Ukuran tersebut dapat dihitung oleh kekeliruan baku taksiran
s
2 y
.
12…k,yang dapat ditentukan dengan rumus :
s
2 y.
123…k 2.5
Dengan : Y
i
= nilai data hasil pengamatan Ŷ
i
= nilai hasil regresi n = ukuran sampel
k = banyak variabel bebas
2.4 Uji Regresi Linier Ganda
Pengujian hipotesis bagi koefisien-koefisien regresi linier berganda dapat dilakukan
secara serentak atau keseluruhan. Pengujian regresi linier perlu dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara bersamaan memiliki pengaruh
terhadap variabel tidak bebas.
Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : 1.
Menentukan formulasi hipotesis
Ho :
b
1
=
b
2
=
b
3
= …= b
k
= 0,
X
1
, X
2
, …, X
k
tidak mempengaruhi Y H
1
: minimal ada satu parameter koefisien regresi yang tidak sama dengan nol atau mempengaruhi Y.
Universitas Sumatera Utara
2. Menentukan taraf nyata dan F
tabel
dengan derajat kebebasan v
1
= k dan v
2
= n- k-1.
3. Menentukan kriteria pengujian
Ho diterima bila
F
hitung
≤
F
tabel
H
1
diterima bila
F
hitung
F
tabel 4.
Menentukan nilai statistik F dengan rumus :
F
hitung
=
2.6
Dengan :
JK
reg
= jumlah kuadrat regresi
JK
res
= jumlah kuadrat residu sisa n-k-1 = derajat kebebasan
Bentuk umumnya :
JK
reg
= b
1
Σy
i
X
1i
+ b
2
Σy
i
X
2i
+
…
+b
k
Σy
i
X
ki
2.7
Dengan : X
1
i = X
1
i
–
1
X
2
i = X
2
i
–
2
Xki = Xki –
k
Universitas Sumatera Utara
JK
res
=
Σ
Y
i -
Ŷ
i 2
5. Membuat kesimpulan apakah H
diterima atau ditolak.
2.5 Koefisien Korelasi
Analisis Korelasi adalah alat yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya derajat
hubungan linier antara satu variabel dengan variabel lain. Hubungan antara variabel ini dapat berupa hubungan yang kebetulan belaka, tetapi dapat juga merupakan hubungan
sebab akibat.
Untuk mencari korelasi antara variabel Y dan X dapat dirumuskan sebagai berikut :
r
yx
=
2.8 Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada suatu variabel akan
diikuti oleh perubahan variabel lain, baik dengan arah yang sama maupun dengan arah yang berlawanan. Hubungan antara variabel dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis
hubungan, sebagai berikut :
1. Korelasi Positif
Terjadinya korelasi positif apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti dengan perubahan variabel yang lain dengan arah yang sama atau berbanding
lurus. Artinya, apabila variabel yang satu meningkat, maka akan diikuti dengan peningkatan variabel yang lain.
Universitas Sumatera Utara
2. Korelasi Negatif
Korelasi negatif terjadi apabila pada variabel yang satu diikuti dengan perubahan variabel yang lain dengan arah yang berlawanan atau berbanding
terbalik. Artinya, apabila variabel yang satu meningkat, maka akan diikuti dengan penurunan variabel yang lain dan sebaliknya.
3. Korelasi Nihil
Korelasi nihil terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti pada perubahan variabel yang lain dengan arah yang tidak teratur acak.
Nilai koefisien korelasi adalah - 1 ≤ r ≤ 1. Jika dua variabel berkorelasi negatif
maka nilai koefisien korelasi akan mendekati -1. Jika dua variabel tidak berkorelasi akan mendekati 0. Sedangkan jika dua variabel berkorelasi positif maka koefisien
korelasi akan mendekati +1.
Untuk lebih memudahkan mengetahui seberapa jauh derajat keeratan antara variabel tersebut, dapat dilihat pada perumusan berikut ini:
- 1,00 ≤ r ≤ -0,80 berarti korelasi kuat secara negatif
- 0,79 ≤ r ≤ -0,50 berarti korelasi sedang secara negatif
- 0,49 ≤ r ≤ 0,49 berarti berkorelasi lemah
0,50 ≤ r ≤ 0,79 berarti berkorelasi sedang secara positif 0,80 ≤ r ≤ 1,00 berarti berkorelasi kuat secara positif.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK
3.1 Visi dan Misi Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara