Perkembangan Gerakan Keluarga Berencana Nasional

2.3. Perkembangan Gerakan Keluarga Berencana Nasional

Sejak lahirnya pemerintah Orde baru pada tahun 1966, yang berorientasi pada pembangunan kesejahteraan rakyat, dan ikut sertanya Presiden Soeharto menanda tangani Deklarasi Kependudukan Dunia pada tahun 1967, maka Keluarga Berencana mulai mendapatkan angin segar dari pemerintah yang belum pernah diperoleh sebelumnya. Hal ini terbukti sejak Pelita I KB secara resmi menjadi bagian utama dari program pembengunan nasional. Lembaga Keluarga Berencana Nasional yang berstatus lembaga semi pemerintah di dalam proses pembentukannya tidak dapat terlepas dari peranan PKBI Dalam Kongres I PKBI pada tahun 1967, kesimpulan laporan-laporan cabang yang sudah tersebar di hampir seluruh Indonesia menyatakan bahwa pada umumnya gagasan Keluarga Berencana diterima baik oleh masyarakat . Dengan dasar laporan- laporan tersebut kongres menyampaikan himbauan kepada pemerintah agar program Keluarga Berencana segera dijadikan sebagai program pemerintah. Pada tanggal 16 Agustus 1968, di depan sidang Dewan Perwakilan Rakyat Gotong DPRGR dalam pidatonya, Presiden Soeharto menyampaikan jiwa Deklarasi Kependudukan Dunia. Meskipun pemerintah memberikan iklim yang menguntungkan tetapi untuk menetapkan keluarga berencana sebagai program nasional, pemerintah sangat berhati- hati dalam menghadapi persoalannya karena masalah ini menyangkut masalah sosial budaya bangsa. Oleh karena itu, sebagai langkah pertama Mentri Kesejahteraan Rakyat DR.K.H. Idham Cholid membentuk suatu panitia ad-hoc yang bertugas Universitas Sumatera Utara mempelajari kemungkinan-kemungkinan Keluarga Berencana dijadikan program nasional. Dalam pertemuan Presiden dengan panitia ad-hoc pada bulan Pebruari 1968, Presiden menyatakan bahwa pemerintah menyetujui gerakan Keluarga Berencana yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan bantuan dan bimbingan pemerintah. Sehubungan dengan itu, pada tanggal 7 September 1968 keluarlah Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1968 kepada Menteri Kesejahteraan Rakyat, yang isinya antara lain sebagai berikut : 1. Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada di dalam masyarakat di bidang keluarga berencana. 2. Mengusahakan segera terbentuknya suatu badan atau lembaga yang dapat menghimpun segala kegiatan di bidang keluarga berencana yang terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat. Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut, Mentri Kesejahteraan rakyat pada tanggal 11 Oktober 1968 mengeluarkan Surat Keputusan No 35KptskesraX 1968 sebuah lembaga keluarga berencana Tahun 1974 muncul program-program integral Beyond Family Planning dan gagasan tentang fase program pencapaian akseptor aktif. Selanjutnya BKKBN mempunyai salah satu filosofi yaitu : Menggerakkan peran serta masyarakat dalam keluarga berencana yang tertuang dalam Grand Strategy yaitu : 1. Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB. 2. Menata kembali pengelolaan program KB. Universitas Sumatera Utara 3. Memperkuat SDM operasional program KB. 4. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB. 5. Meningkatkan pembiayaan program KB. Nilai-nilai yang terkandung dalam grand strategy adalah integritas, energik, profesional kompeten, partisipatif, konsisten, organisasi pembelajaran, kreatif inovatif. Kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan pemberdayaan, pendekatan desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan kemandirian, pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan pemenuhan hak rightbased, pendekatan lintas sector dengan strategi 1. Re-Establishment adalah membangun kembali sendi-sendi pogram KB nasional sampai ke tingkat lini lapanngan pasca penyerahan kewenangan. 2. Sustainability adalah memantapkan komitmen program dan kesinambungan dukungan oleh segenap stakeholders dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah. Adapun tujuan dari pelaksanaan KB adalah : 1. Keluarga dengan anak ideal. 2. Keluarga sehat. 3. Keluarga berpendidikan. 4. Keluarga sejahtera. 5. Keluarga berketahanan. 6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya. 7. Penduduk tumbuh seimbang PTS Universitas Sumatera Utara Tujuan ini dapat dicapai dengan Program KB yang meliputi : 1. Keluarga berencana 2. Kesehatan reproduksi remaja 3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga 4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas 5. Keserasian kebijakan kependudukan 6. Pengelolaan SDM aparatur 7. Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan 8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara Dalam Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 dijelaskan bahwa hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang mencakup semua dimensi dan aspek kehidupan termasuk perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Sebagai implementasi dari pelaksanaan Hak Asasi Manusia HAM yang harus dijunjung tinggi sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari penduduk, demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan penduduk saat ini dan generasi yang akan datang, maka kependudukan pada seluruh dimensinya harus menjadi titik sentral pembangunan berkelanjutan agar setiap penduduk dan generasinya mendatang dapat hidup sehat, sejahtera, produktif, dan harmonis dengan lingkungannya serta menjadi Universitas Sumatera Utara sumberdaya manusia yang berkualitas bagi pembangunan. Pembangunan harus dilakukan oleh penduduk dan untuk penduduk, dan karenanya perencanaan pembangunan harus didasarkan pada kondisi atau keadaan penduduk dan pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh penduduk bukan hanya oleh sebagian atau segolongan tertentu. Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga harus mendapatkan perhatian khusus dalam kerangka pembangunan nasional yang berkelanjutan. Perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga merupakan bagian integral dari pembangunan budaya, social ekonomi bangsa yang tidak dapat di pisahkan dengan pembangunan sektor lainnya dalam rangka pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia sebagai pengamalan Pancasila yaitu meningkatkan kualitas hidup untuk semua penduduk. Perkembangan penduduk dan pembangunan keluarga pada dasarnya ditujukan untuk menjamin keberlangsungan hidup seluruh manusia tidak lagi hanya berdimensi lokal atau nasional, akan tetapi juga internasional. Perkembangan penduduk dan pembangunan keluarga tidak lagi dipahami secara sempit sebagai usaha untuk mempengaruhi pola dan arah demografi semata, tetapi sasarannya jauh lebih luas, yaitu untuk mencapai kesejahteraan masyarakat baik dalam arti fisik maupun non fisik termasuk spiritual. Dampak perubahan dinamika kependudukan akan terasa dalam jangka waktu yang lama, sehingga seringkali kepentingannya diabaikan. Luasnya cakupan masalah kependudukan menyebabkan pembangunan kependudukan harus dilakukan secara Universitas Sumatera Utara lintas sektor dan lintas bidang. Oleh karenanya dibutuhkan bentuk koordinasi dan pemahaman mengenai konsep perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga secara tepat. Konteks perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga perlu memperoleh perhatian khusus dalam rangka pembangunan nasional yang berkelanjutan. Penempatan penduduk sebagai titik sentral pembangunan tidak saja merupakan program nasional namun juga komitmen hampir seluruh bangsa di dunia yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Untuk melaksanakan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga diperlukan suatu lembaga yang kuat. BKKBN bertambah besar jangkauan programnya tidak terbatas hanya KB tetapi juga program Kependudukan sesuai Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 . Perkembangan BKKBN dimasa sekarang menpunyai Visi BKKBN adalah “ Penduduk Tumbuh Seimbang 2015”. Misi BKKBN adalah “Mewujudkan Pembangunan yang Berwawasan Kependudukan dan Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera”. Misi ini dilakukan dengan cara: 1. Penyerasian kebijakan pengendalian penduduk; 2. Penetapan parameter penduduk; 3. Peningkatan penyediaan dan kualtias analisis data dan infromasi; 4. Pengendalian penduduk dalam pembangunan kependudukan dan keluarga berencana serta ; Universitas Sumatera Utara 5. Mendorong stakeholder dan mitra kerja untuk menyelenggarakan pembangunan keluarga berencana dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagai remaja, pemenuhan hak-hak reproduksi, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga peserta KB. Melalui misi ini BKKBN berupaya untuk menciptakan penduduk yang berkualitas yang akan mempercepat tercapainya pertumbuhan ekonomi dan tujuan pembangunan.Dan mempunyai tugas pokok yaitu : melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.4. Teori Keikutsertaan Keikutsertaan merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan, tanggung jawab dan manfaat. Dalam pengertian sehari-hari, keikutsertaan merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang individu atau warga masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu. Faktor- faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya keikutsertaan dapat didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan. Menurut konsep proses pendidikan, keikutsertaan merupakan bentuk tanggapan atau respon atas rangsangan- rangsangan yang diberikan dalam hal ini tanggapan merupakan fungsi dari manfaat rewards yang dapat diharapkan Berlo, 1961. Gray dalam Winardi 2007, motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya Universitas Sumatera Utara sikap antusiasme dan persistensi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu atau ikut berkeikutsertaan. Menurut Atkinson, Hilgard, 1983, adanya pandangan mekanistik yang beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan manusia timbul dari adanya kekuatan internal dan eksternal di luar kontrol manusia itu sendiri, Hobbes abad ke -17 mengemukakan bahwa apapun alasan yang diberikan oleh seseorang atas perilakunya, sebab–sebab terpendam dari semua perilakunya itu adalah adanya kecenderungan untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan Teori yang sama menunjukkan adanya hubungan partisipasi dengan motivasi intrinsik dan ektrinsik dimana motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan seseorang yang dapat menimbulkan tingkat antusiasmenya dalam melakukan sesuatu kegiatan baik yang bersumber dalam dini individu itu sendiri motivasi intrinsik maupun dari luar individu motivasi ektrinsik Desra, 2011.

2.4.1. Keikutsertaan Pria dalam Keluarga Berencana