TINJAUAN PUSTAKA

2. Kerangka Pemikiran

Peraturan Perundang-undangan K3

1. UUD 1945

interprestasi

2. UU No. 33 Tahun1947 3. UU No. 1 Tahun 1970

4. UU No. 13 Tahun 2003

5. Tugas dan fungsi Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Kota Surakarta

penerapan

1. Peranan Dinas

1. Apakah peranan Dinas Tenaga Tenaga Kerja

Kerja dan Transmigrasi Kota dan

Surakarta dalam melakukan fungsi Transmigrasi perencanaan, pembinaan dan

penerapan

Kota Surakarta

pengawasan norma dalam K3 ketenagakerjaan khususnya dalam 2. Upaya menekan

hal kecelakaan kerja telah sesuai kecelakaan kerja dengan peraturan perundang- di Kota

undangan yang berlaku? Surakarta.

2. Apakah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta

dalam menjalankan fungsinya mampu menekan angka kecelakaan kerja di Kota

Simpulan Surakarta ?

Keterangan :

Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang No. 33 Tahun 1947 tentang Kecelakaan Kerja, Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, dan Undang-Undang No. 3 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan merupakan landasan hukum yang melatarbelakangi terciptanya fungsi perencanaan, pembinaan dan pengawasan norma ketenagakerjaan khususnya dalam hal kecelakaan kerja yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dan dalam menjalankan fungsinya apakah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta mampu menekan angka kecelakaan kerja di Kota Surakarta. Untuk itu penerapannya adalah peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam upaya meningkatkan K3 serta upaya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam menekan angka kecelakaan kerja lalu setelah iti ditarik simpulan.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Fungsi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam melakukan fungsi perencanaan, pembinaan, dan pengawasan norma ketenagakerjaan khususnya dalam hal kecelakaan kerja

1. Sekilas Pandang Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta

Dalam penyelenggaraan pemerintahan dituntut adanya upaya terus menerus untuk melakukan perubahan ke arah perbaikan. Perubahan tersebut merupakan gambaran pada tujuan ideal yang ingin dicapai dimasa yang akan datang. Bahwa dalam mengantisipasi meningkatnya persaingan, tantangan dan tuntutan masyarakat dan berkembangnya masalah ketenagakerjaan yang kompleks dan multidimensi maka Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mempersiapkan diri agar tetap eksis berkesinambungan dan senantiasa mengadakan upaya perubahan menuju arah perbaikan, untuk itu Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta menetapkan visinya adalah : “Terwujudnya tenaga kerja yang profesional berdaya saing tinggi dan hubungan industrial yang harmonis serta perlindungan tenaga kerja”. Dari visi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Terwujudnya Tenaga Kerja yang profesional berdaya saing tinggi. Artinya :

1) Menguasai kemampuan dibidangnya serta mempunyai mobilitas, sikap dan etos kerja yang tinggi.

2) Berdaya saing tinggi artinya selalu berusaha untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.

b. Terwujudnya Hubungan Industrian yang harmonis Artinya : Menumbuh kembangkan budaya kerja yang didasari pola kemitraan dengan memperhatikan hak dan kewajiban masing-masing.

c. Terwujudnya Perlindungan Tenaga Kerja Artinya : Adanya jaminan kesejahteraan dan perlindungan dalam hubungan kerja, baik yang bersifat normatife maupun Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Misi merupakan suatu pernyataan atau pedoman dalam mencapai tujuan yang diinginkan sesuai Visi yang telah ditetapkan. Adanya pernyataan Misi diharapkan seluruh aparatur dijajaran Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dan pihak lain yang berkepentingan mengetahui program-program dan proyeksi yang akan dihasilkan di masa mendatang. Sebagai perwujudan Visi tersebut di atas ditetapkanlah Misi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

a. Perluasan kesempatan kerja dan penempatan tenaga kerja.

b. Menciptakan tenaga kerja yang terampil, mendiri serta professional.

c. Menciptakan hubungan industrial yang harmonis guna mewujudkan ketenagakerjaan dan usaha agar tercipta kesejahteraan pekerja dan keluarga.

d. Meningkatkan pengawasan norma kerja serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan merupakan penjabaran dari misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu tertentu 1(satu) sampai 5 (lima) tahun. Sedangkan sasaran adalah implementasi dari tujuan secara terukur. Sasaran merupakan bagian tak terpisahkan (integral) dalam proses penyusunan perencanaan strategis. Berdasarkan Visi dan Misi tersebut diatas Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta menetapkan tujuan dan sasarannya sebagai berikut :

a. Misi 1 (Kesatu) :Perluasan Kesempatan Kerja dan Penempatan

Tenaga Kerja.

1) Tujuan :Meningkatkan perluasan dan pengembangan kesempatan kerja / mengurangi pengangguran.

2) Sasaran : 2) Sasaran :

b) Terwujudnya perluasan dan pengembangan kesempatan kerja.

b. Misi 2 (Kedua) :Menciptakan Tenaga Kerja yang terampil, mandiri serta professional.

1) Tujuan :Melaksanakan peningkatan kualitas dan kuantitas pelatihan tenaga kerja untuk mewujudkan tenaga kerja yang terampil dan professional.

2) Sasaran :

a) Tercapainya pelatihan dan keterampilan SDM (Sumber

Daya Manusia) bagi pencari kerja.

b) Terwujudnya legalitas dan sertifikasi LPKS (Lembaga Pelatihan Kerja Swasta) yang berorientasi pasar kerja.

c. Misi 3 (Ketiga) :Menciptakan Hubungan Industrial yang harmonis guna mewujudkan ketenangan kerja dan usaha agar tercipta kesejahteraan pekerja dan keluarga.

1) Tujuan :Menciptakan hubungan industrial yang harmonis untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja.

2) Sasaran :

a) Terwujudnya kesepakatan Tripartit (Apindo, Serikat Pekerja/ SP dan pemerintah dalam merumuskan UMK serta mengantisipasi masalah-masalah ketenagakerjaan).

b) Terselesaikannya penanganan kasus PHI (Perselisihan Hubungan Industrial).

d. Misi 4 (Keempat) :Meningkatkan Pengawasan Norma Kerja serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk Perlindungan Pekerja

1) Tujuan :Terpenihunya hak-hak normative pekerja.

2) Sasaran :

a) Tercapainya pemeriksaan dan pengujian objek K3 a) Tercapainya pemeriksaan dan pengujian objek K3

c) Terselenggarakan pemeriksaan dan pengujian objek K3 Cara yang dilaksanakan dalam mencapai tujuan dan sasaran oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta adalah dengan menerapkan kebijakan dan melaksanakan program kegiatan : Kebijakan :

a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan informasi ketenagakerjaan dalam rangka menciptakan lapangan kerja selaras dengan kebijakan ekonomi yang mengarah pada upaya pengurangan pengangguran.

b. Mengembangkan sistem pelatihan ketenagakerjaan secara menyeluruh dan terpadu diarahkan pada peningkatan kompetensi tenaga kerja.

c. Meningkatkan Hubungan Industrial yang harmonis serasi serta dinamis.

pengawasan lembaga ketenagakerjaan. Program-Program :

d. Mengingkatkan

perlindungan

dan

a. Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja.

1) Penyusunan Data Base Tenaga Kerja Kerja Daerah.

2) Pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi pencari kerja.

3) Penyelenggaraan Program Pelatihan Kerja Berbasisi Masyarakat.

4) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

b. Peningkatan Kesempatan Kerja.

1) Penyebarluasan Informasi Bursa Tenaga Kerja

c. Perluasan & Pengembangan Kesempatan Kerja

d. Perlindungan dan Pegembangan Lembaga Ketenagakerjaan.

1) Fasilitas penyelesaian Hubungan Industrial

2) Fasilitas penyelesaian pemberian perlindungan hukum dan Jamsostek

3) Sosialisasi berbagai peraturan pelaksanaan tentang ketenagakerjaan

4) Peningkatan Pengawasan, perlindangan dan penegakan hukum terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

5) Pemeriksaan dan pelaksanaan norma kerja

6) Pengawasan dan pembinaan pelaksanaan peraturan K3

7) Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

8) Sosialisasi hak dan kewajiban nakerwan

9) Pemeriksaan norma K3 dan pengujian obyek K3

e. Peningkatan pengawasan perlindungan dan penegakan hukum serta keselamatan kerja

f. Pelayanan administrasi perkantoran

1) Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor

g. Peningkatan disiplin aparatur

1) Pengadaan mesin / kartu absensi Sebagai wujud untuk mempertahankan pelaksanaan dalam menjalankan misi Organisasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta menuangkan keberhasilan dan kekurangannya dalam mencapai sasaran dan tujuan melalui media palaporan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

Lakip Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta menyajikan capaian kinerja kegiatan, indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap kegiatan meliputi indikator masukan (input), keluar (output), hasil (outcome). Indikator tersebut diukur secara kuantitatif sedangkan pada indikator manfaat (benefit) dan dampak (impact) ditunjukkan melalui indikasi kualitas belum dilakukan penghitungan atau indikator kuantitas, hal ini dikarenakan belum dapat atau belum tersedianya alat untuk mengukurnya. Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan palaksanaan kegiatan dilakukan dengan cara membandingkan target indikator kinerja dengan realisasinya (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,2009:12).

2. Pelaksanaan fungsi perencanaan, pembinaan, dan pengawasan norma ketenagakerjaan khususnya dalam hal kecelakaan kerja.

Untuk menekan kecelakaan kerja, pengawasan, penegakan hukum serta upaya mendorong kesadaran pimpinan perusahaan dan tenaga kerja supaya memenuhi syarat-syarat K3 perlu ditingkatkan. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta mengajak agar pimpinan perusahaan dapat menekan angka kecelakaan kerja. Tahun 2008 lalu, direncanakan penurunan kecelakaan kerja minimal 50 persen. Tahun 2009 ini, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta berharap program tersebut dapat ditingkatkan.

Sejalan dengan kebijakan revitalisasi pengawasan untuk menekan angka kecelakaan 50 persen dan menyadari bahwa pada sektor konstruksi merupakan penyumbang kecelakaan terbesar, tahun ini dijadikan momentum sebagai tahun K3 sektor konstruksi. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam rangka menekan angka kecelakaan kerja, perlu upaya konkrit yang dilakukan oleh pengusaha atau pemberi kerja. Ini misalnya dengan membudayakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja (K3) dalam manajemen perusahaan, membentuk panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3), membekali pengetahuan teknis tentang upaya preventif terhadap kecelakaan kerja, serta menyiapkan sarana keselamatan bagi pekerja. Di sisi lain, tambah dia, faktor human error seringkali juga menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Pihaknya mencatat sepanjang Tahun 2008, terdapat 393 pekerja mengalami kecelakan saat bekerja (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,2009:14).

Untuk itu Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta memiliki peranan dalam melakukan fungsi pengawasan. Terdapat 2 (dua) undang-undang yang mengatur tentang pengawasan ketenagakerjaan, yaitu

a. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan; dan a. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan; dan

Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan dibagi dalam 2 (dua) bentuk, yaitu dalam bentuk hukum materiildan hukum formil. Dalam bentuk materiil yang mengatur tentang hak dan kewajiban pekerja/buruh dan pengusaha, adalah :

a. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;

c. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan SosialTenaga Kerja;

d. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh;

e. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang PerlindunganTenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Dalam bentuk formil yang mengatur tentang tata cara atau sistem pengawasan perburuhan dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial atau perselisihan perburuhan, adalah : Pengawasan Ketenagakerjaan :

a. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pengawasan Perburuhan; dan

b. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan di Industri dan Perdagangan (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,2009:16).

Norma Ketenagakerjaan yang mengatur tentang kewajiban pengusaha,yang merupakan hak dari pada pekerja/buruh. Pengawasan Perburuhan Ketenagakerjaan sesuai dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 81 Tahun 1947 Mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri Dan Perdagangan (di undangkan pada tanggal 25 Juli 2003). Alasan Indonesia Mengesahkan Konvensi: Norma Ketenagakerjaan yang mengatur tentang kewajiban pengusaha,yang merupakan hak dari pada pekerja/buruh. Pengawasan Perburuhan Ketenagakerjaan sesuai dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 81 Tahun 1947 Mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri Dan Perdagangan (di undangkan pada tanggal 25 Juli 2003). Alasan Indonesia Mengesahkan Konvensi:

b. Pengawasan ketenagakerjaan merupakan suatu sistem yang sangat penting dalam penegakan atau penerapan peraturan perundang- undanganketenagakerjaan.

c. Penegakan atau penerapan peraturan perundang-undangan merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi pengusaha dan pekerja/buruh.

d. Keseimbangan tersebut diperlukan untuk menjaga kelangsungan usaha dan ketenangan kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas kerja dan kesejahteraan tenaga kerja.

e. Agar peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan pengawasan ketenagakerjaanyang independen dan kebijakan yang sentralistik.

f. Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu meratifikasi Konvensi ILO Nomor 81 Tahun 1947 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan, sehingga pengawasan ketenagakerjaan dapat dilaksanakan secara lebih efektif sesuai standar ILO.

Fungsi Sistem Pengawasan Ketenagakerjaan :

a. Menjamin penegakan ketentuan hukum mengenai kondisi kerja dan perlindungan pekerja saat melaksanakan pekerjaannya, seperti ketentuan yang berkaitan dengan jam kerja, pengupahan, keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan, penggunaan pekerja/buruh anak dan orang muda serta masalah-masalah lain yang terkait, sepanjang ketentuan tersebut dapat ditegakkan oleh pengawas ketenagakerjaan.

b. Memberikan keterangan teknis dan nasehat kepada pengusaha danpekerja/buruh mengenai cara yang palinf efektif untuk mentaati ketentuan hukum.

c. Memberitahukan kepada pihak yang berwenang mengenai terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan yang secara khusustidak diatur dalam ketentuan hukum yang berlaku.

d. Tugas lain yang dapat menjadi tanggung jawab pengawas ketenagakerjaan tidak boleh menghalangi pelaksanaan tugas pokok pengawas atau mengurangi kewenangannya dan ketidak berpihakannya yang diperlukan bagi pengawas dalam berhubungan dengan pengusaha dan pekerja/buruh. (Pasal 3 Konv. No. 81 Thn 1947).

Pengendalian Pengawasan dilakukan sejauh praktek-praktek administrasi anggota memungkinkan, pengawasan ketenagakerjaan harus berada di bawah pengawasan dan kendali pemerintah pusat. (Pasal 4 Konv. No. 81 Thn 1947). Pihak yang berwenang menerapkan pengaturan yang diperlukan agar pengawas ketenagakerjaan dapat memiliki :

a. kantor lokal yang dilengkapi dengan perlengkapan yang memadai sesuai dengan persyaratan pekerjaan dan dapat dipakai oleh semua orang terkait;

b. fasilitas transportasi yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas-tugas mereka, apabila transporttasi umum tidak tersedia. (Pasal 11 (1) Konv. No. 81 Thn 1947).

Kantor pengawasan pusat harus menerbitkan laporan umum tahunan mengenai pengawasan yang berada di bawah wewenangnya. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia Untuk Seluruh Indonesia. Tujuan diadakan Pengawasan Ketenagakerjaan :

a. Mengawasi berlakunya undang-undang dan peraturan peraturan perburuhan pada khususnya;

b. Mengumpulkan bahan-bahan keterangan tentang soalsoal hubungan kerja dan keadaan perburuhan dalam arti yang seluas-luasnya guna membuat undang-undang dan peraturan-peraturan perburuhan; b. Mengumpulkan bahan-bahan keterangan tentang soalsoal hubungan kerja dan keadaan perburuhan dalam arti yang seluas-luasnya guna membuat undang-undang dan peraturan-peraturan perburuhan;

Penunjukan/pengangkatan Pegawai Pengawas melalui Menteri yang diserahi urusan perburuhan atau pegawai yang ditunjuk olehnya , menunjuk pegawai-pegawai yang diberi kewajiban menjalankan pengawasan perburuhan. (Pasal 2 (1) UU No. 3 Thn 1951). Hak dan Wewenang Pengawai Pengawas :

a. Berhak memasuki semua tempat-tempat, dimana dijalankan atau biasa dijalankan pekerjaan, atau dapat disangka bahwa disitu dijalankan pekerjaandan juga segala rumah yang disewakan atau dipergunakan oleh majikanatau wakilnya untuk perumahan atau perawatan buruh.

b. Jikalau pegawai-pegawai tersebut dalam ayat (1) ditolak untuk memasukitempat-tempat termaksud dalam ayat (2), maka mereka memasukinya, jikaperlu dengan bantuan Polisi Negara.

c. Berhak meminta keterangan baik lisan maupun tertulis kepada dalam waktu yang sepantasnya Pengusaha atau wakilnya; Semua pekerja tanpa dihadiri pihak ketiga. guna memperoleh pendapat yang pasti tentang hubungan kerja dan keadaan perburuhan pada umumnya di dalam perusahaan itu pada waktu ituatau/dan pada waktu yang telah lampau.

d. Dalam menjalankan tugasnya pegawai-pegawai tersebut diwajibkan berhubungan dengan organisasi buruh yang bersangkutan. (Pasal 2 (2) dan 3 UU No. 3 Thn 1951).

Kewajiban Untuk Menyimpan Rahasia yaitu Pegawai pengawas ketenagakerjaan di luar jabatannya wajib merahasiakan segala keterangan tentang rahasia-rahasia di dalam suatu perusahaan, yang didapatnya berhubungan dengan jabatannya. (Pasal 5 UU No. 3 Thn 1951). Aturan Hukuman adalah Pasal 6 UU No. 3 Thn 1951 yang berbunyi : Kewajiban Untuk Menyimpan Rahasia yaitu Pegawai pengawas ketenagakerjaan di luar jabatannya wajib merahasiakan segala keterangan tentang rahasia-rahasia di dalam suatu perusahaan, yang didapatnya berhubungan dengan jabatannya. (Pasal 5 UU No. 3 Thn 1951). Aturan Hukuman adalah Pasal 6 UU No. 3 Thn 1951 yang berbunyi :

b. Barang siapa karena kekhilapannya menyebabkan rahasia itu menjadi terbuka,dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya tiga ratus rupiah.

c. Tidak ada tuntutan terhadap hal-hal tersebut dalam ayat (1) dan (2), jikalau tidakada pengaduan dari majikan yang berkepentingan atau wakilnya.

d. Barang siapa menghalang-halangi atau menggagalkan sesuatu yang dilakukanoleh pegawai-pegawai dalam melakukan kewajibannya seperti tersebut dalampasal 2, begitu pula barang siapa tidak memenuhi kewajibannya termaksud dalampasal 3 ayat (1), dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulanatau denda sebanyak- banyaknya lima ratus rupiah.

e. Barang siapa tidak memenuhi kewajibannya tersebut dalam pasal 4 dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyakbanyaknya lima ratus rupiah.

f. Hal-hal yang dikenakan hukuman tersebut dalam ayat (1) dan ayat (2) dianggapsebagai kejahatan, sedangkan yang tersebut dalam ayat (4) dan (5) dianggap sebagai pelanggaran.

Penegakan Hukum/Penyidikan dilakukan selain dari pada pegawai- pegawai yang berkewajiban mengusut pelanggaran dan kejahatan pada umumnya, pegawai-pegawai tersebut dalam pasal 2 dan orang-orang lain yang menurut undang-undang ditunjuk dan diberi kekuasaan untuk itu, kecuali diwajibkan untuk menjaga dan membantu supaya aturan-aturan dalam undang-undang ini dijalankan, diwajibkan juga untuk mngusut hal- hal yang dikenakan hukuman tersebut dalam pasal 6. (Pasal 5 UU No. 3 Thn 1951).

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pada Bab XIV Tentang Pengawasan

a. Pasal 176 berbunyi Pengawasan Ketenagakerjaan dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan independen guna menjamin pelaksanaan peraturan perundang- undangan ketenagakerjaan.

b. Pasal 177 berbunyi Pegawai pengawas ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 176 ditetap kan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

c. Pasal 178 berbunyiPengawasan ketenagakerjaan dilaksanakan oleh unit kerja tersendiri pada instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan pada pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.

d. Pasal 179 berbunyiUnit kerja pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 178 pada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan kepada Menteri.

e. Pasal 181 berbunyi Pegawai pengawas ketenagakerjaan dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 176 wajib : 1). merahasiakan segala sesuatu yang menurut sifatnya patut

dirahasiakan; 2). tidak menyalahgunakan kewenangannya. Pengawasan Ketenagakerjaan menurut Peraturan Menteri Tenaga KerjaNomor Per.03/Men/1984.

a. Pengertiannya adalah Pegawai pengawas ketenagakejaan adalah Pegawai Departemen Tenaga Kerja yang diserahi tugas mengawasi pelaksanaan peratran perundang-undangan ketenagakerjaan yang terdiri dari Pegawai Pengawas Umum dan Pegawai Pengawas Spesialis. (Pasal 1 Sub a). Pengawasan ketenagakerjaan terpadu adalah a. Pengertiannya adalah Pegawai pengawas ketenagakejaan adalah Pegawai Departemen Tenaga Kerja yang diserahi tugas mengawasi pelaksanaan peratran perundang-undangan ketenagakerjaan yang terdiri dari Pegawai Pengawas Umum dan Pegawai Pengawas Spesialis. (Pasal 1 Sub a). Pengawasan ketenagakerjaan terpadu adalah

1) penyusunan rencana;

2) pemeriksaan di perusahaan atau di tempat kerja;

3) penindakan korektif baik secara preventif maupun represip; pelaporan hasil pemeriksaan. (Pasal 1 Sub d).

b. Tujuan Pengawasan Ketenagakerjaan Terpadu adalah :

1) Mengawasi

perundangundangan ketenagakerjaan;

pelaksanaan

peraturan

2) Memberi penerangan tehnis serta nasehat kepadapengusaha atau pengurus dan atau tenaga kerjatentang hal-hal yang dapat menjamin pelaksanaan fektif dari pada peraturan perundang- undanganketenagakerjaan;

3) Mengumpulkan bahan-bahan keterangan tentanghubungan kerja dan keadaan ketenagakerjaan dalamarti yang luas guna pembentukan dan penyempurnaanperaturan perundang-undangan ketenagakerjaan. (Pasal 2).

c. Tahap Pelaksanaan Pengawasan Ketenagakerjaan Terpadu adalah :

1) Pemeriksaan pertama, adalah pemeriksaan lengkap yang dilakukan kepada perusahaan atau tempat kerja baru yang belum pernah diperiksa;

2) Kontrol (pemeriksaan berkala), adalah pemeriksaan ulang yang dilakukan setelah pemeriksaan pertama baik secara lengkap maupun tidak;

3) Pemeriksaan khusus, adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap masalah ketenagakerjaan yang bersifat khusus seperti pengujian, kecelakaan, adanya laporan pihak ketiga, perintah atasan. (Pasal 4).

d. Persyaratan Pengangkatan Pegawai Pengawas adalah :

1) Pegawai Departemen Tenaga Kerja;

2) Berpendidikan sekurang-kurangnya Sarjana Muda atau pangkat Pengatur Muda Tingkat I (II/ b);

3) Telah mengikuti pendidikan sebagai Pegawai Pengawas Umum. (Pasal 6 ayat (1).

e. Wewenang Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah :

1) Memasuki tempat kerja;

2) Meminta keterangan baik lisan maupun tertulis kepada pengusaha ataupengurus, dan atau tenaga kerja atau serikat pekerja tanpa dihadiri pihakketiga;

3) Menjaga, membantu dan memerintahkan pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja agar mentaati peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan;

4) Menyelidiki keadaan ketenagakerjaan yang belum jelas dan atau tidakdiatur dalam peraturan perundang-undangan;

5) Memberikan peringatan atau tegoran terhadap penyimpangan peraturanperaturan yang telah ditetapkan;

6) Meminta bantuan Polisi apabila ditolak memasuki perusahaan atau tempat kerja atau pihak-pihak yang dipanggil tidak memenuhi panggilan;

7) Meminta pengusaha atau pengurus seorang pengantar untuk mendampingi dalam melakukan pemeriksaan.

f. Tugas dan Kewajiban Pengawas Umum :

1) Melaksanakan pemeriksaan pertama dan kontrol (berkala) diperusahaa atau di tempat kerja;

2) Memberikan bimbingan, pembinaan dan penyuluhan kepada tenaga kerja dan pengusaha atau pengurus tentang peraturan perundang- undangan ketenagakerjaan;

3) Merahasiakan segala sesuatu yang diperoleh yang perlu dirahasiakan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya;

4) Melaporkan semua kegiatan yang berhubungan dengan tugas dan kewajibannya;

5) Mencatat

dalam buku Akte PengawasanKetenagakerjaan dan disimpan oleh pengusaha atau pengurus.

hasil

pemeriksaan

g. Wewenang Pengawas Spesialis adalah :

1) Memasuki tempat kerja;

2) Meminta keterangan baik lisan maupun tertulis kepada pengusaha atau pengurusdan atau tenaga kerja atau serikat pekerja tanpa dihadiri oleh pihak ketiga;

3) Menjaga, membantu dan memerintahkan pengusaha atau pengurus dan tenagakerja agar mentaati ketentuan peraturan perundang- undangan ketenagakerjaan;

4) Memberikan peringatan atau teguran terhadap penyimpangan peraturan perundang-undangan yang telah ditentukan;

5) Melakukan pengujian teknik persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja;

6) Menetapkan dan menyelesaikan masalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja;

7) Memanggil pengusaha atau pengurus dan atau tenagakerja atau serikat pekerja;

8) Melarang pemakaian atau penggunaan bahan/alat pesawat yang berbahaya;

9) Meminta bantuan Polisi apabila ditolak memasuki perusahaan atau tempat kerjaatau pihak-pihak yang dipanggil tidak memenuhi panggilan;

10) Meminta pengusaha atau pengurus seorang pengantar untuk mendampingi dalam melakukan pemeriksaan;

11) Melaksanakan penyelidikan setiap pelanggaran peraturan perundang-undangan.

h. Tugas dan Kewajiban Pegawai Spesialis adalah :

1) Melaksanakan kontrol (pemeriksaan berkala) di perusahaan atau tempat kerja;

2) Memberikan bimbingan, pembinaan dan penyuluhan kepadatenaga kerja dan pengusaha atau pengurus tentang peraturanperundang- undangan ketenagakerjaan;

3) Merahasiakan

diperoleh yang perludirahasiakan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya;

4) Melaporkan semua kegiatan yang berhubungan dengan tugasdan kewajiban sesuai dengan ketentuan;

5) Mencatat

dalam buku Akte PengawasanKetenagakerjaan dan disimpan oleh pengusaha atau pengurus.

hasil

pemeriksaan

i. Pelaksanaan Pemeriksaan Dalam Pengawasan Ketenagakerjaan.

1) Objek Pemeriksaan oleh Pegawai PengawasKetenagakerjaan : Jenis usaha perusahaan; Data Tenaga Kerja menurut umur, jenis kelamin dan kewarganegaraan.

2) Data umum yang meliputi : Nama Perusahaan; Alamat dan nomor telpon; Kantor pusat atau cabang: Jumlah tenaga kuda mesin dan peralatan serta kenderaanyang dipergunakan perusahaan; Nama dan alamat pengurus perusahaan; Nama dan alamat serikat pekerja serta susunan pengurusnya;

3) Jamsostek dan Kesejahteraan : Jumlah tenaga kerja yang diikutkan sebagai peserta jamsostek,Program Jamsostek yang diikuti; Pelaporan upah tenaga kerja pada PT. Jamsostek; Bukti pembayaran iuran jamsostek bulan terakhir; Apakah ada koperasi pekerja , Apakah ada fasilitas rekreasi dan olah raga bagi pekerja;

4) Kecelakaan Kerja : Buku data kecelakaan; Berapa jumlah kecelakaan kerja dan kecelakaan dalam hubungankerja yang terjadi dalam 1 (satu) tahun terakhir; Akibat kecelakaan yang mengakibatkan sembuh, cacat tetap,cacat fungsi dan meninggal dunia; Jumlah penyakit akibat kerja; Jumlah tunjangan kecelakaan yang telah dibayarkan kepadapekerja atau ahliwarisnya; Jumlah 4) Kecelakaan Kerja : Buku data kecelakaan; Berapa jumlah kecelakaan kerja dan kecelakaan dalam hubungankerja yang terjadi dalam 1 (satu) tahun terakhir; Akibat kecelakaan yang mengakibatkan sembuh, cacat tetap,cacat fungsi dan meninggal dunia; Jumlah penyakit akibat kerja; Jumlah tunjangan kecelakaan yang telah dibayarkan kepadapekerja atau ahliwarisnya; Jumlah

5) Keselamatan kerja umum : Pemasaangan lembaran undang-undang keselamatan kerja,gambar/ poster K&KK dan tanda-tanda bahaya atau laranganditempat kerja; Alat pelindung diri yang diwajibkan; Panitia Pembina K&KK berfungsi atau tidak; Pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah atauakan dilakukan terhadap pekerja.

6) Keselamatan kerja mekanik : Surat pengesahan pemakaian; Perlengkapan pengaman peralatan yang berbahaya; Tata letak mesin dan oeralatan; Perawatan mesin dan peralatan; Apakah operator yang mengoperasikan peralatan sudah terlatih atau memiliki sertifikat.

7) Keselamatan kerja listrik : Gambar instalasi listrik; Pengukuran instalasi listrik; Pengaman instalasi listrik; Pentanahan instalasi listrik; Persyaratan pemasangan dan pengoperasian lif, baik untuk barang maupun orang; Alat penangkal petir; Operator pesawat lif apakah sudah terlatih atau mempunyau sertifikat.

8) Keselamatan kerja uap : Izin pemakaian pesawat uap; Tanggal pemeriksaan atau pengujian terakhir; Kondisi alat perlengkapan pengaman pesawat uap; Operator pesawat uap apakah sudah terlatih atau mempunyai sertifikat.

9) Kesehatan kerja : Kondisi tempat dan lingkungan lingkungan kerja; Fasilitas sanitasi; Ruang ganti pakaian; Pembuangan sampah bekas dan pengolahannya; Sumber air produksi; Pelayanan dan sarana kesehatan kerja; Peemeriksaan kesehatan badan tenaga kerja secara awal, berkala dan khusus; Fasilitas P3K yang tersedia; Penyelenggaraan makan dan minum terhadap pekerja; Kecurigaan terhadap penyakit akibat kerja.

10) Penanggulangan kebakaran dan konstruksi bangunan : Apakah bangunan tempat kerja terbuat dari bahan yang mudahterbakar;

Jumlah alat pemadam api ringan sudah cukup dan memadaisesuai dengan jenis yang dibutuhkan di tempat kerja; Kapan pengisian terakhir alat pemadam api ringan; Peralatan instalasi pemadam kebakaran; Apakah ada penyimpanan dan pengolahan bahan yang mudahmelesak atau terbakar dan bagaimana pengamanannya; Apakah ada regu penggulangan kebakaran; Pada konstruksi bangunan apakah sudah ada peralatanpengaman untuk tenaga kerja dan umum; Apakah perancah yang digunakan sudah mendapatkanpengesahan pemakaian; Apakah tempat kerja dilengkapi dengan pintu darurat.

11) Keadaan yang kurang baik : Adakah pelanggaran-pelanggaran dari pemeriksaan yang lalu; Apakah ada pengaduan dari tenaga kerja atau serikat pekerja; Lain-lain yang perlu dilaporkan.

12) Pendapat pengawai pengawas dari hasil pemeriksaan. Dasar Penyidikan sesuai dengan

a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentangHukum Acara Pidana (Pasal 6ayat (1) huruf b).

b. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentangPengawasan Perburuhan (pasal 8).

c. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentangKetenagakerjaan (pasal 176).

d. Peraturan Menteri Kehakiman RI Nomor05/PW.07.03 Tahun 1984 tentang

Pengusulan Pengangkatan danPemberhentin Penyidik PNS.

PetunjukPelaksanaan

e. Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor04.PW.07.03 Tahun 1984 tentang Wewenang Penyidik PNS

( http://hukumonline/pengawasanketenagakerjaan// diakses pada tanggal 20 Desenber pukul 10.54 WIB).

B. Pelaksanaan fungsi perencanaan, pembinaan, dan pengawasan norma ketenagakerjaan dalam menekan angka kecelakaan kerja di Kota Surakarta

Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik.

Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan, ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak, peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang baik. Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain (Suma'mur,1990:46-48).

Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan keselamatan. Untuk mengukur kecenderungan kecelakaan harus menggunakan data dari situasi yang menunjukkan tingkat resiko yang ekivalen.

1. Analisa Keselamatan Kerja

Seorang teknisi terlatih akan keselamatan kerjanya dapat mencegah jumlah kecelakaan melalui analisa setiap pekerjaan pada pabrik dari setiap peraturan keselamatan. Tentu saja, metoda analisa

juga harus memperhatikan tanda-tanda keselamatan pekerja yang mereka pelajari untuk tujuan perencanaan proses dan ekonomis. Di dalam menganalisa pekerjaan seorang pekerja, teknisi keselamatan dapat mengantisipasi kemungkinan kesukaran dan ketergantungan di dalam bekerja. Sebagai contoh, jika analisanya dapat berjalan dengan lancar untuk menjalankan roda gigi dan memakai tangannya tanpa kesukaran, menunjukkan bahwa ia mampu mengoperasikan mesin dengan baik meskipun mesin tadi dapat ditinggal-tinggal. Dengan cara yang sama bahwa analisa metode suatu pekerjaan terhadap elemen- elemennya untuk menganalisa gerak individu dan waktu masing- masing, atau dengan cara yang sama menyelidiki analisa seperti aspek- aspek suatu tingkatan pekerjaan, tanggung jawab dan juga pelatihan, analisa keselamatan juga melihat tugas dari seorang operator untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Sebelum menyelesaikan suatu studi kasus, analisa keselamatan harus bisa menentukan, tujuan setiap pekerjaan. Jika fakta-fakta tersebut ditentukan sebelumnya, seleksi dan penempatan, kedua perusahaan dan pekerja mendapatkan keuntungan.

2. Pemeriksaan Pabrik

Apabila kondisi beroperasi yang aman dan kebijakan-kebijakan telah ditentukan, maka pekerjaan diarea yang aman dapat dilakukan. Pemeriksaan yang tetap harus sering dilakukan oleh pihak manajemen juga para pekerja. Untuk efektivitas maximum, pemeriksaan yang lebih formal harus dibuat dengan jadwal tak tetap oleh teknisi keselamatan atau badan keselamatan. Ada kecenderungan untuk operator dan kepala bagian untuk memantau pemeriksaan dengan teliti bahwa mereka tidak terdidik sebagai program pemeriksaan internal yang baik dalam suatu pabrik. Pimpinan pabrik kadang sering melakukan pemeriksaan dengan agen-agen diluar perusahaan seperti perusahaan ansuransi dlan pemerintah untuk mengurangi kecelakaan- kecelakaan yang sering terjadi. Sebagai tambahan catatan keselamatan karyawan suatu pabrik, pemeriksaan berpriode dapat mengkontribusi Apabila kondisi beroperasi yang aman dan kebijakan-kebijakan telah ditentukan, maka pekerjaan diarea yang aman dapat dilakukan. Pemeriksaan yang tetap harus sering dilakukan oleh pihak manajemen juga para pekerja. Untuk efektivitas maximum, pemeriksaan yang lebih formal harus dibuat dengan jadwal tak tetap oleh teknisi keselamatan atau badan keselamatan. Ada kecenderungan untuk operator dan kepala bagian untuk memantau pemeriksaan dengan teliti bahwa mereka tidak terdidik sebagai program pemeriksaan internal yang baik dalam suatu pabrik. Pimpinan pabrik kadang sering melakukan pemeriksaan dengan agen-agen diluar perusahaan seperti perusahaan ansuransi dlan pemerintah untuk mengurangi kecelakaan- kecelakaan yang sering terjadi. Sebagai tambahan catatan keselamatan karyawan suatu pabrik, pemeriksaan berpriode dapat mengkontribusi

3. Penyelidikan Terhadap Kecelakaan

Walaupun analisa keselamatan kerja dan penyelidikan terhadap pabrik dapat mencegah kecelakaan, beberapa kecelakaan masih akan terjadi sebagai bukti kekurangan manusia. Ketika kecelakaan terjadi, melalui penyelidikan mungkin akan mendeteksi bahaya yang sering terjadi dan sebagai koreksi pekerjaan dalam suatu pabrik, kegagalan penyelidikan dapat mengakibatkan kecelakan yang fatal hingga menimbulkan kematian. Tanpa alasan penyelidikan kecelakaan seharusnya direncanakan dengan menunjukkan bagian pekerjaani yang salah dalam bekerja. Tujuan penyelidikan adalah memberikan fakta- fakta agar kecelakaan tidak terulang kembali. Lebih baik memberi peringatan daripada setelah terjadinya suatu kecelakaan. Catatan bahwa kecelakaan, tidak hanya terluka, yang harus diperiksa. Sebuah kecelakaan seharusnya tanpa terluka, kecelakaan yang terjadi mengindikasi pengukuran pencegahan yang sebanding dan disebut untuk penambahan usaha pencegahan. Kenyataan bahwa kecelakaan tidak terjadi selama beberapa kecelakaan yang ada tidak menjamin bahwa kecelakan itu tidak mungkin terjadi. Walaupun teknisi keselamatan mungkin menilai dari sudut pandang suatu kecelakaan, ia harus membatasi usahanya untuk melakukan pertolongan pertama. Penyelidikan dapat dilanjutkan ketika korban sudah tidak dalam bahaya lagi.

4. Rapat Dewan Keselamatan

Sebagai penekanan tehadap pembahasan ini, partisipasi karyawan serta ketertarikan didalam program keselamatan akan menunjang keberhasilan program tersebut. Partisipasi dengan daya tarik melalui sistem, sugesti dan konsultasi karyawan, tetapi pelayanan dewan keselamatan mungkin akan lebih membuat karyawan berantusias. Sebagai bekas anggota dewan keselamatan mengingat Sebagai penekanan tehadap pembahasan ini, partisipasi karyawan serta ketertarikan didalam program keselamatan akan menunjang keberhasilan program tersebut. Partisipasi dengan daya tarik melalui sistem, sugesti dan konsultasi karyawan, tetapi pelayanan dewan keselamatan mungkin akan lebih membuat karyawan berantusias. Sebagai bekas anggota dewan keselamatan mengingat

5. Kontes Dan Periklanan Mengenai Keselamatan

Program keselamatan yang teradministratif dengan baik, yang selalu dijaga oleh pekerja, mempertahankan daya tarik tidak pernah melupakan bahwa keamanan keselamatan pekerja dibayar mahal. Sebagai tambahan peringatan dan instruksi pada pabrik, poster dengan slogan yang bagus ataupun gambar-gambar yang impresif, mungkin lebih strategis diletakkan ditempatkan didaerah yang berasap, dilemari penyimpanan, diatas jam ataupun tempat-tempat yang serupa. Pamlet juga dapat digunakan untuk mengilustrasikan apa yang patut digunakan ataupun tidak untuk keselamatan. Kontes yang berjalan lancar sangat efektif agar pekerja tetap selamat. Pemacu kontes harus sangat berhati-hati, bagaimanapun kontes tersebut harus dapat bersifat membangun bukan malah merusak. Contohnya jika kontes dibuat untuk pertolongan pertama pada kecelakaan yang dilaporkan adalah angka terkecil oleh setiap departemen. Kontes harus dibuat dengan ketentuan yang mudah dan dipahami untuk setiap kontestan. Suatu areal dengan tingkat kecelakaan yang rendah mungkin akan diberi penghargaan. Sejarah kontes menunjukkan bahwa kombinasi dengan hadiah yang kecil atau besar tidak menstimulasi partisiapasi kontestan.

6. Pengawasan Terhadap Mesin

Memindahkan bagian-bagian dari mesin sangat berbahaya dan untuk perlu perlindungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Sangat penting bahwa suatu alat harus dirancang dengan baik, untuk perlindungan yang sebanding bagi para pekerja sebaiknya ditambah atau dikurangi. Contohnya; menutup roda harus diberi sendi pintu agar roda gigi tidak beroperasi saat penutup dipindahkan. Mesin bertransmisi sangat beresiko tinggi dan perlu perhatian khusus oleh teknisi keselamatan. Roda gigi yang tak beraturan dan sabuk dapat melindungi operator yang kurang berhati-hati. Roda berputar dan tiang-tiang dapat tersangkut ke baju operator tersebut. Peralatan pemotong dapat dilindungi dengan pagar yang berbatas pada daerah berbahaya pada saat mesin beroperasi. Palang akan mengenai lengan pekerja apabila ia lamban memindahkannya pada saat memotong dan kedua tangan menarik batik, jadi tangan operator dapat digunakan dengan efektif. Pada gergaji yang bermata bundar, tetapi pelindung tetap digunakan dan untuk itu areal yang tertutup dari mata gergaji. Tidak digunakan saat pemotongan yang bisa membuat tukang kehilangan jarinya. Mendisain harus dilakukan agar suatu mesin dapat beroperasi dengan baik. Level ketinggian harus dapat dibuat untuk mencegah dari jatuhnya peralatan atau material dari mesin yang beroperasi. Disain khusus dari pengendalian diri juga dapat membuat operator selamat. Pada keadaan ini digunakan tombol kontrol ganda. Jika hanya satu tombol yang ditekan, mesin tidak dapat diaktitkan dan disarankan menekan kedua tombol, operator harus menggunakan kedua tombol dari daerah berbahaya. Juga tingkatan radio aktif akan digunakan bila tangan operator berada pada titik berbahaya dan mesin akan mati. Mesin yang bekerja sendiri dapat dimodifikasi untuk menghindari kecelakaan yang besar dan menambah efisiensi operasional. Mesin otomatis seperti mesin press dan mesin potong mengurangi bahaya. Dengan menggunakan meja rotasi untuk Memindahkan bagian-bagian dari mesin sangat berbahaya dan untuk perlu perlindungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Sangat penting bahwa suatu alat harus dirancang dengan baik, untuk perlindungan yang sebanding bagi para pekerja sebaiknya ditambah atau dikurangi. Contohnya; menutup roda harus diberi sendi pintu agar roda gigi tidak beroperasi saat penutup dipindahkan. Mesin bertransmisi sangat beresiko tinggi dan perlu perhatian khusus oleh teknisi keselamatan. Roda gigi yang tak beraturan dan sabuk dapat melindungi operator yang kurang berhati-hati. Roda berputar dan tiang-tiang dapat tersangkut ke baju operator tersebut. Peralatan pemotong dapat dilindungi dengan pagar yang berbatas pada daerah berbahaya pada saat mesin beroperasi. Palang akan mengenai lengan pekerja apabila ia lamban memindahkannya pada saat memotong dan kedua tangan menarik batik, jadi tangan operator dapat digunakan dengan efektif. Pada gergaji yang bermata bundar, tetapi pelindung tetap digunakan dan untuk itu areal yang tertutup dari mata gergaji. Tidak digunakan saat pemotongan yang bisa membuat tukang kehilangan jarinya. Mendisain harus dilakukan agar suatu mesin dapat beroperasi dengan baik. Level ketinggian harus dapat dibuat untuk mencegah dari jatuhnya peralatan atau material dari mesin yang beroperasi. Disain khusus dari pengendalian diri juga dapat membuat operator selamat. Pada keadaan ini digunakan tombol kontrol ganda. Jika hanya satu tombol yang ditekan, mesin tidak dapat diaktitkan dan disarankan menekan kedua tombol, operator harus menggunakan kedua tombol dari daerah berbahaya. Juga tingkatan radio aktif akan digunakan bila tangan operator berada pada titik berbahaya dan mesin akan mati. Mesin yang bekerja sendiri dapat dimodifikasi untuk menghindari kecelakaan yang besar dan menambah efisiensi operasional. Mesin otomatis seperti mesin press dan mesin potong mengurangi bahaya. Dengan menggunakan meja rotasi untuk

7. Peralatan Perlindungan Pekerja

Suatu varietas yang besar bagi peralatan perlindungan bagi pekerja yang dibutuhkan pekerja pada pekerjaannya. Untuk tingkat kecelakaan yang tinggi dapat digunakan penutup muka dan lengkap. Perlindungan dengan helm sangat diperlukan dimana sering terjadi masalah terhadap benda-benda yang jatuh, dan penutup rambut dapat digunakan wanita untuk mencegah masuknya rambut keroda gigi, bar, atau tiang yang berputar. Penutup telinga dapat digunakan untuk mengurangi kebisingan. Sarung tangan dapat digunakan untuk melindungi tangan dari melepuh. Terpotong, terkilir dan zat kimia. Secara umum peralatan perlindungan pekerja harus digunakan tujuan akhir. Lebih baik mengurangi resiko kecelakaan agar para pekerja terhindar dari bahaya. Jika tidak memakai topi atau pelindung tubuh. Bagaimanapun sebagai peralatan suplemental, poin- poin ini dapat tak berarti.

8. Tindakan

Karyawan Maintenance (pemeliharaan)

Pencegahan

Untuk

Secara alamiah pekerjaan seorang maintenance dapat sangat berbahaya, untuk seporsi ukuran aktifitas maintenance pada setiap pabrik tampak bila sesuatu terasa kurang. Akhirnya mekanik dan petugas listrik dipaksa untuk memanjat bahkan kemesin yang bisa mencelakai mereka, apalagi saat mesin hidup ketika pekerjaan seperti itu dilaksanakan, pengendalian harus dalam posisi mati untuk memastikan pekerja maintenance bahwa tidak bekerja sampai mereka membah kontrol. Karyawan maintenance, seperti yang lainnya pada bidang produksi harus segera belajar dalam karier mereka bahwa keselamatan sangat diutamakan dalampekerjaan mereka seperti membetulkan pipa bocor atau mengganti lampu yang putus. Melalui Secara alamiah pekerjaan seorang maintenance dapat sangat berbahaya, untuk seporsi ukuran aktifitas maintenance pada setiap pabrik tampak bila sesuatu terasa kurang. Akhirnya mekanik dan petugas listrik dipaksa untuk memanjat bahkan kemesin yang bisa mencelakai mereka, apalagi saat mesin hidup ketika pekerjaan seperti itu dilaksanakan, pengendalian harus dalam posisi mati untuk memastikan pekerja maintenance bahwa tidak bekerja sampai mereka membah kontrol. Karyawan maintenance, seperti yang lainnya pada bidang produksi harus segera belajar dalam karier mereka bahwa keselamatan sangat diutamakan dalampekerjaan mereka seperti membetulkan pipa bocor atau mengganti lampu yang putus. Melalui

9. Rehabilitasi Dan Terapi Di Tempat Kerja

Pekerja yang terluka sering menderita kehilangan keahlian akibat kecelakaan. Biro pusat telah menetapkan pentingnya pelayanan walaupun sebagian biaya digunakan untuk pelatihan yang khusus untuk pekerja yang ahli. Pelayanan lain yang lebih penting ialah pemilihan yang khusus untuk pekerja yang ahli. Pelayanan yang lain yang lebih penting ialah pemilihan asisten pada industri dan pemilihan pekerja yang cakap dan cocok untuk pekerjaannya. Vauxhall Motor, pengsubsidi motor terkenal di Ingris, memiliki program untuk mengembalikan tenaga ahli kepada pekerjaannya dengan segera dari terapi ditempat kerja secara normal. Tempat rehabilitasi terhadap pekerja yang terluka agar dapat bekerja secara biasa. Pabrik tidak berkewajiban tetapi serikat dan manajemen memberanikan pekerja yang terluka selama periode rehabilitasi. Walaupun biaya produksi untuk rehabilitasi sangat tinggi, pembayaran kompensasi dan waktu terbuang sangat minim. Seorang pekerja yang menderita patah mata kaki mungkin akan kembali bekerja dalam 10 hari daripada menghabiskan 75 hari, pada daftar orang sembuh, kembalinya pekerja sementara dibayar penuh selama rehabilitasi.

10. Kemajuan Pergerakan Keselamatan

Pada tahun 1870 keselamatan menjadi masalah besar antar pekerja dan majikan. Pada tahun 1877 Massachuset lulus undang- undang dari perlindungan terhadap bahaya mesin. Seabad kemudian ada beberapa pengatur undang-undang dari negara. Setelah seabad kemudian pergerakan keselamatan lahir dan pimpinan mulai membangun kampanye melawan kondisi yang tidak aman. Sejak itu ada substansi yang mengurangi kedua frekuensi dan rata-rata kecelakaan pada industri. Penghargaan yang tinggi diterima atas usaha Pada tahun 1870 keselamatan menjadi masalah besar antar pekerja dan majikan. Pada tahun 1877 Massachuset lulus undang- undang dari perlindungan terhadap bahaya mesin. Seabad kemudian ada beberapa pengatur undang-undang dari negara. Setelah seabad kemudian pergerakan keselamatan lahir dan pimpinan mulai membangun kampanye melawan kondisi yang tidak aman. Sejak itu ada substansi yang mengurangi kedua frekuensi dan rata-rata kecelakaan pada industri. Penghargaan yang tinggi diterima atas usaha

11. KeseIamatan Merupakan Tanggung Jawab Semua Orang

Pencegahan kecelakaan adalah integrasi bagian-bagian tugas- tugas dan tanggung jawab setiap karyawan pada sebuah perusahaan, harus berada pada wilayah yang tidak hanya menjadi profokasi untuk kampanye keselamatan setiap tahunnya selama 1 atau 2 minggu. Bawahan menunjukkan kebijakan, kebiasaan, tingkah laku, pengarahan dari atasannya. Sayangnya jika para manejer lebih tertarik pada poster operasi keselamatan dan hanya mereka yang mematuhi regulasi keamanan dengan antusias yang ditetapkan pada kebijaksanaan perusahaan, pekerja diharapkan melaksanakan dengan bijaksana. Pemaksaan kehendak bukan merupakan solusi dari masalah yang ada, termasuk perlindungan lapisan atmosfer harus dilakukan secara terus- menerus dalam program keselamatan yang termasuk dalam pelatihan yang diajarkan kepada pekerja, regulasi keselamatan dll, dengan alasan perlindungan pekerja. Serikat pekerja dapat memaksa bagian dalam departemen untuk lebih memicu semangat diantara pekerja. Poster dsan koran pabrik atau surat berita dapat digunakan untuk tujuan pengumuman grup atau individu dapat mengikut sertakan gambar mereka sebagai pengumuman pemenang penghargaan. Setiap orang yang bekerja dengan baik di pabrik dapat merasakan sebagian dari program keselamatan kerja.

12. Keselamatan Pada Pabrik Kecil

Statistik nasional menunjukkan bahwa rata-rata fekuensi pada pabrik kecil cenderung melampaui pabrik besar, dengan beberapa catatan keselamatan terbaik yang diterima. Beberapa alasan dikemukakan untuk menjelaskan hal tersebut, Sebagai fakta yang banyak ditemukan bahwa pabrik yang kecil memiliki rata-rata yang tinggi, ditambah dengan kecilnya angka kecelakaan. Pimpinan pada perusahaan kecil tidak menyadari bahwa hal tersebut harus diperbaiki.

Contohnya sebuah pabrik memiliki ia pekerja memiliki rata-rata frekuensi 100, ditambah rata-rata hanya satu waktu yang hilang akibat kecelakaan pertahunnya. Penjelasan yang lain bahwa pihak manajemen dari pabrik yang kecil tidak dapat mengembangkan tingkat spesialisasi yang mengimbangi perusahaan besar. Bagaimanapun konsultan dan petugas dari perusahaan asuransi atau agen pemerintah lokal dapat digunakan sebagai pembantu pelaksanaan. Sama halnya alasan pada kenyataan bahwa fungsi keselamatan bukan hanya tanggung jawab perorangan. Setiap pekerja yang sibuk dengan pentingnya suatu bahan, menyadari untuk mempromosikan pelatihan keamanan, pemeriksaan operasi dan menjalankan analisa keselamatan kerja.

13. Data Kecelakaan Kerja

Berdasarkan hasil analisis terhadap kasus-kasus kecelakaan kerja, bidang yang paling rawan yakni pada sektor proyek konstruksi. Sektor konstruksi menempati urutan jumlah kecelakaan tertinggi yaitu sebesar 32 persen. Tingginya risiko kecelakaan pada sektor ini tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja yang terserap. Jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor ini relatif kecil yaitu sebanyak 4,5 juta pekerja atau hanya 5 persen dari jumlah pekerja seluruh sektor. Kegiatan sektor konstruksi, diakui memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan sektor lain karena sangat kompleks, melibatkan lintas disiplin keilmuan, meliputi arsitek, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan sehingga K3 harus terintegrasi mulai dari perencanaan. Sebagian besar kegiatan konstruksi adalah proyek pembangunan yang dibiayai melalui APBN dan APBD. Karena itu, proyek-proyek konstruksi yang didanai APBN dan APBD harus dapat menjadi teladan dalam penerapan manajemen K3. Ini antara lain mensyaratkan penilaian konsepsi sistem K3 dalam proses evaluasi pemilihan penyedia jasa dan menyediakan alokasi anggaran K3 secara proporsional (Suma'mur,1990:67-79).

Untuk menekan kecelakaan kerja, pengawasan, penegakan hukum serta upaya mendorong kesadaran pimpinan perusahaan dan tenaga kerja supaya memenuhi syarat-syarat K3 perlu ditingkatkan. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta mampu menekan angka kecelakaan kerja yaitu pada tahun 2008 lalu, terjadi penurunan kecelakaan kerja sebesar 10 persen. Tahun 2009 ini, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta mencanangkan program tersebut dapat ditingkatkan.

Sejalan dengan kebijakan revitalisasi pengawasan untuk menekan angka kecelakaan 50 persen dan menyadari bahwa pada sektor konstruksi merupakan penyumbang kecelakaan terbesar, tahun ini dijadikan momentum sebagai tahun K3 sektor konstruksi. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Surakarta dalam rangka menekan angka kecelakaan kerja, perlu upaya konkrit yang dilakukan oleh pengusaha atau pemberi kerja.

Ini misalnya dengan membudayakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja (K3) dalam manajemen perusahaan, membentuk panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3), membekali pengetahuan teknis tentang upaya preventif terhadap kecelakaan kerja, serta menyiapkan sarana keselamatan bagi pekerja. Di sisi lain faktor human error seringkali juga menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Pihaknya mencatat sepanjang Tahun 2008, terdapat 393 pekerja mengalami kecelakan saat bekerja. Sedangkan Oktober Tahun 2009 tercatat 320 pekerja mengalami kecelakaan saat bekerja (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,2009:14).