Pemasangan CCTV

Tabel 8 Pemasangan CCTV

No. Jumlah

Lokasi Pemasangan

Keterangan

1 1 Kleco (dari arah Barat Jl. Slamet Riyadi Fixed

2 2 Panggung (Jl. Kol. Sutarto)

Fixed

3 3 Kota Barat (Jl. dr. Muwardi)

Fixed

4 4 Tirtonadi (Jl. Ahmad Yani)

Fixed

5 4 Balapan (Jl. Monginsidi)

Fixed

6 4 Sangkrah (Jl. Sungai Sambas)

Fixed

7 4 Manahan (Jl. Ahmad Yani)

Fixed

8 1 Panggung (Jl. Kol. Sutarto)

CCTV Doom

9 1 Simpang Kleco

CCTV Doom

10 1 Simpang Kerten

CCTV Doom

11 1 Simpang Gendengan

CCTV Doom

12 1 Simpang Nonongan

CCTV Doom

13 1 Simpang Gladag

CCTV Doom

14 1 Simpang Telkom (Jl. Jend. Sudirman) CCTV Doom

Sumber : Bagian Lalu Lintas Dishub Surakarta

Berdasarkan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa Dinas Perhubungan Kota Surakarta melakukan pemasangan rambu-rambu lalu lintas dan kamera CCTV di lokasi-lokasi yang rawan Berdasarkan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa Dinas Perhubungan Kota Surakarta melakukan pemasangan rambu-rambu lalu lintas dan kamera CCTV di lokasi-lokasi yang rawan

2) Larangan parkir Parkir yang dilakukan dipinggir jalan mengakibatkan gangguan terhadap kelancaran lalu lintas ataupun untuk membatasi arus lalu lintas menuju suatu kawasan tertentu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bapak Sri Baskoro selaku Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Surakarta sebagai berikut:

“Sebenarnya pihak Dinas Perhubungan sudah menentukan tempat-tempat yang dilarang untuk parkir kendaraan, tetapi mungkin karena masyarakat inginnya serba praktis sehingga ketentuan ini tidak diindahkan sehingga masyarakat tetap saja parkir di tempat tersebut. Sebagai contohnya, pihak dinas sudah menyediakan fasilitas parkir khusus untuk kendaraan umum, misalnya taxi pada ruas-ruas jalan yang telah ditentukan oleh pihak dinas”.

Dengan demikian, perlu dipertimbangkan penerapan suatu bentuk kebijaksanaan parkir untuk mengendalikannya. Hal yang dilakukan adalah dengan menyediakan fasilitas parkir khusus untuk kendaraan umum, misalnya taxi pada ruas-ruas jalan yang telah ditentukan oleh pihak Dinas Perhubungan Surakarta.

Andalalin tersebut diperlukan mengingat semakin berkembangnya kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan serta adanya penurunan kinerja lalu lintas akibat adanya pembangunan atau pengembangan kawasan di daerah Kota Surakarta. Selain itu juga karena adanya peningkatan volume lalu lintas dan pejalan kaki serta kebutuhan akan ruang parkir. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan pengembangan suatu kawasan harus melalui prosedur yang sudah ditetapkan. Hal yang sangat penting yang harus dilakukan selain mengenai analisis dampak lingkungan adalah mengenai analisis dampak lalu lintas.

Sebagaimana yang diterangkan oleh Bapak Sri Baskoro selaku Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Surakarta yang menyatakan bahwa :

“Andalalin sangat dibutuhkan dalam kegiatan lalu lintas di Kota Surakarta, mengingat perkembangan kota Surakarta yang begitu cepat sehingga pada sebagian ruas jalan di Kota Surakarta terjadi kemacetan lalu lintas”.

Selanjutnya Bapak Sri Baskoro menjelaskan, sebagai contohnya adalah Pembangunan Solo Grand Mall yang tidak

Dinas Perhubungan. Akibatnya terjadi kemacetan di sepanjang Jalan Slamet Riyadi pada jam-jam sibuk (pagi, siang, dan sore hari), karena taxi parkir di ruang manfaat jalan. Selain itu juga lokasi parkir yang disediakan tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada sehingga pengunjung memarkir kendaraan di sepanjang jalan Slamet Riyadi. Disamping itu juga antrean lalu lintas di Jalan Slamet Riyadi yang disebabkan karena mobil yang masuk ke Solo Grand Mall berhenti di pintu masuk untuk membayar retribusi parkir terlebih dahulu.

b. Menurunnya jumlah pelanggaran lalu lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam melakukan tugasnya, yaitu selain mengatasi kemacetan lalu lintas juga melakukan pemasangan rambu-rambu lalu lintas. Pemasangan rambu-rambu lalu lintas ini, selain memasang lampu rambu lalu lintas juga memasang tanda rambu-rambu lalu lintas. Pemasangan tanda rambu lalu lintas ini dimaksudkan untuk mengurangi pelanggaran lalu lintas.

Selain dengan pemasangan rambu-rambu lalu lintas, penurunan jumlah pelanggaran lalu lintas juga dikarenakan saat ini masyarakat mulai meningkat kesadarannya tentang berlalu lintas. Hal ini karena pihak Dinas Perhubungan secara rutin ada program sosialisasi tertib lalu lintas, yaitu tentang penggunaan sabuk keselamatan dan helm standar.

Lalu Lintas Dinas Perhubungan Surakarta sebagai berikut: “Saat ini bisa dikatakan jumlah pelanggaran lalu lintas ada

penurunan. Hal ini dikarenakan warga masyarakat mulai menyadari pentingnya disiplin dalam berlalu lintas. Ini tidak terlepas dari sosialisasi yang kita lakukan secara rutin, terutama tentang penggunaan sabuk keselamatan dan helm standar”.

Pendapat senada juga dijelaskan oleh Bapak Joko Pramono selaku Kasi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas yang mengatakan sebagai berikut:

Kita memang rutin melakukan sosialisasi lalu lintas, terutama bagi pengendara kendaraan bermotor mengenai sabuk keselamatan dan pemakaian helm standar bagi pengendara sepeda motor. Hal ini kita lakukan supaya masyarakat semakin menyadari pentingnya memakai atribut keselamatan tersebut dan memang hasilnya cukup menggembirakan karena secara tidak langsung juga berdampak pada penuruan jumlah pelanggaran lalu lintas”.

perhubungan secara rutin melakukan sosialisasi terutama bagi pengendara kendaraan bermotor tentang bagaimana berkendara yang aman di jalan raya.

Dengan adanya sosialisasi yang rutin dilakukan oleh Dinas Perhubungan, maka dapat dikatakan ada penurunan jumlah pelanggaran lalu lintas. Penurunan jumlah pelanggaran ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari untuk berdisiplin dalam berlalu lintas.

Merupakan kebutuhan nyata untuk mengatasi persoalan agar tetap eksis dan unggul dalam persaingan yang semakin ketat dalam lingkungan yang berubah sangat cepat. Upaya untuk menanggulangi perubahan-perubahan baik eksternal maupun internal agar organisasi dapat mengantisipasi berbagai tantangan dan perkembangan yang semakin sulit dan kompleks ialah harus mempersiapkan diri dan secara terus menerus melakukan perubahan- perubahan kearah perbaikan. Perubahan tersebut harus disusun dalam suatu pola yang konsisten dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan kinerja yang berorientasi kepada pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi.

Oleh karena itu, Dinas Perhubungan Kota Surakarta telah menetapkan pernyataan Visi dan Misi. Hal ini dimaksudkan agar semakin jelas arah dan tujuan Dinas Perhubungan berperan dalam birokrasi Pemerintah Daerah Kota Surakarta.

Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Yosca Herman S. selaku Kepala Dishub Kota Surakarta sebagai berikut: Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Yosca Herman S. selaku Kepala Dishub Kota Surakarta sebagai berikut:

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam menjalankan kegiatan organisasi berdasarkan pada visi dan misi yang telah ditetapkan oleh organisasi. Dengan demikian, semua kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta berdasarkan pada visi dan misi organisasi. Adapun Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah sebagai berikut: Visi : Terwujudnya Lalu Lintas Angkutan Jalan yang Selamat, aman, cepat,

lancar, tertib, teratur dan nyaman serta efisien yang mampu memadukan moda transportasi sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan sektor transportasi yang berwawasan lingkungan di Kota Surakarta.

Misi :

1. Menyelenggarakan transportasi yang handal, terpadu dan terjangkau oleh daya beli masyarakat guna meningkatkan mobilitas orang, barang dan jasa.

2. Mewujudkan moda transportasi yang memenuhi persyaratan teknik dan laik jalan.

bimbingan keselamatan dan ketertiban Lalu Lintas.

4. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sektor transportasi.

Tabel 9

Tujuan dan Sasaran Dinas Perhubungan Kota Surakarta

CARA MENCAPAI TUJUAN DAN TUJUAN

KEBIJAKAN PROGRAM

1. Mengembangkan a. Program lintas

1. Lancarnya lalu

1. Terwujudnya

1. Tercapainya

Peningkatan 2. Tersedianya alat

sistem managemen

kelancaran Lalu

sistem

Pelayanan angkutan sesuai

Sarana dan kebutuhan

Lintas yang baik

2. Terpenuhinya

perkotaan

2. Meningkatkan Prasarana pemerataan

2. Adanya

alat

kebutuhan alat

Aparatur distribusi orang,

b. Program barang dan jasa.

efektif dan efisien

3. Meningkatnya

pelayanan

Pembangunan 3. Meningkatnya

3. Tercapainya sarana

keakurasian

transportasi

3. Pengembangan Prasarana dan kesadaran wajib

angkutan

jalan

hasil uji

daya Fasilitas uji

dan Perhubungan melaksanakan

untuk persayaratan teknis

jumlah

manusia

c. Program uji kendaraan

laik jalan

pelanggaran lalu

teknologi

Rehabilitasi & 4. Terwujudnya

4. Meningkatnya

lintas

ketaatan pengguna Pemeliharaan kawasan tertib

Prasarana & lalu lintas

jalan

terhadap

peraturan Fasilitas LLAJ perundang-

d. Program undangan

peningkatan pelayanan angkutan

e. Program pengendalian pengamanan lalu lintas.

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surakarta Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surakarta

Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja pada level sasaran dan kegiatan. Pengukuran dengan menggunakan indikator kinerja pada level sasaran digunakan untuk menunjukkan secara langsung kaitan antara sasaran dengan indikator kinerjanya, sehingga keberhasilan sasaran berdasarkan rencana kinerja tahunan yang ditetapkan dapat dilihat dengan jelas. Selain itu, untuk memberikan penilaian yang lebih independen melalui indikator-indikator outcomes atau minimal outputs dari kegiatan yang terkait langsung dengan yang diinginkan.

Dalam rangka mengetahui kinerja instansi Dinas Perhubungan Kota Surakarta melakukan penilaian kinerja tahun 2008. Penilaian kinerja ini dimulai dengan menentukan indikator kinerja dan variabelnya. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan indikator Masukan (input), Keluaran (output), Hasil (outcome), Manfaat (benefit) dan Dampak (impact).

Indikator Masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator Indikator Masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator

dicapai dan suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan non fisik. Indikator Hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).

Indikator Manfaat (benefits) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dan pelaksanaan kegiatan.

Indikator Dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.

1. Pengadaan kendaraan dinas/operasional

a) Pengadaan 2 (dua) unit motor dinas, 1 (satu) unit dump truck. Adapun indikator Masukan (input,) hal ini karena adanya jumlah dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah tersedianya motor dinas dan dump truck. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu peningkatan pelayanan pada masyarakat. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yang penting bagi masyarakat agar ketertiban lalu lintas lebih meningkat, dan Dampak (impact) yaitu mengurangi angka kecelakaan.

b) Pengadaan 1 (satu) unit mobil dinas perparkiran. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena adanya jumlah dana. Sedangkan untuk b) Pengadaan 1 (satu) unit mobil dinas perparkiran. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena adanya jumlah dana. Sedangkan untuk

2. Sosialisasi kebijakan dibidang perhubungan Bintek/Pembinaan Teknis dasar-dasar kelalulintasan Dinas Perhubungan. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena adanya jumlah dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah tersedianya SDM (Sumber Daya Manusia) yang memenuhi kualitas. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu peningkatan kinerja serta peningkatan pelayanan dan kemampuan teknis. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu kemampuan, kualitas teknis dan administrasi dalam pelayanan masyarakat lebih optimal, dan Dampak (impact) yaitu kekurangan kemampuan teknis pegawai dapat ditingkatkan.

3. Kegiatan Pengendalian Disiplin Pengoperasian Angkutan Umum di Jalan Raya

Pelaksanaan pengendalian, penertiban dan kelancaran serta pengawalan lalu lintas. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah (pelaksanaan Pelaksanaan pengendalian, penertiban dan kelancaran serta pengawalan lalu lintas. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah (pelaksanaan

4. Pengumpulan dan analisis data base pelayanan angkutan Kajian manajemen lalu lintas. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah tersedianya laporan hasil studi manajemen lalu lintas. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu memudahkan dalam penerapan sistem transportasi. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu manajemen lalu lintas lebih tertata dan mengurangi tingkat kesemrawutan dalam lalu lintas, dan Dampak (impact) yaitu angka kecelakaan dan kemacetan lalu lintas dapat teratasi.

5. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pelayanan Jasa Angkutan Pemeliharaan/Pengadaan Prasarana dan Sarana Lalu Lintas dan alat komunikasi. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah (pemeliharaan/pengadaan prasarana dan sarana lalu lintas dan alat komunikasi),

Isyarat Lalu Lintas), Rambu, Traffic cone, Alat Komunikasi, Repeater, Flashing, Zoss, dan RPPJ (Rambu Penunjuk Pengguna Jalan). Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu terpeliharanya/tersedianya prasarana dan sarana lalu lintas. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu meningkatnya ketertiban pengguna jalan dalam berlalu lintas, dan Dampak (impact) yaitu mengurangi angka kecelakaan, kemacetan dan meningkatnya pelayanan terhadap pengguna jalan.

6. Sosialisasi/Penyuluhan ketertiban lain dan angkutan Lomba tertib lalu lintas angkuta kota. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah (lomba tertib lalu lintas angkutan) ketertiban yang lebih terkendali baik dari segi pengguna jalan dan administrasi. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu mengurangi angka kecelakaan dan dapat memberikan kesadaran bagi pengguna jalan. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu ketertiban lalu lintas lebih baik dan terkendali, dan Dampak (impact) yaitu mengurangi angka kecelakaan dan administrasi lebih baik.

7. Pengadaan rambu-rambu lalu lintas Pengadaan APILL ATCS (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Area Traffic Control System ). Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah tersedianya 7. Pengadaan rambu-rambu lalu lintas Pengadaan APILL ATCS (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Area Traffic Control System ). Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah tersedianya

8. Pengadaan Marka Jalan Pengecatan Marka Jalan. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah terwujudnya marka jalan. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu meningkatnya disiplin dalam berlalu lintas dan mengurangi angka kecelakaan. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu pembinaan/perlindungan terhadap pengguna jalan, dan Dampak (impact) yaitu pengguna jalan lebih tertib dalam berlalu lintas.

9. Pengadaan Pagar Pengaman Terwujudnya median jalan. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah terwujudnya median jalan. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu mengurangi angka kecelakaan. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu kenyamanan 9. Pengadaan Pagar Pengaman Terwujudnya median jalan. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah terwujudnya median jalan. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu mengurangi angka kecelakaan. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu kenyamanan

1. Kegiatan Pengadaan kendaraan dinas/operasional

a) Pengadaan motor dinas dan mobil dump truck. Adapun indikator Masukan (input) adalah dana sebesar Rp 285.000.000,-. Sedangkan Keluaran (output) adalah tersedianya 2 (dua) unit motor dinas dan 1 (satu) unit dump truck dan Hasil (outcome) adalah adanya realisasi pengadaan kendaraan dinas/operasional.

b) Pengadaan 1 (satu) unit mobil operasional parkir pick up. Adapun indikator Masukan (input) adalah dana sebesar Rp 100.000.000,-. Sedangkan Keluaran (output) adalah tersedianya 1 (satu) unit mobil operasional dan Hasil (outcome) adalah terealisasinya pengadaan 1 (satu) unit mobil operasional parkir pick up.

2. Kegiatan sosialisasi kebijakan di bidang perhubungan Bintek dasar-dasar kelalulintasan DLLAJ. Indikator Masukan (input) adalah tersedianya dana sebesar Rp 180.000.000,-. Sedangkan Keluaran (output) adalah adanya sumber daya manusia yang mampu melaksanakan tugas teknis sebanyak 100 orang. Adapun Hasil (outcome) adalah

100 orang.

3. Kegiatan Pengendalian Disiplin Pengoperasian Angkutan Umum di Jalan Raya

Pelaksanaan pengendalian, penertiban dan kelancaran serta pengawalan lalu lintas. Indikator Masukan (input) adalah tersedianya dana sebesar Rp 354.000.000,-. Adapun Keluaran (output) adalah terlaksananya pelaksanaan pengendalian, penertiban dan kelancaran pengawalan lalu lintas serta Hasil (outcome) adalah terealisasinya kegiatan pengendalian penertiban dan kelancaran serta pengawalan lalu lintas di jalan raya.

4. Pengumpulan dan analisis data base pelayanan angkutan Kajian manajemen lalu lintas. Indikator Masukan (input) adalah tersedianya dana kegiatan kajian manajemen lalu lintas. Keluaran (output) adalah tersedianya laporan hasil studi manajemen lalu lintas. Sedangkan Hasil (outcome) adalah terealisasinya studi manajemen lalu lintas.

5. Kegiatan Pengembangan sarana dan prasarana jasa angkutan Pemeliharan/pengadaan prasarana dan sarana lalu lintas dan alat komunikasi. Indikator Masukan (input) adalah tersedianya dana sebesar Rp 735.675.342. Keluaran (output) adalah terpeliharanya prasarana dan sarana lalu lintas dan alat komunikasi. Adapun Hasil (outcome) adalah terealisasinya kegiatan pemeliharaan prasarana dan sarana lalu lintas dan alat komunikasi.

6. Kegiatan sosialisasi/penyuluhan ketertiban lalin dan angkutan 6. Kegiatan sosialisasi/penyuluhan ketertiban lalin dan angkutan

7. Kegiatan pengadaan rambu-rambu lalu lintas Pengadaan APILL ATCS. Indikator Masukan (input) adalah tersedianya dana sebesar Rp 4.057.562.500. Sedangkan Keluaran (output) adalah terpasangnya APILL di 10 titik simpang. Adapun Hasil (outcome) adalah pemasangan APILL di 10 titik simpang.

8. Kegiatan pengadaan marka jalan Pengecatan marka jalan. Masukan (input) adalah tersedianya dana sebesar Rp 623.040.000,-. Adapun Keluaran (output) adalah tersedianya marka

jalan seluas 4670 m 2 . Sedangkan Hasil (outcome) adalah marka jalan yang telah tersedia seluas 4670 m 2 .

9. Kegiatan Pengadaan Pagar Pengaman Pembangunan median jalan. Masukan (input) adalah tersedianya dana sebesar Rp 151.500.000. Keluaran (output) adalah terwujudnya median jalan sepanjang 500 m1. Hasil (outcome) adalah terealisasinya median jalan sepanjang 500 m1.

2. Akuntabilitas organisasi 2. Akuntabilitas organisasi

pemerintah untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya dengan sendirinya dipenuhi dengan menyampaikan informasi yang relevan sehubungan dengan hasil dari program yang dilaksanakan kepada wakil rakyat dan juga kelompok- kelompok masyarakat yang memang ingin menilai kinerja pemerintah.

Pelaporan keuangan pada instansi pemerintahan pada umumnya hanya menekankan pada pertanggungjawaban apakah sumber daya yang diperoleh sudah digunakan sesuai dengan anggaran atau perundang- undangan yang berlaku. Dengan demikian, pelaporan keuangan yang ada hanya memaparkan informasi yang berkaitan dengan sumber pendapatan pemerintah, bagaimana penggunaannya dan posisi keuangan pada saat itu.

Adapun alokasi dan realisasi anggaran Dinas Perhubungan Kota Surakarta bidang lalu lintas adalah sebagai berikut:

1. Alokasi APBD Dishub Tahun 2008 Berdasar Program Kerja

1.2 Program Peningkatan Pelayanan Angkutan Rp 2.331.760.342

1.3 Program Pengendalian dan Pengamanan Lalulintas

Rp 4.832.102.500 JUMLAH Rp 7.956.625.842

2. Realisasi APBD Dishub Tahun 2008

2.1 Pendapatan

2.2 Anggaran Pendapatan Asli Daerah Rp 7.504.800.000

2.3 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Rp 6.950.448.800

2.4 Lebih/Kurang (Rp 554.351.200)

2.5 Belanja

2.6 Anggaran Belanja Rp 9.355.492.000 Realisasi Belanja

Rp 8.636.623.952 (Rp 718.868.048) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) (Rp 164.516.848)

Sedangkan perbandingan keberhasilan atau kegagalan realisasi pencapaian target adalah sebagai berikut:

1. Perbandingan Realisasi Pencapaian Target Tahun 2008 dengan Tahun 2007

Realisasi Pendapatan Asli Daerah Dishub Kota Surakarta Th 2008 sebesar Rp 6.950.488.800 dibanding dengan realisasi Th 2007 sebesar

Rp 177.662.660.

2. REALISASI PENCAPAIAN TARGET PAD TAHUN 2008

Realisasi PAD tahun 2008 tercapai sebesar Rp 6.950.488.800 atau sebesar 92,61% dari target yang ditentukan yaitu sebesar Rp 7.504.800.000.

Berdasarkan pada indikator kinerja dan tingkat capaian di atas, maka dapat diketahui bahwa program kerja yang dilakukan telah sesuai dengan target yang ditetapkan. Hal ini berarti bahwa berdasarkan program kerja yang telah ditetapkan dapat diketahui hasil kerja dari Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Berdasarkan hasil kinerja tersebut, yang dituangkan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2008 dapat dilakukan evaluasi terhadap kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarrta.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ibu Anastasia Tri Rahayu Warastuti, selaku Kasubbag Umum dan Kepegawaian yang mengatakan sebagai berikut:

“Ya, memang benar kita melakukan pengukuran kinerja organisasi yang dituangkan dalam LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah). Hal ini kita lakukan untuk mengetahui program kerja yang telah ditetapkan apakah program kerja tersebut berhasil atau tidak. LAKIP ini juga berfungsi sebagai bentuk pertanggungjawaban instansi kepada pemerintah daerah terhadap kinerja organisasi selama tahun “Ya, memang benar kita melakukan pengukuran kinerja organisasi yang dituangkan dalam LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah). Hal ini kita lakukan untuk mengetahui program kerja yang telah ditetapkan apakah program kerja tersebut berhasil atau tidak. LAKIP ini juga berfungsi sebagai bentuk pertanggungjawaban instansi kepada pemerintah daerah terhadap kinerja organisasi selama tahun

Hal diatas sesuai dengan pendapat dari Bapak Didik Setyanto, selaku Kasubag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan yang mengatakan sebagai berikut:

“Untuk melakukan evaluasi kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta, kita membuat penilaian kinerja Dinas terlebih dahulu. Penilaian kinerja ini berdasarkan pada visi, misi dan tujuan dinas. Berdasarkan pada ketiga hal tersebut kemudian jabarkan dalam bentuk sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi. Berdasarkan sasaran yang telah ditetapkan kemudian ditentukan indikator-indikator dari setiap sasaran program”.

Berdasarkan pada uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa Dinas Perhubungan Kota Surakarta membuat suatu penilaian kinerja berdasarkan pada visi, misi, dan tujuan dinas. Penilaian kinerja organisasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari program kerja yang telah ditetapkan, apakah program kerja yang ditetapkan tersebut berhasil atau tidak dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, kemudian dilakukan evaluasi kinerja organisasi atas keberhasilan atau kegagalan dari program tersebut.

berhasil. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi kinerja organisasi untuk mengetahui apakah program kerja yang sudah ada akan terus dilanjutkan atau diganti dengan program kerja yang lain. Untuk itu, dapat dikatakan keberhasilan atau kegagalan suatu program kerja dapat dijadikan sebagai indikator kinerja organisasi secara keseluruhan.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bapak Didik Setyanto, selaku Kasubag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan yang mengatakan sebagai berikut:

“Memang benar, dengan adanya penilaian kinerja organisasi maka kita dapat mengetahui keberhasilan maupun kegagalan program kerja yang sudah ditentukan. Keberhasilan atau kegagalan dari program yang ditetapkan ini kemudian sebagai bahan evaluasi terhadap program kerja yang telah dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa evaluasi kinerja dilakukan untuk mengetahui program kerja yang telah dilakukan apakah akan dilanjutkan ataukah akan diperbaiki lagi dengan menyusun program baru.

Dalam pelaksanaan program kegiatan instansi pemerintah, perlu suatu akuntabilitas, sehingga transparansi kinerja pemerintah dapat terwujud, yang dapat mendukung pelaksanaan good governance. Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab Dalam pelaksanaan program kegiatan instansi pemerintah, perlu suatu akuntabilitas, sehingga transparansi kinerja pemerintah dapat terwujud, yang dapat mendukung pelaksanaan good governance. Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab

Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada pokoknya adalah instrumen yang digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi. Akuntabilitas ini biasanya dituangkan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Tahunan pada setiap instansi pemerintahan (LAKIP), termasuk dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan Kota Surakarta.

Accontability is essential for the efficient function of the bureaucracy especially as it is the primary and major implementation arm of government. Accountability acts as a quality control device for the public service and so the public as citizens and consumers in the public realm can expect to receive the best service (Akuntabilitas merupakan esensi untuk efisiensi fungsi

Akuntabilitas merupakan kualitas kontrol dalam pelayanan publik dan juga publik sebagai masyarakat dan konsumen dalam realitas publik mengharapkan untuk menerima pelayanan yang terbaik (Agara Tunde dan Olarinmoye Omobolaji, 2009 : 17).

Dinas Perhubungan Kota Surakarta merupakan salah satu lembaga pemerintah yang melaksanakan tugas pokok urusan pemerintahan di bidang lalu lintas angkutan jalan, angkutan rel, angkutan sungai, dan penyeberangan mempunyai misi di bidang pelayanan publik, utamanya di bidang lalu lintas. Adapun salah satu misi tersebut adalah menyelenggarakan manajemen dan rekayasa lalu lintas serta bimbingan keselamatan dan ketertiban lalu lintas.

Laporan akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat yang telah memberikan mandat untuk menjalankan roda pemerintahan. Laporan akuntabilitas yang diberikan harus menggambarkan pelaksanaan kinerja pemerintah yang berfokus masyarakat selama periode yang telah ditentukan serta nantinya dapat dipertanggungjawabkan oleh seorang Kepala Daerah/Pimpinan Instansi sebagai hasil pelaksanaan kinerja organisasinya.

Agar dapat bermanfaat bagi para pemakai baik pihak internal maupun eksternal organisasi/instansi, LAKIP disusun secara periodik pada akhir tahun anggaran. Menurut Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, penyusunan LAKIP harus dilandasi dengan pengertian dan kesadaran bahwa laporan akan dapat bermanfaat bagi tumbuh dan Agar dapat bermanfaat bagi para pemakai baik pihak internal maupun eksternal organisasi/instansi, LAKIP disusun secara periodik pada akhir tahun anggaran. Menurut Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, penyusunan LAKIP harus dilandasi dengan pengertian dan kesadaran bahwa laporan akan dapat bermanfaat bagi tumbuh dan

LAKIP disampaikan melalui mekanisme pelaporan yang melibatkan pihak yang berwenang membuat dan menerima LAKIP, serta pengguna LAKIP, perangkat pemerintah, perangkat pemerintah kabupaten/kota, dan lembaga/badan lainnya yang dibiayai dari anggaran negara.

Berdasarkan penyusunan dan penyampaian LAKIP di atas, maka LAKIP yang dibuat oleh Dinas Perhubungan sebagai satuan kerja atau unit kerja pemerintah daerah Kota Surakarta disampaikan kepada kepala pemerintah daerah (Walikota) sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan program organisasi. Bentuk laporan tersebut merupakan mekanisme yang harus dipenuhi

Surakarta dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan program kegiatan selama satu tahun berdasarkan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Berdasarkan SKPD inilah semua program kegiatan dinas perhubungan dilaksanakan. Hasil pelaksanaan kinerja organisasi secara keseluruhan ini kemudian dipertanggungjawabkan kepada Kepala Daerah (Walikota Surakarta) dan terakhir kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Adapun mekanisme

oleh

Dinas

Perhubungan

Kota Kota

Bagan 3

Mekanisme Pertanggungjawaban Dinas Perhubungan