Pengawasan Inspektorat Daerah Terhadap Kinerja Dinas Pendidikan Tanggamus
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Kegunaan Penelitian... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengawasan ... 11
B. Kinerja ... 21
C. Kerangka Pikir ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 31
B. Fokus Penelitian ... 32
C. Informan ... 33
D. Teknik Pengumpulan Data ... 34
E. Teknik Pengolahan Data ... 35
F. Teknik Analisis Data ... 36
BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus ... 38
B. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus .. 40
C. Visi dan Misi Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus ... 41 D. Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus 43
(15)
1. Evaluasi Pelaksanaan Pemeriksaan pada
Inspektorat Daerah Kabupaten Tanggamus ... 46 2. Pelaksanaan Pengujian ... 49 3. Efektivitas Pelaksanaan Pengusutan dalam Fungsi
Pengawasan ... 50 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas
Pelaksanaan fungsi Pengawasan di Inspektorat
di Kabupaten Tanggamus ... 52 B. Pembahasan ... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 61 B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA
(16)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia karena sejak berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia sudah dikenal adanya otonomi daerah yang dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan inti dari pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapatnya keleluasaan pemerintah daerah (dioscretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa, kreatifitas, dan peran serta masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan daerahnya (Syamsudin Haris, 2005: 101).
Perubahan penyelenggaraan pemerintahan daerah dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah kepada undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, kemudian direvisi dengan Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa perubahan yang fundamental dalam sistem Pemerintahan Daerah, yaitu dari sistem pemerintahan yang sentralistik kepada desentralisasi. Sistem pemerintahan desentralisasi ini merupakan penyelenggaraan pemerintahan dititik beratkan kepada daerah
(17)
Kabupaten/Kota sehingga daerah Kabupaten/Kota memiliki keleluasaan untuk mengelola rumah tangga daerahnya dengan prinsip otonomi daerah, Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah yang berbunyi sebagai berikut :
“Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada Daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah. Disamping penyelenggaraan Otonomi Daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah yang didukung oleh semangat otonomi, pelaksanaan yang berkualitas serta sarana dan prasarana yang memadai”
Menurut Pasal 1 Ayat (5) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengertian ini memberikan implikasi bahwa Pemerintah Pusat memberikan kewenangan seluas-luasnya kepada daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Daerah dengan inisiatifnya sendiri dapat menyelenggarakan Pemerintahan Daerah dengan membuat peraturan-peraturan daerah.
Luasnya kewenangan daerah otonomi ini terlihat dari ketentuan pasal 10 ayat (3) UU No.12 tahun 2008 yang menyatakan bahwa urusan Pemerintah Pusat adalah meliputi : (1) Politik Luar Negeri; (2) Pertahanan (3) Keamanan; (4) Yustisi; (5) Moneter dan fiskal nasional; dan (6)Agama, sementara di luar urusan itu, merupakan kewenangan pemerintah daerah untuk menyelenggarakannya.
(18)
Penyelenggaraan seluruh kewenangan di luar urusan Pemerintah Pusat ini, terdapat pembagian urusan yang terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Menurut Pasal 14 Undang-undang Nomor 12 tahun 2008, Urusan wajib yang menjadi urusan pemerintahan daerah untuk Kabupaten/Kota meliputi: (1) perencanaan dan pengendalian pembangunan; (2) perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang; (3) penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; (4) penyedian sarana dan prasarana umum; (5) penanganan bidang kesehatan; (6) penyelenggaraan pendidikan; (7) penanggulangan masalah sosial; (8) pelayanan bidang ketenagakerjaan; (9) fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; (10) pengendalian lingkungan hidup; (11) pelayanan pertanahan; (12) pelayanan kependudukan dan catatan sipil; (13) pelayananan administrasi umum pemerintahan; (14) pelayanan adiminstrasi penanaman modal; (15) penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan (16) urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Sementara urusan pilihan pemerintah daerah meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
Sejarah yang panjang telah mencatat dan mengokohkan bahwa prinsip dasar kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat dalam kehidupan negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Negara mempunyai suatu pemerintahan yang berfungsi sebagai kesatuan organisasi. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mengemban amanat untuk menjalankan tugas pemerintahan melalui peraturan perundang-undangan.
(19)
Dalam suatu sistem pemerintahan yang demokratis, pembuatan undang-undang dan penggunaan sumber daya publik harus dapat membawa kewajiban bagi pihak yang memperoleh mandate agar melaksanakan tugas-tugas tersebut untuk mempertanggungjawabkan atas tindakan mereka secara terbuka kepada rakyat dan stakeholder yang telah memberikan mandat tersebut. Untuk menyelenggarakan pemerintahan, pemerintah memungut jenis pendapatan dari rakyat yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada rakyat, pelaksanaan pembangunan dan banyak kegiatan yang harus dilaksanakan. Untuk dapat melaksanakan tujuan tersebut, Pemerintah Daerah diberi wewenang untuk melaksanakan urusan pembangunan sebagai urusan rumah tangganya sendiri yang disebut dengan otonomi.
Sebagaimana yang dimaksudkan di dalam Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang diamandemen dengan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diamandemen dengan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Salah satu wewenang yang menjadi urusan rumah tangganya sendiri adalah bidang keuangan daerah. Pengurus keuangan ini di antaranya adalah penyelenggaraan penyusunan pertanggungjawaban dan pengawasan Keuangan Daerah sebagaimana yang dimaksud di dalam Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005.
(20)
TAP MPR No. XV/MPR/1998 tentang “Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan serta Perimbangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia” merupakan landasan hukum bagi dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 sebagai dasar penyelenggaraan otonomi daerah (Mardiasmo, 2002: 58).
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, maka diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik dalam rangka mengelola dana dengan sistem desentralisasi secara transparan, efisien, efektif dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu pemikiran yang cerdas melalui inovasi sistem informasi akuntansi (Indra Bastian, 2002: 110).
Sistem informasi akuntansi ini dirancang sedemikian rupa oleh suatu organisasi sehingga dapat memenuhi fungsinya yaitu menghasilkan informasi akuntansi yang releven, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Dengan sistem informasi akuntansi yang layak dapat dihasilkan suatu laporan yang mampu memberikan berbagai informasi yang berguna bagi pihak-pihak pengambil keputusan. Kemampuan untuk mengelola informasi secara efektif di dalam pemerintahan sangat penting karena dapat menjadi dasar untuk memperoleh Good Government Governance. Hal ini dalam mengelola keuangan rumah tangganya sendiri, pemerintah harus mampu melaksanakan sistem pengelolaan keuangan yang baik. Sebuah sistem informasi akuntansi
(21)
yang layak merupakan syarat utama suatu pengelolaan keuangan yang baik, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari setiap organisasi.
Mengingat begitu pentingnya penerapan sistem informasi akuntansi dalam suatu organisasi pemerintahan, maka tidak dapat dibayangkan bagaimana jadinya kalau suatu organisasi tidak memiliki sistem informasi akuntansi yang memadai. Instansi tersebut mungkin tidak dapat memproses transaksinya secara jelas, terinci dan terstruktur. Kemudian instansi pemerintahan tersebut mungkin tidak akan memperoleh informasi yang berkualitas yang diperlukan untuk dijadikan dasar dalam mengambil keputusan yang menyangkut aktivitas dan kelangsungan hidup organisasi. Dalam rangka penerapan sistem informasi akuntasi, pelaksanaan sistem ini tidak ada jaminan bahwa tidak terdapat kesalahan atau penyimpangan sehingga diperlukan metode pengawasan intern yang memadai dan dapat memberikan bantuan untuk memverifikasi transaksi penggunan dana sesuai dengan tujuannya serta mengecek otoritas, efisiensi dan keabsahan pembelajaran dana. Oleh karena itu, sangat penting dalam suatu pemerintahan mempunyai sistem informasi akuntansi yang mengedepankan orang-orang, prosedur, data, software dan infrastruktur teknologi informasi yang nantinya akan menghasilkan informasi akuntansi berupa laporan keuangan yang sangat diperlukan dalam dunia pemerintahan.
Dengan sistem informasi akuntansi diharapkan semuanya akan berjalan terstruktur dan sesuai dengan prosedur/pedoman yang berlaku yang menggambarkan tahapan dalam proses, sehingga akan dihasilkan informasi keuangan yang berkualitaas dan akurat terutama laporan keuangan yang
(22)
keberadaannya sangat penting dan dibutuhkan pertanggungjawabannya. Apabila sistem informasi yang dikelola telah baik, maka kualitasnya pun akan baik. Karena salah satu kriteria sistem informasi akuntansi yang baik adalah menghasilkan informasi yang berkualitas. Pengelolaan keuangan dilaksanakan berdasarkan penatausahaan keuangan, pelaksanaan sistem ini tidak ada jaminan bahwa tidak terdapat kesalahan atau penyimpangan sehingga diperlukan metode pengawasan intern yang memadai dan dapat memberikan bantuan untuk memverifikasi transaksi-transaksi agar dapat telusuri dana-dana sesuai dengan tujuannya serta mengecek otoritas, efisiensi dan keabsahan pembelajaran dana. Oleh kerena itu pemerintah perlu memiliki sistem informasi akuntansi yang tidak saja berfungsi sebagai alat pengendalian transaksi keuangan, akan tetapi sistem informasi akuntansi tersebut hendaknya mendukung pada pencapaian kinerja. Karena penilaian Pemerintah yang baik dapat dilihat dari pencapaian kinerja Pemerintah itu sendiri, pengukuran dalam pencapaian kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang baik.
Pada Pemerintahan Kabupaten Tanggamus Pengawasan secara intern di masing-masing organisasi dilakukan oleh atasan langsung dan oleh Inspektorat Kabupaten Tanggamus dengan melakukan pemeriksaan reguler. Hasil pemeriksaan ditinjau dari Sistem Pengendalian Intern, mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan masih ditemukan kelemahan pada bidang pengawasan terutama pengawasan atasan langsung kepada bawahan, ditemukan penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
(23)
disebabkan oleh lemahnya pengawasan atasan langsung. Sebagai contoh: Kantor Inspektorat di Kabupaten Tanggamus Kepulauan yang memiliki fungsi dalam melakukan pengawasan kinerja pemerintahan daerah. Dimana salah satu misi yang ingin dicapai adalah dengan mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan manajemen pemerintahan daerah. Kemudian fungsi lainnya adalah dengan melakukan pengawasan, pemeriksaan, penilaian dan pengusutan atas dua azas, yaitu : Badan Pengawasan Daerah Provinsi sebagai wujud vertikalnya, dan Bupati sebagai sumber penerimaan tugas, sehingga untuk menunjang pelaksanaan tenaga pengawasan maka digunakan tenaga pengawas atau pembantu pengawasan, yang diperlukan penandatanganan dalam surat perintah tugas pemeriksaan dan penilaian. Sedang pengusutan dilakukan sendiri oleh Inspektorat Daerah Kabupaten Tanggamus.
Hal ini menggambarkan bahwa kinerja Pemerintahan belum dinyatakan baik, oleh karena itu dilakukannya pengawasan intern dan sistem informasi akauntansi yang baik dapat menggambarkan bagaimana kinerja pemerintahan untuk menunjukan pencapaian hasil yang dicapai. Dalam hal ini, pelaksanaan pengawasan yang efektif dan efisien sangat penting untuk menghindari adanya penyimpangan yang terjadi sebagai bagian dari sistem informasi akuntansi. Oleh karena itu, para pemimpin harus mengetahui siklus pencatatan yang ada pada sistem informasi akuntansi yang menggambarkan tahapan dalam proses.
(24)
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: Pengawasan Insepektorat Daerah Terhadap Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah: Bagaimanakah pengawasan Insepektorat Daerah Terhadap Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengawasan Insepektorat Daerah Terhadap Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus.
D. Kegunaan Penelitian
Terkait dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan
1. Secara teoritis, turut menyumbangkan yeori-teori ilmu pemerintahan, terutama tentang teori manajemen pemerintahan daerah.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi Insepektorat Daerah, dalam hal ini kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus.
(25)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengawasan
1. Pengertian
Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.Controlling is the process of measuring performance and taking action to ensure desired results (Schermerhorn, 2002: 12).
Berdasarkan uraian di atas, menurut peneliti pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya. Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. The process of ensuring that actual activities conform the planned activities. (Stoner, Freeman & Gilbert, 2005: 114)
Menurut Winardi (1998: 78) pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu
(26)
penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan. Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka perencanaan yang diharapkan oleh manajemen dapat terpenuhi dan berjalan dengan baik.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.
Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya.” Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna pula sebagai: “pengamatan atas
(27)
pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan.” atau “suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya”
Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai sebagai “proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan.” Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri.
2. Maksud dan Tujuan Pengawasan
a. Maksud Pengawasan
Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan dan untuk mencapai tujuan dari pemerintah yang telah direncanakan maka perlu ada pengawasan, karena
(28)
dengan pengawasan tersebut serta tuuan akan dicapai yang dapat dilihat dengan berpedoman rencana (planning) yang ditetapkan terlebih dahulu oleh pemerintah sendiri (Situmorang, 1998: 22).
Pengawasan diadakan dengan maksud untuk:
a) Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak
b) Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat pegawai dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan-kesalahan-kesalahan-kesalahan baru.
c) Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah direncanakan
d) Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak. e) Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah
ditetapkan dalam planning yaitu standard.
Sedangkan menurut Leonard D. White (1998: 23) maksud dari pengawasan adalah:
a) Untuk menjamin bahwa kekuasaan itu digunakan untuk tujuan yang diperintah dan mendapat dukungan serta persetujuan dari rakyat
b) Untuk melindungi hak asasi manusia yang telah dijamin oleh undang-undang dari pada tindakan penyalahgunaan kekuasaan
Sedangkan menurut Arifin Abdul Rachman (2001: 23), maksud dari pengawasan adalah:
(29)
a) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
b) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
c) Untuk mengetahui apakah kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan dan kegagalan-kegagalan, sehingga dapat diadakan perubahan-perubahan untuk memperbaiki serta mencegah pengulangan kegiatan yang salah.
d) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan apakah tidak dapat diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut, sehingga mendapat efisiensi yang lebih besar
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah suatu hal yang sangat penting terlebih-lebih dalam Negara-negara berkembang, karena dalam Negara berkembang pembangunan dilaksana sangat pesat sedang tenaga atau personil belum siap mental dalam melaksanakan pembangunan tersebut, sehingga mungkin saja terjadi kesalahan, kecurangan dan kelalaian.
b. Tujuan Pengawasan
Menurut Arifin Abdul Rachman (2001: 23) pengawasan mempunyai tujuan sebagai berikut:
1) Menjamin ketetapan pelaksanaan sesuai dengan rencana, kebijakan dan perintah
(30)
2) Menertibkan koordinasi kegiatan-kegiatanMencegah pemborosan dan penyelewengan
3) Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang atau jasa yang dihasilkan
4) Membina kepercayaan masayrakat terhadap kepemimpinan organisasi Dengan demikian mengenai tujuan pengawasan yang sangat erat kaitannya dengan rencana dari suatu organisasi.
c. Indikator Pengawasan
Menurut Arifin Abdul Rachman (2001: 23), salah satu indikator keberhasilan suatu organisasi pemerintah dalam mencapai tujuannya banyak ditentukana oleh keberhasilan pengawasan. Jika pengawasan berjalan dengan baik maka pengawasan merupakan unsur paling pokok dalam menentukan keberhasilan suatu program. Keberhasilan program pengawasan sendiri dapat dilihat dari berbagai macam indikator sebagai berikut:
1) Indikator meningkatnya disiplin, prestasi dan pencapaian sasaran pelaksanaan tugas, antara lain:
a) Rencana yang disusun dapat menggambarkan adanya sasaran yang jelas dan dapat diukur, terlihat kaitan antara rencana dengan program dan anggaran
b) Tugas dapat selesai sesuai dengan rencana, baik dilihat dari aspek fisik maupun biaya
2) Indikator berkurangnya penyalahgunaan weweang yaitu berkurangnya tuntutan masyarakat terhadap pemerintah
(31)
3) Indikator berkurangnya kebocoran, pemborosan dan pungutan liar antara lain:
a) Kualitas dan kuantitas kasus-kasus penyimpangan, penyelewengan, kebocoran, pemborosan dapat dikurangi sebagaimana laporan pengawasan fungsional dan laporan pengawasan lainnya
b) Berkurangnya tingkat kesalahan dalam pelaksanaan tugas
d. Beberapa kendala dalam pengawasan
Ada beberapa kendala dalam pengawasan, yaitu:
1) Adanya sementara pejabatan yang “Salah kaprah” terhadap tugas pengawasan yang dilaksanakannya
2) Adanya iklim budaya seolah-olah pengawasan hanya semata-mata mencari kesalahan
3) Adanya perasaan enggan melaksanakan pengawasan
4) Adanya perasaan “ewuh pekewuh” dalam melaksanakan pengawasan. Hal ini disebabkan karena seolah-olah nampak adanya kontroversi dalam melaksanakan tugas termasuk pengawasan.
5) Masih kurangnya penguasaan atasan terhadap substansi masalah yang diawasi
6) Pimpinan “kecipratan” atau terlibat sendiri dalam penyimpangan atau bahkan adanya kolusi (persekongkolan) antara atasan dan bawahan.
Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu
(32)
sistem pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external control). Di samping mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control).
Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya
penyimpangan atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:
a. Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan; b. Menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;
c. Mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.
Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu: a. Pengawasan Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.” Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri.
Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan
(33)
tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai secara obyektif aktivitas pemerintah.
2. Pengawasan Preventif dan Represif
Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan.” Lazimnya, pengawasan ini dilakukan pemerintah dengan maksud untuk menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal.
Di sisi lain, pengawasan represif adalah “pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan model ini lazimnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dan pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.
(34)
3. Pengawasan Aktif dan Pasif
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui “penelitian dan pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.” Di sisi lain, pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.”
4. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid). Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara, pengawasan ditujukan untuk menghindari terjadinya “korupsi, penyelewengan, dan pemborosan anggaran negara yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri.” Dengan dijalankannya pengawasan tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggung jawaban anggaran dan kebijakan negara dapat berjalan sebagaimana direncanakan.
(35)
B. Kinerja
1. Definisi
Menurut Maryoto, (2000:91), kinerja pegawai adalah hasil kerja selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misal standar, target/sasaran atau kriteria yang telah disepakati bersama. Gibson (1996:70) menyatakan kinerja adalah hasil yang diinginkan dari perilaku. Kinerja individu merupakan dasar dari kinerja organisasi.
Penilaian kinerja mempunyai peranan penting dalam peningkatan motivasi ditempat kerja. Penilaian kinerja ini (performance appraisal) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien. Pegawai menginginkan dan memerlukan balikan berkenaan dengan prestasi mereka dan penilaian menyediakan kesempatan untuk memberikan balikan kepada mereka jika kinerja tidak sesuai dengan standar, maka penilaian memberikan kesempatan untuk meninjau kemajuan pegawai dan untuk menyusun rencana peningkatan kinerja. (Dessler 1992:536).
Menurut Dessler (1992:514) ada 5 (lima) faktor dalam penilaian kinerja, yaitu: a. Kualitas pekerjaan meliputi: akuisi, ketelitian, penampilan dan penerimaan
keluaran;
b. Kuantitas Pekerjaan meliputi: volume keluaran dan kontribusi;
c. Supervisi yang diperlukan, meliputi: membutuhkan saran, arahan atau perbaikan;
(36)
d. Kehadiran meliputi: regularitas, dapat dipercaya/diandalkan dan ketepatan waktu;
e. Konservasi meliputi: pencegahan, pemborosan, kerusakan dan pemeliharaan.
Pengertian prestasi kerja disebut juga sebagai kinerja atau dalam bahasa Inggris disebut dengan performance. Pada prinsipnya, ada istilah lain ang lebih menggambarkan pada “prestasi” dalam bahasa Inggris yaitu kata “achievement”. Tetapi karena kata tersebut berasal dari kata “to achieve” yang berarti “mencapai”, maka dalam bahasa Indonesia sering diartikan menjadi “pencapaian” atau “apa yang dicapai”. (Ruky, 2009:15)
Bernardin dan Russel (2003:378) memberikan definisi tentang prestasi kerja sebagai berikut : “performance is defined as the record of outcome produced
on a specified job function or activity during a specified time period” (Prestasi kerja didefinisikan sebagai catatan dari hasil-hasil yang diperoleh melalui fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama tempo waktu tertentu). Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa prestasi kerja lebih menekankan pada hasil atau yang diperoleh dari sebuah pekerjaan sebagai kontribusi pada instansi.
Rahmanto (2003: 49) menyebutkan prestasi kerja atau kinerja sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang bisa dicapai oleh seseorang, unit, atau divisi, dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan instansi. Blanchard dan Spencer (1982:100) menyebutkan penilaian prestasi kerja merupakan proses organisasi yang
(37)
mengevaluasi prestasi kerja Pegawai terhadap pekerjaannya. Esensinya, supervisor dan Pegawai secara formal melakukan evaluasi terus menerus. Kebanyakan mereka mengacu pada prestasi kerja sebelumnya dan mengevaluasi untuk mengetahui apa yang akan dilakukan selanjutnya. Ketika prestasi kerja tidak memenuhi syarat, maka manajer atau supervisor harus mengambil tindakan, demikian juga apabila prestasi kerjanya bagus maka perilakunya perlu dipertahankan.
Berdasarakan uraian di atas, maka secara sederhana kinerja dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh seorang pegawai selama periode waktu tertentu pada bidang pekerjaan tertentu. Seorang pegawai yang memiliki kinerja yang tinggi dan baik dapat menunjang tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk dapat memiliki kinerja yang tinggi dan baik, seorang pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya harus memiliki keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan pekerjaan yang dimilikinya.
Menurut Johns (1996:167) pengertian kinerja adalah suatu tingkat peranan anggota organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi, peranan yang dimaksud adalah pelaksanaan suatu tindakan untuk menjalankan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Menurut Robbins (1996:75) kinerja pegawai dapat dilihat dalam 3 kriteria, yaitu :
1. Pertama adalah hasil-hasil tugas individual. Menilai hasil tugas pegawai dapat dilakukan pada suatu badan usaha yang sudah menetapkan standar kinerja sesuai dengan jenis pekerjaan, yang dinilai
(38)
berdasarkan periode waktu tertentu. Bila pegawai dapat mencapai standar yang ditentukan berarti hasil tugasnya baik.
2. Kedua adalah perilaku, perusahaan tentunya terdiri dari banyak pegawai baik bawahan maupun atasan dan dapat dikatakan sebagai suatu kelompok kerja yang mempunyai perilaku masing-masing berbeda karena itu seorang pegawai dituntut untuk memiliki perilaku yang baik dan benar sesuai pekerjaan masing-masing.
3. Ketiga adalah ciri atau sifat, ini merupakan bagian terlemah dari kriteria kinerja yang ada. Ciri atau sifat pegawai pada umumnya berlangsung lama dan tetap sepanjang waktu, tetapi adanya perubahan-perubahan dan campur tangan dari pihak luar seperti diadakannya pelatihan akan mempengaruhi kinerja dalam beberapa hal.
Dari pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang baik berupa produk atau jasa dan dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaannya sesuai dengan beban tugas yang harus dilaksanakan dengan disertai adanya standart kerja yang telah ditentukan. Prestasi kerja yang baik merupakan langkah awal untuk menuju tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu perlu diupayakan untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai, meskipun hal tersebut tidaklah mudah karena banyaknya faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah penilaian prestasi kerja itu sendiri.
(39)
2. Penilaian Kinerja
Prestasi pegawai dibawah standar mungkin disebabkan sejumlah faktor, mulai dari keterampilan kerja yang buruk sehingga motivasi yang tidak cukup atau suasana kerja yang buruk. Dalam kasus seorang pegawai yang memiliki sikap jelek serta tingkat keterampilan rendah, masalah utama mungkin dalam proses seleksi dan biaya yang besar untuk memperbaiki keterampilan maupun sikap sehingga pegawai tersebut lebih baik dipindahkan atau diberhentikan. Seorang pegawai yang mempunyai tingkat keterampilan rendah tetapi memiliki sikap yang baik mungkin membutuhkan pelatihan.
Suatu strategi memotivasi tepat dilakukan dalam kasus ke tiga, yaitu seorang memiliki keterampilan tetapi tidak mempunyai keinginan. Dalam kasus-kasus lain, para pegawai mungkin berbakat dan bermotivasi, tetapi tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas kerja mereka karena keterbatasan wewenang atau sumber daya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini dibutuhkan strategi yang berbeda untuk memperbaiki kinerja yang buruk dalam empat kategori ini adalah penting untuk menentukan penyebab kegagalan pegawai. Setiap waktu yang digunakan dalam mencoba memotivasi pegawai yang tidak terlatih dengan baik, misalnya tentu saja akan sia-sia. Tidak ada yang salah dengan memotivasi, tetapi tidak tepat bagi masalah yang sedang dihadapi yang mungkin lebih baik diatasi melalui pelatihan keterampilan-keterampilan.
Pengertian kinerja menurut Bernardin dan Russel (2003:379) bahwa kinerja dilihat dari hasil pengeluaran produksi atas fungsi dari pekerjaan tertentu atau aktivitas selama periode tertentu. Pengertian kelompok menurut Robbins
(40)
(1996:294) adalah dua individu atau lebih, berinteraksi dan saling bergantung, yang menggabung untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Untuk mengukur kinerja kelompok dengan baik maka harus menggunakan kriteria yang tepat supaya dapat mengetahui kinerja yang sebenarnya telah dicapai oleh anggota kelompok.
Menurut Benardin dan Russel (2003:383) tentang penilaian kriteria yang terdiri dari 6 kriteria utama tentang kinerja, yaitu:
1. Kualitas yaitu penilaian untuk penggunaan cara kerja yang benar dan kesalahan hasil kerja tidak melampaui standar mutu yang ditetapkan. 2. Kuantitas yaitu untuk jumlah hasil yang sesuai dengan rencana-rencana
produksi dan dapat memanfaatkan target badan usaha.
3. Penghematan waktu yaitu penilaian untuk menyelesaikan pekerjaan dan mencapai hasil kerja yang tepat waktu serta dapat memanfaatkan waktu yang ada dengan baik.
4. Efisiensi biaya yaitu untuk menggunakan sarana dan prasarana produksi dengan hemat dan tidak sering melakukan kesalahan kerja sehingga tidak timbul pemborosan.
5. Keperluan untuk pengawasan yaitu untuk memiliki kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan standar pekerjaan serta bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan benar.
6. Dampak interpersonal yaitu penilaian untuk memiliki rasa percaya diri dan inisiatif sendiri dalam menyelesaikan pekerjaannya dan mau saling menghargai serta bekerja sama dengan anggotanya.
(41)
Handoko (1992:135) menjelaskan bahwa penilaian prestasi kerja adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja pegawai. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para pegawai tentang pelaksanaan kerja mereka. Indikator kinerja pegawai dikemukakan oleh Dwiyanto (1995: 58) sebagai berikut:
1. Prestasi Kerja
Adalah hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya, yang dipengaruhi oleh kecakapan, pengalaman dan kesungguhan yang bersangkutan.
2. Kesetiaan
Adalah kesanggupan untuk mentaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab yang dibuktikan melalui sikap dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
3. Tanggung Jawab
Adalah kesanggupan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu, serta berani memikul resiko atas keputusan yang diambil.
4. Ketaatan
Adalah kesanggupan seorang pegawai untuk mentaati segala peraturan perundangan dan kedinasan yang berlaku.
5. Kejujuran
Adalah ketulusan hati seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang.
(42)
6. Kerjasama
Adalah kemampuan seorang pegawai untuk bekerjasama dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga mencapai daya guna dan hasil guna secara optimal.
7. Prakarsa
Adalah kemampuan seorang pegawai untuk mengambil keputusan atau melaksanakan tindakan yang diperlukan dlam pelaksanaan tugas. 8. Kepemimpinan
Adalah kemampuan seorang pegawai untuk menyakinkan orang lain sehingga dapat dioptimalkan dalam pelaksanaan tugas/pekerjaan
C. Kerangka Fikir
Fungsi Pengawasan diperlukan untuk memastikan apakah apa yang telah direncanakan dan diorganisasikan berjalan sebagaimana mestinya atau tidak. Jika tidak berjalan sebagaimana semestinya, maka fungsi pengawasan juga melakukan proses untuk mengoreksi kegiatan yang sedang berjalan agar dapat tetap mencapai apa yang telah direncanakan.
Untuk kepentingan penelitian ini, kinerja dipandang sebagai hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan organisasi. Ukuran-ukuran kinerja ini meliputi kualitas kerja, dan kuantitas kerja. Kinerja selain dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpinnya,
(43)
juga dipengaruhi oleh karakteristik pegawai yang bersangkutan serta situasi yang terdapat pada lingkup organisasi.
Pengawasan adalah merupakan usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya apakah pekerjaan atau kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Prinsip pengawasan adalah bukan tujuan untuk mencari kesalahan atau siapa yang salah, akan tetapi tujuan pengawasan adalah untuk memahami apa yang salah demi untuk dilakukan tindakan korektif, sehingga dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan oleh karena itu segala kegiatan pengawasan mutlak untuk dilaksanakan.
Tugas pegawai dan kinerja pegawai dalam pencapaian tujuan yang diharapkan Meningkatkan kinerja pegawai dibutuhkan kemampuan dari pucuk pimpinan untuk memperhatikan kecakapan hubungan antar staf atau pegawai dalam melaksanakan pengawasan yang mana merupakan seluruh segenap aktivitas mengawasi, memeriksa, mencocokkan, mengendalikan segenap kegiatan pegawai yang tentunya akan mengarah kepada pembinaan para pegawai, sehingga pegawai dapat pula memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing serta mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan sebelumnya dan demikian tentunya akan berpengaruh pada peningkatan kinerja pegawai.
Sehubungan dengan sifat dari pekerjaan serta keadaan yang selalu dinamis dan selalu berkembang sebagai akibat tuntutan pelaksanaan pembangunan agar berjalan tertib dan lancar maka diperlukan pegawai yang benar-benar cakap,
(44)
terampil dan tangguh dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya, terutama Pegawai Negeri Sipil yang berada dalam lingkup Badan.
Penelitian ini memiliki perbedaan keterbatasan dalam peneilitian terdahulu adalah tempat penelitiannya di kabupaten Tanggamus sedangkan sekarang adalah di Inspektorat Provinsi Jawa Barat. Adapun faktor apa saja yang mempengaruhi tentang Pengawasan Fungsional terhadap Kinerja Pemerintah Daerah tersebut. Perbaiki kinerja Sumber Daya Manusia-nya yang selama ini rendah.
Menurut PP Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Dalam surat keputusan tersebut, untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik oleh aparatur pemerintah diberikan arahan mengenai prinsip-prinsip pelayanan publik, yaitu antara lain prinsip kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan dan tanggung jawab serta kedisiplinan.
Kinerja Pemerintah Daerah perlu dikembangkan agar dalam kinerjanya dapat mencapai suatu tujuan yang tepat dengan sesuai peraturan perundang– undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan untuk dapat suatu kinerja yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan terhadap kinerja pemerintah daerah yang akurat dapat dipercaya dan tepet sasaran, serta terciptanya kinerja pemerintah daerah yang sentralistik kepada desentralistik. Berdasarkan fokus penelitian, berikut adalah gambar dari kerangka pikir :
(45)
Inspektorat Daerah
Pengawasan Indikator:
1. Berkurangnya
penyalahgunaan wewenang dan Berkurangnya
kebocoran, pemborosan dan pungutan liar.
2. Disiplin, prestasi dan pencapaian sasaran pelaksanaan tugas.
Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus:
1. Prestasi Kerja 2. Kesetiaan
3. Tanggung Jawab 4. Ketaatan
5. Kejujuran 6. Kerjasama 7. Prakarsa 8. Kepemimpinan
(46)
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Maleong, Lexy J, 2005: 48).
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dan kawasannya dan dalam peristilahannya.
Penelitian deskriptif ini digunakan untuk meneliti objek dengan cara menuturkan, menafsirkan data yang ada, dan pelaksanaannya melalui pengumpulan, penyusunan, analisa dan interpretasi data yang diteliti pada masa sekarang. Tipe penelitian ini dianggap sangat relevan untuk dipakai karena menggambarkan keadaan objek yang ada pada masa sekarang secara kualitatif berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian. Penelitian deskriptif
(47)
dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan secara jelas dan faktual tentang pengawasan Insepektorat Daerah Terhadap Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus.
B. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian adalah pengawasan Insepektorat Daerah Terhadap Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus yang terdiri dari:
1. Pengawasan Inspektorat Daerah dengan indikator:
1) Indikator meningkatnya disiplin, prestasi dan pencapaian sasaran pelaksanaan tugas, antara lain:
a) Rencana yang disusun dapat menggambarkan adanya sasaran yang jelas dan dapat diukur, terlihat kaitan antara rencana dengan program dan anggaran
b) Tugas dapat selesai sesuai dengan rencana, baik dilihat dari aspek fisik maupun biaya
2) Indikator berkurangnya penyalahgunaan wewenang yaitu berkurangnya tuntutan masyarakat terhadap pemerintah
3) Indikator berkurangnya kebocoran, pemborosan dan pungutan liar antara lain:
a) Kualitas dan kuantitas kasus-kasus penyimpangan, penyelewengan, kebocoran, pemborosan dapat dikurangi sebagaimana laporan pengawasan fungsional dan laporan pengawasan lainnya
(48)
2. Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus dengan indikator: a. Prestasi Kerja
b. Kesetiaan
c. Tanggung Jawab d. Ketaatan
e. Kejujuran f. Kerjasama g. Prakarsa h. Kepemimpinan
C. Informan
Menurut Spardly dan Fasial (1990) informan harus memenuhi beberapa kriteria yang perlu dipertimbangan yaitu:
1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan satu kegiatan atau medan aktifitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian, dan ini bisasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi di luar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.
2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan kegiatan yang menjadi sasaran atau penelitian
3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai informasi
Adapun penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling dimana informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria-kriteria ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
(49)
Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah
1. Kepala Inspektorat Daerah Kabupaten Tanggamus 1 orang 2. Inspektur Pembantu Wilayah IV Kabupaten Tanggamus 1 orang
a. Ketua Tim 1 orang
b. Anggota 3 orang
3. Kepala Bidang Pendidikan Dasar 1 orang
4. Kepala Bidang Pendidikan Menengah 1 orang
5. Kepala Bidang Pendidikan Khusus Non Formal dan Informal 1 orang 6. Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan 1 orang 10 orang D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data melalui:
1. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam rangka pengumpulan data sekunder seperti data tentang gambaran pengawasan Insepektorat Daerah Terhadap Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus.
2. Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk mengungkap keterangan dari responden dengan menggunakan wawancara mendalam (indeepth interview). Sebelum wawancara dimulai, peneliti menceritakan terlebih dahulu pokok-pokok penelitian, kemudian subyek penelitian dibiarkan bercerita tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pengawasan
(50)
Insepektorat Daerah Terhadap Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus.
3. Observasi
Digunakan peneliti dalam rangka pengamatan pada pengawasan Insepektorat Daerah Terhadap Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian yang akan dilakukan yaitu bersifat kualitatif yaitu menurut Arikunto (2007: 27), bahwa penelitian kualitatif adalah data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Dengan analisis kualitatif ini diharapkan dapat menjawab dan memecahkan masalah dengan melakukan pemahaman dan pendalaman secarah menyeluruh dan utuh dari objek yang akan diteliti guna mendapatkan kesimpulan sesuai sesuai dengan kondisi. 1. Reduksi Data
Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, mengabstrakan, dan transpormasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Dimana setelah penulis memperoleh data maka data yang penulis peroleh itu harus lebih dulu dikaji kelayakannya, dengan memilih data mana yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini.
(51)
2. Display (Penyajian Data)
Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian ini penulis menyajikan data yang dibutuhkan dengan menarik kesimpulan dan tindakan dalam penyajian data.
3. Verifikasi (Menarik Kesimpulan)
Kesimpulan selama penelitian berlangsung makna-makna yang muncul dari data yang diuji kebenaranya, kekokohannya dan kecocokannya yang jelas kebenaranya dan kegunaannya. Setelah seluruh data yang penulis peroleh, penulis harus benar-benar menguji kebenaranya untuk mendapatkan kesimpulan yang jelas dari data-data itu, sehingga diperoleh kesimpulan yang jelas kebenarannya dan kegunaannya.
(52)
IV. GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus
Sejarah perkembangan wilayah Tanggamus dimulai tahun 1889 saat Belanda masuk Kotaagung. Saat itu pemerintahannya dipimpin seorang Kontroller. Pada waktu itu pemerintahan telah dilaksanakan oleh Pemerintah Adat yang terdiri dari lima marga, yakni Marga Gunung Alip (Talangpadang), Marga Benawang, Marga Belunguh, Marga Pematang Sawa, dan Marga Ngarip. Masing-masing marga dipimpin oleh seorang Pasirah yang membawahi beberapa kampung. Selanjutnya pada tahun 1944 berdiri pemerintahan kecamatan dan kewedanaan.
Pada tahun 1953 juga berdiri pemerintahan negeri yang menghapus pemerintahan adat/marga. Pada masa Pemerintahan Kewedanaan, Kotaagung mengoordinasi empat kecamatan, yaitu Kotaagung, Wonosobo, Cukuhbalak, dan Talangpadang yang mencakup Kecamatan Pulau Panggung. Pada tahun 1964 Pemerintahan Kewedanaan dihapus, lalu Pemerintahan Negeri juga menyusul dihapus pada tahun 1971. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No.2 Tahun 1997 tertanggal 3 Januari 1997 Kabupaten Tanggamus resmi berdiri dengan Kotaagung sebagai ibukota dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Lampung Selatan.
(53)
Sejalan dengan dinamika perkembangan masyarakat adat di Kabupaten Tanggamus, pada tanggal 12 Januari 2004 Kepala Adat Saibatin Marga Benawang merestui berdirinya Marga Negara Batin yang merupakan sempalan Marga Benawang. Dengan berdirinya Marga Negara Batin itu, masyarakat adat yang pada tahun 1889 terdiri dari lima marga, sekarang sudah menjadi enam marga. Pada awal berdirinya, Kabupaten Tanggamus bergerak dengan 11 kecamatan dan enam wilayah perwakilan kecamatan. Sejak tahun 2005 jumlah kecamatan di kabupaten yang terkenal dengan Gunung Tanggamus-nya ini berkembang menjadi 24 kecamatan dengan 324 pekon (desa).
Kabupaten Tanggamus memiliki penduduk 833.747 jiwa, terdiri dari 435.011 laki-laki dan 398.736 perempuan. Sebagian besar penduduk menggantungkan hidup sebagai petani. Berdasarkan kepadatan penduduk, Pringsewu merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya di Tanggamus, yakni 1.481 jiwa/km2. Sedangkan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Pematang Sawa, yaitu hanya 82 jiwa/km2 Kabupaten Tanggamus bagian barat semakin ke utara condong mengikuti lereng Bukit Barisan. Bagian selatan meruncing dan mempunyai sebuah teluk yang besar, Teluk Semangka. Di teluk ini terdapat sebuah pelabuhan yang merupakan pelabuhan antar-pulau dan terdapat tempat pendaratan ikan.
Batas-batas wilayah administratif Kabupaten Tanggamus, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat dan Lampung Tengah, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah Barat berbatasan
(54)
dengan Kabupaten Lampung Barat, dan Sebelah Timur dengan Kabupaten Lampung Selatan.
Luas wilayah Kabupaten Tanggamus tercatat 3.356,61 km2 dengan topografi wilayah bervariasi antara dataran rendah dan dataran tinggi. Sebagian merupakan daerah berbukit sampai bergunung, yakni sekitar 40 persen dari seluruh wilayah kabupaten. Potensi sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Tanggamus sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Selain itu masih terdapat beberapa sumber daya alam lain yang potensial untuk dikembangkan, antara lain pertambangan emas, bahan galian seperti granit dan marmer. Di samping itu, juga terdapat sumber air panas dan panas bumi yang memungkinkan untuk dikembangkan menjadi pembangkit energi listrik alternatif.
B. Gambaran Umum Inspektorat Kabupaten Tanggamus
1. Tugas dan Fungsi Inspektorat Tanggamus
Inspektorat Kabupaten dalam melaksanakan tugas dengan menyelenggarakan fungsi yaitu :
1. Inspektur, dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya bertanggung jawab .langsung kepada Bupati dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah Kabupaten.
2. Sekretariat Inspektorat Kabupaten mempunyai tugas menyiapkan bahan koordinasi pengawasan dan memberikan pelayanan administratif dan fungsional kepada semua unsur di lingkungan Inspektorat Kabupaten.
(55)
Sekretariat Inspektorat Kabupaten dalam menyelenggarakan tugas diatas dengan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan bahan koordinasi dan pengendalian rencana dan program kerja pengawasan
b. Penghimpunan, pengelolahan, penilaian dan penyimpanan laporan hasil pengawasan aparat pengawasan fungsional daerah
c. Penyusunan bahan data dalam rangka pembinaan teknis fungsional
d. Penyusunan, penginventarisasian dan pengoordinasian dan data dalam rangka penatausahaan proses penanganan pengaduan, dan
e. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, surat menyurat dan rumah tangga.
Sekretariat Inspektorat Kabupaten dimaksud terdiri atas :
a. Subbagian Perencanaan, mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan dan pengendalian rencana/program kerja pengawasan, menghimpun dan menyiapkan rancangan peraturan perundang-undangan, dokumentasi dan pengolahan data pengawasan.
Uraian tugas Subbagian Perencanaan meliputi :
1) Pengoordinasian penyiapan rencana/program kerja pengawasan dan fasilitasi, 2) Penyusunan anggaran inspektorat,
3) Penyiapan laporan dan statistisk inspektorat, 4) Penyiapan peraturan perundang-undangan, dan
(56)
b. Subbagian Evaluasi dan Pelaporan, mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan, menghimpun, mengolah, menilai dan menyimpan laporan hasil pengawasan aparat pengawasan fungsional dan melakukan administrasi pengaduan masyarakat serta menyusun laporan kegiatan pengawasan.
Uraian tugas Subbagian Evaluasi dan Pelaporan meliputi :
1) Penginventarisasian hasil pengawasan dan tindak lanjut hasil pengawasan, 2) Pengadministrasian laporan hasil pengawasan,
3) Pelaksanaan evaluasi laporan hasil pengawasan, 4) Penyusunan statistik hasil pengawasan, dan 5) Penyelenggaraan kerjasama pengawasan.
c. Subbagian Administrasi dan Umum, mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, penatausahaan surat menyurat dan urusan rumah tangga.
Uraian tugas Subbagian Administrasi dan Umum meliputi : 1) Pengelolaan urusan tata usaha surat menyurat dan kearsipan, 2) Pengelolaan administrasi, pengkajian, analisis pelaporan, 3) Pengelolaan urusan kepegawaian,
4) Pengelolaan urusan perlengkapan dan rumah tangga, dan 5) Pengelolaan urusan keuangan.
3. Inspektur Pembantu, mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dan kasus pengaduan. Inspektur Pembantu pada Inspektorat Kabupaten dalam melaksanakan tugas diatas dengan menyelenggarakan fungsi :
(57)
a. Pengusulan program pengawasan diwilayah, b. Pengoordinasian pelaksanaan pengawasan,
c. Pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, dan d. Pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan.
Inspektur Pembantu terdiri dari : (a) Inspektur Pembantu Wilayah I, (b) Inspektur Pembantu Wilayah II, (c) Inspektur Pembantu Wilayah III, dan (d) Inspektur Pembantu Wilayah IV.
Inspektur Pembantu Wilayah pada Jnspektorat Kabupaten membawahi wilayah kerja pembinaan dan pengawasan pada instansi/satuan kerja di lingkungan pemerintah kabupaten dan kecamatan serta desa/kelurahan.
Masing-masing Inspektur Pembantu Wilayah terdiri atas Kelompok Jabatan Funsional Auditor dan Jabatan Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah :
(58)
2. Struktur Organisasi.
Bagan Struktur Organisasi Inspektor Kabupaten Tanggamus sebagai berikut :
2.2 Sumber Daya Inspektorat Kabupaten Tanggamus 2.2.1 Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan Jumlah Jabatan
No Jabatan Formasi Terisi Keterangan
1. Eselon II 1 1 -
2. Eselon III 5 5 -
3. Eselon IV 3 3 -
4. Fungsional Auditor 20 5 -
5. Fungsional U2PD 46 22 -
INSPEKTUR KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SKRETARIS KASUBBAG ADMINISTRASI DAN UMUM KASUBBAG PERENCANAAN KASUBBAG EVALUASI DAN PELAPORAN INSPEKTUR PEMBANTU WILAYAH 1 INSPEKTUR PEMBANTU WILAYAH II INSPEKTUR PEMBANTU WILAYAH III INSPEKTUR PEMBANTU WILAYAH IV
(59)
Jumlah Pegawai berdasar Golongan
No Jabatan Laki-laki Wanita Jumlah
1. Golongan IV/c 1 - 1
2. Golongan IV/b 1 - 1
3. Golongan IV/a 3 1 4
4. Golongan III/d 5 - 5
5. Golongan III/c 6 1 7
6. Golongan III/b 3 3 6
7. Golongan III/a 5 7 12
8. Golongan II/d - - -
9. Golongan II/c 2 - 2
10. Golongan II/b 2 - 2
11. Golongan II/a - - -
12. Golongan I/c - - -
Jumlah 41
Jumlah Pegawai berdasar Pendidikan
No Jabatan Laki-laki Wanita Jumlah
1. Magister S-2 9 5 14
2. Sarjana S-1 13 9 23
3. Sarmud / D III 2 2
4. SLTA 2 2
(60)
Sarana dan prasarana
Kendaraan Operasional Roda 4 Kendaraan Operasional Roda 2 Komputer Laptop Note Book Printer Projector Kamera Hardist External Gedung Perkantoran Televisi Gensheet Mesin Rumput Werless Meja Biro Meja ½ Biro Filling Kabinet Etalase
Lemari Kayu Lemari Besi
Lemari Kayu Kecil Kursi Tamu/ Sofa Kursi Lipat Kursi Kayu Kursi Putar
Kursi Kayu Panjang Meja Ruang Tunggu Kursi Putar Direktur Pesawat Telepon Mesin Fax : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : 2 6 8 4 6 14 1 2 3 1 3 1 1 1 11 33 14 5 9 2 6 2 35 12 18 2 2 7 2 1 Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
(61)
Kotak Berangkas Mesin Tik Meja Komputer AC Teralis Jam Dinding Hordeng : : : : : : : 1 5 7 4 7 8 1 Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
2.3 Kinerja Pelayanan Irispektorat Kabupaten Tanggamus 2.3.1 Kondisi Inspektorat sekarang
Pengawasan merupakan bagian integral dari sistem manajemen modern termasuk manajemen pemerintahan yang mutlak tidak dapat dieliminir, karena ia melekat pada setiap gerak langkah Pemerintahan, Pembangunan, dan Pelayanan Masyarakat.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menekankan pentingnya pengawasan. Inspektorat Kabupaten Tanggamus mempunyai kompetensi pengawasan atas semua obyek pemeriksaan yang ada di wilayah Pemerintah Kabupaten Tanggamus, kecuali hal tertentu yang telah diatur oleh ketentuan lain yang mengaturnya.
Obyek Pemeriksaan meliputi :
No. Jenis Obyek Pemeriksaan Jumlah
1. Sekretariat DPRD 1
2. Badan 6
3. Dinas 14
(62)
5. Bagian 7
6. RSUD Kota Agung 1
7. Kecamatan 20
8. Pekon 20
9. SD 20
10. SMP 30
11. SMU/SMK 17
12. UPTD di Dinas Kesehatan 22
13. UPTD di Dinas Pendidikan 20
14. UPTD di Dinas Pekerjaan Umum 1
15. UPTD di Dinas Tanaman Pangan & Holtikultura
14
16. UPTD di Dinas Kehutanan 13
17. UPTD di Dinas Perindag, UKM & Pengelolaan Pasar
3
18. BUMD 3
Mencermati hal-hal tersebut diatas ditinjau dari sisi Sumber Daya Manusia Aparat Pemeriksa dan jumlah jangkauan obyek pemeriksaan yang ada belum terdapat keseimbangan yang proporsional, khususnya dari segi kuantitas dan kualitas Aparat Pemeriksa yang ada.
C. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus
Terwujudnya Masyarakat Cerdas, Religius , Partisipatif dan Terampil”, maka Pemerintah Kabupaten Tanggamus melalui Dinas Pendidikan sangat serius mencoba meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan, hal itu dibuktikan dengan salah satu diantaranya melaksanakan program Sekolah Dasar Gratis, akan mampu untuk memberikan pelayanan dan kemudahan bagi semua anak usia sekolah terutama yang secara ekonomi mengalami kesulitan dalam menyekolahkan anak-anaknya.
Sangat disadari bahwa saat ini pemerintah belum mampu untuk memberikan pelayanan kepada seluruh anak dari TK, SD, SMP, SMA dan SMK, sebab itu
(63)
peran masyarakat dan orang tua siswa sangat di perlukan dalam peningkatan kualitas pendidikan, sangatlah penting dalam upaya ikut mencerdaskan bangsa sesuai dengan amanat UUD 45 dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam nencapai 7 (tujuh) Standar Nasional Pendidikan
Di lain pihak potensi pendidikan Kabupaten Tanggamus bagaimanapun perlu di sosialisasikan dan di informasikan kepada masyarakat agar dapat mengetahui keadaan dan kondisi sekolah-sekolah di Kabupaten Tanggamus dalam meningkatkan kompetensi peserta didik
D. Visi dan Misi Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus
1. Visi
Menuju insan cerdas, terampil dan bermartabat yang dimaksud dengan insan cerdas, yaitu cerdas intelektual, cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial dan cerdas kinestetis, sedangkan deskripsi yang dimaksud sebagai berikut:
a. Cerdas Intelektual adalah:
1)beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,
2)aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif, inovatif, dan imajinatif. Cerdas Spiritual adalah: beraktualisasi diri melalui hari/kalbu untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul.
Cerdas Emosional adalah : 1) beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiativitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikannya,
(64)
2) beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang membina, memupuk hubungan timbal balik, demokratis, empatik, dan simpatik, menjunjung tinggi hak asasi manusia, ceria dan percaya diri, menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara, e berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga Negara.
b. Cerdas Kinestetis adalah : beraktulisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insane yang sehat bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil dan trengginas.
c. Terampil adalah: memiliki kompetensi profesional, berpikir dan bertindak ilmiah, sadar mutu, produktif,
d. Bermartabat adalah: berkepribadian unggul dan rahmat bagi semesta alam.
2. Misi
a. Mengembangkan dan memperluas layanan pendidikan dalam upaya menyediakan sarana-prasarana satuan pendidikan dan penunjang lainnya serta efisiensi pendidikan.
b. Mengembangkan pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu
c. Mengembangkan mutu pendidikan sebagai upaya mencapai kualitas pendidikan yang berstandar nasional dalam rangka meningkatkan daya saing.
d. Mengembangkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka peningkatan kualitas profesinya.
(65)
f. Pengembangan dan penyempurnaan kurikulum yang berorientasi pada pembinaan nilai keagamaan, budi pekerti dan nilai adat istiadat.
g. Mempelopori pembaharuan pendidikan dalam semangat demokrasi.
Tujaun dan Sasaran Pembangunan Bidang Pendidikan di Kabupaten Tanggamus adalah sebagai berikut:
1. Terselenggaranya Program Wajib Belajar 12 tahun bagi seluruh penduduk usia sekolah;
2. Meningkatnya kualitas dan kesejahteraan tenaga pendidik;
3. Meningkatnya kualitas prasarana dan sarana pendidikan mengacu kepada standar minimal pelayanan pendidikan;
4. Meningkatnya anggaran pendidikan serta menggali sumber - sumber lain melalui program sinergi;
5. Meningkatnya daya saing lulusan melalui pembenahan kurikulum dan metode mengajar serta pembinaan pelajar berprestasiz
6. Meningkatnya peran serta masyarakat dan dewan pendidikan dan komite sekolah dalam pengelolaan pendidikan.
E. Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus
Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus dapat digambarkan sebagai berikut:
(66)
Gambar 4.1
(67)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disajikan hasil kesimpulan yaitu sebagai berikut: 1. Simpualan hasil analisis mengenai pelaksanaan fungsi pengawasan
Inspektorat Daerah Kabupaten Tanggamus ternyata dapatlah disimpulkan bahwa hasil pengawasan masih kurang baik hal ini dapat dilihat dari salah satu indikatornya yaitu Indikator berkurangnya kebocoran, pemborosan dan pungutan liar seperti kualitas dan kuantitas kasus-kasus penyimpangan, penyelewengan, kebocoran, pemborosan dapat belum dapat dikurangi sebagaimana laporan pengawasan fungsional dan laporan pengawasan lainnya serta berkurangnya tingkat kesalahan dalam pelaksanaan tugas masih jauh dari yang diharapkan.
2. Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus masih kurang terlihat baik seperti bagaimana mestinya hal ini dapat dilihat dari berbagai indikator seperti prestasi kerja yang seharusnya sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang berlaku, adanya kesetiaan pegawai pada pekerjaan dan instansi, adanya tanggung jawab pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai dapat dilaksanakan dengan baik, ketaatan pada peraruran kedinasan, kejujuran dalam bekerja, kerjasama yang baik
(68)
antar pegawai dan dengan atasan, adanya pemunculan ide kerja pada pegawai dan kepemimpanan yang dimiliki oleh pegawai maupun atasan, melihat hal tersebut harusnya kinerja Dinas Pendidikan lebih baik lagi.
6.2Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Saran dari penulis agar terciptanya kerjasama yang baik antara Dinas Pendidikan dan Inspektorat Daerah untuk menangani hal-hal yang harus diperbaiki agar lebih baik seperti mengurangi kebocoran, pemborosan dan pungutan liar seperti kualitas dan kuantitas kasus-kasus penyimpangan, penyelewengan, kebocoran, pemborosan dapat belum dapat dikurangi sebagaimana laporan pengawasan fungsional dan laporan pengawasan lainnya serta berkurangnya tingkat kesalahan dalam pelaksanaan tugas, dapat diatasi agar kedepan lebih baik.
2. Saran dari penulis terhadap Inspektorat harus dapat menekan pengawasan yang lebih kepada Dinas pendidikan yang mana dapat dikatakan Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus masih kurang terlihat baik. Pada dasarnya indikator seperti prestasi kerja yang seharusnya sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang berlaku, adanya kesetiaan pegawai pada pekerjaan dan instansi, adanya tanggung jawab pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai dapat dilaksanakan dengan baik, ketaatan pada peraruran kedinasan, kejujuran dalam bekerja, kerjasama yang baik antar pegawai dan dengan atasan, adanya pemunculan ide kerja
(69)
pada pegawai dan kepemimpanan yang dimiliki oleh pegawai maupun atasan, agar kedepan lebih baik lagi karena indikator yang diperlukan oleh Dinas Pendidikan sudah cukup memenuhi, tetapi pada pelaksanaanya masih kurang baik.
(70)
DAFTAR PUSTAKA
Boediharjo. 2002. Kinerja Organisasi. Erlangga: Jakarta
Dessler. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Bahasa Indonesia Jilid 2. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Dwiyanto, 1995, Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan Publik, Seminar Kinerja Organisasi Sektor Publik, Kebijakan dan Penerapannya, Fisipol UGM, Yogyakarta.
Gayatri. 2005. Analisis Pengaruh Prestasi Kerja dan Kompetensi Terhadap Keputusan Promosi Jabatan Karyawan PT. Jasa Angkasa Semesta Tbk., di Jakarta. Jurnal: Jakarta
Gomes, Faustino Cardoso. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. ANDI OFFSET: Yogyakarta
Kencana,Inu. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. Rajawalipress.Jakarta Mathis, R., Jackson, J. H., 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Satu,
Salemba Empat, Jakarta
Milles, Mathew dan Huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Ranupandojo, H, Suad Husnan. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE-UGM.
Rachman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Semarang: IKIP Press.
Setyaningsih, Sri H. 2005. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Gaya Kpemimpinan Camat Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor
(71)
Seltzer, J., and Bass, B.M. 1990. Transformational Leadership: Beyond Initiation and Consideration. Journal of Management, 16 (4): 693-703.
Siagian, Sondang P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta:LP3ES.
Surakhmad, Winarno. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar. Bandung: Alumi.
Susilo, Martoyo. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE-UGM.
Thoha, Miftah. 1993. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.
Wahjosumidjo. 1984. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Yukl, G.A. 1998. Leadership in Organization. Second Edition. Englewood Clifs,
New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Wahjosumidjo. 1994. Kepemimpinan dan Motivasi. Ghalia Indonesia: Jakarta Siagian, S. P., 1995, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Cetakan Kedua, Rineka
Cipta, Jakarta.
__________, 2002, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Cetakan Pertama, Rineka Cipta, Jakarta.
Suwarto, F. X., 1999, Perilaku Keorganisasian, Buku Panduan Mahasiswa, Cetakan Pertama, Andi Offset, Yogyakarta.
(1)
51
Gambar 4.1
(2)
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disajikan hasil kesimpulan yaitu sebagai berikut: 1. Simpualan hasil analisis mengenai pelaksanaan fungsi pengawasan
Inspektorat Daerah Kabupaten Tanggamus ternyata dapatlah disimpulkan bahwa hasil pengawasan masih kurang baik hal ini dapat dilihat dari salah satu indikatornya yaitu Indikator berkurangnya kebocoran, pemborosan dan pungutan liar seperti kualitas dan kuantitas kasus-kasus penyimpangan, penyelewengan, kebocoran, pemborosan dapat belum dapat dikurangi sebagaimana laporan pengawasan fungsional dan laporan pengawasan lainnya serta berkurangnya tingkat kesalahan dalam pelaksanaan tugas masih jauh dari yang diharapkan.
2. Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus masih kurang terlihat baik seperti bagaimana mestinya hal ini dapat dilihat dari berbagai indikator seperti prestasi kerja yang seharusnya sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang berlaku, adanya kesetiaan pegawai pada pekerjaan dan instansi, adanya tanggung jawab pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai dapat dilaksanakan dengan baik, ketaatan pada peraruran kedinasan, kejujuran dalam bekerja, kerjasama yang baik
(3)
73
antar pegawai dan dengan atasan, adanya pemunculan ide kerja pada pegawai dan kepemimpanan yang dimiliki oleh pegawai maupun atasan, melihat hal tersebut harusnya kinerja Dinas Pendidikan lebih baik lagi.
6.2Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Saran dari penulis agar terciptanya kerjasama yang baik antara Dinas Pendidikan dan Inspektorat Daerah untuk menangani hal-hal yang harus diperbaiki agar lebih baik seperti mengurangi kebocoran, pemborosan dan pungutan liar seperti kualitas dan kuantitas kasus-kasus penyimpangan, penyelewengan, kebocoran, pemborosan dapat belum dapat dikurangi sebagaimana laporan pengawasan fungsional dan laporan pengawasan lainnya serta berkurangnya tingkat kesalahan dalam pelaksanaan tugas, dapat diatasi agar kedepan lebih baik.
2. Saran dari penulis terhadap Inspektorat harus dapat menekan pengawasan yang lebih kepada Dinas pendidikan yang mana dapat dikatakan Kinerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tanggamus masih kurang terlihat baik. Pada dasarnya indikator seperti prestasi kerja yang seharusnya sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang berlaku, adanya kesetiaan pegawai pada pekerjaan dan instansi, adanya tanggung jawab pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai dapat dilaksanakan dengan baik, ketaatan pada peraruran kedinasan, kejujuran dalam bekerja, kerjasama yang baik antar pegawai dan dengan atasan, adanya pemunculan ide kerja
(4)
74
pada pegawai dan kepemimpanan yang dimiliki oleh pegawai maupun atasan, agar kedepan lebih baik lagi karena indikator yang diperlukan oleh Dinas Pendidikan sudah cukup memenuhi, tetapi pada pelaksanaanya masih kurang baik.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Boediharjo. 2002. Kinerja Organisasi. Erlangga: Jakarta
Dessler. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Bahasa Indonesia Jilid 2. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Dwiyanto, 1995, Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan Publik, Seminar Kinerja Organisasi Sektor Publik, Kebijakan dan Penerapannya, Fisipol UGM, Yogyakarta.
Gayatri. 2005. Analisis Pengaruh Prestasi Kerja dan Kompetensi Terhadap Keputusan Promosi Jabatan Karyawan PT. Jasa Angkasa Semesta Tbk., di Jakarta. Jurnal: Jakarta
Gomes, Faustino Cardoso. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. ANDI OFFSET: Yogyakarta
Kencana,Inu. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. Rajawalipress.Jakarta Mathis, R., Jackson, J. H., 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Satu,
Salemba Empat, Jakarta
Milles, Mathew dan Huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Ranupandojo, H, Suad Husnan. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE-UGM.
Rachman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Semarang: IKIP Press.
Setyaningsih, Sri H. 2005. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Gaya Kpemimpinan Camat Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor
(6)
Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang Provinsi Banten. Jurnal: Jakarta
Seltzer, J., and Bass, B.M. 1990. Transformational Leadership: Beyond Initiation and Consideration. Journal of Management, 16 (4): 693-703.
Siagian, Sondang P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta:LP3ES.
Surakhmad, Winarno. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar. Bandung: Alumi.
Susilo, Martoyo. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE-UGM.
Thoha, Miftah. 1993. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.
Wahjosumidjo. 1984. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Yukl, G.A. 1998. Leadership in Organization. Second Edition. Englewood Clifs,
New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Wahjosumidjo. 1994. Kepemimpinan dan Motivasi. Ghalia Indonesia: Jakarta Siagian, S. P., 1995, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Cetakan Kedua, Rineka
Cipta, Jakarta.
__________, 2002, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Cetakan Pertama, Rineka Cipta, Jakarta.
Suwarto, F. X., 1999, Perilaku Keorganisasian, Buku Panduan Mahasiswa, Cetakan Pertama, Andi Offset, Yogyakarta.