4. Rumus Z Score Altman
Tabel 2.4. Rumus Z Score Altman
Modifikasi tahun 1983
Zi = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5
X1 = (Aktiva lancar – Hutang lancar)/Total Aktiva X2 = Laba Yang Ditahan/Total Aset
X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aset
X4 = Nilai buku saham biasa dan preferen/Nilai buku total hutang
X5 = Penjualan/Total Aset
Titik cut-off yang dilaporkan Altman adalah berikut ini : Dengan Nilai Buku Distress area (Z <)
Grey area
1,20-2,90
Safe area (Z >)
Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai klasifikasi nilai Z dari model Altman Z- Score :
a. Distress area disini berarti perusahaan memperoleh nilai Z yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami kesulitan keuangan dan berpotensi pada kebangkrutan.
b. Grey area berarti perusahaan memperoleh nilai Z yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut masuk ke dalam zona abu-abu atau berada pada kondisi keuangan diantara financial distress dan kondisi keuangan yang aman.
c. Safe area berarti perusahaan memperoleh nilai Z yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sedang dalam kondisi keuangan yang aman atau tidak sedang mengalami financial distress.
2.5. Kerangka Pikir
Manajemen Keuangan : Bursa Efek Indonesia :
- Laporan Keuangan
Pasar Modal di Indonesia
- Kinerja Keuangan - Laporan Keuangan - Financial Distress - Kinerja Keuangan
- Kebijakan Deviden
Rumusan Masalah
Apakah kondisi pada perusahaan yang memiliki NOI negatif dan tidak melakukan pembayaran dividen lebih dari satu tahun dapat mengalami
Financial Distress?
Alat Analisis Z Score Model Altman
Z’ = 0,717 (X 1 ) + 0,847 (X 2 ) + 3,107 (X 3 ) + 0,420 (X 4 ) + 0,998 (X 5 )
Hasil Penelitian
Safe Area
Grey Area
Distress Area
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Untuk memudahkan pengertian tentang maksud dan tujuan penelitian ini maka penulis merasa perlu untuk memerikan definisi operasional sehubungan dengan judul penelitian ini tentang analisis financial distress pada perusahaan- perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Financial Distress adalah suatu kondisi kesulitan keuangan yang terjadi karena ketidakseimbangan hutang terhadap nilai aktiva perusahaan pada suatu waktu tertentu.
Bursa Efek Indonesia adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk perdagangan efek saham yang berkedudukan di Jakarta.
Perusahaan adalah objek dari penelitian yang dalam hal ini dibatasi yaitu hanya pada perusahaan yang mengalami Net Operating Income (laba bersih operasi) negatif dan lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran dividen.
Z Score Altman adalah model prediksi financial distress yang dikembangkan oleh Edward I Altman yang menggunakan rasio keuangan untuk menghitungnya, mencakup rasio likuiditas, rasio laverage dan rasio profitabilitas.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : X1 = (Aktiva lancar – Hutang lancar) / Total Aktiva X2 = Laba Yang Ditahan / Total Aset X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset X4 = Nilai buku saham biasa dan preferen / Nilai buku total hutang
Tetapi untuk mempermudah para pembaca, maka penulis mencoba untuk menyesuaikan istilah-istilah yang di pakai pada laporan keuangan perusahaan- perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, beserta penjelasannya sebagai berikut :
X1 = (Current Asset - Current Liability) / Total Asset
1. Selisih antara Current Asset dengan Current Liability menunjukkan Working Capital (Modal Kerja) perusahaan dalam periode tertentu.
2. Total Asset adalah jumlah keseluruhan asset yang dimiliki oleh perusahaan, meliputi Current Asset, dan Non-Current Asset.
X 2 = Retained Earning / Total Asset
1. Retained Earning diperoleh dari jumlah Retained Earning pada neraca.
2. Total Asset adalah jumlah keseluruhan asset yang dimiliki oleh perusahaan, meliputi Current Asset, dan Non-Current Asset.
X 3 = Earning Before Interest and Taxes / Total Assets
1. EBIT diperoleh dari Gross Profit – (Operating Expenses + Other Income (Expenses)).
2. Total Asset adalah jumlah keseluruhan asset yang dimiliki oleh perusahaan, meliputi Current Asset, dan Non-Current Asset.
X 4 = Book Value of Equity / Book Value to Total Debt
1. Dimana Book Value of Equity diperoleh dari Closing Price (harga saham setahun) dikali dengan Total Listed Shares (jumlah lembar saham yang terdaftar) tahun bersangkutan.
2. Book value to total debt adalah jumlah liabilities pada neraca, atau hasil penjumlahan dari Current Liabilities dan Non-Current Liabilities.
X 5 = Sales / Total Asset
1. Sales adalah net sales hasil operasional dari perusahaan itu, jika operasional utamanya adalah jasa maka penjualan disini adalah pendapatan.
2. Total Asset adalah jumlah keseluruhan asset yang dimiliki oleh perusahaan, meliputi Current Asset, dan Non-Current Asset.
Menurut Edward I. Altman dalam The Journal of Finance, 1968 (594:596) hubungan antara variabel-variabel yang berkaitan dalam penelitian ini dengan financial distress adalah sebagai berikut :
6. Working Capital / Total Assets (Modal Kerja / Total Aktiva) Rasio pertama yang digunakan sebagai alat diskriminan adalah rasio modal kerja terhadap total aktiva, ini sering kali dijumpai dalam studi kasus permasalahan perusahaan, ini adalah ukuran bersih pada aktiva lancar perusahaan terhadap modal perusahaan.
Modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Karakteristik likuiditas benar benar ditentukan secara jelas biasanya sebuah perusahaan yang mengalami kerugian operasi yang terus menerus akan menyusutkan aktiva lancar sehubungan dengan total aktiva.
Diantara penilaian terhadap rasio likuiditas, rasio ini terbukti paling berharga. Pemasukan variabel ini sesuai dengan studi Merwin yang menilai modal kerja bersih pada rasio total aktiva sebagai indikator terbaik terhadap penghentian terakhir.
7. Retained Earning / Total Assets (Laba yang Ditahan / Total Aktiva)
Adalah ukuran dari profitabilitas kumulatif lewat waktu disebutkan pada awalnya sebagai satu dari rasio baru. Usia perusahaan dinyatakan secara implisit dalam rasio ini, sebagai contoh, sebuah perusahaan baru relatif mungkin akan menunjukkan rasio laba ditahan/total aktiva yang rendah karena tidak adanya waktu untuk menambah laba kumulatifnya. Oleh karena itu, dapat dibuktikan bahwa perusahaan baru nampak Adalah ukuran dari profitabilitas kumulatif lewat waktu disebutkan pada awalnya sebagai satu dari rasio baru. Usia perusahaan dinyatakan secara implisit dalam rasio ini, sebagai contoh, sebuah perusahaan baru relatif mungkin akan menunjukkan rasio laba ditahan/total aktiva yang rendah karena tidak adanya waktu untuk menambah laba kumulatifnya. Oleh karena itu, dapat dibuktikan bahwa perusahaan baru nampak
8. Earning Before Interest and Taxes / Total Assets (Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva)
Rasio ini dihitung dangan membagi total aktiva perusahaan dengan penghasilan sebelum bunga dan potongan pajak dibagi dengan total aktiva. Pada pokoknya, merupakan ukuran produktivitas dari aktiva perusahaan yang sesungguhnya terlepas dari pajak atau faktor leverage. Sejak keberadaan pokok perusahaan didasarkan pada kemampuan menghasilkan laba dari aktiva aktivanya, rasio ini muncul menjadi yang paling utama sesuai untuk studi yang berhubungan dengan kegagalan perusahaan.
Selanjutnya keadaan bangkrut dalam pengertian kebangkrutan terjadi saat total kewajiban melebihi penilaian wajar perusahaan terhadap aktiva perusahaan dengan nilai ditentukan oleh kemampuan aktiva menghasilkan laba.
9. Book Value of Equity / Book Value of Debt (Nilai Buku Saham Biasa dan Saham Preferen / Nilai Buku Total Utang)
Modal diukur melalui gabungan nilai pasar dan keseluruhan lembar saham preferen dan biasa. Sementara hutang meliputi hutang lancar dan hutang jangka panjang. Ukuran tersebut menunjukan seberapa banyak aktiva perusahaan dapat menurun nilainya (diukur dari nilai pasar modal ditambah hutang) sebelum kewajiban (hutang) melebihi aktiva dan perusahaan menjadi bangkrut.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan dengan nilai pasar dari modalnya sebesar 1.000 dollar dan hutang 500 dollar dapat mengalami 2/3 penurunan nilai aktiva sebelum kebangkrutan, bagaimanapun perusahaan yang sama dengan modal 250 dollar akan bangkrut jika penurunannya hanya 1/3 nilainya. Rasio ini menambahkan dimensi nilai pasar yang tidak ditentukan oleh studi mengenai kebangkrutan lainnya. Rasio ini juga tampak menjadi penentu kebangkrutan yang lebih efektif dari pada rasio serupa yang lebih umum digunakan.
10. Sales / Total Asset (Penjualan / Total Aktiva) Rasio perputaran modal adalah standar rasio keuangan yang menggambarkan kemampuan peningkatan penjualan dari aktiva perusahaan merupakan suatu ukuran dari kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi yang kompetitif. Rasio akhir ini cukup penting, walaupun dalam faktanya signifikan dari ukuran rasio ini tidak dapat ditampakkan semuanya tapi karena relasi yang unik diantara variabel dalam model ini, rasio penjualan atau total aktiva menjadi rangking kedua
3.2. Unit Analisis, Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit/elemen di mana peneliti tertarik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sementara sampel adalah bagian tertentu yang dipilih dari populasi.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan data dengan batasan- batasan dan tujuan tertentu yang diharapkan dari penelitian ini. Pelaksanaan pengambilan sampel secara purposive ini yaitu dengan menentukan terlebih dahulu apa kriteria-kriteria sampel yang akan diambil. Kemudian peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangannya sebagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian, sehingga teknik pengambilan sampel secara porposive ini didasarkan pada kelengkapan laporan keuangan yang dibutuhkan untuk memenuhi rasio-rasio yang dibutuhkan dalam analisis model Altman Z- Score.
Sampel dalam penelitian ini adalah 20 perusahaan go public dari berbagai macam industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011 dengan kriteria, memiliki net operating income negatif dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Sumber data dalam penulisan skripsi ini adalah dari berbagai sumber buku, jurnal dan penelitian Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Sumber data dalam penulisan skripsi ini adalah dari berbagai sumber buku, jurnal dan penelitian
Beberapa rincian data yang diperlukan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Gambaran umum PT. Bursa Efek Indonesia.
2. Struktur Bursa Efek Indonesia.
3. Neraca perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2009 – 2011.
4. Laporan laba-rugi perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2009 – 2011.
5. Informasi lain yang diperlukan.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data, sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan (field work research) Penelitian lapangan dimaksudkan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan objek penelitian itu sendiri. Adapun teknik yang dilakukan dalam penelitian lapangan ini adalah wawancara, observasi, serta teknik-teknik pengumpulan data lainnya.
2. Penelitian Kepustakaan (library research) Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku literatur, majalah, buletin, artikel yang berhubungan dengan penelitian yang dimaksud untuk menambah perbendaharaan teori tentang permasalahan
3.5. Alat Analisis
Perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaan swasta yang masih terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2011, dengan kriteria perusahaan tersebut mengalami laba operasi bersih atau Net Operating Income negatif dan lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran dividen. Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah periode 2009-2011.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multiple Discriminant Model Altman atau biasa disebut Z Score model Altman yang mengalami penyempurnaan terakhir pada tahun 1983 dengan formula sebagai berikut :