Konsep Fashion yang mempengaruhi pembentukan identitas

2. Konsep Fashion yang mempengaruhi pembentukan identitas

a. Pengertian Fashion Secara etimologi fashion bersal dari bahasa Latin yaitu factio yang artinya

membuat atau melakukan (dan dari kata inilah, kita memperoleh kata faksi, yang memiliki arti kata politis), facere yang artinya membuat atau melakukan. Kaena itu arti asli fashion mengacu pada kegiatan; fashion merupakan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang, tak seperti dewasa ini, yang memaknai fashion sebagai sesuatu yang dikenakan seseorang. Artian asli fashion pun mengacu pada ide tentang fetish, facere pun menjadi kata fetish.

OED menyusun daftar sembilan arti kata berbeda dari kata fashion, mulai dari tindakan atau proses membuat, potongan atau bentuk tertentu, bentuk hingga tata cara atau cara bertindak dan berbusana menjadi konvensi. Kesembilan arti tersebut dapat dikelompokan menjadi dua arti utama, kata kerja dan kata benda, meski sulit untuk dipastikan, kedua arti itu muncul menjadi kata baku dalam bahasa inggris pada abad pertengahan ketujuh belas. Sebagai kata benda fashion berarti sesuatu seperti bentuk dan jenis, atau buata dan bentuk tertentu, seperti dalam definisi sebagai tata cara atau cara bertindak yang dikemukakan tadi. Disini fashion pun bisa familiar bagi kita dalam ungkapan bahasa prancis, facon de parler yang artinya cara bicara itu padaku.

Sebagai kata kerja, fashion memiliki arti kegiatan membuat atau melakukan. Ini mungkin dalam artian bahwa orang jangan menggunakan kata tersebut sebagai kata kerja sesering mereka menggunakan kata benda. Sebagai

jawaban atas pertanyaan, “ Apa yang kau lakukan?” orang mungkin akan mendengar jawaban, “ saya sedang membuat lipatan kotak”, dan bukannya “ Saya mencari c ara melipat kotak”. Namun keadaan yang dihadapi makna kata fashion masih jauh dari gamblang. Sebagai tambahan atas nilai positif dan negatif bisa dilengkapi dengan ide dan praktik fashion, dalam masyarakat kontemporer barat, istilah fashion fashion sering digunakan sebagai sinonim dari istilah dandanan, gaya dan busana (Polhemus Procter ,2006:13). Disini juga ada yang menggunakan kata ini sebagai sinonim dengan busana atau mengenakan busana. Hendaknya ditunjukan juga , meski tak digunaka sebagai sinonim, bahwa kata fashion muncul

commit to user

diantara jaringan relasi dengan kata-kata tersebut dan dengan kata-kata lain. Relasi dengan yag lain itu, kata-kata lain yang kurang begitu halus perbedaanya daqn mengubah makna fashion. Bila bab ini dimulai dengan merumuskan apa yang dimaksud dengan kata fashion, maka relasi diantara istilah-istilah tersebut, apa yang membuat istilah-istilah itu cocok digunakan sebagai sinonim dan apa yang membuat kata-kata tersebut berbeda harus dikaji.

Aspek fashion semakin menyentuh kehidupan sehari-hari setiap orang. Fashion mempengaruhi apa yang kita kenakan, kita makan, bagaiman kita hidup, dan bagaimana kita memandang diri sendiri. Fashion juga memicu pasar dunia untuk terus berkembang, produse untuk berproduksi, pemasar untuk menjual dan konsumen untuk membeli. Cara berbusana yang mengikuti fashion juga memperlihatkan kepribadian dan idealisme kita.

Arti kata fashion juga meiliki banyak sisi. Menurut Troxell dan Stone dalam bukunya merchandising. Fashion didefinisikan sebagai gaya yang diterima dan digunakan oleh mayoritas anggota kelompok dalam satu waktu tertentu. Dari definisi-definisi tersebut dapat terlihat bahwa fashion erat kaitannya dengan gaya yang digemari, epribadian seseorang, dan rentang waktu. Maka bisa dimengerti mengapa sebuah gaya yang digemari bulan ini bisa dikatakan ketinggalan jaman beberapa bulan kemudian

Fashion system mencakup semua orang-orang dan organisasi yang terlibat dalam menciptakan arti simbolis dan mengubah arti tersebut dalam bentuk barang. Walaupun orang seringkali menyamakan fashion dengan busana, baik itu busana sehari-hari atau busana pesta yang eksklusif. Penting untuk diingat bahwa proses fashion mempengaruhi semua tipe fenomena budaya, seperti musik, kesenian arsitektur, bahkan sains.

Fashion dianggap sebagai kode, atau bahasa yang membantu kita memahami arti-arti tersebut. Namun fashion sepertinya cenderung lebih context- dependent daripada bahasa. Maksudnya adalah sebuah hal yang sama dapat diartikan dengan cara yang berbeda oleh konsumen yang berada dan dalam situasi yang berbada. Sehingga tidak ada arti yang pasti namun menyisakan kebebasab bagi penerjemah dalam mengartikannya.

commit to user

Fashion sering diartikan dengan gaya namun sebenarnya berbeda gaya atau style adalah sebuah karakteristik dalam mempresentasikan sesuatu. Dalam lingkup busana, gaya adalah karakteristik dalam mempresentasikan sesuatau. Dalam lingkup busana, gaya adalah karakteristik penampilan bahan busana, kombinasi fitur-fiturnya yang membuatnya berbeda dengan busana lain. Contohnya, rok sebagai salah satu gaya berbusana bagi wanita, pilihannya adalah celana. Jas pria adalah salah satu gaya berbusana pria, pilihan lainnya adalah jaket olahraga. Gaya suau saat bisa diterima dan suatu saat bisa pergi, namun gaya yang spesifik akan tetap diingat, entah itu dikatakan fashion atau tidak.

Dalam hal ini cara berbusana mahasiswa dipengaruhi oleh fasion yang sedang berkembang saat ini mereka mnegikuti perkembangan fashion saat ini, selain fashion juga ada beberapa yang mampengaruhi perkembangan dari cara berbuasana yag membentuk identitas mereka antara lain lingkungan hidup. Apabila seseorang membicarakan lingkungan hidup, maka biasanya yang dipikirkan adalah hal-hal atau apa-apa yang berada di sekitar manusia, baik sebagai individu maupun dalam pergaulan hidup. Lingkungan hidup dalam Soerjono Soekanto (2003: 387) dibedakan dalam kategori-kategori sebagai berikut:

a. Lingkungan fisik, yakni semua benda mati yang ada di sekeliling manusia.

b. Lingkungan biologis, yakni segala sesuatu di sekeliling manusia yang berupa organisme yang hidup (di samping manusia itu sendiri).

c. Lingkungan sosial, yang terdiri dari orang-orang baik individual maupun kelompok yang berada di sekitar manusia.

Menurut Nasution (1999: 154-155) lingkungan sekitar tempat tinggal anak sangat mempengaruhi perkembangan pribadi anak. Di situlah anak memperoleh pengalaman bergaul dengan teman-teman di luar rumah dan sekolah. Kelakuan anak harus disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan. Penyimpangan akan segera mendapat teguran agar disesuaikan.

Lingkungan sekitar rumah memberikan pengaruh sosial pertama kepada anak di luar keluarga. Anak akan mendapat pengalaman untuk mengenal lingkungan sosial baru yang berlainan dengan yang dikenalnya di rumah. Kata-

commit to user

kata yang diucapkan, tindakan yang diambil, cara-cara memperlakukan orang lain berbeda dengan apa yang telah dikenalnya.

Lingkugan hidup dibagi menjadi beberapa komponen yaitu sebagai berikut:

a. Lingkungan Keluarga

Di dalam Gerungan dinyatakan bahwa “keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan

diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya” (2000: 180). Segala yang telah diuraikan mengenai interaksi kelompok berlaku

pula bagi interaksi kelompok keluarga yang merupakan kelompok primer, termasuk pembentukan norma-norma sosial, internalisasi norma-norma, terbentuknya frame of reference, sense of belongingness, dan lain-lain. Di dalam keluarganya yang interaksi sosialnya berdasarkan simpati, pertama-tama memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu- membantu dengan kata lain belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain. Pengalaman-pengalamannya dalam interaksi sosial dalam keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah laku terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar keluarga, di dalam masyarakat pada umumnya.

Anak yang baru lahir (bayi) mengalami proses sosialisasi yang paling pertama adalah di dalam keluarga. Dari sinilah anak pertama kali mengenal lingkungan sosial-budaya, juga mengenal seluruh anggota keluarganya; ayah, ibu, dan saudara-saudara sampai akhirnya anak mengenal dirinya sendiri. Dalam pembentukan sikap dan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara dan corak orang tua dalam memberikan pendidikan anak-anaknya baik melalui kebiasaan, teguran, nasihat, perintah, atau larangan.

Menurut Dwinarwoko & Bagong Suyanto (2004: 72) keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi manusia. Hal ini dimungkinkan karena berbagai kondisi yang dimiliki oleh keluarga. Pertama , keluarga merupakan kelompok primer yang selalu tatap muka di antara

commit to user

anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya. Kedua, orang tua mempunyai kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan hubungan emosional yang sangat diperlukan dalam proses sosialisasi. Ketiga, adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendiri orang tua mempunyai peranan yang penting terhadap proses sosialisasi anak.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan organisasi yang terkecil yang merupakan lembaga pertama dan utama dalam proses terjadinya sosialisasi. Keluarga dikatakan sebagai lembaga pertama karena sosialisasi terjadi pertama kali di dalam keluarga dan dikatakan sebagai lembaga utama karena sosialisasi dalam keluarga menanamkan nilai-nilai moral yang akan dibawa ke masyarakat. Keluarga dan lingkungan sosial di sekitar manusia tinggal memberikan pengaruh yang sangat besar dalam membentuk karakter individu. Anak yang terlahir dari keluarga mencerminkan siapa orang tuanya. Ketika keluar dari rumah anak membawa hasil didikan orang tuanya. Bila nilai-nilai telah tertanam kuat maka hal itu merupakan permulaan yang baik bagi anak sebagai modal untuk berbaur dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Anak yang baik akan mudah diterima di dalam pergaulan dan tidak mudah terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak baik karena telah memiliki pegangan yaitu nilai-nilai yang telah tertanam kuat sejak lahir.

b. Kelompok Bermain

Kelompok bermain baik yang berasal dari kerabat, tetangga maupun teman sekolah merupakan agen sosialisasi yang pengaruhnya besar dalam membentuk pola-pola perilaku seseorang. Di dalam kelompok bermain individu mempelajari berbagai kemampuan baru yang acapkali berbeda dengan apa yang mereka pelajari dari keluarganya.

Menurut Dwinarwoko & Bagong Suyanto (2004: 74) di dalam bermain individu mempelajari norma, nilai kultural, peran, dan persyaratan lainya yang dibutuhkan individu untuk memungkinkan partisipasinya yang efektif di dalam kelompok permainannya. Singkatnya, kelompok bermain ikut menentukan dalam pembentukan sikap untuk perilaku yang sesuai dengan perilaku kelompoknya. Di

commit to user

dalam kelompok bermain pola sosialisasi bersifat ekualitas karena kedudukan para pelaku relatif sederajat.

Kelompok bermain tidak bisa dianggap sepele karena memberikan pengaruh dan warna dalam individu. Bisa saja individu yang dididik dengan baik dalam keluarga tetapi menjadi berubah karena kelompok bermain. Dalam periode umur tertentu anak akan lebih betah bermain bersama teman-temannya dibanding dengan orang tuanya. Apalagi jika orang tuanya sibuk maka anak cenderung akan lebih banyak berinteraksi dengan teman-temannya sehingga nilai-nilai yang ada dari teman-temanya dengan mudah dapat diadopsi. Anak-anak yang belum bisa berpikir kritis otomatis akan mudah terpengaruh. Bagi yang sudah remaja ada perkembangan dalam taraf berpikir tetapi nyatanya teman tetap menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dalam transmitter nilai-nilai.

c. Media Massa

Media massa adalah sarana komunikasi sosial sebagai kelanjutan dari komunikasi interpersonal. Pada mulanya komunikasi interpersonal berlangsung secara tatap muka. Menurut B. Aubrey Fisher dalam Sam Abede Pareno (2002: 101) menyatakan bahwa “kadang-kadang para ahli yang ingin membedakan

secara jelas antara komunikasi interpersonal dan komunikasi massa akan melontarkan konsep “komunikasi media” (mediated communication) untuk membuat perbedaan”. Fisher menjelaskan sebagai berikut dalam komunikasi

interpersonal, kontak tatap muka memungkinkan adanya hubungan langsung di antara para komunikator adanya perantara suatu harian, majalah, buku, pesawat televisi atau radio, penerima atau sumber dan penerima meniadakan pencapaian hubungan tersebut. Sebagai konsekuensinya, sumber pesan (pengarang, prosedur, pembuat berita, dan sebagainya) tetap tinggal sebagai sumber, dan si penerima (penonton, pendengar, pembaca dan semacamnya), tetap berperan sebagai penerima.

Dalam kehidupan masyarakat modern, komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting terutama untuk menerima dan menyampaikan informasi dari satu pihak ke pihak lain. Akibat pengaruh kemajuan ilmu

commit to user

pengetahuan dan teknologi dalam waktu yang sangat singkat, informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya dengan mudah diterima oleh masyarakat, sehingga media massa, surat kabar, TV, Film, radio, majalah dan lainnya mempunyai peranan penting dalam proses transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru kepada masyarakat. Di samping itu, media massa juga mentransformasikan simbol-simbol atau lambang tertentu dalam suatu konteks emosional.

Dwinarwoko & Bagong Suyanto (2004: 76) menyatakan media massa khususnya televisi merupakan media sosialisasi yang kuat dalam membentuk keyakinan-keyakinan baru atau mempertahankan keyakinan yang ada. Bahkan proses sosialisasi melalui media televisi ruang lingkupnya lebih luas dari media sosialisasi yang lainnya. Iklan-iklan yang ditayangkan media televisi disinyalir telah menyebabkan terjadinya perubahan pola konsumsi, bahkan gaya hidup warga masyarakat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media massa khususnya televisi memberikan informasi tentang peristiwa-peristiwa dan memiliki peranan penting dalam proses transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru kepada individu. Media televisi merupakan sarana menciptakan ikon baru untuk kepentingan pasar. Gaya konsumerisme merupakan salah satu akibat dari propaganda media massa. Melalui media televisi informasi dengan cepat tersebar dan dengan mudah bisa diterima masyarakat.

d. Lingkungan Kampus

Lingkungan kampus mempunyai potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam pembentukan sikap dan perilaku seorang mahasiswa salah satunya dalam berbusana. Di dalam berbusana mahasiswa cenderung mengikuti trend yang sedang marak. Terkadang bahkan sering terjadi mahasiswa melanggar aturan demi sebuah trend.

Selama mahasiswa berada di kampus, harus mengikuti ketentuan yang telah dibuat oleh dekanat. Ketentuan tersebut yaitu sebagai berikut :

commit to user

a. Kuliah Teori Mahasiswa : Berbusana rapi dan sopan. Bercelana dan memakai hem (kemeja), bersepatu dan berkaos kaki. Mahasiswi : Berbusana rapi, sopan, dan bersepatu.

b. Kuliah Praktek, Pratikum, Atau Olahraga Pada Program study masing-masing.

c. Ujian Skripsi, Kolokium, Tugas Akhir Berbusana atas putih berdasi dan bawah gelap bersepatu.

d. Upacara Bendera, wisuda, dan lain-lain Menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

e. Kegiatan Lain (Seminar, rapat, penataran, dll) Berbusana rapi, sopan, dan bersepatu, berbusana seragam pada hari-hari tertentu yang sudah ditentukan dengan aturan-aturan. (menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku) (FKIP-UNS, 2004-2005 :26).

Apabila mahasiwa melanggar aturan busana yang dibuat oleh dekanat maka mahasiswa akan mendapatkan sanksi. Sanksi tersebut yaitu berupa di usir secara tidak hormat untuk keluar ruangan dan tidak dilayani konsultasi atau urusan dalam bentuk apapun. Walaupun demikian masih banyak mahasiswa yang berbusana semaunya saja karena ada mahasiswa yang menganggap peraturan dibuat untuk dilanggar.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN METODE INKUIRI DI MAN 2 FILAIL PONTIANAK Sajidin Muttaqin Putra. Nanang Heryana. Syambasril. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak

0 0 10

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DI SDN 24 PONTIANAK TENGGARA Hajar Mariani, Sugiyono, Syamsiati. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Dasar FKIP Untan Pontianak Email: marianiriri606gmail.com Abst

0 0 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA MANIPULATIF KELAS III SD NEGERI 21 PONTIANAK BARAT Nadhirah AR, K.Y Margiati, Kaswari. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Dasar FKIP Untan Pontianak Email: nadhirah_arasyid

0 0 14

Hayana Indryani, Suryani, Sri Utami Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Pontianak Email : hayanaindryaniyahoo.com Abstract - PENGARUH PENGGUNAAN MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH

0 0 8

KAJIAN STRUKTURALIAME DAN NILAI-NILAI PADA HIKAYAT HANG TUAH JILID I KARYA MUHAMMAD HAJI SALEH Fiky Indra Gunawan Saputra, Antonius Totok Priyadi, Agus Wartiningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan, Pontianak Email : fikyind

0 0 14

Yoga Kharisma Putra Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP UNTAN Pontianak E-mail : yogagoyaaayahoo.co.id Abstract - BIOGRAFI H. MUHAMMAD (TOKOH SENIMAN HADRAH KOTA PONTIANAK)

0 0 12

PENGARUH TYPE THINK PAIR SHERE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SDN 39 PONTIANAK KOTA Niki Anggraini, Tahmid Sabri, Hery Kresnadi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan, Pontianak Email: anggraininikigmail.com Abstract - PENGARUH TYPE THINK PAIR

0 0 8

Program Pascasarjana FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak venysafaria123yahoo.com Abstract - PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR

0 0 10

Muhamad Ramadhan, Gusti Budjang A, Supriadi Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Pontianak Email : muhamadramadhan441gmail.com Abstract - PENGENDALIAN SOSIAL PERILAKU INDISIPLINER SISWA OLEH GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA

0 1 12

Safitri, Nuraini Asriati, Supriadi Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Pontianak Email : safitri1915yahoo.co.id Abstract - UPAYA ORANG TUA DALAM MENGATASI REMAJA PUTUS SEKOLAH (STUDI DI DUSUN TUMPUAN HATI DESA BENTUNAI KECAMATAN SELAKAU)

0 0 8