- TADARRUS AL-QUR’AN

BAB XIII - TADARRUS AL-QUR’AN

Menyibukkan diri dengan membaca al-Qur’an al-Karim termasuk ibadah yang paling utama dan merupakan salah satu sarana yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengharap ridhaNya, memperoleh keutamaan dan pahalaNya. 203 Sebab al-Qur’an adalah kalamullah 204 dan merupakan asas Islam yang diturunkan kepada Rasul termulia, untuk umat terbaik

yang pernah dilahirkan kepada umat manusia; dengan syari’at yang paling utama, paling mudah, paling luhur dan paling sempurna. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan sholat dan menafkahkan sebahagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, ” (Qs. Fâthir [35]:

Al-Qur’an juga akan memberi syafa’at bagi orang yang membacanya. Rasulullah Saw bersabda:

“Puasa dan al-Qur’an itu akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa akan berkata, ‘Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat, karenanya perkenankanlah aku untuk memberikan syafa’at kepadanya. ’ Dan al-Qur’an berkata, ‘Saya telah melarangnya dari tidur di malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafa’at

kepadanya. 205 ’ Beliau bersabda, ‘Maka syafa’at keduanya diperkenankan’.”

Rasulullah Saw seringkali menyuruh para sahabat untuk membaca al-Qur’an di depan Beliau. Imam Bukhâri dan Muslim meriwayatkan, bahwasannya Rasulullah Saw pernah berkata kepada Ibn Mas’ud, dimana pada saat itu Rasulullah sedang di atas mimbar, “Bacakanlah kepadaku al-Qur’an!” Ibn Mas’ud berkata, “Pantaskah aku membacakan untukmu, sedangkan al-Qur’an diturunkan kepadamu? ” Rasulullah Saw menjawab, “Sungguh aku senang mendengarnya dari orang lain.” Lalu Ibn Mas’ud pun membacakan surat an-Nisâ’ [4] hingga ayat yang berbunyi, “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat

dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu 206 ). ” Beliau bersabda, “Cukup…Cukup!” Ketika aku menoleh, kata Ibn Mas’ud, aku melihat air mata beliau

bercucuran.”

Dari Ibn ‘Abbas ra dituturkan, bahwasanya ia berkata, “Nabi Saw adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan, saat beliau ditemui Jibril untuk

membacakan kepadanya al-Qur’an. Jibril menemui setiap malam pada bulan Ramadhan, lalu

203 Silahkan baca kitab Min Muqawimat Nafsiyah Islamiyah, dan Taqarrub Ilallah: Kunci Meningkatkan Kualitas

Keimanan dan Ketaqwaan, oleh Syaikh Fauzie Sanqarith dan KH. M. al-Khaththath, serta at-Tibyân fî Âdâbi

Hamalatil Qur’an, karya Imam an-Nawawi. 204 Kalamullah artinya firman Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah untuk disampaikan kepada manusia, bukan

rekaan Nabi Saw dan bukan ucapan siapapun selain Allah SWT. 205 HR. Ahmad no. 6626; al-Hâkim 1/554; dan Abu Nu’aim 8/161, dari Abdullah bin Umar ra dengan sanad hasan.

206 Seorang nabi menjadi saksi atas perbuatan tiap-tiap umatnya, apakah perbuatan itu sesuai dengan perintah dan larangan Allah atau tidak.

membacakan kepadanya al-Qur’an. Rasulullah Saw ketika ditemui Jibril lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhembus 207 .”

Marilah kita perhatikan hadits-hadits nabi yang menceritakan tentang keutamaan membaca al-Qur’an, serta tentang segala kebaikan yang sangat banyak kandungannya. Rasulullah Saw bersada:

“Bacalah al-Qur’an karena sesungguhnya al-Qur’an itu nanti pada hari kiamat akan datang untuk memberi syafa’at kepada orang yang membacanya 208 .”

“Orang yang membaca al-Qur’an dan ia mahir maka nanti akan bersama-sama dengan para malaikat yang mulia lagi taat. Sedang orang yang mebaca al-Qur’an dan ia merasa susah di dalam

membacanya tetapi ia selalu berusaha maka ia mendapat dua pahala 209 .”

“Perumpamaan orang mukmin yang membaca al-Qur’an itu adalah seperti utrujah yang mana baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak suka membaca al-Qur’an

itu seperti buah korma yang mana tidak berbau tapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca al-Qur’an itu seperti bunga yang mana baunya harum tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca al-Qur’an itu seperti hanzhalah yang mana tidak

berbau dan rasanya pahit 210 .”

“Tidak ada iri hati itu diperbolehkan kecuali dalam dua hal yaitu: seseorang yang diberi kemampuan oleh Allah untuk membaca dan memahami al-Qur’an kemudian ia membaca dan mengamalkannya baik pada waktu malam maupun siang; dan seseorang yang dikarunia harta oleh Allah kemudian ia

menafkahkannya dalam kebaikan baik pada waktu malam maupun siang 211 .”

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah (al-Qur’an) maka ia mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatkan, ‘Alif

lâm mîm’ satu huruf tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf 212 .”

Dalam hal membaca al-Qur’an, Rasulullah Saw telah mencontohkan kepada kita untuk membaca dengan tartil, dan tidak terburu-buru, dalam rangka melaksanakan firman Allah SWT:

“Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan (tartil).” (Qs. al-Muzzammil [73]: 4).

Rasulullah Saw juga bersabda:

“Kelak (di akhirat) akan dikatakan kepada Shahibul Qur’an (orang yang senantiasa bersama-sama dengan al-Qur’an, penj.), ‘Bacalah, naiklah terus dan bacalah dengan perlahan-lahan (tartil)

HR. Bukhâri dan Muslim. Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dengan tambahan: “Dan beliau tidak pernah dimintai sesuatu kecuali memberikannya. ” 208 HR. Muslim, dari Abu Umamah ra. 209 HR. Bukhâri dan Muslim, dari ‘Aisyah ra. 210 HR. Bukhâri dan Muslim, dari Abu Musa al-Asy’ary ra. 211 HR. Bukhâri dan Muslim, dari Ibn Umar ra. 212 HR. at-Tirmidzi, dari Ibn Mas’ud, dan katanya hadits ini hasan shahih.

sebagaimana engkau telah membaca al-Qur’an dengan tartil di dunia. Sesungguhnya tempatmu 213 adalah pada akhir ayat yang engkau baca’ 214 . ”

Tentang keutamaan berkumpul di masjid-masjid untuk mempelajari al-Qur’an al-Karim, Rasulullah Saw bersabda:

“Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah seraya membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali turunlah ketenangan atas mereka, serta mereka diliputi rahmat, dikerumuni para malaikat dan disebut-sebut oleh Allah kepada para malaikat di hadapanNya. ” [HR. Muslim].

“Apabila suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) sambil membaca al-Qur’an dan saling bertadarus bersama-sama, niscaya akan turun ketenangan atas mereka, rahmat Allah akan meliputi mereka, para malaikat akan melindungi mereka dan Allah menyebut mereka kepada

makhluk-makhluk yang ada di sisiNya 215 .”

213 Maksudnya kelak di akhirat tempatnya tergantung pada sedikit banyaknya bacaan al-Qur’an di Dunia. Semakin banyak, maka akan semakin tinggi, sehingga dalam hadits itu dikatakan “naiklah”.

214 HR. Abû Dâwud dan at-Tirmidzi, dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash ra, dan katanya hasan shahih. 215 Bagian dari hadits yang diriwayatkan oleh Muslim no. 2699 dalam kitab Dzikir dan Do’a, bab Fadhlul Ijtima ‘Ala Tilawatil Qur’an wa ‘Aladz Dzikir dari hadits Abu Hurairah ra.