“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Unsur ke - 1 : “Barang Siapa”

Yang dimaksud dengan “barang siapa” adalah siapa saja yang sehat baik jasmani maupun rohaninya dan mampu bertanggung-jawab

pidana yang dilakukannya serta tunduk kepada peraturan atau perundang-undangan hukum pidana yang berlaku di Indonesia.

terhadap

tindak

Menurut UU adalah setiap orang yang tunduk kepada perundang-undangan RI (dalam hal ini pasal 2-5,7 dan 8 KUHP) termasuk juga diri Terdakwa sebagai anggota TNI.

Bahwa berdasarkan keterangan para Saksi dibawah sumpah, keterangan Terdakwa diperkuat dengan alat-alat bukti lain yang diajukan oleh Oditur dalam persidangan yang satu dengan lainnya saling bersesuaian terungkap fakta- fakta hukum sebagai berikut :

1. Bahwa benar, Terdakwa masuk menjadi prajurit TNI-AD pada tahun 2005 melalui pendidikan secata PK gelombang pertama di rindam IV/Diponegoro selama lima bulan, pada bulan Oktober 2005 melanjutkan pendidikan Taif selama tiga bulan hingga selesai ditempatkan di Kodam XVII/Cenderawasih, pada bulan Oktober 2006 ditugaskan ke Yonif 756/WMS sampai sekarang dengan pangkan terakhir pratu NRP. 31050784180986.

2. Bahwa benar sebagai anggota TNI Terdakwa tunduk kepada aturan dan undang-undang yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

3. Bahwa benar hingga saat ini belum ada suatu ketentuan perundang-undangan yang menghendaki lain tentang status kewarganegaraan Terdakwa sebagai warga negara Indonesia sehingga terhadap diri Terdakwa tetap diberlakukan seluruh peraturan yang berlaku di Negara Republik Indonesia termasuk didalamnya KUHP.

Dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur ke - 1 “Barang siapa” telah terpenuhi.

Unsur ke-2 : “Dengan sengaja dan terbuka”

Menurut M.V.T yang dimaksudkan “Dengan sengaja” atau kesengajaan adalah menghendaki dan menginsafi terjadinya suatu tindakan beserta akibatnya.

Ditinjau dari tingkatan (gradasi) “Kesengajaan” terbagi menjadi tiga yaitu :

1. Kesengajaan sebagai tujuan (oogmerk), berarti terjadinya suatu tindakan atau akibat tertentu adalah betul-betul 1. Kesengajaan sebagai tujuan (oogmerk), berarti terjadinya suatu tindakan atau akibat tertentu adalah betul-betul

2. Kesengajaan dengan kesadaran pasti atau keharusan. Yang menjadi sandaran si Pelaku / Terdakwa tentang tindakan dan akibat tertentu itu. Dalam hal ini termasuk tindakan atau akibat-akibat lainnya yang pasti / harus terjadi.

3. Kesengajaan dengan menyadari kemungkinan atau disebut juga sebagai kesengajaan bersyarat. Yang menjadi sandaran ialah sejauh mana pengetahuan atau kesadaran si Pelaku / Terdakwa tentang tindakan atau akibat terlarang (berserta tindakan atau akibat-akibatnya) yang mungkin terjadi.

Bahwa yang dimaksud dengan “Terbuka” menurut pengertian bahasa adalah tidak tertutup, tidak terlarang (untuk umum) yaitu mudah didatangi dan dilihat oleh umum (misalnya tempat-tempat terbuka, lapangan, pinggir jalan, lorong, gang, pasar dan sebagainya, maupun ditempat yang mudah dilihat orang dari tempat umum meskipun dilakukan ditempat yang umum (Putusan Hoge Road / HR tanggal 12 Mei 1902).

Bahwa berdasarkan keterangan para Saksi dibawah sumpah, keterangan Terdakwa diperkuat dengan alat-alat bukti lain yang diajukan oleh Oditur dalam persidangan yang satu dengan lainnya saling bersesuaian terungkap fakta- fakta hukum sebagai berikut :

1. Bahwa benar, Terdakwa kenal dengan Saksi-II (Sdri. Saksi-II) sekira pada tahun 2008 dan sering berkomunikasi hingga berlanjut menjadi hubungan pacaran, pada tanggal 16 Mei 2009 sekira pukul 10.00 Wit Saksi-II sedang berobat gigi di Puskesmas Wamena bertemu Terdakwa yang sedang mengantar dr. Lila, kemudian Terdakwa mengajak pergi ke rumah Saksi-IV (Sdri. Saksi-IV) dengan maksud mengembalikan celana Trening, setibanya di rumah Saksi-IV pintunya dalam keadaan tertutup hingga Terdakwa bersama Saksi-II pergi menemui Saksi-IV yang sedang berada di gudang Dolog Wamena, kemudian mengambil kunci dan langsung kembali ke rumahnya yang terletak di Jl. Bhayangkara Wamena.

2. Bahwa benar, setelah tiba Terdakwa membuka pintu rumah dan mengajak Saksi-II masuk dan langsung mengunci pintu, kemudian Terdakwa dan Saksi-II menuju ruang santai yang berada di ruang tengah rumah Saksi-

IV, kemudian duduk berdekatan sambil berbincang- bincang, makan dan nonton TV, telah makan Terdakwa kembali mendekat sambil merayu, mencium serta meraba-raba tubuh Saksi-II sempat menolak dengan alasan belum menikah, Terdakwa menjawab nanti juga menikah.

3. Bahwa benar, Terdakwa langsung membuka kancing baju Saksi-II sambil membuka celana Trainingnya hingga telanjang lalu mendorong rok dan menurunkan celana dalam Saksi-II dan berusaha memasukan batang kemaluannya ke dalam kemaluan Saksi-II, dan setelah kejadian tersebut, Saksi II dan Terdakwa pulang.

4. Bahwa benar, tempat-tempat yang telah Terdakwa dan Saksi-II melakukan persetubuhan antara lain di ruang tengah rumah Saksi-IV (Sdr. Saksi-IV) di Jl. Bhayangkara Wamena. Saksi-II maupun Terdakwa mengetahui tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang terbuka atau dapat dilihat atau diketahui oleh orang lain yang sempat melintas atau datang ke tempat tersebut.

Dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur ke - 2 “Dengan sengaja dan terbuka” telah terpenuhi.

Unsur Ke-3 “Melanggar kesusilaan ”

Yang diartikan “Kesusilaan” adalah kesopanan, sopan santun, keadaban.

Melanggar kesusilaan dalam delik ini adalah perbuatan / tindakan yang melanggar kesopanan, sopan santun, keadaban dibidang kesusilaan yang harus berhubungan dengan kelamin dan atau bagian badan tertentu lainnya yang pada umumnya dapat menimbulkan perasaan malu, perasaan jijik atau terangsangnya nafsu birahi orang lain (misal : meraba buah dada seorang perempuan, meraba kemaluan wanita, mencium, memperlihatkan alat kelamin wanita / prianya).

Bahwa yang dimaksud dengan “Melanggar kesusilaan” adalah perbuatan yang melanggar perasaan malu yang berhubungan dengan nafsu birahi orang lain.

Karena adanya bermacam-macam ukuran kesusilaan menurut adat-istiadat (suku bangsa yang ada di Indonesia) maka Judex Factic perlu mempertimbangkan ukuran kesusilaan yang berlaku menurut tempat dan keadaan ditempat tersebut.

Bahwa berdasarkan keterangan para Saksi dibawah sumpah, keterangan Terdakwa diperkuat dengan alat-alat bukti lain yang diajukan oleh Oditur dalam persidangan yang satu dengan lainnya saling bersesuaian terungkap fakta- fakta hukum sebagai berikut :

1. Bahwa benar, tempat-tempat dimana Terdakwa dan Saksi-II melakukan persetubuhan antara lain di ruang tengah rumah Saksi-IV (Sdr. Saksi-IV) di Jl. Bhayangkara Wamena. Saksi-II maupun Terdakwa mengetahui tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang terbuka atau dapat dilihat atau diketahui oleh orang lain yang sempat melintas atau datang ke tempat tersebut.

2. Bahwa benar, perbuatan yang Terdakwa dan Saksi II lakukan yaitu persetubuhan telah melanggar kesusilaan yang dilakukan di ruang tengah rumah Saksi-IV, yang sewaktu-waktu saat Saksi IV datang ke rumahnya dan melihat apa yang diperbuat Terdakwa dan Saksi II dapat menimbulkan perasaan malu, jijik ataupun terangsang pada orang lain.

Dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur ke - 3 “Melanggar Kesusilaan” telah terpenuhi.

Menimbang

: Bahwa oleh karena semua unsur dakwaan subsidair Oditur Militer telah terpenuhi, Majelis Hakim berpendapat dakwaan Oditur Militer telah terbukti secara sah dan meyakinkan.

Menimbang

: Bahwa di dalam persidangan tidak ditemukan adanya alasan pembenar maupun alasan pemaaf atas perbuatan yang dilakukan Terdakwa, oleh karena itu perbuatan Terdakwa harus dipertanggung jawabkan sebagai subjek hukum pidana oleh karena itu Terdakwa harus dihukum.

Menimbang

: Bahwa berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas yang merupakan pembuktian yang diperoleh dalam sidang, Majelis Hakim berpendapat terdapat cukup bukti yang sah dan meyakinkan bahwa Terdakwa telah melakukan tindak pidana : “Dengan sengaja dan terbuka melanggar

kesusilaan.”

Sebagaimana diatur dan diancam menurut Pasal 281 ke-1