269017818 Skripsi Muhammad Ramlan Analisis Kesulitan Keuangan Financial Distress Perusahaan Go Public Pada Bursa Efek Indonesia

ANALISIS KESULITAN KEUANGAN (FINANCIAL DISTRESS) PERUSAHAAN GO PUBLIC PADA BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

MUHAMMAD RAMLAN 11.010.35.570

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Financial distress dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan (Darsono dan Ashari, 2005:101). Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Financial distress berbeda dengan kondisi insolvency. Perusahaan yang mengalami financial distress berada di antara status solvent dan insolvent. Financial distress dinyatakan bahwa perusahaan dalam kondisi cash flow yang sangat minimum sehingga menyebabkan terjadinya “deadweight losses”, tidak berarti sudah sampai pada tahap insolvent. Sehingga dapat dikatakan bahwa financial distress berarti perusahaan dalam kondisi illiquid, tetapi masih solvent. Kejadian insolvency, dapat dilihat dari nilai assets perusahaan lebih rendah dari hutangnya. Kejadian ini memberikan konsekuensi bahwa pemberi kredit akan melakukan kontrol langsung atas kegiatan perusahaan.

Perusahaan yang berada pada negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi akan lebih cepat mengalami financial distress bahkan kebangkrutan, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya perusahaan mengalami keadaan financial distress. Perusahaan yang berkategori sehatpun akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan dana untuk kegiatan operasional perusahaan akibat adanya krisis ekonomi tersebut. Namun demikian, keadaan financial distress suatu perusahaan tentu saja tidak semata-mata disebabkan oleh faktor ekonomi saja, tetapi bisa juga disebabkan oleh faktor lain yang sifatnya non ekonomi.

Darsono dan Ashari (2005:104) mendeskripsikan bahwa secara garis besar penyebab financial distress bisa dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro. Faktor internal yang bisa menyebabkan financial distress meliputi :

1. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus- menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya. Ketidakefisien ini diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.

2. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah hutang- piutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan.

3. Adanya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Kecurangan ini akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Kecurangan tersebut bisa berbentuk manajemen yang korup ataupun memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau investor.

Sedangkan faktor eksternal financial distress bisa berasal dari faktor yang berhubungan langsung dengan perusahaan seperti pelanggan, supplier, debitur, Sedangkan faktor eksternal financial distress bisa berasal dari faktor yang berhubungan langsung dengan perusahaan seperti pelanggan, supplier, debitur,

1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu pemasok sehingga risiko kekurangan bahan baku dapat diatasi.

3. Faktor debitur juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitur tidak melakukan kecurangan atas hutang-piutang. Terlalu banyak piutang yang diberikan debitur dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitur supaya bisa melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.

4. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur juga bisa berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi dalam undang-undang no.4 tahun 1998, kreditur bisa memfailitkan perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus bisa mengelola hutangnya dengan baik dan juga membina hubungan baik dengan kreditur.

5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi pelanggan.

6. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi oleh perusahaan. Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan negara-negara lain, perkembangan perekonomian global juga harus diantisipasi oleh perusahaan.

Dari teori yang dikemukakan diatas maka faktor penyebab financial distress baik faktor ekonomi internal maupun eksternal adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu kebangkrutan jika pihak manajemen perusahaan tidak sigap dalam mengatasinya dan membiarkan keadaan tersebut berlarut- larut.

Lain halnya ketika suatu perusahaan telah mengalami financial distress. Dalam hal ini sudah seyogianya menjadi kewajiban bagi tiap perusahaan untuk mengatasi keadaan tersebut, agar tidak menjadi semakin parah akibat efek yang Lain halnya ketika suatu perusahaan telah mengalami financial distress. Dalam hal ini sudah seyogianya menjadi kewajiban bagi tiap perusahaan untuk mengatasi keadaan tersebut, agar tidak menjadi semakin parah akibat efek yang

a. Resiko biaya financial distress mempunyai dampak negatif terhadap nilai perusahaan yang mengoffset nilai pembebasan pajak (tax relief) atas peningkatan level hutang.

b. Jika pun manajer perusahaan menghindarkan likuidasi ketika terjadi financial distress, hubungannya dengan supplier, pelanggan, pekerja, dan kreditur menjadi rusak parah.

c. Suplier penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih berhati- hati, atau bahkan menghentikan pasokan sama sekali.

d. Para pelanggan akan mempertimbangkan untuk menjalin kerja sama dengan pihak lain.

Pada dasarnya berinvestasi saham di pasar modal memiliki resiko yang cukup besar sehingga para investor sebelum berinvestasi harus mengetahui dahulu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga saham. Secara detail dan terperinci banyak literatur-literatur yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham, namun secara luas faktor-faktor tersebut ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan, antara lain kinerja perusahaan, pertumbuhan laba dan perkembangan perusahaan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar perusahaan seperti tingkat suku bunga bank, kebijakan pemerintah, kondisi perekonomian, gejolak politik, indeks saham regional dan internasional, dan sebagainya.

Faktor internal yang mempengaruhi harga saham dapat dilihat melalui kinerja suatu perusahaan yang dapat diukur melalui laporan keuangan Faktor internal yang mempengaruhi harga saham dapat dilihat melalui kinerja suatu perusahaan yang dapat diukur melalui laporan keuangan

Laporan keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan, kinerja serta membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat sehingga diperlukan suatu alat analisis yang menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk menilai kondisi keuangan perusahaan melalui laporan keuangan perusahaan tersebut. Model yang paling sering digunakan dalam melakukan analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio-rasio keuangan.

Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan bermanfaat, maka dilakukan penelitian mengenai manfaat laporan keuangan. Salah satu bentuk penelitian dengan menggunakan beberapa rasio keuangan yaitu penelitian- penelitian yang berkaitan dengan manfaat laporan keuangan untuk memprediksi kinerja perusahaan seperti memperkirakan adanya suatu keadaan financial distress pada suatu perusahaan.

Model untuk menganalisis adanya suatu financial distress sangat perlu untuk dikembangkan karena dengan mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat melakukan tindakan-tindakan yang bersifat preventif yang bertujuan untuk mengantisipasi perusahaan ke arah kebangkrutan, selain itu informasi ini dapat pula digunakan oleh para calon investor sebagai bahan pertimbangan ketika akan menanam saham di suatu perusahaan tertentu pada pasar modal.

Berikut dipaparkan data pasar modal Bursa Efek Indonesia baik yang sudah terdaftar, baru terdaftar maupun perusahaan yang delisting dari tahun 2005-2011.

Tabel 1.1. JUMLAH PERUSAHAAN YANG LISTING DI BEI S.D. DESEMBER 2011

s.d. Tahun Pelaporan

398 420 Jumlah Terdaftar Baru

Jumlah Listing Awal 331

8 12 22 19 13 23 25 Jumlah Delisting

Jumlah Listing Akhir

*sumber idx.co.id

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan pasar modal mengalami peningkatan yang cukup signifikan, menurut data tersebut telah tercatat selama tahun 2011 ada sekitar 440 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini membuat jumlah investor baik berupa badan maupun individu (perseorangan) terus bertambah, sehingga transaksi perdagangan saham dalam bursa efek juga akan meningkat. Dengan bertambahnya investor baik badan maupun individu akan berdampak pada meningkatnya volume transaksi (trading volume) dari tahun ke tahun.

Semaraknya aktivitas pasar modal tidak terlepas dengan adanya pemain- pemain pasar di bursa. Ada beberapa pemain yang meramaikan lantai bursa, salah satunya adalah Investor. Menurut Sutrisno (2008:307-309) Investor, yakni instansi atau individu yang melakukan jual beli instrumen pasar modal yang tujuan pemilik efeknya untuk jangka panjang. Contohnya Yayasan dana pensiun, perusahaan asuransi, dan perusahaan-perusahaan lainnya. Berikut gambaran investor secara umum : Karakteristik : Mempunyai time frame jangka panjang, sehingga perputaran efek

yang dimiliki lambat dan tingkat risiko yang diambil brebdah demikian pula tingkat keuntungannya.

Strategi : Membeli saham bila dinilai harganya wajar (fair value) dengan jenis saham yang mempunyai trend meningkat, sehingga dalam jangka panjang harga saham meningkat dan bila nantinya dijual akan menapatkan capital gain. Analisis yang digunakan adalah analisis fundamental, yakni melihat kinerja perusahaan yang mengeluarkan efek.

Tujuan : Untuk mendapatkan deviden dan capital gain.

Tiap perusahaan yang listing pada pasar modal tentunya memiliki laporan keuangan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan, kinerja serta membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat sehingga diperlukan suatu alat analisis yang menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk menilai kondisi keuangan perusahaan melalui laporan keuangan perusahaan tersebut. Model yang paling sering digunakan dalam melakukan analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio- rasio keuangan. Foster (Luciana:183-184) menyatakan empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan adalah :

1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu.

2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistic yang digunakan.

3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan.

4. Untuk menguji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi

Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan bermanfaat, maka dilakukan penelitian mengenai manfaat laporan keuangan. Salah satu bentuk penelitian dengan menggunakan beberapa rasio keuangan yaitu penelitian- penelitian yang berkaitan dengan manfaat laporan keuangan untuk memprediksi kinerja perusahaan seperti memperkirakan adanya suatu keadaan financial distress (kesulitan keuangan) pada suatu perusahaan.

Salah satu penelitian mengenai financial distress adalah seperti yang dilakukan oleh Luciana S. Amalia & Kristijadi pada tahun 2002 dengan judul penelitian Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan dengan nilai net operating income negatif dan tidak melakukan pembayaran deviden selama lebih dari satu tahun. Luciana & Kristijadi mendasarkan kriteria sampel yang digunakan pada penelitiannya dengan penelitian pendahulu yang dilakukan oleh Hofer (1980), Whitaker (1999) dan Lau (1987). Dari hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress pada perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia.

Dalam penelitian ini penulis memilih kriteria atas kemungkinan terjadinya financial distress adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki net operating income negatif dan tidak membayar deviden selama lebih dari satu tahun karena menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Luciana & Kristijadi perusahaan akan mengalami financial distress jika :

1. Beberapa tahun mengalami laba bersih (net income) negatif (dalam penelitian Hofer (1980) dan Whitaker (1999), menggunakan laba bersih operasi atau net operating income).

2. Selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden (sesuai dengan penelitian Lau 1987).

Seperti yang telah dijelaskan di atas, Financial distress atau kesulitan keuangan diartikan sebagai suatu kondisi dimana perusahaan secara keuangan mengalami kemacetan (penurunan). Dalam hal ini penulis juga mencoba untuk menghubungkan antara kondisi pada perusahaan berkategori net operating income negatif dan tidak membayar deviden selama satu tahun lebih dengan kemungkinan perusahaan tersebut mengalami financial distress.

Namun berbeda dengan yang dilakukan peneliti terdahulu, dalam hal ini, model alat analisis yang digunakan adalah Multiple Discriminant Analysis Altman atau biasa disebut Z-Score Model Altman, yang menggunakan rasio-rasio keuangan seperti rasio likuiditas atau liquidity ratios, rasio laverage atau laverage ratios, rasio aktivitas atau activity ratios, rasio keuntungan atau profitability ratios, dan rasio pasar.

Dengan mendasarkan kepada rasio-rasio tersebut, Z-Score model Altman diharapkan mampu digunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan-perusahaan yang memiliki beberapa kriteria khusus ke dalam kelompok yang mempunyai kemungkinan tinggi untuk mengalami financial distress atau kelompok perusahaan yang masuk ke dalam kategori grey zone.

Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti apakah perusahaan-perusahaan yang memiliki net operating income negatif dan tidak membayar dividen selama lebih dari satu tahun masuk ke dalam kategori perusahaan yang sedang mengalami financial distress, dengan menggunakan Multiple Discriminant Analysis Altman atau biasa disebut Z-Score Model Altman.

Objek yang coba dikaji adalah perusahaan-perusahaan go public pada periode 2009-2011, dan akan dibahas dengan judul penelitian :

“Analisis Kesulitan Keuangan (Financial Distress) Perusahaan Go Public

Pada Bursa Efek Indonesia ”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis mencoba mengangkat permasalahan lebih lanjut sebagai berikut: “Apakah perusahaan yang memperoleh net operating income negatif dan tidak

melakukan pembayaran dividen selama lebih dari satu tahun adalah perusahaan yang sedang mengalami Financial Distress ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perusahaan-perusahaan yang memperoleh net operating income negatif dan tidak melakukan pembayaran dividen selama lebih dari satu tahun dengan keadaan kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi gejala-gejala yang bisa menyebabkan financial distress sebuah perusahaan.

2. Untuk memberikan informasi kepada perusahaan serta para pembaca atas penelitian yang telah dilakukan.

3. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Keuangan

2.1.1. Teori Manajemen Keuangan Manajemen keuangan meliputi seluruh aktifitas yang menyangkut

penarikan atau pengumpulan, penggunaan dan pengendalian dana yang dihadapi oleh suatu perusahaan. Dalam penerapannya manajemen keuangan tidak dapat berdiri sendiri. Manajemen keuangan selalu berkaitan erat dengan berbagai disiplin ilmu. Pada awalnya pengertian manajemen keuangan hanya terbatas pada usaha pencarian dana, namun kemudian berkemang pada pengelolaan seluruh aspek modal.

Van Horne dan Wachowich (1998:5) mengatakan bahwa manajemen keuangan adalah “Financial management is concerced the acquisition, financing and management of asset with some overall good in mine ”. Berdasarkan pengertian tersebut yang memiliki arti bahwa “Manajemen keuangan adalah segala aktifitas berhubungan dengan perolehan, pendanaan dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh”.

Agus Sabardi (2000:2) memberikan definisi mengenai manajemen keuangan sebagai berikut : “Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai

manajemen yang membahas tentang investasi, pembelanjaan dan pengelolaan aset-aset dengan beberapa tujuan menyeluruh yang direncanakan”. Sedangkan R. Agus Sartono (2001:8) menyatakan bahwa :

“Manajemen Keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan

Dari beberapa definisi tersebut maka, dapat disimpulkan bahwa kegiatan manajemen keuangan selalu meliputi kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan. Definisi-definisi tersebut juga telah menjelaskan bahwa manajemen keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan utama, yaitu dana yang berasal dari luar perusahaan (external financing) atau dana yang berasal dari dalam perusahaan (internal financing) yang disebut juga penarikan modal dari penggunaan modal.

Sutrisno (2008:3) menyatakan bahwa manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.

Agar pengelolaan dana berjalan efektif dan mendapatkan keuntungan (profit), penting kiranya membuat perencanaan keuangan yang meliputi rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang dan korelasinya dengen kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan.

2.1.2. Tujuan dan fungsi manajemen keuangan. Dalam buku Manajemen Keuangan, Suad Husnan (2000:7) menyatakan: “Secara normatif tujuan keputusan keuangan adalah untuk

memaksimumkan nilai perusahaan. Tujuan tersebut dipergunakan karena dengan memaksimumkan nilai perusahaan maka pemilik perusahaan akan menjadi lebih makmur (atau menjadi semakin kaya). Sedangkan nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijua l.”

Sedangkan fungsi manajemen keuangan menurut Abas Kartadinata (2000:48-50) dalam bukunya Pengantar Manajemen Keuangan, yaitu :

1. Membuat anggaran arus uang (forecasting cash flow) Tujuan utamanya adalah untuk penyesuaian arus uang masuk dengan arus uang keluar. Terutama bila membutuhkan tambahan dana untuk membuat proyek baru, maka proyeksi arus uang dibuat sebagai dasar evaluasi proyek tersebut.

2. Mencari dana (rising funds) Manajer keuangan perlu mengetahui sumber-sumber dana dan jumlah yang diperlukan/tersedia dari tiap sumber dan jangka waktu lamanya dana tersebut diperlukan.

3. Mengelola dana arus perusahaan (managing the flow if internal funds) Arus dana yang tersedia diberbagai tempat (bank) senantiasa diawasi secara kontinyu, agar tercapai keseimbangan likuiditas sehingga dapat membatasi pinjaman luar pada tingkat minimum.

4. Mengawasi biaya (cost control) Pengendalian pengeluaran untuk berbagai biaya dilakukan agar diperoleh laporan biaya yang akurat dan tepat dalam arti menghindari kenaikan biaya yang disebabkan pemborosan, pemakaian peralatan yang tidak efektif dan efisien dan lain sebagainya.

5. Menetapkan harga (pricing) Untuk memutuskan kebijaksanaan harga yang menguntungkan perusahaan dan tidak merugikan konsumen, perlu kiranya diketahui tingkat biaya, fluktuasi dan tingkah laku konsumen pada berbagai tingkat produksi, dan penjualan serta jumlah laba kotor yang ingin dicapai.

6. Proyeksi laba rugi masa depan (forecasting future point) Untuk mengetahui estimasi penjualan di masa yang akan dating, diperlukan data-data sebagai berikut :

a) Tingkat biaya sekarang.

b) Perubahan-perubahan dalam biaya yang diproyeksikan terjadi di masa yang akan datang.

c) Penilaian kemampuan dalam mencapai jumlah yang diinginkan.

d) Kemampuan menjual produk dengan harga yang dikehendaki.

e) Dan sebagainya.

7. Menghitung biaya modal (measuring cost of capital) Sumber-sumber perolehan akan berbeda dalam biaya penggunaan (Cost of Capital). Karenanya penting untuk menyusun struktur modal yang tepat dan menguntungkan (profitable).

Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelanjaan perusahaan meliputi dua hal yakni kegiatan mendapatkan dana dan menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.

2.1.3. Kebijakan Dividen Perusahaan akan tumbuh dan berkembang, kemudian pada waktunya

akan memperoleh keuntungan atau laba. Laba ini terdiri dari laba yang ditahan dan laba yang dibagikan. Pada tahap selanjutnya laba yang ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk pembiayaan pertumbuhan perusahaan. Makin besar pembiayaan perusahaan yang berasal dari laba yang ditahan di tambah penyusutan aktiva tetap, maka makin kuat posisi finansial perusahaan tersebut. Dari seluruh laba yang diperoleh perusahaan sebagian dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen. Mengenai penentuan besarnya dividen yang akan dibandingkan itulah yang merupakan kebijakan dividen dari pimpinan perusahaan.

Kebijakan dividen menurut Martono dan D. Agus Harjito (Kabo:2011) : Merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan

pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.

Sedangkan Kebijakan dividen dalam Werner R.Murhadi (Kabo:2011) : Kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan yang dilakukan dengan

pengeluaran biaya yang cukup mahal, karena perusahaan harus menyediakan dana dalam jumlah besar untuk keperluan pembayaran dividen. Perusahaan umumnya melakukan pembayaran dividen yang stabil dan menolak untuk mengurangi pembayaran dividen. Hanya perusahaan dengan tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke pengeluaran biaya yang cukup mahal, karena perusahaan harus menyediakan dana dalam jumlah besar untuk keperluan pembayaran dividen. Perusahaan umumnya melakukan pembayaran dividen yang stabil dan menolak untuk mengurangi pembayaran dividen. Hanya perusahaan dengan tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke

Sejauh ini pembahasan dividen hanya menyangkut aspek-aspek teoritis dari kebijakan dividen. Namun, ketika perusahaan menetapkan suatu kebijakan dan memperhatikan sejumlah hal, pertimbangan-pertimbangan ini harus dikaitkan kembali ke teori pembayaran dividen dan penilaian perusahaan. Berikut beberapa pertimbangan manajer dalam pembayaran dividen menurut Martono dan D. Agus Harjito (Kabo:2011) antara lain:

1. Kebutuhan dana bagi perusahaan Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi dananya baru sisanya untuk pembayaran dividen.

2. Likuiditas perusahaan Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam kebijakan dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam jumlah yang besar.

3. Kemampuan untuk meminjam Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan fleksibilitas dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.

4. Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang Ketentuan perlindungan dalam suatu perjanjian hutang sering mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasan ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya. Biasanya, pembatasan ini dinyatakan dalam persentase maksimum dari laba kumulatif. Apabila pembatasan ini dilakukan, maka manajemn perusahaan dapat menyambut baik pembatasan dividen yang dikenakan para kreditur, karena dengan demikian manajemen tidak harus mempertanggungjawabkan penahanan laba kepada para pemegang saham. Manajemen hanya perlu mentaati pembatasan tersebut.

5. Pengendalian perusahaan Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi yang menguntungkan.

Dividen diumumkan secara priodik oleh dewan direktur. Biasanya tiap setengah tahun atau tiap satu tahun. Pembayaran dividen menjadi sulit karena komposisi pemegang saham berubah-ubah. Pengukuran jual-beli saham sangat cepat berubah-ubah. Karena cepatnya perpindahan pemegang saham maka sulit untuk dipantau daftar pemegang saham. Dividen mengkin dapat diberikan kepada pemegang saham baru lima hari kerja setelah pembelian saham

Sedangkan beberapa faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam pembuatan kebijakan dividen menurut Dermawan Sjahrial (Kabo:2011) antara lain:

1. Posisi likuiditas perusahaan. Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan.

2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang. Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil

3. Rencana perluasan usaha. Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk dividen.

4. Pengawasan terhadap perusahaan. Kebijakan pembiayaan: untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber intern antara lain: laba. Dengan pertimbangan: apabila dibiayai dengan penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol dari kelompok pemegang saham dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas berkurang.

Sutrisno (2008:267) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah:

1. Posisi Solvabilitas Perusahaan Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modalnya.

2. Posisi Likuiditas Perusahaan Cash devidend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayarkan deviden berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat kualitas perusahaan. Bagi perusahaan yang tingkat kualitasnya kurang baik, biasanya devident payout rationya kecil, sebab sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditas. Namun perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan deviden yang lebih besar.

3. Kebutuhan untuk melunasi hutang Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang baik berjangka pendek maupun berjangka panjang. Hutang-hutang ini harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah deviden yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Disamping itu dengan jatuh temponya hutang, berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang bisa dengan mencari hutang baru atau meroll-over hutang, danjuga bisa dengan sumber dana intern dengan cara memperbesar laba ditahan. Hal ini tentunya akan memperkecil devidend payout ratio.

4. Rencana perluasan Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, juga semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai kebutuhan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang, 4. Rencana perluasan Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, juga semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai kebutuhan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang,

5. Kesempatan investasi Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya deviden yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil deviden yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak akan digunakan untuk membayar deviden.

6. Stabilitas pendapatan Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, deviden yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga.

7. Pengawasan terhadap perusahaan Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi devidennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.

Kebijakan dividen stabil menurut Dermawan Sjahrial (Kabo:2011) adalah jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif lengkap selama jangka waktu tertentu meskipun laba per lembar saham per tahunnya berfluktuatif.

Menurut Dermawan Sjahrial (Kabo:2011) alasan-alasan dilaksanakannya kebijakan pembayaran dividen stabil adalah:

1. Memberikan penjelasan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa-masa mendatang.

2. Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima dari dividen.

3. Pada banyak Negara dalam ketentuan pasar modalnya, hanya diijinkan menanamkan dananya dalam saham-saham yang 3. Pada banyak Negara dalam ketentuan pasar modalnya, hanya diijinkan menanamkan dananya dalam saham-saham yang

Dari uraian tersebut, ternyata kebijakan dividen tersebut menimbulkan dua akibat yang bertentangan, oleh karena itu penentuan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham menjadi sangat penting dan merupakan tugas manajer keuangan yang harus mampu menentukan kebijakan yang akan menyeimbangkan dividen saat ini dan tingkat pertumbuhan dividen di masa yang akan datang agar memaksimumkan harga saham.

Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (Kabo:2011) Deviden dipengaruhi oleh banyak variabel. Contoh, arus kas dan kebutuhan investasi suatu perusahaan mungkin berubah-ubah dengan cepat sehingga sulit untuk menentukan jumlah dividen tetap yang tinggi. Di pihak lain, perusahaan mungkin menginginkan pembayaran dividen yang tinggi untuk menyalurkan dana yang tidak di butuhkan untuk investasi

Hubungan positif antara kebijakan pembayaran deviden dan pergerakan harga saham telah didokumentasikan oleh beberapa peneliti. Studi klasik yang dilakukan oleh Linter (1956) dalam Werner R. Murhadi (2008) memperoleh hasil sebagai berikut :

1) Perusahaan lebih menekankan pembayaran deviden yang stabil, dan

2) Earning merupakan faktor penentu utama dalam kebijakan deviden.

2.2. Analisis Laporan Keuangan

2.2.1. Laporan Keuangan Pihak yang berkepentingan atas perkembangan suatu perusahaan sangat

perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Kondisi keuangan dari perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Kondisi keuangan dari

Laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses atau kegiatan akuntansi suatu kesatuan usaha. Laporan keuangan pada dasarnya adalah akhir dari proses aktif yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktifitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data keuangan tersebut. Laporan ini diperlukan oleh pihak yang berkepentingan seperti yang telah disebutkan di atas.

Kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan. Posisi keuangan memerikan gambaran tentang bagaimana susunan kekayaan yang dimiliki perusahaan dan bagaimana sumber-sumber keuangan tersebut didapat. Perubahan posisi keuangan menunjukkan kemajuan perusahaan, memberikan gambaran apakah perusahaan memperoleh laba dalam melaksanakan kegiatannya dan apakah perusahaan mengalami perkembangan yang menunjukkan manajemen telah mengelola perusahaan dengan baik.

Pengertian laporan keuangan menurut Soemarso (2005:356) bahwa : “Laporan keuangan adalah media komunikasi yang biasa digunakan perusahaan

untuk pihak luar. Di dalamnya tercantum sebagian besar informasi keuangan yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pengam bilan keputusan”.

Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut John J. Wild and Friend (2005;83) yang diterjemahkan oleh Yavini S. Bachtiar dkk, bahwa : “Laporan keuangan merupakan produk proses pelaporan keuangan yang diatur Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut John J. Wild and Friend (2005;83) yang diterjemahkan oleh Yavini S. Bachtiar dkk, bahwa : “Laporan keuangan merupakan produk proses pelaporan keuangan yang diatur

Berdasarkan pengertian laporan keuangan yang telah dikemukan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang mempunyai fungsi sebagai media informasi dan komunikasi antara pihak intern (perusahaan) dengan pihak ekstern (pihak lain) yang mempunyai kepentingan dengan data atau laporan dari hasil kegiatan perusahaan yang disajikan.

Tujuan laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (2009:5) disebutkan bahwa: “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pemakai dalam pengambilan ke putusan.”

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (Saifullah:2011), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut.

3. Menyediakan informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumberdaya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas serta untuk merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.

4. Menyediakan informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode pelaporan.

Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara :

1. Fakta yang telah dicatat (recorded fact)

2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akuntansi (accounting confention and postulate)

3. Pendapat pribadi (personal judgement) Pada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 1 revisi 1998, komponen keuangan lngkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Perusahaan dapat juga menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah khususnya bagi industry dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting.

Sedangkan menurut PSAK No. 1 revisi 2009 yang disahkan pada tanggal

15 Desember 2009 dan mulai efektif berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011, laporan keuangan yang lengkap harus meliputi komponen laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan laba rugi komprehensif selama periode, laporan perubahan ekuitas selama periode, laporan arus kas selama periode, catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain; dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya laporan keuangan yang utama terdiri dari neraca dan laporan laba rugi, sedangkan laporan keuangan lainnya hanya merupakan laporan pelengkap yang sifatnya memberikan penjelasan lebih lanjut.

Pada pembahasan di sini hanya memberikan penjelasan mengenai kedua pokok penting dalam laporan keuangan, penjelasan dari masing-masing laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Neraca Menurut PSAK No.1 tahun 2007 menjelaskan bahwa : “ Neraca adalah sebuah laporan keuangan yang menyajikan aktiva

lancar, aktiva tidak lancar dan kewajiban jangka pendek dengan kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu yang diatur dalam standar akuntansi keuangan khusus. Aktiva lancer disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut jatuh temponya.” Jumlah kekayaan disajikan pada sisi aktiva sedangkan jumlah kewajiban

disajikan pada sisi pasiva. Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa pada dasarnya suatu neraca terdiri dari tiga komponen pokok yaitu aktiva, kewajiban dan modal.

Suad Husnan (2000:36) mendefinisikan neraca sebagai: “Neraca adalah laporan keuangan yang melaporkan jumlah keuangan, kewajiban keuangan dan modal sendiri pada waktu tertentu”. Dalam pengertian, aktiva tidak terbatas pada benda yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan (deffered charges) atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang serta aktiva tidak berwujud lainnya misalnya

Pada kebanyakan perusahaan dagang dan jasa, aktiva dibagi dalam dua kelompok, yaitu aktiva lancer dan aktiva tetap. Aktiva lancer (current asset) adalah uang tunai dan aktiva lainnya yang dalam jangka waktu satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal akan menjadi uang tunai. Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang digunakan dalam operasi perusahaan secara permanen (lebih dari satu periode akuntansi/tahun).

Adapun pasiva dibagi dalam tiga kelompok, yaitu utang lancer, utang jangka panjang dan modal. Utang lancer (current liabilities) adalah kewajiban keuangan perusahaan yang harus dibayar dalam waktu kurang dari satu tahun. Sedangkan utang jangka panjang (long term liabilities) adalah kewajian keuangan perusahaan yang jangka waktu pembayarannya lebih dari satu tahun. Modal (equity) merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan. Di dalam perusahaan perseorangan yang dimaksud modal hanyalah modal pribadi, sedangkan dalam perseroan terbatas (PT) yang termasuk dalam modal adalah modal saham, laba ditahan dan cadangan.

Neraca menjadi penting sebagai salah satu laporan keuangan karena dapat memberikan informasi-informasi sebagai berikut:

1. Likuiditas besar hasil operasi tahun lalu, yang dapat digunakan sebagai sumber dana untuk membantu usaha ekspansi perusahaan dan mengurangi ketergantungan dari sumer ekstern.

2. Memberikan gambaran tentang komposisi aktiva dengan jumlah masing- masing kategori baik itu aktiva lancer, aktiva tetap maupun aktiva lainnya.

3. Jumlah total hutang relatif terhadap modal sendiri (komposisi relatif total hutang terhadap modal sendiri), secara umum semakin tinggi jumlah 3. Jumlah total hutang relatif terhadap modal sendiri (komposisi relatif total hutang terhadap modal sendiri), secara umum semakin tinggi jumlah

b. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan suatu laporan sistematis tentang penghasilan, biaya-biaya, laba rugi yang diperoleh oleh perusahaan selama periode tertentu.

Menurut Zaki Baridwan (2005:30) laporan laba rugi diartikan : “Laporan laba rugi adalah suatu bentuk laporan yang menunjukkan

pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita perusahaan.”

Bentuk laba rugi yang umum digunakan adalah sebagai berikut :

1. Bentuk single step yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok sehingga untuk menghitung laba rugi bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangi total biaya terhadap total pendapatan.

2. Bentuk multiple step dalam bentuk ini dilakukan pengelompokkan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.

Menurut Arthur J. Keown dalam buku Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (2001:82 ), laporan laba rugi diartikan : “Laporan laba rugi merupakan ringkasan dari empat jenis kegiatan yaitu:

1. Menjual produk atau jasa, 2. Beban produksi atau untuk mendapatkan barang/jasa yang dijual, 3. Beban yang timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk, 4. Beban keuangan dalam menjalankan bisnis”.

Laporan laba rugi merupakan ringkasan kegiatan perusahaan selama periode tertentu dan dipandang sebagai laporan akuntansi yang penting. Karena Laporan laba rugi merupakan ringkasan kegiatan perusahaan selama periode tertentu dan dipandang sebagai laporan akuntansi yang penting. Karena

1. Pendapatan (revenue) adalah kenaikan aktiva suatu badan usaha atau pelunasan hutang atau kombinasi keduanya selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha.

2. Beban (expenses) adalah arus keluar atau penggunaan lain atas harta atau terjainya kewajiban selama satu periode dari penyerahan atau produksi barang. Pemberian jasa atau aktivitas lain yang merupakan operasi pokok atau utama yang berkelanjutan dari kesatuan tersebut.

3. Laba (gains) adalah kenaikan modal yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha dan dari suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.

4. Rugi (loses) adalah penurunan modal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari satu badan usaha selama satu periode tertentu kecuali yang timul dari biaya atau distibusi pemilik.

Sedangkan laba rugi menurut Eugene F. Brigham (2001:42) diartikan: “Laporan laba rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan beban

perusahaan selama periode akuntansi tertentu, yang umumnya setiap kuartal atau satu tahun”.

2.2.2. Kinerja Keuangan Peranan manajer keuangan adalah sangat luas, keterlibatannya meliputi

keseluruhan dari kegiatan perusahaan. Saat ini manajer keuangan juga terlibat di dalam general manajemen, yang sebenarnya hanya bertugas untuk memperoleh dana yang diutuhkan dan mengelola posisi kas keuangan. Dengan adanya pergeseran persaingan yang semakin kuat, pengaruh inflasi, perubahan teknologi, kepedulian terhadap lingkungan hidup, energi, masalah sosial, peraturan-peraturan pemerintah serta adanya tuntunan dari sistem perdagangan bebas, manajer keuangan dituntut pula untuk semakin akurat dalam bertindak sesuai dengan tujuan atau sasaran perusahaan.

Dalam mengambil keputusan manajemen, maka diperlukan informasi- informasi tentang keadaan perusahaan. Informasi yang dimaksud adalah kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan kinerja keuangan perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola operasional perusahaan. Kinerja yang baik akan memberikan pengharapan yang baik pula bagi para pengambil keputusan investasi.

Secara umum pengertian kinerja yaitu sesuai yang ingin dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Kusnadi (2002:54) mengartikan kinerja keuangan sebagai : “Kinerja keuangan adalah setiap gerakan, perbuatan, pelaksanaan,

kegiatan atau tidakan sadar yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan atau target tertentu, dalam hal ini adalah laba perusahaan. Tanpa adanya

kinerja berarti tidak ada upaya untuk mencapai hasil atau target.”

Kinerja keuangan menjadi indikasi apakah strategi perusahaan, implementasi dan segala inisiatif perusahaan memperbaiki laba perusahaan. Tentunya diadakan evaluasi kerja dimana proses-proses dengan para manajer Kinerja keuangan menjadi indikasi apakah strategi perusahaan, implementasi dan segala inisiatif perusahaan memperbaiki laba perusahaan. Tentunya diadakan evaluasi kerja dimana proses-proses dengan para manajer

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45