DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan iii Pernyataan
iv Penghargaan
v Abstrak
vi Abstract
vii Daftar Isi
viii Daftar Tabel
x Daftar Gambar
xi BAB 1 PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
1 Permasalahan
3 Tujuan Penelitian
3 Manfaat Penelitian
3 Metodologi Penelitian
4 Lokasi Penelitian
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 2.1. Kayu Manis
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi kayu manis 6
2.3.2 Kandungan Kimia Minyak kayu manis 6
2.2. Minyak Atsiri 7
2.3. Penetapan Kadar Minyak Atsiri 8
2.4. Kromatografi 11
2.4.1 Jenis jenis Kromatografi 11
2.4.2 Kromatografi Gas 11
2.4.3. Komponen – komponen Alat Kromatografi gas 12
2.5. Spektrometri massa 17
BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN 19
3.1. Alat-Alat yang Digunakan 19
3.2. Bahan-Bahan yang Digunakan 19
3.3. Prosedur Penelitian 20
3.3.1. Persiapan sampel 20
3.3.2. Isolasi Minyak Atsiri Daun Kayu Manis dengan Alat Stahl 20
3.3.3. Pengujian Hasil Destilasi Secara GC – MS 21
3.4. Bagan Penelitian Kerja 22
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23
4.1. Hasil Penelitian 23
4.1.1. Penentuan Kadar Minyak Atsiri 23
4.1.2. Hasil GC – MS 23
4.2 Pembahasan 25
4.2.1 Minyak Atsiri dari Proses Destilasi dengan Alat Stahl 25
4.2.2 Analisis Minyak Atsiri Daun Kayu Manis 26
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 39
5.1 Kesimpulan 39
5.2 Saran 40
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Kandungan minyak atsiri dari daun kayu manis
Cinnamomum burmanii 23
Tabel 4.1.2. Hasil analisis GC- MS minyak atsiri daun kayu manis Cinnamomum burmanii
24
Tabel 5.1 Komposisi senyawa kimia dalam minyak atsiri daun kayu manis Cinnamomum burmanii
42
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.4.3. Gambar Bagian bagian dari Kromatografi Gas
12 Gambar 4.1.2. Gambar Kromatogram Minyak atsiri Daun Kayu Manis
24 Gambar 4.2.2.1 Spektrum massa minyak atsiri daun kayu manis dengan
RT 4,094 menit 25
Gambar 4.2.2.2 Spektrum massa minyak atsiri daun kayu manis dengan RT 4,850 menit
27 Gambar 4.2.2.3 Spektrum massa minyak atsiri daun kayu manis dengan
RT 6,967 menit 29
Gambar 4.2.2.4 Spektrum massa minyak atsiri daun kayu manis dengan RT 9,650 menit
30 Gambar 4.2.2.5 Spektrum massa minyak atsiri daun kayu manis dengan
RT 11,275 menit 32
Gambar 4.2.2.6 Spektrum Massa Minyak Atsiri daun kayu manis dengan RT 11,983 menit
34 Gambar 4.2.2.7 Spektrum Massa Minyak Atsiri daun kayu manis dengan
RT 12,300 menit 36
Gambar 4.2.2.8 Spektrum Massa Minyak Atsiri daun kayu manis dengan RT 14,467 menit
38 Gambar 4.2.2.9 Spektrum Massa Minyak Atsiri daun kayu manis dengan
RT 19,758 menit 38
Gambar 4.2.2.9 Spektrum Massa Minyak Atsiri daun kayu manis dengan RT 20,042 menit
38
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK Telah dilakukan isolasi minyak atsiri dari daun kayu manis Cinnamomum burmanii
melalui proses destilasi stahl. Daun kayu manis didestilasi stahl selama ± 7-8 jam
menghasilkan minyak atsiri daun kayu manis sebesar 0,41 vb. Data hasil analisa didapat, data kromatogram GC dari Minyak atsiri daun kayu manis hasil destilasi uap
adalah sebanyak 16 puncak dengan data kromatogram MS sebanyak 10 senyawa yang dianalisa berdasarkan persentase yang terbesar.Komponen kimia minyak atsiri daun
kayu manis dianalisis dengan menggunakan GC-MS menunjukkan 2 kandungan utamanya yang cukup besar yaitu Cinnamicaldehyde 63,61 , Eucalyptol
17,27 .
Universitas Sumatera Utara
ISOLATION AND ANALYSIS OF COMPONENTS OF THE ESSENTIAL OIL CINNAMON LEAF Cinnamomum burmanii WITH GC-MS
ABSTRACT
Has been isolated from the leaf essential oil of cinnamon Cinnamomum burmanii through the distillation process Stahl. Cinnamon leaf distilled Stahl for ± 7-8 hours to
produce the essential oil of cinnamon leaves at 0.41 v w. Data analysis results obtained, data from the GC chromatogram of volatile oil from cinnamon leaf steam
distillation results were as many as 16 peaks with MS chromatogram data of 10 compounds were analyzed based on the percentage of chemical terbesar.Chemical
components of cinnamon leaf essential oils were analyzed using GC-MS showed two major content of which is large enough that Cinnamicaldehyde 63.61, Eucalyptol
17.27.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
7.1. Latar Belakang
Berbagai tanaman dapat menghasilkan minyak atsiri yang merupakan minyak yang dapat menguap dan mengandung aroma dan wangi yang khas baik bersumber
dari daun, batang, bunga maupun akar tumbuhan Guenther, 2006 . Penggunaan minyak atsiri dari bahan alam sebagai obat semakin diminati masyarakat, seiring
dengan gerakan “kembali ke alam”back to nature yang dilakukan masyarakat. Tanaman obat makin penting peranannya dalam pola konsumsi makanan, minuman,
dan obat-obatan Tim Penulis Martha Tilaar Center 2002 . Berbagai Penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan pengobatan secara tradisional yang bersumber dari
tumbuh tumbuhan yang ada di sekitar kita baik menggunakan daun, batang, kulit, akar, biji, maupun buah ndari tumbuhan tersebut Heyne, 1987 .
Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik
tertentu. Saat ini, minyak atsiri telah digunakan sebagai parfum, kosmetik, bahan tambahan makanan dan obat Buchbauer, 1991. Minyak atsiri dikenal dengan nama
minyak eteris atau minyak terbang essential oil,volatile yang merupakan salah satu hasil metabolisme tanaman. Bersifat mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai
rasa getir, serta berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak atsiri larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air Sudaryani dan sugiharti, 1990.
Minyak atsiri hanya mengandung zat-zat kimia organik yang membentuk secara terpadu aroma yang khas dari setiap jenis rempah-rempah, seperti halnya kayu
manis. Kulit dan daun kayu manis sebelum masehi dikenal sebagai sumber pewangi untuk membalsem mumi raja–raja Mesir, maupun sebagai peningkat cita rasa
masakan dan minuman, aroma kulit dan daun kayu manis ini berasal dari minyak atsiri yang baru pada abad 16-17, jelasnya pada tahun 1574 direalisasikan melalui
destilasi uap menurut Gildemeister Rismunandar, 1990.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman kayu manis merupakan famili Lauraceae dengan jumlah species yang beragam dan dapat tumbuh dengan baik pada iklim tropis. Ditinjau dari sifat keatsirian
minyak sinamonnya maka kayu manis dikenal dengan tiga tipe yaitu: kayu manis asal Ceylon Cinnamomum zelylanicum Nees, kayu manis asal Saigon Cinnamomum
loureiril Nees, kayu manis asal Cina Cinnamomum cassia Nees Guenther, 1990 Di Indonesia sendiri sudah ada jenis kayu manis lain, yaitu Cinnamomum
burmanii. Jenis kayu manis yang berbeda dengan Cinnamomum zeylanicum dan Cinnamomum cassia dan benar-benar merupakan tanaman asli Indonesia.
Cinnamomum burmanii merupakan tanaman hutan di Sumatera Barat. Hingga saat ini Cinnamomum burmanii masih tetap merupakan penghasil kulit dengan nama ”padang
kaneel”. Ada juga yang menamakan kulit kayu manis tersebut dengan ”cassiavera”.
Manfaat lain dari minyak kayu manis adalah memiliki efek mengeluarkan angin karminatif dan membangkitkan selera atau menguatkan lambung stomakik. Selain
itu, minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta, penyegar bau sabun, deterejen, lotion, parfum, dan cream.
Bagian dari kayu manis yang dimanfaatkan adalah bagian kulit dan daunnya. Pengolahan kulit kayu manis dan daun berupa minyak atsiri kayu manis. Minyaknya
banyak digunakan sebagai pemberi rasa dan aroma dalam industri makanan, minuman, farmasi, rokok dan kosmetik. Manfaat lain minyak kayu manis dipakai
sebagai obat tradisional, yaitu mengeluarkan angin dan membangkitkan selera makan atau menguatkan lambung Rismunandar dan Paimin, 2001.Minyak atsiri dapat
diperoleh dengan cara pengepresan , destilasi uap, dan dengan menggunakan dietil eter , Lard Tallow Guenther, 2006
Telah dilakukan penelitian dan didapat minyak sinamon dari cinnamomum burmanii asal Halmahera dengan membandingkan hasil minyak atsiri yang di hasilkan
dari daun dan kulit kayu manis menunjukkan komponen utama pada daun adalah safrol,
3,7-Dimetil-3,6-oktadien-3-o1, sineol sedangkan pada kulit komponen utamanya safrol, sineol, isoeguenol Agusta, dkk, 1997 .
Universitas Sumatera Utara
Telah diteliti bahwa ekstrak dari Cinnamomum burrnanii memiliki senyawa bioaktif antibakteri. Hal ini tampak dari Pengujian aktivitas antibakteri yang telah
dilakukan terhadap bakteri-bakteri Salmonella fyphosa, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri paling
kuat diberikan oleh fraksi n-heksan Suherlan, 1995
Penelitian terhadap minyak atsiri dari Cinnamomum burmannii yang berasal dari Guangzhou
,
China yang dilakukan oleh Wang dkk 2009 melaporkan bahwa komponen mayor minyak atsiri yang terkandung adalah transsinamaldehid 60,72,
eugenol 17,62 dan kumarin 13,39.
Dari uraian diatas , penulis tertarik untuk mengisolasi senyawa kimia bahan alam hayati dari golongan minyak atsiri yang terkandung pada daun kayu manis.
1.2. Permasalahan
1. Apakah minyak atsiri yang terdapat dalam daun kayu manis dapat diperoleh dengan alat sthal
2. Apakah komponen kimia minyak atsiri yang dihasilkan dari daun kayu manis dapat diidentifikasi secara GC – MS.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengisolasi minyak atsiri dari daun kayu manis dan mengetahui komponen kimia minyak atsiri yang Terkandung di dalam daun kayu manis
dengan menggunakan GC – MS.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber informasi mengenai komponen kimia minyak atsiri dalam daun kayu manis.
Universitas Sumatera Utara
.1.5. Metodologi Percobaan
Penelitian yang dilakukan bersifat eksperiment. Minyak Atsiri dari daun kayu manis diisolasi melalui proses destilasi dengan alat stahl dan kemudian dilakukan uji
penentuan struktur kimia dan komposisi kimia yang terkandung dalam minyak atsiri dengan menggunakan GC – MS
1.6. Lokasi Penelitian
Penelitian untuk destilasi stahl dilakukan di laboratorium Kimia Organik FMIPA USU Medan, penelitian untuk uji identifikasi tumbuhan dilakukan di
laboratorium Herbarium Medanense FMIPA USU Medan dan analisis GC-MS dilakukan di laboratorium Kimia Organik FMIPA UGM Yogyakarta
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kayu Manis
Nama ilmiah : Cinnamomum burmani Nees. BI. Nama asing: Kaneelkassia, Cinnamomum tree inggris xiang cina. Nama daerah : Sumatera: Holim, holim
manis, modang siak–siak Batak, kanigar, kayu manis Melayu, madang kulit manih Minang kabau. Jawa: Huru mentek, kiamis Sunda, kanyengar Kangean. Nusa
tenggara: Kesingar, kecingar, cingar bali, onte Sasak, Kaninggu Sumba, Puu ndinga Flores.
Dibudidayakan untuk diambil kulit dan daun kayunya, di daerah pegunungan sampai ketinggian 1.500 m. Tinggi pohon 1-12 m, daun lonjong atau bulat telur,
warna hijau, daun muda berwarna merah. Kulit berwarna kelabu; dijual dalam bentuk kering, setelah dibersihkan kulit bagian luar, dijemur dan digolongkan menurut
panjang asal kulit dari dahan atau ranting Haris, 1990. Cinnamomum burmanii
merupakan jenis tanaman berumur panjang penghasil kulit yang ada di Indonesia disebut dengan kayu manis. Kulit kayu manis sangat berlainan sifat dan daya guna.
Sebelum masehi, kulit cinnamomum dikenal sebagai sumber pewangi untuk membalsam mumi raja-raja mesir serta peningkat cita rasa masakan dan minuman.
Kloppenburg Versteegh menganjurkan bahwa kayu manis dapat dijadikan jamu untuk penyakit disentri dan singkir angin. Bianchini, Corbetta, dan Kiangsui mengatakan
bahwa minyak kayu manis sudah ratusan tahun dikenal di belahan dunia barat dan timur sebagai penyembuh reumatik, mencret, pilek sakit usus, jantung, pinggang dan
darah tinggi. Cinnamomum burmanii yang bersinonim dengan Cinnamomum chinese, Cinnamomum dulce, dan Cinnamomum kiamis ini berasal dari Indonesia. Tanaman
akan tumbuh baik pada ketinggian 600 – 1500 m.
Universitas Sumatera Utara
Kayu manis merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak dijumpai di Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur dan Maluku.
2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Kayu Manis
Sistematika kayu manis menurut Rismunandar dan Paimin 2001, sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Gymnospermae
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Dialypetalae
Ordo : Policarpicae
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmannii
Daun kayu manis duduknya bersilang atau dalam rangkaian spiral. Panjangnya sekitar 9–12 cm dan lebar 3,4–5,4 cm, tergantung jenisnya. Warna pucuknya
kemerahan, sedangkan daun tuanya hijau tua. Bunganya berkelamin dua atau bunga sempurna dengan warna kuning, ukurannya kecil. Buahnya adalah buah buni, berbiji
satu dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang, buah muda berwarna hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua. Daunnya kecil dan kaku dengan pucuk berwarna merah.
Umumnya tanaman yang tumbuh didataran tinggi warna pucuknya lebih merah dibanding di dataran rendah. Kulitnya abu-abu dengan aroma khas dan rasanya
manis.
Rismunandar dan Paimin, 2001.
2.1.2. Kandungan Kimia Minyak Atsiri Kayu Manis
Minyak Atsiri kayu manis selain mengandung sinnamaldehida juga mengandung senyawa-senyawa lain seperti benzaldehida, limonen, 1,8-sineol,
α-copaena, bornil asetat, β-caryofilen, 1,4-terpineol, δ-cadinena, trans-cinna-maldehida, transcinnamil asetat, miris-
Universitas Sumatera Utara
tisin, coumarin, asam tetradecanoat Lawless, 2002. Hasil penyulingan kulit C. burmanii, C. zeylanicum dan C. cassia yang ditanam di Kebun Percobaan Cimanggu Bogor mengha-
silkan minyak berturut-turut 1,75; 2,0; dan 1,50. Selain dari kulitnya, daun kayu manis juga biasa disuling menjadi minyak daun kayumanis cinnamon leaf oil. Namun
demikian minyak daun C. Zeylanicum mengandung eugenol sebagai komponen utamanya 80 - 90, sedangkan kandungan utama minyak daun C. burmanii dan C. cassia sama
dengan minyak kulitnya, yaitu sinnamaldehida Leung, 1980.
Sinamaldehida banyak digunakan pada industri flavor yang biasanya ditambahkan pada berbagai jenis
makanan, minuman, dan juga beberapa produk obat. Pada parfum digunakan sebagai tambahan untuk aroma dan juga untuk menghasilkkan aroma yang oriental Othmer,
1964. Kegunaan dari kayu manis adalah sebagai perencah, sebagai obat, sebagai
pemberi rasa harum dan juga sebagai antiseptik.Wallis, 1951
2.2. Minyak Atsiri
Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau minyak terbang. Pengertian atau defenisi minyak atsiri yang ditulis dalam Encyclopedia of
Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun,
buah, biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap Sastrohamidjojo, 2004.
Minyak atsiri di hasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang, kulit, daun, bunga, atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara lain mudah
menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut organik. Banyak
istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri. Misalnya dalam bahasa inggris disebut essensial oils, ethereal oils dan volatile oils. Dalam bahasa Indonesia ada yang
menyebut minyak kabur. Lutony dan Rahmayati, 2002.
Minyak atsiri adalah zat yang berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak essensial
karena pada suhu biasa suhu kamar mudah menguap di udara terbuka. Istilah
Universitas Sumatera Utara
essensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni tanpa pencemaran, minyak atsiri umumnya tidak berwarna.
Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin serta warnanya berubah menjadi lebih tua gelap. Untuk mencegah supaya tidak
berubah warna, minyak atsiri harus terlindung dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap. Bejana tersebut juga diisi sepenuh
mungkin sehingga tidak memungkinkan berhubungan langsung dengan oksigen udara, ditutup rapat serta disimpan ditempat yang kering dan sejuk Gunawan dan Mulyani,
2004. Minyak atsiri pada industri banyak digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik, parfum, antiseptik dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atsiri mampu
bertindak sebagai bahan terapi aromaterapi atau bahan obat suatu jenis penyakit. Fungsi minyak atsiri sebagai bahan obat tersebut disebabkan adanya bahan aktif,
sebagai contoh bahan anti radang, hepatoprotektor, analgetik, anestetik, antiseptik ,psikoaktif dan anti bakteri Agusta, 2000.
2.3. Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Menurut Gunawan dan Mulyani 2004, minyak Atsiri umumnya diisolasi dengan empat metode yang lazim digunakan sebagai berikut :
1. Metode Destilasi
Destilasi dapat didefenisikan sebagai cara penguapan dari suatu zat dengan perantara uap air dan proses pengembunan berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Destilasi merupakan metode yang paling berfungsi untuk memisahkan dua zat yang berbeda, tetapi tergantung beberapa faktor, termasuk juga perbedaan tekanan uap air
berkaitan dengan perbedaan titik didihnya dari komponen-komponen tersebut. Destilasi melepaskan uap air pada sebuah zat yang tercampur yang kaya dengan
komponen yang mudah menguap daripada zat tersebut Pasto, 1992.
Di antara metode-metode isolasi yang paling lazim dilakukan adalah metode destilasi. Beberapa metode destilasi yang popular dilakukan di berbagai perusahaan
industri penyulingan minyak atsiri, antara lain sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Metode destilasi kering langsung dari bahannya tanpa menggunakan air. Metode ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang kering dan untuk minyak-minyak yang tahan
pemanasan tidak mengalami perubahan bau dan warna saat dipanaskan, misalnya oleoresin.
b. Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air dan destilasi uap air langsung. Metode ini dapat digunakan untuk bahan kering maupun bahan segar dan terutama digunakan
untuk minyak-minyak yang kebanyakan dapat rusak akibat panas kering. Seluruh bahan dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang bentuknya mirip
dandang. Dalam metode ini ada beberapa versi perlakuan. 1. Bahan tanaman langsung direbus dalam air.
2. Bahan tanaman langsung masuk air, tetapi tidak rebus. Dari bawah dialirkan uap
air panas. 3.
Bahan tanaman ditaruh di bejana bagian atas, sementara uap air dihasilkan oleh air mendidih dari bawah dandang.Bahan tanaman ditaruh di dalam bejana tanpa
air dan disemburkan uap air dari luar bejana
Dalam pengertian industri minyak atsiri dibedakan tiga tipe hidrodestilasi, yaitu:
1.Penyulingan Air
Bila cara ini digunakan maka bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih. bahan yang akan disuling kemungkinan mengapung di atas air
atau terendam seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diperoses. Air dapat dididihkan dengan api secara langsung. Penyulingan air ini tidak
ubahnya bahan tanaman direbus secara langsung.
2. Penyulingan uap dan air
Bahan tanaman yang akan diperoses secara penyulingan uap dan air ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang
yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi air sedikit di bawah dimana bahan ditempatkan. Bahan tanaman yang akan disuling hanya
terkena uap, dan tidak terkena air yang mendidih.
Universitas Sumatera Utara
3. Penyulingan uap
Uap yang digunakan lazim memilliki tekanan yang lebih besar daripada tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu
pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan. Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang menyolok pada ketiga alat
penyulingan tersebut. Namun demikian pemilihan tergantung pada cara yang digunakan, karena reaksi tertentu dapat terjadi selama penyulingan Sastrohamidjojo,
2004.
4. Metode Penyarian
Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan pemanasan seperti cendana. Kebanyakan dipilih metode ini karena kadar minyaknya di
dalam tanaman sangat rendahkecil. Bila dipisahkan dengan metode lain, minyaknya akan hilang selama proses pemisahan. Pengambilan minyak atsiri menggunakan cara ini
diyakini sangat efektif karena sifat minyak atsiri yang larut sempurna di dalam bahan pelarut organik nonpolar.
5. Metode Pengepresan atau Pemerasan
Metode pemerasanpengepresan dilakukan terutama untuk minyak-minyak atsiri yang tidak stabil dan tidak tahan pemanasan seperti minyak jeruk citrus. Juga
terhadap minyak-minyak atsiri yang bau dan warnanya berubah akibat pengaruh pelarut penyari. Metode ini juga hanya cocok untuk minyak atsiri yang randemennya
relatif besar.
6. Metode Enfleurage
Metode Enfleurage adalah metode penarikan minyak atsiri yang dilekatkan pada media lilin. Metode ini digunakan karena diketahui ada beberapa jenis bunga yang
setelah dipetik, enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri sampai beberapahariminggu, misalnya bunga melati Jasminum sambac, sehingga perlu
perlakuan yang tidak merusak aktivitas enzim tersebut secara langsung
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase
diam padat atau cair dan fase gerak cair atau gas. Bila fase diam berupa zat padat yang aktif, maka dikenal istilah kromatografi penyerapan adsorption
chromatography. Bila fase diam berupa zat cair, maka teknik ini disebut kromatografi pembagian partition chromatography.
2.4.1. Jenis-Jenis Kromatografi
Berdasarkan fase gerak yang digunakan, kromatografi dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu gas chromatography dan liquid chromatography.
www.nadjeeb.wordpress.com. Kromatografi gas-spektrometer massa GC-MS adalah metode yang mengkombinasikan fitur cair kromatografi gas dan spektometri
massa untuk mengidentifikasi zat yang berbeda dalam pengujian.
2.4.2. Kromatografi Gas
Sekarang ini sistem GC-MS sebagian digunakan sebagai peran utama untuk analisa makanan dan aroma, petroleum, petrokimia dan zat-zat kimia di laboratorium.
Kromatografi gas merupakan kunci dari suatu teknik anlitik dalam pemisahan komponen mudah menguap, yaitu dengan mengkombinasikan secara cepat analisa
sehingga pemecahan yang tinggi mengurangi pengoperasian. Keuntungan dari kromatografi gas adalah hasil kuantitatif yang bagus dan harganya lebih murah.
Sedangkan kerugiannya tidak dapat memberikan indentitas atau struktur untuk setiap puncak yang dihasilkan dan pada saat proses karakteristik yang didefenisikan sistem
tidak bagus Mcnair, 2009.
Instrumen GC menguap sampel dan kemudian memisahkan dan menganalisis berbagai komponen. Setiap. komponen idealnya menghasilkan spektrum
Universitas Sumatera Utara
tertentu puncak yang dapat direkam pada kertas grafik atau elektronik Waktu berlalu antara injeksi dan elusi ini disebut sebagai waktu retensi. retensi waktu dapat
membantu untuk membedakan antara beberapa senyawa. Ukuran puncak sebanding dengan jumlah zat-zat yang sesuai pada spesimen yang dianalisis. Puncak diukur dari
dasar ke ujung. patentattorneylacomhttp: site.netscape.netdougfrm .
2.4.3. Komponen – komponen alat kromatografi gas