Alasan Mahasiswa mengikuti fashion dalam berbusana

2. Alasan Mahasiswa mengikuti fashion dalam berbusana

Busana tidak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang busana dan fashon sudah banyak dilakukan dari berbagai perspektif misalnya peran dan makna busana dalam tindakan sosial. Pentingnya busana dalam konteks sosial menjadi jelas jika

commit to user

orang didalamnya tanpa busana tentu akan berakibat hilangnya penampilan dan identitas.

Selain itu busana merupakan ekspresi identitas pribadi sehingga dari busanalah dapat memberi definisi dan menggambarkan diri seseorang. Setiap orang yang mengenakan busana atau sesuatu di tubuh pasti memiliki alasan walaupun mungkin hanya sekedar ikut-ikutan saja. Berikut ini akan dipaparkan beberapa pendapat mahasiswa tentang darimana mereka tahu tentang fashion busana yang dikenakan ketika mereka berada di dalam kampus ataupun ketika mereka berada di luar kampus.

Di dalam Gerungan dinyatakan bahwa “keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelomp oknya” (2000: 180). Segala yang telah diuraikan mengenai interaksi kelompok berlaku pula bagi interaksi kelompok keluarga yang merupakan kelompok primer, termasuk pembentukan norma-norma sosial, internalisasi norma-norma, terbentuknya frame of reference, sense of belongingness, dan lain-lain. Di dalam keluarganya yang interaksi sosialnya berdasarkan simpati, pertama-tama memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu-membantu dengan kata lain belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain. Pengalaman-pengalamannya dalam interaksi sosial dalam keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah laku terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar keluarga, di dalam masyarakat pada umumnya.

Anak yang baru lahir (bayi) mengalami proses sosialisasi yang paling pertama adalah di dalam keluarga. Dari sinilah anak pertama kali mengenal lingkungan sosial-budaya, juga mengenal seluruh anggota keluarganya; ayah, ibu, dan saudara-saudara sampai akhirnya anak mengenal dirinya sendiri. Dalam pembentukan sikap dan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara dan corak orang tua dalam memberikan pendidikan anak-

commit to user

Oleh karena itu keluarga menjadi salah satu faktor mahasiswa dalam berbusana, seperti yang diungkapkan oleh Mulya

“sekang ibuku mbak kan dodol klambi nang pasar dadi ngerti endi sing anyar karo lagi model ”.(dari ibuku mba yang jualan baju di pasar jadi tau mana yang baru dan sedang model) ”.(W/Mulya/10/04/12).

Selain Mulya yang mengaku mengetahui fashion dan cara berbusana dari ibunya, Ratna juga mengakui “aku ki ngerti gaya ki soko cah-cah ae nek lagi mlaku-mlaku ngono terus

yo soko mbakku sering ditukoke klambi model iki iku” ( saya ini tahu gaya ya dari anak-anak saja kalu sedang jalan-jalan gitu terus dari kakakku sering dibelikan baju yang model ini itu) ”(W/Ratna/13/04/12).

Ratna mengakui bahwa selain dari teman-temannya dia tahu fashion dari kakak perempuannya yang sering membelikannya baju. Lain halnya dengan penuturan ikmal berikut ini

“aku nganggo klambi kui yo dibiasake karo wong tuaku sing bener dadi yo nganti saiki nek milih klambi sig kiro- kiro apik terus sopan”.(saya memakai baju itu ya dibiasakan sama orangtuaku yang bener jadi ya sampai sekarang kalau memililih baju kira - kira bagus dan sopan) ” (W/Ikmal/15/04/12).

Selain itu juga seperti yang dituturkan oleh Isti “…Sing ketelu sekang wong tuaku kan kabeh keluargaku berjilbab dadi

aku ya iya, nek aku bali mesti dikandani ibuku kon nganggo rok kan wis gede, trus sing trakhir sekang aku dewek ya motivasi diri sendiri. (Yang ketiga dari orang tuaku kan semua keluarga saya berjilbab jadi saya juga, kalau asaya pulang pasti dinasehati ibu saya memakai rok kan sudah besar, terus yang terakhir motivasi dari diri sendiri) ”.(W/Isti/18/05/12)

Senada seperti yang diungkapkan oleh Riza bahwa keluarga berpengaruh dalam cara seseorang berbusana seperti yang diungkapkan berikut ini

“Paklik-paklik (adik-adik ibu) kalau ngenggo kelambi pas disawang apik terus tekok karo pakliku kui tukune neng endi terus model sing liyane apik-

apik opo ora . (Paman-paman (adik-adiknya ibu) kalau memakai baju pas dilihat bagus dan enak, kemudian saya tanya beli dimana terus model yang lainnya bagus- bagus atau tidak)” (W/Riza/08/05/12).

commit to user

faktor seseorang itu berbusana. Ketika manusia itu lahir mereka berada didalam lingkungan keluarga mereka. Mereka mendapatkan asuhan dan pola pendidikan dari orang tua tidak terkecuali dengan cara berbusana mereka. Seperti yang telah diungkapkan oleh informan bahwa mereka mengetahui busana yang pertama kali itu dalam keluarga. Jadi keluarga merupakan agen sosialisasi pertama yang membentuk cara berbusana mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP UNS.

Teman atau yang merupakan kelompok bermain baik yang berasal dari kerabat, tetangga maupun teman sekolah juga merupakan agen sosialisasi yang pengaruhnya besar dalam membentuk pola-pola perilaku seseorang. Di dalam kelompok bermain individu mempelajari berbagai kemampuan baru yang acapkali berbeda dengan apa yang mereka pelajari dari keluarganya.

Menurut Dwinarwoko & Bagong Suyanto (2004: 74) di dalam bermain individu mempelajari norma, nilai kultural, peran, dan persyaratan lainya yang dibutuhkan individu untuk memungkinkan partisipasinya yang efektif di dalam kelompok permainannya. Singkatnya, kelompok bermain ikut menentukan dalam pembentukan sikap untuk perilaku yang sesuai dengan perilaku kelompoknya. Di dalam kelompok bermain pola sosialisasi bersifat ekualitas karena kedudukan para pelaku relatif sederajat.

Menurut mahasiswa mereka mengetaui arti fashion dan berbusana dari lingkungan teman-teman disekitar mereka terutama saat mereka ada di dalam kampus. Di dalam kampus sendiri memang tidak terdapat aturan untuk memakai seragam yang sama ketika mereka ada di dalam kampus, hal tersebut mendororng mahasiswa memakai baju yang mereka kenakan. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan, salah satunya adalah Mulya

“yo aku ngerti sekang cah-cah nang kampus baen mba kan nek pada nganggo klambi kaya model anyar ngganggo kabeh (ya aku tau dari anak-anak dikampus mba kalau memakai baju model baru pakai semua) ”(W/Mulya/10/04/12).

Selain itu juga seperti yang dituturkan oleh Sifa berikut ini

commit to user

kita suka sharing to mba masalah fashion jadi tau trus ikut- ikutan.(Saya tahu ya dari teman-teman saya mba yang pasti, terkadang kita suka sharing (cerita) mba masalah fashion jadi terus ikut-ikutan )”(W/Sifa/11/04/12).

Hal senada juga diungkapkan oleh Isti beriku ini “…terus sing keloro sekang bocah-bocah bae ora kur bocah-

bocah kampus tapi ya kontrakan mbarang ya sok pada cerita …. ( yang kedua dari anak-anak bukan hanya teman-teman kampus saja tetapi

kan senang

bercerita) ”.(W/Isti/18/05/12)

Hal serupa juga dituturkan oleh Fia “…Trus juga dari lingkungan sekitar terutama dari temen-temen

dikampus kan aku ikut organisasi yang semuanya pakai jilbab jadi ya aku semakin bersemangat pakai jilbab”.(W/Fia/16/05/12)

Dari informan di atas semuanya menyatakan bahwa lingkungan teman-teman memberikan kontribusi yang cukup besar dalam cara mereka berbusana. Misalnya mengetahui fashion dan cara berbusana dengan melihat apa yang sedang ramai dipakai dikampus oleh teman-temannya, kemudian sharing tentang gaya berbusana mereka, dan mendapatkan inspirasi dari teman-teman satu organisasinya yang semuanya berjilbab. Lingkungan sekitar atau teman-teman memang sangat berpengaruh bagi seseorang dalam berbusana seperti yang diungkapkan oleh informan di atas yang mengatakan bahwa teman-teman merupakan salah satu faktor yang paling besar dalam seseorang itu berbusana. Ketika seseorang bergaul secara tidak langsung mereka pasti akan mengikuti cara berbusana dari teman-temannya. Ketika temannya memakai baju yang sedang trend atau mode pasti akan diikuti oleh teman yang lain.

Faktor lain darimana mahasiswa mengetahui fashion yaitu melalui media massa yang merupakan sarana komunikasi sosial sebagai kelanjutan dari komunikasi interpersonal. Pada mulanya komunikasi interpersonal

commit to user

Abede Pareno (2002: 101) menyatakan bahwa “kadang-kadang para ahli yang ingin membedakan secara jelas antara komunikasi interpersonal dan

komunikasi massa akan melontarkan konsep “komunikasi media” (mediated communication) untuk membuat perbedaan”. Fisher menjelaskan sebagai berikut dalam komunikasi interpersonal, kontak tatap muka memungkinkan adanya hubungan langsung di antara para komunikator adanya perantara suatu harian, majalah, buku, pesawat televisi atau radio, penerima atau sumber dan penerima meniadakan pencapaian hubungan tersebut. Sebagai konsekuensinya, sumber pesan (pengarang, prosedur, pembuat berita, dan sebagainya) tetap tinggal sebagai sumber, dan si penerima (penonton, pendengar, pembaca dan semacamnya), tetap berperan sebagai penerima.

Seperti yang telah diuraikan tentang pengertian media massa diatas seperti Televisi, Majalah terutama yang berkaitan dengan fashion memiliki kontribusi yang cukup besar dalam mempengaruhi mahasiswa ketka mereka berbusana, seperti yang diungkapkan oleh Mulya berikut ini

“…Sing ketelu sekang tivi nek ana sing apik aku melu nek ora ana ya ora mba kan aku nyadar diri nek ora pantes dipeksa ya dadi wagu. ( Yang ketiga dari televisi jika ada yang bagus ya iku pakai jika tidak ya tidak kan saya sadar diri kalu dipaksa jadi

wagu)”.(W/Mulya/10/04/12)

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Sifa berikut ini

“ya dari tivi tu mba kan artis-atis mesti selalu update mba, kalau gak misalya lagi liat sinetron mba, atau gosip-gosip, ih bagus juga

jadi kadang ikut-ikutan selama itu masih s opan”(W/Sifa/11/04/12).

Seperti yang diungkapkan juga oleh Ratna juga berikut ini

“aku iki ngerti yo soko majalah ae, kui soko katalog-katalog kan klambine apk-apik ngono ”.(saya ini tahu ya dari majalah saja, itu dari

begitu) ”(W/Ratna/13/04/12).

Media massa dan juga televisi seperti yang telah diungkapkan diatas telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mempengaruhi orang-

commit to user

diatas. Menurut informan diatas diketahui bahwa slah satu penyebab seseorang itu berbusana karena mereka ikut-ikutan di media massa, media massa merupakan salah satu faktor yang berpengaruh, terutama dari televisi dan majalah- majalah fashion lainnya.

Faktor berikutnya yaitu mall. Mall menurut Nadine Bednington adalah suatu kelompok perbelanjaan (pertokoan) terencana yang dikelola oleh suatu manajemen pusat, yang menyewakan unit-unit kepada pedagang dan mengenai hal-hal tertentu pengawasannya dilakukan oleh manajer yang sepenuhnya bertanggungjawab kepada pusat perbelanjaan tersebut. (1982). Di dalam mall menjual bermacam-macam barang, salah satunya adalah busana. Oleh karena itu di mall selalu menampilkan produk-produk terbaru, hal itu dimaksudkan untuk menjual busana tersebut.

Mall dan tempat tempat yang menjual barang-barang fashion menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi mahasiswa dalam berbusana. Seperti yang diungkapkan berikut ini oleh Sifa

“dari mall gitu mbak kalo dateng kematahari misalnya kan kita bisa liat tu baju model apa yang baru berarti itu yang lagi

trend”.(W/Sifa/11/04/12).

Hal senada juga diungkapkan dari Mulya “sekang mall kaya kae mba nek sing paling akeh dipajang nang

mall ya berarti kue sing lagi model mba .(dari mall begitu mba kalau yang paling banyak ditampilkan ya itulah yang sedang model)”.(W/Sifa/10/04/12)

Selain itu Isti juga menuturkan berikut ini “ya aku si kenal fashion berbusana kue sekang majalah ya kan

mesti uptodate kue model-modele dadi melu-melu, terus sing keloro sekang bocah-bocah bae ora kur bocah-bocah kampus tapi ya kontrakan mbarang ya sok pada cerita. Sing ketelu sekang wong tuaku kan kabeh keluargaku berjilbab dadi aku ya iya, nek aku bali mesti dikandani ibuku kon nganggo rok kan wis gede, trus sing trakhir sekang mall nek arep ndeleng produk terbaru ya nang mall tak jamin uptodate . (ya saya kenal fashion berbusana itu dari majalah kan pasti uptodate itu modelnya jadi ikut-ikutan, yang

commit to user

juga teman-teman kontarakan kan senang bercerita. Yang ketiga dari orang tuaku kan semua keluarga saya berjilbab jadi saya juga, kalau asaya pulang pasti dinasehati ibu saya memakai rok kan sudah besar, terus yang terakhir dari mall saya jamin pasti uptodate ”.(W/Isti/18/05/12)

Dari informan di atas dapat disimpulkan bahwa mall adalah salah satu faktor mahasiswa berbusana. Mall yang selama ini berfungsi sebagai tempat berbelanja, juga digunakan untuk mencari tahu tentang fashion yang sedang berkembang saat ini. Mall terutama yang berkaitan dengan busana dan segala aksesorisnya memang selalu up to date agar produk yang mereka jual laris. Seseorang mendapat inspirasi berbusana melalui mall dan dimulai yang namanya persaingan gaya. Hal ini bisa dilihat ketika seseorang akan pergi ke mall pasti mereka memakai baju yang bagus dan keren pastinya yang disesuaikan dengan tujuan masing-masing.

Informan juga mempunyai pandangan sendiri mengenai alasan mereka mengikuti fashion dalam hal berbusana. Mulya menuturkan sebagai berikut

“ mbak nek meng kampus ya iya mesti kudu update men ora keton aneh bae mbak. (Mba kalau ke kampus ya mesti harus update agar tidak terlihat

aneh saja mba)”(W/Mulya/10/04/12).

Menurutnya fashion itu penting untuk menunjang penampilan pada dirinya sebagai mahsiswa, hal senada juga diungkapkan oleh Sifa berikut ini

“aku ya suka ngikutin fashion untuk menunjang penampilan biar uptodate sama gak ketinggalan jaman, biasanya aku beli produk “Matahari” aku

suka soale bagus-bagus mba terus banyak diskon jadi sesuai kantong mahasiswa”(W/Sifa11/04/12)

Seperti yang diungkapkan di atas bahwa fashion itu sangat penting bagi Sifa untuk menunjang penampilan, dia senang membeli produk Matahari karena barangnya bagus-bagus dan banyak diskon jadi sesuai dengan keunangannya sebagai mahasiswa. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Isti berikut ini

“fashion yo penting nggo mahasiswa menurutku nek dewek nganggo klambi mengikuti fashion kue dadi pede kan ana sisi positive dadi nggo

commit to user

pusat perhatian. (fashion ya penting buat mahasiswa menurut saya jika kita pakai baju mengikuti fashion itu jadi percaya diri kan ada sisi posititifnya jadi untuk menunjang proses perkuliqahan apa lagi jika sedang presentasi kan jadi pusat perhatian)”.(W/Isti/18/05/12)

Fashion bagi Isti penting karena dengan berbusana mengikuti fashion itu akan menunjang proses perkuliahan, jika kita nyaman dengan busana yang dikenakan maka akan merasa pede dan dampaknya akn memperlancar proses belajar itu sendiri. Bagi ketiga Informan diatas fasion menjadi sangat penting untuk menunjang penampilan mereka agar mereka percaya diri. Semua informan mengatakan bahwa fasion itu untuk menunjang penampilan. Hal ini juga dikuatkan oleh penuturan Bu ani berikut ini

“saya gak begitu mengikuti fashion karena disini ada perbedaan usia, kalau dulu aktu muda ya ikutin terus, seperti dulu ketika saya masih kuliah dan kemudian konsul skripsi dosen saya muda fashion menjadi begitu penting tetapi sekarang bagi saya fasion itu tidak terlalu penting karena yang penting itu bagaimana penampilan saya ketika berada didepan mahasiswa saya kan tidak harus mengikuti fashion to ”(W/Ani/09/05/12).

Menurut Bu Ani fashion itu penting bagi mahasiswa seperti halnya beliau yang dahulu ketika menjadi mahasiswa selalu mengikuti fashion. Menurutnya terdapat perbedaan usia ketika seseorang itu mengikuti fashion, seperti yang juga dijelaskan olehnya bagaimana ketika sekarang dia sudah menjadi seorang dosen yang paling penting adalah bagaimana busana itu ketika dia mengajar. Secara otomatis ketika seseorang seperti bu Ani itu mengajar didalam kelas pasti akan dilihat oleh mahasiswanya dan fashion tidak menjadi penting paling-paling hanya persoalan warna yang senada misalnya. Tidak seperti penuturan informan berikut yang mengatakan hal berbeda dengan informan diatas seperti yang diungkapkan oleh Adi berikut ini berikut ini

“aku gak terlalu ngerti arti fashion sendiri ya dan gak pernah ngikutin. Pokoknya kalau aku nyaman dan suka ya aku pakai tetapi jika tidak ya

tidak aku pakai, selama itu masih sopan dan memenuhi aturan kampus”(W/Adi/14/04/12).

Hal yang senada dengan adi juga diungkapkan oleh Ikmal berikut ini

commit to user

“aku ki jarang melu-melu fashion paling kasual wae penampilanku kui baju kaos opo hem, celana jins karo sepatu cat yo to wis ketok

gaul,he..he..he”. “saya itu jarang ikut-ikutan fashion paling kasual saja penampilan saya pakai baju kaos atau kemeja, celana jins sama sepatu cat

ya kan sudah terlihat gaul, sambil tertawa”(W/Ikmal 15/04/12). Bagi mereka tidak terlalu penting karena bagi mereka asalkan busana yang

mereka pakai itu nyaman maka akan mereka pakai selama hal itu sopan dan memenuhi aturan ketika mereka berada dikampus tentunya seperti yang diungkapkan. Sedangkan menurut sendiri yang mengaku jarang mengikuti fasion karena dia suka dengan penampilan yang biasa-biasa saja seperti memakai celana jins kemudian menggunakan sepatu cat, baginya tampilan seperti itu sudah membuatnya terlihat gaul. Hal tersebut dikuatkan oleh penuturan Pak Furqon mengenai penting atau tidaknya busana itu bagi mahasiswa

“tidak penting sebenarnya fashion itu untuk mahasiswa terutama dalam proses perkuliahan, yang penting busana yang mereka kenakan itu pantas

dan sesuai dipakai ketika mereka belajar”.(W/Furqon16/04/12)

Menurut beliau fashion itu tidak terlalu penting bagi mahasiswa karena yang paling penting ketika busana yang mereka kenakan itu sesuai dengan mahasiswa ketika mahasiswa itu belajar didalam kelas.

Mahasiswa ketika berbusana memiliki alasan tersendiri dalam penerapan fashion. Salah satunya adalah menunjang penampilan agar terlihat percaya diri dan nyaman. Fashion mampu memberikan perasaan yang nyaman ketika belajar di kampus. Ketika seseorang mengikuti fashion terdapat tujuan dalam diri mereka salah satunya agar mampu menarik perhatian lawan jenis. Walaupun ada beberapa yang menyatakan bahwa fasion itu tidak terlalu penting.

Berdasarkan beberapa informan di atas maka dapat disimpulkan ada 4 alasan dari mana mereka berbusana dan juga mendapatkan ide tentang fashion yang pertama dari keluarga, kedua dari teman-teman, ketiga dari media massa, keempat dari mall. Keluarga menjadi salah satu faktor seseorang itu berbusana. Ketika manusia itu lahir mereka berada didalam lingkungan keluarga mereka. Mereka mendapatkan asuhan dan pola pendidikan dari orang tua tidak terkecuali

commit to user

mampu menetukan cara berbusana seseorang. Hal tersebut dibuktikan dari penuturan informan yang menyatakan bawa teman merupakan tempat untuk bertukar pendapat tentang cara berbusana. Dari lingkungan teman-teman dapat mempengaruhi cara seseorang berbusana seperti lingkungan teman dalam organisasi tertentu. Faktor berikutnya yaitu Media massa yang pada dasarnya dilihat oleh public ini selalu dituntut untuk tampil sempurna, baik itu terlihat cantik dan tampan kemudian terlihat menarik salah satunya adalah dari busana yang mereka kenakan. Pengaruh terakhir berasal dari mall, dimana mall terutama yang berkaitan dengan busana dan segala aksesorisnya memang selalu up to date agar produk yang mereka jual laris. Seseorang mendapat inspirasi berbusana melalui mall dan dimulai yang namanya persaingan gaya.

Jadi fashion diikuti oleh mahasiswa karena fashion merupakan sesuatu yang sedang trend saat ini. Fashion bagi mahasiswa penting karena untuk menunjang penampilan mereka. Fashion selalu berubah-ubah sesuai dengan waktunya. Model dalam fashion saat ini belum tentu juga model pada saat berikutnya. Dan dari sinilah dapat diketahui bagaimana terdapat perbedaan kepentingan ketika seseorang itu mengikuti fashion dari segi umur. Fashion dapat diartikan juga sebagai sesuatu yang berkaitan dengan penampilan yang mengikuti perkembangan jaman dan sedang trend saat itu. Penting atau tidaknya fashion dalam cara berbusana mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi tergantung dari cara pandang mereka ketika berbusana di kampus, dan fashion paling banyak diikuti oleh mahasiswa perempuan.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN METODE INKUIRI DI MAN 2 FILAIL PONTIANAK Sajidin Muttaqin Putra. Nanang Heryana. Syambasril. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak

0 0 10

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DI SDN 24 PONTIANAK TENGGARA Hajar Mariani, Sugiyono, Syamsiati. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Dasar FKIP Untan Pontianak Email: marianiriri606gmail.com Abst

0 0 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA MANIPULATIF KELAS III SD NEGERI 21 PONTIANAK BARAT Nadhirah AR, K.Y Margiati, Kaswari. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Dasar FKIP Untan Pontianak Email: nadhirah_arasyid

0 0 14

Hayana Indryani, Suryani, Sri Utami Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Pontianak Email : hayanaindryaniyahoo.com Abstract - PENGARUH PENGGUNAAN MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH

0 0 8

KAJIAN STRUKTURALIAME DAN NILAI-NILAI PADA HIKAYAT HANG TUAH JILID I KARYA MUHAMMAD HAJI SALEH Fiky Indra Gunawan Saputra, Antonius Totok Priyadi, Agus Wartiningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan, Pontianak Email : fikyind

0 0 14

Yoga Kharisma Putra Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP UNTAN Pontianak E-mail : yogagoyaaayahoo.co.id Abstract - BIOGRAFI H. MUHAMMAD (TOKOH SENIMAN HADRAH KOTA PONTIANAK)

0 0 12

PENGARUH TYPE THINK PAIR SHERE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SDN 39 PONTIANAK KOTA Niki Anggraini, Tahmid Sabri, Hery Kresnadi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan, Pontianak Email: anggraininikigmail.com Abstract - PENGARUH TYPE THINK PAIR

0 0 8

Program Pascasarjana FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak venysafaria123yahoo.com Abstract - PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR

0 0 10

Muhamad Ramadhan, Gusti Budjang A, Supriadi Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Pontianak Email : muhamadramadhan441gmail.com Abstract - PENGENDALIAN SOSIAL PERILAKU INDISIPLINER SISWA OLEH GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA

0 1 12

Safitri, Nuraini Asriati, Supriadi Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Pontianak Email : safitri1915yahoo.co.id Abstract - UPAYA ORANG TUA DALAM MENGATASI REMAJA PUTUS SEKOLAH (STUDI DI DUSUN TUMPUAN HATI DESA BENTUNAI KECAMATAN SELAKAU)

0 0 8