan tahun 2012. Peningkatan anggaran belanja modal yang signifikan

tersebut sebagian besar akan dialokasikan secara Di tahun 2012, kami memiliki ikatan material dengan beberapa

A. Tujuan dari Ikatan

proporsional ke layanan broadband dan juga peningkatan kontraktor, terutama sehubungan dengan pengadaan dan

ke entitas anak. Kami memperkirakan akan mendanai instalasi peralatan sentral telepon, peralatan transmisi dan

sebagian besar kebutuhan belanja modal di 2013 dari kas jaringan kabel. Hal ini diantaranya terkait dengan proyek

yang berasal dari aktivitas operasional, namun kami juga pembangunan broadband access dengan platform MSAN,

dapat mempertimbangkan alternatif sumber-sumber proyek GPON, proyek ekspansi metro ethernet, proyek

pendanaan lain.

Palapa Ring Mataram-Kupang, proyek SKKL Sumatera-

Bangka, proyek SKKL Tarakan-Tanjung Selor, proyek SKKL Sumber dana yang digunakan untuk memenuhi ikatan Jakarta-Bangka-Batam-Singapura dan proyek SKKL

di atas diharapkan berasal dari sumber dana internal Luwuk-Tutuyan.

maupun eksternal Perusahaan. Lihat pembahasan pada bagian “Belanja Modal”.

Entitas anak kami, Telkomsel, juga memiliki ikatan material

untuk investasi barang modal, diantaranya terkait dengan

C. Mata Uang yang Menjadi Denominasi

pembangunan jaringan kombinasi 2G dan 3G serta Pada tanggal 31 Desember 2012, rincian ikatan material pengadaan peralatan dan jasa terkait Next Generation

untuk pembelian barang modal berdasarkan mata uang, Convergence IP RAN Rollout and Technical Support.

adalah sebagai berikut:

Selain itu, TelkomProperty dan Mitratel masing-masing

Mata Uang

Jumlah dalam Mata Uang Asing

(dalam jutaan)

Setara Rupiah

Rupiah

6.678 Dolar AS

D. Langkah-Langkah untuk Melindungi Risiko dari

meningkat diharapkan dapat disalinghapus dengan

deposito berjangka dan piutang dalam mata uang asing Perusahaan rentan terhadap risiko nilai tukar mata uang

Posisi Mata Uang Asing yang Terkait

yang ditetapkan minimal 25% dari liabilitas jangka pendek asing atas transaksi penjualan, pembelian dan pinjaman

terutang.

yang didenominasi dalam mata uang asing, terutama dalam Dolar AS dan Yen Jepang. Namun demikian,

Untuk pembahasan lebih detail mengenai ikatan material eksposur risiko nilai tukar mata uang asing Perusahaan

untuk investasi barang modal, lihat Catatan 41 dan 44 pada tidak material.

Laporan Keuangan Konsolidasian.

Manajemen mempunyai

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

manajemen risiko valuta asing sebagian besar melalui Tidak ada perubahan kebijakan akuntansi yang diterapkan penempatan deposito berjangka dan lindung nilai untuk

dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian tahun mengantisipasi risiko fluktuasi valuta asing untuk jangka

2012 kecuali bagi penerapan beberapa SAK yang telah direvisi waktu 3 sampai dengan 12 bulan. Risiko nilai tukar

dan berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2012, diantaranya: mata uang asing terhadap liabilitas Perusahaan yang

110 Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

TATA KELOLA TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PROFIL

INFORMASI TAMBAHAN

PERUSAHAAN DAN LINGKUNGAN

PERUSAHAAN

(BAGI PEMEGANG SAHAM

Dampak Penerapan SAK

PSAK 60, “Instrumen Keuangan: Pengungkapan” Perusahaan diharuskan untuk mengungkapkan tiga tingkat hierarki pengungkapan nilai wajar, risiko likuiditas serta penjelasan mengenai keandalan pengukuran nilai wajar.

ISAK 16, “Perjanjian Konsesi Jasa” Pendapatan terkait dengan jasa konstruksi atau pengembangan/ peningkatan dibawah perjanjian konsesi jasa diakui berdasarkan tahap penyelesaian kerja yang telah diselesaikan. Pendapatan operasi dan jasa diakui pada periode dimana jasa diberikan. Saat lebih dari satu jasa diberikan pada perjanjian konsesi jasa, penghasilan yang diterima dialokasikan dengan acuan pada nilai relatif dari jasa tersebut.

Selain itu, infrastruktur yang dikembangkan berdasarkan perjanjian konsesi jasa tidak diakui sebagai aset tetap dari operator.

ISAK 25, “Hak Atas Tanah” Perusahaan diharuskan untuk mencatat hak atas tanah termasuk biaya yang timbul untuk memproses dan memperpanjang hak atas tanah sebagai bagian dari aset tetap dan tidak diamortisasi.

Untuk pembahasan lengkap mengenai perubahan pada pernyataan SAK dan interpretasi pernyataan SAK, lihat Catatan 2a pada Laporan Keuangan Konsolidasian.

PERUBAHAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Selama tahun 2012 tidak terdapat perubahan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh signifikan terhadap Perusahaan.

Lihat pembahasan pada bagian “Informasi Tambahan (bagi Pemegang Saham ADR) – Dasar Hukum dan Peraturan”. PENGENDALIAN NILAI TUKAR Informasi Nilai Tukar

Tabel berikut memuat nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS berdasarkan nilai tukar tengah, yaitu nilai tengah antara kurs jual dan kurs beli Bank Indonesia untuk periode terlampir.

Pada akhir

(Rp Per US$1)

Februari (2) 9.667

9.678 Sumber: Bank Indonesia

Maret(22) (2) 9.743

(1) Menggunakan nilai tukar tengah pada hari kerja terakhir setiap bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia untuk periode yang bersangkutan. (2) Menggunakan nilai tukar tengah harian yang diumumkan oleh Bank Indonesia yang berlaku untuk periode yang bersangkutan.

Nilai tukar yang digunakan untuk menjabarkan aset dan liabilitas moneter yang berdenominasi mata uang asing adalah nilai tukar beli dan jual yang dipublikasikan oleh Reuters pada tahun 2010, 2011 dan 2012. Nilai tukar beli dan jual yang dipublikasikan oleh Reuters untuk aset dan liabilitas moneter masing-masing sebesar Rp9.005 dan Rp9.015 per Dolar AS posisi 31 Desember 2010, Rp9.060 dan Rp9.075 per Dolar AS posisi 31 Desember 2011 dan Rp9.630 dan Rp9.645 per Dolar AS posisi 28 Desember 2012.

Laporan Tahunan 2012 • PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk

IKHTISAR

LAPORAN MANAJEMEN

ANALISA DAN PEMBAHASAN

MANAJEMEN

HIGHLIGHTS TINJAUAN BISNIS