PENGAWASAN OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP EFISIENSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

(1)

commit to user

PENGAWASAN OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN KARANGANYAR

TERHADAP EFISIENSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh

RAHMAT EFFENDI NIM. 1107202

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : RAHMAT EFFENDI NIM : E1107202

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul: PENGAWASAN OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP EFISIENSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH.

adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 20 Juni 2011 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v ABSTRAK

Rahmat Effendi. E1107202, 2011. PENGAWASAN OLEH INSPEKTORAT

KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP EFISIENSI

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Fakultas Hukum UNS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan menggambarkan secara deskriptif berbagai hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pengawasan oleh Inspektorat Kabupaten dan mengetahui berbagai hambatan-hambatan dalam pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah tahun 2010 serta untuk mengetahui dan mendalami upaya penanggulangannya dalam menghadapi hambatan-hambatan selama pelaksanaan pengawasan tersebut.

Adapun jenis penelitian yang dipilih penulis adalah penelitian bersifat deskriptif analitis. Sedang dalam pengumpulan datanya penulis menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi kepustakaan . setelah data terkumpul akan dianalisis dengan analisis model interaktif, yaitu : reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.

Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan pengawasan oleh Inspektorat Kabupaten Karanganyar bagian pemeriksa pendapatan daerah di Kabupaten Karanganyar tahun 2010 semua program kerja dari bagian pemeriksa pendapatan khususnya mengenai retribusi sebanyak 4 (empat) obyek pemeriksaan telah dlaksanakan pemeriksaan sesuai jadual dan terhadap hasil pemeriksaan tersebut telah ditemukan adanya 3 (tiga) temuan negatif yang perlu ditindak lanjuti. Penyimpangan dari ketiga obyek tersebut meliputi penyimpangan dalam pembukuan penerimaan uang retribusi pasar, ketidaksesuaian laporan dari pimpinan obyek pemeriksaan dengan hasil pemeriksaan lapangan dan keterlambatan penyetoran uang retribusi. Selain itu juga ditemukan 4 (empat) obyek pemeriksaan yang perlu mendapatkan saran dan pengarahan.

Hambatan-hambatan yang dihadapi Inspektorat kabupaten dalam pelaksanaan pengawasan terhadap pendapatan daerah yang khususnya mengenai retribusi pasar pada tahun 2010 adalah sebagai berikut : (1) Obyek yang diperiksa kadang tidak ada ditempat. Hambatan ini diatasi dengan mengadakan pemeriksaan ulang pada hari berikutnya, (2) Catatan administrasi yang diperlukan oleh tim pemeriksa sering tidak lengkap. Hambatan ini diatasi dengan memerintahkan kepada pimpinan obyek yang diperiksa untuk segera memperbaiki catatan administrasinya, (3) Terbatasnya sarana transportasi (kendaraan). Upaya untuk mengatasi hambatan ini yaitu dengan menggunakan kendaraan pribadi yang dimiliki oleh masing-masing petugas pemeriksa.


(6)

commit to user

vi ABSTRAC

Rahmat Effendi. E1107202, 2011. THE INSPECTORATE SUPERVISION OF KARANGANYAR REGENCY ON THE EFFICIENCY OF LOCAL FINANCIAL MANAGEMENT. Law Faculty of UNS.

This research aims to reveal and to describe descriptively a variety of things relating to the implementation of supervision by the Regency Inspectorate and to find out the obstacles of supervision on the local financial management in 2010 as well as to find out and to obtain deep understanding about the attempt of coping with them in facing the obstacles during the supervision implementation.

This study belongs to a descriptive analytical research. Meanwhile, in collecting the data, the writer employed observation, interview and library study techniques. The data collected was then analyzed using an interactive model analysis encompassing: data reduction, data display, and conclusion drawing.

From the result of research, it can be concluded that the supervision implementation by the Local Income Examiner division of Karanganyar Regency’s Inspectorate in Karanganyar Regency of 2010 all platforms of income examiner division particularly concerning the retribution of 4 (four) examination objects, the examination has been carried out as scheduled and from the result of examination 3 (three) negative findings were obtained to be followed up. The deviation of those three objects included the one in market retribution money reception bookkeeping, discrepancy of the examination object leader’s report with the result of examination in the field and the delayed retribution money deposition. In addition, there are also 4 (four) objects of examination needing recommendation and direction.

The obstacles the regency inspectorate faces in the supervision implementation on the local income particularly concerning the market retribution of 2010 are as follows: (1) Sometimes, the examined object is not in the place. This obstacle is coped with by reexamining it in the following day, (2) The administration record needed by the examination team is frequently not completed. This obstacle is coped with by ordering the examined object leader to improve his/her administration record immediately, (3) The limited transportation means (vehicle). The attempt of coping with this obstacle is by using the private vehicles owned by individual examiner officers.


(7)

commit to user

vii MOTTO

Sesungguhnya ALLAH SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum apabila mereka sendiri tidak merubahnya

(QS. AR-Ro’ad :11)

Berfikirlah dengan cukup dan segera laksanakan (penulis)

Satukanlah kata dengan perbuatan (Soekarno)

Dalam pahit manis perjalanan kehidupan setiap insan tersibak petuah Yang Maha Agung


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini penulis persembahkan kepada:

° Tuhan yang telah memberikan berkatNya yang melimpah sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

° Papa dan Mama tercinta yang senantiasa mendukung

kuliah,memberikan doa dan nasihat, semangat, cinta dan kasih sayang tiada surutnya, serta kerja keras yang tak ternilai harganya demi mewujudkan cita-citaku menjadi seorang Sarjana Hukum.

° Kakak-kakakku yang baik hati, yang selalu ada untuk membantu proses belajarku selama menempuh dunia pendidikan.

° Seseorang yang telah mengisi hidup penulis dan telah

menghembuskan makna kehidupan.


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan segala rahmad dan hidayah-Nya. Yang selalu memberikan jalan dan kemudahan kepada penulis sehingga Penulisan Hukum (Skripsi) yang berjudul, “PENGAWASAN OLEH INSPEKTORAT KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP EFISIENSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH” dapat terselesaikan tepat waktu.

Banyak hambatan dan permasalahan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini tidak bisa terlepas dari bantuan semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, secara materiil maupun non materiil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya, terutama kepada :

Penulisan hukum ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan dan permasalahan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini tidak bisa terlepas dari bantuan semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, secara materiil maupun non materiil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya;

2. Nabi Muhammad SAW, semoga penulis dapat istiqomah dijalan-Nya

hingga akhir jaman;

3. Keluargaku tercinta, Papa, Mama, dan Kakak-kakakku, untuk setiap doa, pengorbanan, dan kasih sayang yang selalu diberikan.

4. Erna Novia Susetya yang selalu ada memberikan semangat, nasehat serta dukunganya dan kasih sayang yang selalu ada untukku.


(10)

commit to user

x

5. Ibu Prof.Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk dapat melaksanakan Penulisan Hukum ini;

6. Bapak Dr. Hari Purwadi.,S.H.,M.Hum, selaku Pembantu Dekan I yang telah membantu dalam pemberian ijin dilakukannya penulisan ini;

7. Bapak Rustamadji S.H, M.H selaku pembimbing akademik penulis yang membantu penulis dengan memberikan nasehat-nasehat dan selalu memberikan arahan dalam kegiatan kuliah.

8. Bapak Waluyo, S.H., M.Si., selaku pembimbing skripsi dalam penulisan hukum ini yang dengan kesabaran dan kebesaran hati telah membimbing, mengarahkan, serta membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum ini;

9. Bapak Lego Karjoko, S.H., M.Hum., yang telah membantu penulis dalam

menyusun judul penulisan hukum ini;

10. Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama masa kuliah.

11. Seluruh Pimpinan dan Staf Administrasi Fakultas Hukun Universitas Sebelas Maret, atas semua kemudahan, fasilitas serta kesempatan-kesempatan yang telah diberikan;

12. Bapak Agus Cipto Waluyo, S.H., M.T selaku kepala Inspektorat Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

13. Bapak Junaidi Purwanto, S.H., MM selaku sekretaris Inspektorat Kabupaten Karanganyar , yang dengan senang hati telah membimbing dan membantu penulis selama penelitian di Inspektorat.

14. Bapak Zainal Arifin dan mas andy yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis mendapatkan data.

15. Seluruh civitas akademika Fakultas Hukum UNS, mari wujudkan profesional dan bermoral.


(11)

commit to user

xi

16. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas semua bantuan baik materiil maupun imateriil.

Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum ini sangat jauh dari sempurna, Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penulisan hukum ini dan kedepannya sangat diperlukan dari para pembaca akan penulis terima dengan senang hati. Akhir kata, semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 20 Juni 2011

Rahmat Effendi


(12)

commit to user

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ... 11

1. Tinjauan Tentang Pengawasan... 11

a) Pengertian pengawasan ... 12

b) Jenis pengawasan ... 13

c) Norma pengawasan... ... 14

d) Tujuan dan ruang lingkup pengawasan... ... 16

2. Tinjauan umum Pengertian Efisiensi... ... 19

3. Tinjauan tentang Keuangan Daerah... ... 20

a) Pengertian Keuangan Daerah... ... 21


(13)

commit to user

xiii

B. Kerangka Pemikiran ... 23 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi lokasi penelitian ... 24

B. Prosedur pelaksanaan pengawasan Inspektorat Kabupaten

Karanganyar terhadap Pendapatan Daerah ... 34

C. Hambatan-hambatan yang ditemui Inspektorat Kabupaten

Karanganyar dalam menjalankan pengawasan... ... 52 BAB IV PENUTUP

A. Simpulan ... 54 B. Saran-Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat-alat dan rumah tangga Inspektorat Kabupaten Karanganyar Tabel 2. Alat angkutan Inspektorat Kabupaten Karanganyar


(15)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Negara merupakan suatu organisasi kekuasaan yang dalam

penyelenggaraan pemerintahan negara dipegang oleh beberapa orang yang memegang kekuasaan tersebut. Dengan demikian baik buruknya penyelenggaraan kekuasaan negara pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh orang-orang tersebut.

Sondang P. Siagian mengemukakan adanya tiga bentuk negara yang memberikan peranan dan fungsi yang berbeda bagi pemerintah, yaitu: bentuk “Political State” atau semua kekuasaan dipegang oleh raja sebagai pemerintah, bentuk “Legal State” atau pemerintah hanya sebagai pelaksana peraturan dan bentuk “welfare State” atau tugas pemerintah diperluas untuk menjamin kesejahteraan umum dengan discretonary power dan freies ermessen.

Di dalam Batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa negara indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat). Berarti bahwa negara termasuk didalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga negara yang lain dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum yang berlaku.

Sesuai dengan semangat dan ketegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang dimaksud negara hukum bukanlah negara yang berdasarkan hukum dalam arti formal, yang hanya berperan sebagai “Penjaga Malam”, melainkan negara berdasarkan hukum dalam arti material, yang hendak menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sesuai yang dimaksud dalam alinea ke-empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Negara Indonesia adalah negara yang menganut tipe “Welfare State” atau negara kesejahteraan yang mana tugas pemerintah bukan lagi sebagai “Penjaga Malam” dan tidak boleh pasif tetapi harus berperan aktif dalam kegiatan masyarakat, sehingga kesejahteraan bagi semua rakyatnya tetap terjamin. Dengan demikian pemerintah harus memberikan perlindungan bagi warga negaranya


(16)

commit to user

bukan hanya bidang politik, tatapi juga dalam bidang sosial ekonomi, sehingga kesewenang-wenangan dari golongan tertentu harus dicegah oleh pemerintah. Oleh sebab itu tugas pemerintah diperluas dengan maksud untuk menjamin kepentingan umum, sehingga lapangan tugasnya mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Untuk menjalankan tugasnya menyelenggarakan kesejahteraan umum itu pemerintah diberi juga “freies ermessen”, yaitu kesewenangan yang sah untuk turut campur dalam kegiatan sosial guna melaksanakan tugas-tugas menyelenggarakan kepentingan umum.

Adanya tugas yang begitu luas dan sifat freies ermessen yang dimiliki pemerintah tipe welfare state disatu pihak memang sangat diperlukan, namun dilain pihak juga menimbulkan kekhawatiran adanya hak-hak rakyat yang tertindas dan menimbulkan kerugian, sehingga perlu diupayakan adanya suatu sistem pengawasan yang memadai.

Dalam setiap organisasi terutama organisasi pemerintah, fungsi pengawasan adalah sangat penting, karena pengawasan merupakan usaha untuk menjamin keserasian antara penyelenggaraan tugas pemerintahan oleh

daerah-daerah dengan pemerintah pusat serta untuk menjamin kelancaran

penyelenggaraan pemerintah secara berdaya guna dan berhasil guna.

Sebagaimana telah ditegaskan dalam Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang telah di amandemen mengenai pembagian wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia antara lain disebutkan bahwa: “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang”. Dari isi pasal tersebut jelas pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan politik desentralisasi dan dekosentrasi di bidang ketatanegaraan. Sebagai realisasinya maka wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibentuk daerah otonom dan wilayah administratif.

Agar daerah-daerah sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 18 UUD 1945 dapat mengatur dan mengurus penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan


(17)

commit to user

sebaik-baiknya, maka harus ada sistem pengawasan yang memadai, efektif dan efisien.

Bagi negara kesatuan yang menganut azas desentralisasi sebagaimana di dalam pemerintahan Indonesia, pengawasan yang dilakukan pemerintah terhadap daerah-daerahnya atau pengawasan yang dilakukan oleh instansi pemerintah yang sederajat atau berada dalam satu organisasi pemerintah merupakan salah satu upaya untuk menjaga keutuhan dan kesatuan wilayah Negara Republik Indonesia di samping untuk mencegah agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penyelenggaraan serta untuk mencegah adanya penyelewengan oleh pejabat yang tidak bertanggung jawab. Hendaknya disadari pula bahwa akhirnya pemerintah

yang bertanggung jawab terhadap seluruh aktifitas penyelenggaraan

pemerintahan.

Dalam kaitanya dengan penyelenggaraan pemerintahan di daerah, keuangan daerah adalah salah satu aspek yang sangat penting. Pengaturan dan pengurusan keuangan daerah dilakukan setiap tahun oleh pemerintah daerah dengan ditetapkanya peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) yang biasa disebut dengan “Anggaran Daerah”.

Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai keuangan daerah diawali dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948, tentang Pemerintahan Daerah, kemudian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957, selanjutnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965, melalui Pasal Peralihan pada masing-masing peraturan perundang-undangan tersebut, ketentuan mengenai keuangan daerah tetap diberlakukan sepanjang sesuai dengan alam kemerdekaan.

Masa orde baru Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1973 tentang Pedoman Penyelenggaraan Keuangan Daerah dan Pengawasan Keuangan Daerah, kemudian Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 1974 tentang Bentuk Contoh-contoh Penyelenggaraan Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan, Pertanggung jawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 tentang Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah.


(18)

commit to user

Masa reformasi, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara beserta beberapa peraturan pelaksanaanya yaitu, Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, kemudian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Oleh karena pada dasarnya Peraturan perundang-undangan tersebut memberi kewenangan kepada daerah untuk melakukan tindakan dibidang keuangan, maka sudah barang tentu maka pemerintah juga melakukan pengawasan terhadap berbagai aktifitas daerah yang berhubungan dengan anggaran daerah. Salah satu pengawasan keuangan daerah dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten.

Di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah termuat materi pemeriksaan atau pengawasan di bidang keuangan, pembangunan, pembangunan desa dan BUMD. Materi pengawasan di bidang keuangan daerah antara lain tentang penyusunan APBD, pelaksanaan APBD, perhitungan anggaran, termasuk juga pemeriksaan pendapatan daerah yang berhubungan dengan dasar hukum pungutan, kelancaran dan kebenaran pemasukan pendapatan daerah, proses penyetoran dari cabang dinas atau pendapatan, yang terdapat di daerah bawahan, proses pengadaan, pelaksanaan putusan dan administrasi.

Dalam buku “Pedoman Pengawasan Umum di Lingkungan Departemen Dalam Negeri” disebutkan bahwa Inspektorat Kabupaten mampunyai tugas membantu Bupati dalam melakukan pengawasan umum terhadap penyelenggaran pemerintahan wilayahnya, pemerintahan daerah, pemerintahan desa atau kalurahan, dan pelaksanaan tugas Kementrian Dalam Negeri di kabupaten baik yang bersifat rutin maupun pembangunan berdasarkan kebijaksanaan Gubernur.


(19)

commit to user

Disini penulis ingin mengetahui dan mendalami pelaksanaan pengawasan oleh Inspektorat kabupaten di Kabupaten Karanganyar terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pengelolaan keuangan daerah (Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah) dan apakah pelaksanaan pengawasan itu sudah efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil guna) sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dengan latar belakang masalah yang terurai diatas , penulis dalam menyusun skripsi ini memilih permasalahan dengan judul : “PENGAWASAN INSPEKTORAT KABUPATEN KARANGANYAR TERHADAP EFISIENSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH”

B. PERUMUSAN MASALAH

Setiap penulisan ilmiah yang akan dilakukan selalu berangkat dari masalah (Sugiyono, 2004 : 25). Rumusan masalah dimaksudkan untuk penegasan masalah-masalah yang akan diteliti sehingga memudahkan dalam pengerjaan serta pencapaian sasaran. Cara ini dapat memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pemahaman terhadap permasalahan serta mencapai tujuan yang dikehendaki. Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apakah pengawasan oleh Inspektorat Kabupaten Karanganyar sudah efektif dan efisien untuk mengurangi penyimpangan dalam pengelolaan keuangan daerah tahun 2010 ?

2. Apakah hambatan-hambatan yang ditemui Inspektorat Kabupaten

Karanganyar Dalam Pelaksanaan fungsi Pengawasan Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah tahun 2010?

C. TUJUAN PENELITIAN

Suatu kegiatan penelitian selalu mempunyai tujuan tertentu dan diharapkan dapat menyajikan data yang akurat sehingga dapat memberi manfaat dan mampu menyelesaikan masalah. Berpijak dari hal tersebut maka penelitian mempunyai tujuan objektif dan tujuan subjektif sebagai berikut:


(20)

commit to user 1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui Pelaksanaan pengawasan oleh Inspektorat

Kabupaten Karanganyar terhadap efisiensi belanja dan efektifitas pendapatan dalam pengelolaan keuangan daerah.

b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan Inspektorat Kabupaten Dalam Pelaksanaan fungsi Pengawasan Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis mengenai pengawasan pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Karanganyar. b. Untuk memperoleh data data yang cukup relevan yang digunakan

penulis dalam penulisan hukum sebagai syarat mencapai gelar sarjana di bidang ilmu hukum Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Suatu penelitian akan mempunyai nilai apabila penelitian tersebut memberi manfaat bagi para pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran yang

bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Administrasi Negara pada khususnya.

b. Sebagai bahan pengetahuan tambahan untuk dapat dibaca oleh

masyarakat pada umumnya dan dapat dipelajari lebih lanjut oleh kalangan hukum khususnya.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan gambaran jawaban dan solusi atas permasalahan yang diteliti.


(21)

commit to user

b. Dapat mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir kritis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

c. Memberikan masukan dan tambahan pengetahuan bagi pihak pihak yang terkait dengan masalah penelitian ini dan berguna bagi pihak yang berminat pada masalah yang sama

E. METODE PENELITIAN

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki , 2010 : 35 ). Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan hukum dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normative atau doktrinal. Hutchinson sebagaimana dikutip Peter Mahmud Marzuki mendifinisikan penelitian hukum doktrinal sebagai berikut, “doctrinal research : research wich provides a systematic exposition of rules governing a particular legal category, analyses the relationship between rules, explain areas of difficulty and perhaps, predict future development ( terjemahan bebas : penelitian doktrinal : penelitian yang memberikan penjelasan sistematis aturan yang mengatur suatu kategori hukum tertentu , menganalisis hubungan antara peraturan, menjelaskan daerah kesulitan dan mungkin memprediksi pembangunan masa depan)” (Peter Mahmud Marzuki,2010 :32 )

2. Sifat penelitian

Dilihat dari sifat penelitian,penelitian ini bersifat preskriptif dan terapan. “ilmu hukum memiliki karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan” (Peter Mahmud Marzuki , 2010 : 22 ). Penelitian


(22)

commit to user

hukum adalah proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan karakter preskriptif ilmu hukum. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan didalam keilmuan yang bersifat deskriptif yang menguji kebenaran ada tidaknya sesuatu fakta yang

disebabkan faktor tertentu. Penelitian hukum dilakukan untuk

menghasilkan argumentasi, teori, atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi ( Peter Mahmud Marzuki , 2010 : 35 )

3. Lokasi penelitian

Dalam penelitian ini, oleh penulis mengambil lokasi penelitian di Inspektorat Kabupaten Karanganyar, Perpustakaan Fakultas Hukum UNS , dan UPT Perpustakaan UNS.

4. Jenis dan sumber data a. Jenis data

Adapun jenis data yang peneliti kumpulkan meliputi :

1) Bahan hukum primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan yang berkaitan dengan objek penelitian. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan Pejabat Inspektorat Kabupaten Karanganyar.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu data yang dapat mendukung keterangan data primer. Data ini diperoleh secara tidak langsung melalui dokumen, laporan-laporan, buku-buku dan literatur lainnnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

b. Sumber data

Berdasarkan jenis-jenis data diatas dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua sumber data , yaitu :

1) Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang terkait langsung permasalahan yang diteliti, dalam hal ini melalui Pejabat-Pejabat dan Personil di Inspektorat Kabupaten Karanganyar .


(23)

commit to user 2) Sumber data sekunder

Sumber data yang meliputi semua sumber data yang mendukung bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum atau bahan pustaka yang mempunyai kekuatan mengikat secara yuridis , adapun yang penulis gunakan adalah :

a) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007

Tentang Pedoman Tata cara Pengawasan Atas

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

b) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007

Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

c) Program Kerja Pengawasan Tahunan Tahun 2010 dari

Inspektorat Kabupaten Karanganyar. 5. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah dengan metode silogisme dan interpretasi dengan menggunakan pola pikir deduktif (deduksi). Pola pikir deduktif (deduksi) yaitu berpangkal dari prinsip-prinsip dasar kemudian peneliti tersebut menghadirkan objek yang hendak diteliti. Sedangkan metode silogisme yang menggunakan pendekatan deduktif menurut yang diajarkan aristoteles yaitu berpangkal dari pengajuan premis mayor, kemudian diajukan premis minor. Dari kedua premis ini kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion. (Peter Mahmud Marzuki, 2010 :45 – 46).

F. SISTEMATIKA PENULISAN HUKUM

Guna memberikan gambaran menyeluruh mengenal sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan penulisan hukum , maka penulis dapat menguraikan sistematika penulisan hukum ini sebagai berikut :


(24)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

Didalam bab ini penulis memaparkan tentang: A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Kerangka teori

a. Tinjauan Umum Pengertian Pengawasan b. Tinjauan Umum Tentang Efisiensi

c. Tinjauan Umum Tentang Inspektorat Kabupaten d. Tinjauan Tentang Keuangan Daerah

2. Kerangka pemikiran

Berisi alur pemikiran yang hendak ditempuh penulis. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini oleh penulis akan dijelaskan mengenai hasil

penelitian yang diperoleh penulis dilapangan beserta

pembahasannya tentang Efisiensi Pengawasan Oleh Inspektorat Kabupaten Karanganyar Terhadap Pengelolaan keuangan Daerah BAB IV PENUTUP

Pada bab ini merupakan penutup dari keseluruhan penulisan skripsi. dalam penutup ini penulis berusaha mengambil kesimpulan dari hasil pembahasan dan kemudian memberikan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(25)

commit to user

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KERANGKA TEORI

1. TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN

a. Pengertian Pengawasan

Mengenai batasan pengertian pengawasan sudah banyak ahli yang memberikan pendapatnya berdasarkan argumen masing-masing. Menurut Winardi pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan (Winardi, 2000 : 585).

Kemudian Victor M Situmorang mengatakan pengawasan adalah setiap usaha dan tindakan dalam rangka untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tugas yang dilaksanakan menurut ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai (Victor M. Situmorang, 1994 : 21). Sedangkan menurut Djamaludin Tanjung Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen untuk menjamin agar pelaksanaan kerja berjalan sesuai denhan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan (Djamaludin Tanjung, 1999 : 82).

Dari ketiga pengertian pengawasan yang diberikan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1) Pengawasan itu meliputi segala aktifitas dan tindakan untuk mengamankan rencana dan keputusan yang telah dibuat dan sedang dilaksanakan serta diselenggarakan.

2) Pengawasan adalah suatu tindak lanjut.

3) Tindak lanjut itu bertujuan untuk kesesuaian pelaksanaan dengan rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

4) Jika pelaksanaan tindak sesuai dengan rencana maka perlu diadakan tindakan perbaikan.


(26)

commit to user

Demikian beberapa pengertian yang telah diberikan oleh para ahli khususnya ahli-ahli dibidang managemen serta suatu kesimpulan dari berbagai pendapat tersebut.

b. Jenis-Jenis Pengawasan

Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan( http://staff.ui.ac.id/teguh.kurniawan), yaitu:

1) Pengawasan Intern dan Ekstern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.” Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh Inspektorat Jenderal pada setiap kementerian dan Inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri.

Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun (Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23E). Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai secara obyektif aktivitas pemerintah. 2) Pengawasan Preventif dan Represif

Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai,

“pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya


(27)

commit to user

penyimpangan.” Lazimnya, pengawasan ini dilakukan pemerintah dengan maksud untuk menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal.

Di sisi lain, pengawasan represif adalah “pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan model ini lazimnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dan pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.

3) Pengawasan Aktif dan Pasif

Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan”. Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui “penelitian dan pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran”. Di sisi lain, pengawasan

berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil menurut hak

(rechmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan

kebenaran materil mengenai maksud tujuan pengeluaran

(doelmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut


(28)

commit to user

diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.”( http://staff.ui.ac.id/teguh.kurniawan)

4) Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid).

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara,

pengawasan ditujukan untuk menghindari terjadinya “korupsi, penyelewengan, dan pemborosan anggaran negara yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri.” Dengan dijalankannya pengawasan tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggung jawaban anggaran dan kebijakan negara dapat berjalan sebagaimana direncanakan.

Demikianlah beberapa jenis pengawasan yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan pembagian menurut ilmu pengetahuan.

c. Norma Pengawasan

Norma pengawasan adalah patokan, kaidah atau hukum yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang yang harus diikuti dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan agar dicapai mutu pengawasan yang dikehendaki.

Jika pengertian norma pengawasan secara garis besar telah dapat dirumuskan seperti tersebut di atas, maka untuk lebih, memahami wujud-wujud atau isi norma pengawasan tersebut, di bawah ini penulis mengutip ketentuan tentang norma umum pengawasan yang berlaku di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri. sebagai berikut :

1) Pengawasan tidak mencari-cari kesalahan, yaitu tidak

mengutamakan mencari siapa yang salah tetapi jika ditemukan kesalahan, penyimpangan dan hambatan supaya dilaporkan sebab-sebab dan bagaimana terjadinya, serta menemukan cara bagaimana memperbaikinya.


(29)

commit to user

2) Pengawasan merupakan proses tindak lanjut, yaitu dilaksanakan terus-menerus sehingga dapat memperoleh hasil pengawasan yang berkesinambungan.

3) Pengawasan harus menjamin adanya kemungkinan pengambilan koreksi yang cepat dan tepat terhadap penyimpangan dan penyelewengan yang ditemukan untuk mencegah berlanjutnya kesalahan atau penyimpangan.

4) Pengawasan bersifat mendidik dan dinamis, yaitu dapat menimbulkan kegairahan untuk memperbaiki, mengurangi atau meniadakan penyimpangan disamping menjadi pendorong dan perangsang untuk menertibkan dan menyempurnakan kondisi obyek pengawasan.

Norma Umum pengawasan yang isinya dirumuskan dalam empat poin tersebut merupakan bagian dari norma pengawasan umum, yang dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri tersebut dibagi dalam tiga bagian yakni :

a) Norma umum pengawasan;

b) Norma umum pemeriksaan; dan

c) Norma laporan.

Demikianlah uraian singkat tentang maksud dari norma umum pengawasan yang tentunya juga diterapkan oleh instansi-instansi atau aparat pengawasan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri termasuk pula Inspektorat Kabupaten.

d. Tujuan Ruang Lingkup Pengawasan 1) Tujuan pengawasan

Menurut Soeharto A.H. pengawasan bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan dilaksanakan secara efektif, efisien dan ekonomis, dan apakah pelaksanaannya sudah didasarkan pada ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(30)

commit to user

Sedangkan menurut pendapat Sukarna dalam bukunya berjudul “Pengantar Ilmu Administrasi” tujuan suatu pengawasan adalah :

a) Untuk mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak.

b) Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh pegawai dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang lagi kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan-kesalahan baru.

c) Untuk mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam perencanaan terarah pada sasaranya dan sesuai dengan yang telah direncanakan.

d) Untuk mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program seperti yang telah ditentukan dalam perencanaan atau tidak. e) Untuk mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang

telah ditetepkan dalam perencanaan, yaitu standar.

Dalam buku berjudul “introduction to the Study of Public Administration” Leonard D White” berpendapat bahwa tujuan pengawasan adalah :

a) Untuk menjamin bahwa kekuasan itu digunakan untuk tujuan

yang diperintah dan mendapat dukungan serta persetujuan dari rakyatnya;

b) untuk melindung hak asasi manusia yang telah dijamin oleh

undang-undang daripada tindakan penyalahgunaan

kekuasaan.

2) Ruang lingkup pengawasan

Apabila kita menginginkan suatu pengawasan yang lengkap maka pengawasan tersebut harus mengarah pada pengawasan terhadap :

a) Ketaatan pada peraturan; b) Keuangan;


(31)

commit to user d) Efektifitas hasil program.

Tujuan pengawasan terhadap keuangan dan ketaatan pada peraturan adalah untuk menilai apakah suatu instansi telah melaksanakan kegiatan, mengendalikan dan mempertanggung jawabkan kegiatannya sesuai dengan peraturan yang berlaku dan apakah catatan akuntansi, laporan keuangan dan sistem akutansi dapat dipertanggung jawabkan secara tepat sehingga bermanfaat bagi penyusunan anggaran, pengawasan anggaran, pemberian informasi keuangan kepada yang berwenang dan perhitungan serta pembukuan anggaran.

Pengawasan efisiensi dan penghematan adalah untuk menilai pelaksanaan kegiatan dan pemanfaatan keuangan dan material secara efisien, ekonomis dan efektif, artinya harus diteliti dan dibuktikan bahwa:

a) Barang dan jasa yang diperoleh/diadakan memang benar-benar diperlukan;

b) Harga barang dan jasa memang pantas dan wajar; c) Penyimpanan dan penjagaan tepat;

d) Penggunaan barang dan jasa sudah tepat;

e) Imbalan terhadap barang dan jasa yang dijual sudah pantas dan cukup.

Pemeriksaan hasil program dilaksanakan untuk menilai dari program dengan titik berat pada menelusuri dan meneliti mengenai:

a) Apakah kelembagaan manajemen ada pengaruhnya pada

pencapaian hasil.

b) Apakah ada alternatif lain yang lebih baik ditinjau dari aspek efisien, ekonomis dan efektif serta pembiayaan yang lebih rendah.

Apakah ada manfaat atau kerugian yang semula tidak diperhitungkan. Uraian kegiatan dasar tahap-tahap pemeriksaan sebagai berikut :


(32)

commit to user

Kegiatan yang harus dilaksanakan oleh pemeriksa dalam persiapan pemeriksaan mencakup hal-hal sebagai berikut :

(1) Menentukan sasaran pemeriksaan;

(2) Menunjuk petugas yang akan melaksanakan pemeriksaan; (3) Mempersiapkan berkas pemeriksaan;

(4) Mempelajari berkas pemeriksaan;

(5) Menyiapkan formulir-formulir yang akan digunakan dalam pemeriksaan;

(6) Menyusun jadwal pemeriksaan.

Semua persiapan tersebut dapat dilakukan dikantor sendiri berdasarkan data/informasi yang ada mengenai obyek yang diperiksa. b) Tahap pelaksanaan pemeriksaan;

Kegiatan yang harus dilakukan dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan meliputi :

(1) Mempelajari dan menilai sistem pengendalian manajemen atau sistem pengendalian intern;

(2) Menentukan luasnya pegujian-pengujian yang akan

dilaksanakan;

(3) Menetapkan prosedur-prosedur pemeriksaan yang tepat dan melakukan pengujian-pengujian yang diperlukan;

(4) Menyusun kertas kerja pemeriksaan (KKP);

(5) Menuntaskan masalah-masalah yang dijumpai dalam

pemeriksaan

c) Tahap pelaporan hasil pemeriksaan;

Dari kegiatan pemeriksaan yang telah dilaksanakan harus dibuat laporan hasil pemeriksaan secara tertulis. Penyusunan laporan hasil pemeriksaan memerlukan langkah-langkah sebagai berikut :

(1) Mereview kertas kerja pemeriksaan;

(2) Menyusun konsep laporan hasil pemeriksaan berdasarkan materi dalam kertas kerja pemeriksaan yang telah direview;


(33)

commit to user

(3) Membahas konsep laporan hasil pemeriksaan dengan penanggungjawab obyek yang diperiksa.

Laporan hasil pemeriksan ini antara lain bertujuan agar temuan, kesimpulan, rekomendasi dan komentar hasil pemeriksaan dikomunikasikan secara resmi kepada pejabat yang berwenang untuk malakukan tindak lanjut atas rekomendasi atau untuk yang perlu mengetahui informasi tersebut

d) Tahap tindak lanjut hasil pemeriksaan.

Agar rekomendasi yang tercantum dalam laporan hasil pemeriksaan mencapai tujuan, maka pemeriksa harus mengikuti tindak lanjut yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang. Karena itu perlu diambil langkah-langkah sebagai berikut :

(1) Memonitor pelaksanaan tindak lanjut;

(2) Menegaskan kembali rekomendasi dalam hal tindak lanjut yang diusulkan belum/tidak dilaksanakan.

3) Tinjauan umum Pegertian Efisiensi

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, efisiensi adalah hubungan antara masukan dan keluaran, efisiensi merupakan ukuran apakah penggunaan barang dan jasa yang dibeli dan digunakan oleh organisasi perangkat pemerintahan untuk mencapai tujuan organisasi perangkat pemerintahan dapat mencapai manfaat tertentu.

Efisiensi juga mengandung beberapa pengertian antara lain :

a) Efisiensi pada sektor hasil dijelaskan dengan konsep masukan- keluaran (input-output).

b) Efisiensi pada sektor pelayanan masyarakat adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan pengorbanan seminimal mungkin; atau dengan kata lain suatu kegiatan telah dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan pekerjaan tersebut telah mencapai sasaran dengan biaya yang terendah atau dengan biaya minimal diperoleh hasil yang diinginkan.


(34)

commit to user

c) Efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat dicapai dengan memperhatikan aspek hubungan dan tatakerja antar instansi pemerintah daerah dengan memanfaatkan potensi dan keanekaragaman suatu daerah.

Faktor penentu efisiensi adalah :

a) Faktor teknologi pelaksanaan pekerjaan.

b) Faktor struktur organisasi yaitu susunan yang stabil dari jabatan-jabatan baik itu struktural maupun fungsional.

c) Faktor sumber daya manusia seperti tenaga kerja, kemampuan kerja, maupun sumber daya fisik seperti peralatan kerja, tempat bekerja serta dana keuangan.

d) Faktor dukungan kepada aparatur dan pelaksanaanya baik pimpinan maupun masyarakat.

e) Faktor pimpinan dalam arti kemampuan untuk

mengkombinasikan keempat faktor tersebut kedalam suatu usaha yang berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai sasaran yang dimaksud.

4) Tinjauan Tentang Keuangan Daerah a) Pengertian keuangan daerah

Menurut Pasal 1 butir 5 PP Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah:

“Semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.”

Selanjutnya Menurut Mamesa dalam Halim & Theresia keuangan daerah dapat diartikan sebagai:

“Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, juga segala satuan, baik berupa uang maupun barang, yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum memiliki/dikuasai oleh negara atau


(35)

commit to user

daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai

ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku (Mamesa dalam Halim & Theresia, 2007: 24)”.

Jadi berdasarkan definisi di atas, yang dimaksud dengan Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang juga segala satuan baik uang maupun barang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah sesuai ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan yang dimaksud dengan semua hak ialah hak untuk memungut sumber-sumber penerimaan daerah, seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan lain-lain, dan atau hak untuk menerima sumber-sumber penerimaan lain seperti dana alokasi umum dan dana alokasi khusus sesuai peraturan yang ditetapkan. Hak tersebut dapat menaikkan kekayaan daerah (Abdul Halim, 2007: 25).

Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Kepala Daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau bupati bagi daerah kabupaten atau walikota bagi daerah kota.

Ruang lingkup keuangan daerah meliputi:

(1) hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman;

(2) kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan

Pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga; (3) penerimaan daerah;

(4) pengeluaran daerah;

(5) Kekayaan Daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain


(36)

commit to user

Yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan Daerah; dan

(6) kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah. dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.

Seperti diketahui dalam pasal 157 UU No. 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa sumber

pendapatan daerah terdiri atas: Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan; dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

b) Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah

(1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

(2) Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah

Aparat pengelola keuangan daerah, DPRD dan petugas pengawasan harus melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai.


(37)

commit to user

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 2. Skematik Kerangka pemikiran Penjelasan Skematik Kerangka pemikiran:

Pemerintahan daerah terdiri atas Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, diantara keduanya menghasilkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang pengelolaannya harus Efektif, Efisien dan

Akuntabel, maka disini diperlukan pengawasan Inspektorat guna

mewujudkanya sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 agar

terciptanya tujuan Penyelenggaraan Pemerintahan daerah Yaitu;

Kesejahteraan masyarakat, Pelayanan publik dan Daya saing daerah.

Pengawasan Inspektorat Kabupaten

ü Kesejahteraan

rakyat

ü Pelayanan publik

ü Daya saing daerah

Pemerintahan Daerah

Pemerintah daerah DPRD

APBD Pelaksanaan

Pengelolaan

Ø Efektif

Ø Efisien

Ø Akuntabel

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003


(38)

commit to user BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

1. Landasan Hukum Inspektorat Kabupaten

Dalam melaksanakan tugasnya Inspektorat Kabupaten berlandaskan beberapa peraturan yaitu:

a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme;

b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara;

c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional;

d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara;

e. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Tentang

Pemerintahan Daerah; yang telah diganti oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

f. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah;

g. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

h. Peraturan Pemerintah Nomor 108 tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah;

i. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2011 tentang Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi Dan Kabupaten/ Kota;

j. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan;


(39)

commit to user

k. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah;

l. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

m. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

n. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat;

o. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah;dan

p. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Inspektorat Kabupaten.

Sebagaimana tersebut diatas bahwa Inspektorat Kabupaten merupakan aparat pengawas fungsional yang paling rendah tingkatannya, yang pada dasarnya kedudukan terhadap Bupati adalah sama, dengan kedudukan Inspektorat Provinsi terhadap Gubernur. Hanya saja mengingat berbagai pertimbangan rumusan kedudukan aparat pengawas fungsional yang terendah tingkatanya ini termuat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi Dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi Dan Kabupaten/Kota.


(40)

commit to user

3. Struktur Organisasi Inspektorat Kabupaten

Struktur organisasi Inspektorat Kabupaten Karanganyar

berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, mengenai personil dan kualifikasi pendidikan aparat pengawasan Inspektorat Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut:

a. Inspektur Agus Cipto Waluyo, SH,MT

b. Sekretaris Junaidi Purwanto, SH,MM, Membawahi : Kasubag Administrasi dan Umum Dwi Amperawati. SIP, Kasubag Perencanaan; Kasubag Evaluasi & Pelaporan Zainal Arifin, S.H

c. Inspektur Pembantu Wilayah I Bidang Pemerintahan dan

Aparatur Drs. Seno Mursito, Membawahi : Kasi Pengawas

Aparatur Bambang Sutrisno, S.H, Kasi Pengawas

Pemerintahan Umum Agung Wahyu Otomo, S.STP, Kasi Pengawas Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Desa Kelurahan Drs. Supriyono, M.Hum

d. Inspektur Pembantu Wilayah II Bidang Pendapatan dan

Pengelolaan Aset Ir. Sutarno, M.Si, Membawahi : Kasi Pengawas Pendapatan Pajak Daerah dan Penerimaan Lain-Lain Indar Wijayanto, S.Sos, Kasi Pengawas Pengelolaan Aset Ashino Purwadi, S.T, Kasi Pengawas Retribusi Daerah Dra. Dyah Mustikawati, MM .

e. Inspektur Pembantu Wilayah III Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sri Widarni, SH, Membawahi : Kasi Pengawas Ekonomi Koperasi & Badan Usaha Milik Daerah Sunardi, S.Sos , Kasi Pengawas Industri, Perdagangan, Perhubungan & Pariwisata Heny Kustiawati, S.H, MM, Kasi Pengawas Pertanian, Pemukiman dan Lingkungan Hidup Ir. Suhud, MM. f. Inspektur Pembantu Wilayah IV Bidang Kesejahteraan Sosial


(41)

commit to user

Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Drs. Sriyono Raharjo, Kasi Pengawas Kesehatan dan Keluarga Berencana Hartuti, SE, Kasi Pengawas Sosial, Kependudukan, Naker dan Transmigrasi Budi Raharjo, S.Sos

g. Kelompok jabatan fungsional auditor terdiri dari : 1) Henrie Sularso, S.Sos, MM

2) Pratomo, S.Sos, MM

3) Sri Endah Yuniastuti, SH, MM 4) Sri Asih Handayani, S.E, MM 5) Hartini, S.E

6) Retno Rinawati, S.H, MM 7) Tri Goenadi

8) Sutrisno SA, S.Sos, MM 9) Endang Sri Suharti, S.E 10) Kristanto HP, S.E Akt, M.Si 11) Endang Sri Susilaningsih, S.E 12) Eny Setyaningsih, S.Sos

Tabel 1. Alat-alat dan rumah tangga Inspektorat Kabupaten Karanganyar

1 mesin ketik Royal besi 1985 2 rusak berat

2 mesin ketik Royal besi 1991 1 rusak berat

3 mesin ketik Royal besi 1992 1 rusak berat

4 mesin ketik Royal besi 1992 2 rusak berat

5 mesin ketik Royal besi 1994 1 rusak berat

6 mesin ketik Royal besi 1995 1 rusak berat

7 mesin ketik Royal besi 1996 1 rusak berat

8 mesin ketik Royal besi 1997 1 Baik

9 mesin ketik Olimpia besi 1998 1 Baik

10 mesin ketik Orari besi 2000 1 Baik


(42)

commit to user

12 Rak Besi 1981 6 Kurang Baik

13 Filling President Besi 1985 1 Baik

14 Filling Brother Besi 1991 1 Baik

15 Filling Daichi 1984 1 Baik

16 Filling Yunika 1984 3 Rusak berat

17 Filling Yunika 1985 3 Rusak berat

18 Printer

HP laser

jet Besi 2006 1 Kurang Baik

19 Filing LUFO Besi 2006 4 2 RB 2 Baik

20 Printer HP Besi 2007 5 2 baik 3 RB

21 Fiiling LUFO Besi 2007 4 Baik

22 papan modulux Kayu 2006 1 Baik

23 White Board 1996 1 Kurang Baik

24 Copy Board Plus Besi 2007 1 Baik

25 Almari - Kayu 1999 1 Baik

26 Zane - Kayu 1994 1 Baik

27 Zace - Kayu 1995 1 Baik

28 Kursi lipat Star Besi,busa 2005 100 Baik

29 Kursi lipat - Besi/busa 2006 25 Baik

30 Meja Komputer - Kayu 2008 1 Baik

31 Tabung gas Pertamina Besi 2008 1 Baik

32 Handycam JVC Besi 2008 1 Baik

33 Sound System Samson Besi 2008 1 Baik

34 Alat perekam Zestron Besi 2008 5 Baik

35 Acces Wieless Dlink Plastik 2008 1 Baik

36 meja biro Kayu 2008 4 Baik

37 meja rapat Kayu 2008 10 Baik

38 Tandon air Pinguin Plastik 2009 1 Baik

39 Jam Dinding Saiko Metal 1981 1 Baik


(43)

commit to user 41

Mesin potong

rumput Shinaka Besi 2008 1 Baik

42 AC General Besi 1993 1 rusak berat

43 AC Toshiba Besi 2001 1 Baik

44 AC Split National besi 2003 1 Baik

45 AC LG Besi 2006 2 Baik

46 AC Panasoic Besi 2008 1 Baik

47 Kipas Angin Maspion Besi 1995 1 Baik

48 Kipas Angin Nasional Besi 2000 1 Baik

49 Kipas Angin National besi 2003 5 Baik

50 Kompor gas Rinai Besi 2008 1 Baik

51 Tabung Gas Pertamina Besi 2009 1 Baik

52 Ampli Toa - 1998 1 Kurang Baik

53 Standar Mick 1998 2 Kurang Baik

54 Kamera digital Canon Besi 2006 1 Rusak berat

55 Karpet Aula Plastik 2006 1 Baik

56 Komputer GTC Besi 2000 2 Baik

57 Komputer IBM Besi 1994 1 rusak berat

58 Komputer Azis Besi 1998 1 rusak berat

59 Komputer Epson Besi 1999 1 rusak berat

60 Komputer pentium 4 besi 2004 2 b1 rusak1

61 Printer epson 300 Metal 2004 2 rusak berat

62 Komputer - Besi 2004 2 Rusak 1

63 Komputer - Besi 2005 1 Kurang Baik

64 Komputer PC Rakitan Besi 2008 8 Baik

65

pemasangan

internet Speedy Besi 2009 1 Baik

66 Laptop Thosiba 2005 1 Baik

67 Notebook/laptop Thosiba Besi 2007 1 Baik


(44)

commit to user

69 Laptop Thosiba 2004 1 Baik

70 Notebook 4 bh Thosiba Besi 2009 4 Baik

71 Printer EPSON Besi 2004 2 rusak semua

72 Printer 2005 1 Rusak berat

73 LCD Thosiba 2005 1 Baik

74 Printer Besi 2005 1 Baik

75 Printer HP Laser Besi 2008 5 Baik

76 Printer Samsung Besi 2009 5 Baik

77 Meja Tulis - Kayu 1993 2 Baik

78 Meja - Besi 1982 1 Baik

79 Meja - Kayu 1984 1 Baik

80 Meja 1998 3 Rusak berat

81 Meja 1994 1 Rusak berat

82 Meja 2001 2 Kurang baik

83 Meja 1992 2 Baik

84 Meja 1983 4 Kurang Baik

85 Meja 1985 1 Baik

86 Meja 1986 8 Baik

87 Meja 1987 6 Baik

88 Meja 1982 5 Kurang Baik

89 Meja Ibiro - Besi 2006 1 Baik

90 Meja biro - Kayu 2007 3 Baik

91 Kursi - Kayu 1993 1 Baik

92 Kursi - Kayu 1993 3 Baik

93 Kursi 1996 2 Kurang Baik

94 Meja 1994 1 Kurang Baik

95 Kursi - 2003 2 Kurang Baik

96 Kursi Kerja LUFO Besi 2005 6 Baik

97 Meja Kayu 2005 5 Kurang Baik


(45)

commit to user

99 Kursi Kerja LUFO Kayu 2007 3 Baik

100 Rak Kayu - Kayu 2010 2 Baik

Tabel 2. Alat angkutan Inspektorat Kabupaten Karanganyar

1 Sepeda Motor Honda 1995 AD 9986 CF 1 Kurang Baik

2 Sepeda Motor Honda 1995 AD 9985 CF 1 Kurang Baik

3 Sepeda Motor Honda 1995 AD 9987 CF 1 Kurang Baik

4 Sepeda Motor Honda 1996 AD 9671 F 1 Kurang Baik

5 Sepeda Motor Suzuki 1995 AD 9734 AF 1 Kurang Baik

6 Sepeda Motor Suzuki 1995 AD 9733 AF 1 Kurang Baik

7 Sepeda Motor Suzuki 1995 AD 9742 AF 1 Kurang Baik

8 Sepeda Motor Honda 1997 AD 9863 BF 1 Kurang Baik

9 Sepeda Motor Honda 2000 AD 9619 CF 1 Kurang Baik

10 Sepeda Motor Honda 2002 AD 979 0F 1 Kurang Baik

11 Sepeda Motor Honda 2003 AD 9769 BF 1 Baik

12 Sepeda Motor suzuki 1994 AD 9864 BF 1 Kurang Baik

13 Sepeda Motor Honda 2004 AD 9629 CF 1 Baik

14 Sepeda Motor Honda 2005 AD 9637 CF 1 Baik

15 Sepeda Motor Honda 2005 AD 9647CF 1 Baik

16 Sepda motor Suzuki 2008 AD 9665 DF 1 Baik

17 Sepda motor Suzuki 2008 AD 9693 DF 1 Baik

18 Station Wagon Suzuki 2002 AD 14 AF 1 Kurang Baik

19 Station Wagon Mitsubhisi 1996 AD 9504 AF 1 Kurang Baik

20 Station Wagon Mitsubhisi 1996 AD 9509 AF 1 Kurang Baik

21 Station Wagon Toyota 2004 AD 11 AF 1 Baik


(46)

commit to user

Tabel 3 .Anggaran pelaksanaan pengawasan internal secara Reguler atau berkala pada tahun 2010 (mencakup 9 obyek pemeriksaan).

Uraian Rincian Perhitungan Jumlah

Volume Satuan Harga

Satuan

Belanja Perjalanan Dinas 377.490.000

Golongan IV Eselon II (1 orang x 10 Kali x 12 bulan)

120 OH 120.000 14.400.000

Golongan IV Eselon III (1 orang x 14 kali x 1 bulan)

14 OH 90.000 1.260.000

Golongan IV Eselon III (4 orang x 14 kali x 14 bulan)

672 OH 90.000 60.480.000

Golongan III Eselon IV (5 orang x 14 kali x 1 bulan )

70 OH 62.500 4.375.000

Golongan III Eselon IV (11 orang x 14 kali x 12 bulan)

1848 OH 62.500 115.500.000

Golongan IV Eselon IV (1 orang x 14 kali x 12 bulan)

168 OH 65.000 10.920.000

Golongan IV (3 orang x 14 kali x 12 bulan )

504 OH 90.000 45.360.000

Golongan IIIc-IIId (1 orang x 14 kali x 1 bulan)


(47)

commit to user Golongan IIIc-IIId (7

orang x 14 kali x 12 bulan)

1176 OH 62.500 73.500.000

Golongan IIIa-IIIb (5 orang x 14 kali x 12 bulan)

840 OH 42.500 35.700.000

Staf teknis Golongan III ()3 orang x 14 kali x 12 bulan)

504 OH 30.000 15.120.000

Jumlah 388.350.000

4. Jenis-jenis pendapatan daerah di Kabupaten Karanganyar.

Untuk melengkapi penelitian ini penulis menyampaikan mengenai jenis-jenis pendapatan daerah di Kabupaten Karanganyar. Jenis -jenis pendapatan daerah itu adalah sebagai berikut :

a. Pajak Daerah, terdiri dari : 1) Pajak Hotel

2) Pajak Restoran 3) Pajak Hiburan

4) Pajak Reklame

5) Pajak Penerangan Jalan

6) Pajak Mineral bukan Logam

7) Pajak Parkir 8) Pajak Air Tanah

9) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

10) Retribusi Daerah, terdiri dari : a) Retribusi Jasa umum b) Retribusi Jasa Usaha c) Retribusi Perijinan tertentu


(48)

commit to user

11) Hasil Pengelolaan kekayaan Daerah yang Dipisahkan, terdiri dari :

a) Perusahaan Daerah Air Minum

b) Bank Jateng c) Bank Daerah

d) BPR BKK Tasikmadu

e) Badan Kredit Desa (BKD)

b. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1) Penerimaan Jasa Giro

2) Penerimaan Bunga Deposito

c. Dana Perimbangan

1) Dana Alokasi Umum

2) Dana Alokasi Khusus

d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

B. Prosedur dalam Pelaksanaan Pengawasan oleh Inspektorat Kabupaten Karanganyar terhadap Pendapatan Daerah

1. Tahap Persiapan Pemeriksaan :

Sebelum dilakukan pemeriksaan pendapatan daerah oleh pemeriksa pendapatan, maka tim pemeriksa bidang pendapatan terlebih dahulu di beri surat tugas dari kepala inspektorat kabupataen yang diterbitkan dua kali setiap bulan, yakni pada awal bulan dan pertengahan bulan dengan diberikan tanggal mulai dan berakhirnya pemeriksaan, surat tugas ini diterbitkan untuk semua bidang kerja yang terdapat dalam lembaga inspektorat kabupaten. Sehingga pelaksanaan pemeriksaan di lapangan nantinya dilakukan secara bersama-sama antara pemeriksa pendapatan dan pemeriksa lainnya.

Pada setiap penerbit surat tugas ini mencakup dua obyek yang


(49)

commit to user

pemerintahan desa pada suatu desa tertentu dengan pemeriksaan pada suatu kecamatan di wilayah Kabupaten Karanganyar.

Langkah selanjutnya tim pemeriksa pendapatan yang dikoordinasi oleh Kepala bidang Pemeriksa Pendapatan mengadakan wawancara pendahuluan secara umum dengan penaggungjawab obyek yang diperiksa, misal pada pemerintahan desa pada Kepala Desa, untuk pemeriksaan kecamatan kepada Kepala Camat setempat.

Pembicaraan pendahuluan ini bertujuan untuk :

a. Memberitahu secara resmi akan diadakannya pemeriksaan pada obyek-obyek yang akan diperiksa.

b. Memberitahu gambaran yang lengkap kepada kepala

daerah/pimpinan yang akan diperiksa tentang pengertian

pemeriksaan dan manfaat yang dapat diperoleh dari pemeriksaan tersebut.

c. Menemukakan sasaran pemeriksaan yang akan dilakukan sesuai dengan bunyi surat tugas

Setelah dilaksanakan pembicaraan pendahuluan maka langkah selanjutnya adalah penyusunan program kerja pemeriksaan (PKP) yang berisi rencana langkah-langkah yang harus dilaksanakan selama kegiatan pemeriksaan. PKP ini disusun oleh penanggungjawab pemeriksaan atau ketua tim dan disetujui oleh kepala Inspektorat kabupaten.

Setiap program kerja pemeriksaan harus mengandung empat bagian pokok, yaitu :

a. Pendahuluan, yang memuat :

1) Informasi latar belakang mengenai kegiatan atau program yang diperiksa.

2) Komentar mengenai kegiatan atau program yang diperiksa dari hasil pemeriksaan perangkat pengawas lainnya.

b. Pernyataan tujuan pemeriksaan, yang memuat : Tujuan dan ruang lingkup pemeriksaan.


(50)

commit to user 1) Sasaran pemeriksaan.

2) Prosedur atau cara pendekatan yang dipilih. 3) Pola laporan yang dikehendaki.

4) Hal-hal penting lainnya yang menyangkut manajemen yang perlu diperhatikan.

c. Instruksi-instruksi khusus. d. Langkah-langkah kerja.

Langkah-langkah selanjutnya adalah pemeriksa atau tim pemeriksa membuat internal control Questionarie (ICQ) atau permintaan data dan penjelasan dengan tujuan antara lain : a. Untuk memudahkan pemeriksa atau tim pemeriksa dalam

melaksanakan tugas pemeriksaan diobyek instansi yang bersngkutan.

b. Untuk mengidentifikasi dan mengetahui kelemahan atau kekurangan yang ada di obyek instansi yang diperiksa.

ICQ dikirim sebelum pemeriksaan dilakukan dan jawabanya sudah diterima kembali sebelum pemeriksaan dilaksanakan.

Sebagai gambaran di bawah in diberikan contoh ICQ dan contoh daftar permintaan data bidang pemeriksaan pendapatan daerah.

Contoh Internal Control Questionarie (ICQ) INTERNAL CONTROL QUESTIONARES

PEMERIKSA BIDANG PENDAPATAN DAERAH


(51)

commit to user

2. Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan

Kegiatan pemeriksaan bidang pendapatan daerah yang dilakukan oleh Pemeriksa Pendapatan Daerah antara lain meliputi :

a. Pengelolaan, pembinaan dan pengembangan Pendapatan Asli

Daerah (PAD);

b. Penerimaan bagi hasil pajak atau bukan pajak;

c. Pengelolaan Anggaran Belanja Rutin dan pembangunan yang

terdapat di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKAD), kecuali pengadaan barang bergerak yaitu alat tulis kantor, inventaris kantor, cetakan, kendaraan dinas atau sarana mobilitas dan pakaian dinas.

d. Tindak lanjut atau penyelesaian atas kerugian daerah atau negara yang terdapat pada instansi atau unit kerja di linhkungan pemerintah daerah berdasarkan hasil pemeriksaan Aparat Pengawas Fungsional atau lainnya.

e. Sejauh mana mutu pelayanan pemerintah daerah dari perijinan tersebut.

Instansi-instansi yang diperiksa antara lain :

a. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah;

b. Pemegang Kas Daerah;

c. Instansi yang menangani Pendapatan Daerah; d. Instansi lain yang terkait .

Pemeriksaan di bidang pendapatan daerah adalah untuk mengetahui kebenaran formal dan material atas penerimaan Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak atau Bukan Pajak. Apakah sudah dilakukan identifikasi atau ekstensifikasi Pendapatan Daerah dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk itu perlu diperiksa hal-hal sebagai berikut :

a. Secara umum, dilaksanakan pemeriksaan dan pencatatan hal: 1) Nomor dan tanggal Peraturan Daerah yang mencakup


(52)

commit to user

pengesahan Peraturan Daerah dari pejabat yang

berwenang.

2) Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dikeluarkan Kepala Daerah dalam rangka pengelolaan dan peningkatan pendapatan daerah.

3) Kebijaksannaan tersebit apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4) Pungutan Daerah yang diatur dengan Surat Keputusan Bupati atau atas dasar ketentuan lainnya.

5) Pungutan daerah yang dilaksanakan tanpa ketentuan dasar hukum.

6) Apabila terdapat temuan pada butir 4 dan 5 di atas,

telusuri sebab-sebabnya, dan pengaruh terhadap

masyarakat dan pembangunan.

7) Kegiatan yang dilakukan oleh DPPKAD dalam

mengkoordinasi Pendapatan atau Penerimaan Daerah. Teliti sampai sejauh mana pelaksanaan fungsi koordinasi Dinas Pendapatan berjalan atau terlaksana.

8) Peraturan Daerah dan Surat Keputusan Kepala Daerah yang menetapkan tentang uang perangsang atau upah pungutan, apakah telah diberikan kepada yang berhak menerimanya serta pada siapa saja uang perangsang

tersebut diberikan. Lakukan pemeriksaan tentang

kebenaran, kewajaran menurut peraturan dan maksud pemberian uang perangsang tersebut.

9) Pelaksanaan Tata Usaha DPPKAD, apakah sesuai dengan ketentuan.

10) Fungsi dan jangkauan unsur pengawasan intern

Pendapatan Daerah.

11) Lakukan pemeriksaan pada bendaharawan khusus


(53)

commit to user

12) Hitung realisasi penerimaan, pengeluaran dan sisa barang.

b. Prosedur dan sistem pungutan.

Hal yang diperiksa dan dicatat adalah :

1) Prosedur dan sistem pungutan Daerah. Diteliti efisiensi dan efektifitas serta prosedur dari kemungkinan adanya kerawanan penyalahgunaan wewenang oleh petugas pemungut. Kemudian dilakukan pemeriksaan secara uji

petik terhadap pelaksanaanya untuk mengetahui

kebenarannya.

2) Tanda-tanda bukti baik sebagai tanda pembayaran.

Bandingkan dengan ketentuan yang berlaku. Apabila ada, teliti terhadap prosedur pengadaan dan pendistribusian tanda-tanda bukti tersebut, serta pengamanannya.

3) Terhadap tanda-tanda bukti yang sudah didistribusikan dan pertanggungjawabannya maka diadakan penelitian sistem pengendaliannya, apakah tanda bukti tersebut telah menggunakan nomor seri dan nomor urut serta diperporasi. 4) Bila ada pungutan daerah yang pelaksanaannya dilakukan

daerahdan surat perjanjian yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak.

a) Pelaksanaan Pungutan

Dalam hal ini pemeriksa pendapatan melakukan pemeriksaan dan pencatatan terhadap:

(1) Periksa apakah jenis pungutan pajak dan retribusi Daerah sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Periksa apakah semua pungutan Daerah sudah ditetapkan dengan Perturan Daerah.


(54)

commit to user

(3) Jika ada pungutan daerah yang tidak ditetapkan dengan Peraturan Daerah, mintakan penjelasan dan catat jenis pungutan apa saja .

(4) Periksa tentang cara menetapkan perkiraan target Pendapatan Asli Daerah .

(5) Lakukan perhitungan antara target yang ditetapkan dengan potensi yang ada, untuk mendapatkan perbedaan dari yang seharusnya ditargetkan.

(6) Lakukan perhitungan realisasi pencapaian target dan lakukan ratio antara realisasi dengan target yang telah ditetapkan.

(7) Periksa prosedur dan pelaksanaan pemungutan dan penyetoran Pendapatan Asli Daerah.

(8) Periksa apakah biaya pemungutan pajak daerah sudah diatur dengan Peraturan Daerah.

(9) Periksa apakah besarnya ( prosentase ) biaya pemungutan pajak daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika tidak sesuai mintakan penjelasan.

(10) Periksa apakah ada Pungutan Daerah yang

digunakan langsung ( diluar Badan Layanan Umum Daerah ), Jika ada, catat berapa jumlahnya, mintakan penjelasan penggunaannya.

(11) Periksa apakah seluruh Perturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi Daerah telah diundangkan dalam Lembaran Daerah .

(12) Periksa apakah Perturan Daerah tentang Pajak dan

Retribusi Daerah setelah ditetapkan, sudah


(55)

commit to user

Menteri Keuangan paling lambat 15 hari setelah ditetapkan, Jika sudah mintakan tanda terimanya. (13) Periksa apakah ada Peraturan Daerah tentang

Pajak dan Retribusi yang dibatalkan oleh Menteri Dalam Negeri, telah dihentikan pelaksanaannya dalam waktu 7 ( tujuh ) hari setelah diterimanya Keputusan Pembatalan. Jika belum, Periksa dan mintakan penjelasan.

(14) Periksa dan evaluasi, apa saja kebijaksanaan Kepala Daerah dalam rangka pemberian pelayanan prima kepada wajib pajak dan wajib bayar, lakukan pengujian di Unit Pelaksanaan pelayanan.

(15) Periksa apakah Bendahara Penerima telah

ditetapkan oleh Kepala Daerah awal tahun anggaran. Jika belum ditetapkan, minta penjelasan kenapa demikian.

(16) Periksa apakah Bendahara Penerima telah

membukukan semua penerimaan daerah yang menjadi tugasnya di instansi yang bersangkutan. (17) Periksa apakah setiap ketetapan/bukti pungutan

pajak/retribusi yang diterima Bendahara melakukan verifikasi atas keberatan formal dan materialnya. (18) Periksa apakah Bendahara menerima setoran pajak,

retribusi dan pungutan lain dalam bentuk tunai, Apakah tidak dan atau dalam bentuk cheque, bilyet apakah ada dasar hukumnya dan dilakukan clearing kepada Bank yang mengeluarkan cheque, bilyet tersebut sebelum bukti tanda terima diserahkan kepada wajib pajak, retribusi, bayar.

(19) Periksa apakah seluruh penerimaan Bendahara telah disetor ke Kas Daerah tepat pada waktunya.


(1)

commit to user

Inspektorat Kabupaten Karanganyar dengan membawa catatan-catatan administrasi dan berkas-berkas lain yang sudah disempurnakan.

3) Terbatasnya sarana kendaraan

Upaya mengatasi terbatasnya sarana kendaraan dinas yang dimiliki oleh Inspektorat Kabupaten Karanganyar dalam melaksanakan tugas pengawasan (pemeriksaan) ke obyek pemeriksaan adalah dengan menggunakan kendaraan pribadi baik yang beroda empat maupun kendaraan beroda dua (sepeda motor) yang dimilika oleh masing-masing staf atau pegawai pada kantor Inspektorat, khususnya mereka yang diberi tugas untuk melakukan pemeriksaan.

D. Pembahasan

Inspektorat Kabupaten merupakan aparat pengawas fungsional yang paling rendah tingkatannya, yang pada dasarnya kedudukan terhadap Bupati adalah sama, dengan kedudukan Inspektorat Provinsi terhadap Gubernur. Hanya saja mengingat berbagai pertimbangan rumusan kedudukan aparat pengawas fungsional yang terendah tingkatannya

Keseluruhan pelaksanaan pengawasan yang dilakukan

inspektorat kabupaten yang sebelumnya telah ditetapkan dalam program kerja inspektorat. Tujuan pengawasan terhadap keuangan dan ketaatan pada peraturan adalah untuk menilai apakah suatu instansi telah melaksanakan kegiatan, mengendalikan dan mempertanggung jawabkan kegiatannya sesuai dengan peraturan yang berlaku dan apakah catatan akuntansi, laporan keuangan dan sistem akutansi dapat dipertanggung jawabkan secara tepat sehingga bermanfaat bagi penyusunan anggaran,


(2)

commit to user

pengawasan anggaran, pemberian informasi keuangan kepada yang berwenang dan perhitungan serta pembukuan anggaran.

Pengawasan bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan dilaksanakan secara efektif, efisien dan ekonomis, dan apakah pelaksanaannya sudah didasarkan pada ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan efisiensi dan

penghematan adalah untuk menilai pelaksanaan kegiatan dan pemanfaatan keuangan dan material secara efisien, ekonomis dan efektif, artinya harus diteliti dan dibuktikan. Hal ini sesuai dengan dengan argumen Weber and Schumpeter (2002) yang terkenal dalam etika protestan adalah bahwa penempatan perubahan dari kapitalisme tradisional ke kapitalisme modern bukan karena suatu perubahan dalam lembaga ekonomi tetapi karena suatu perubahan di dalam mental dari aktor-aktor ekonomi. Lembaga tidak memainkan aturan kunci. Karena menurut etika protestan suatu perubahan dalam mentalitas dapat menjamin perubahan dalam suatu institusi yang saling berhubungan. Misalnya salah satu kadang-kadang diawali analisis subyektif (sudut dari aktor) atau dari sudut obyektif yaitu institusi sosial. Cara-cara memadukan mentalitas atau spirit dan institusi yang baik dapat dicontoh dari tulisan etika protestan dari apa yang dimaksud Weber dengan kondisi spirit kapitalistik.

Laporan Hasil Pemeriksaan dari inspektorat kabupaten digunakan untuk membentuk suatu pemerintahan yang baik, laporan ini dapat diadakan pengkajian mengenai hasil tersebut di hadapan suatu forum. Maksud diadakanya suatu forum (jika perlu) ini adalah untuk mencegah adanya kekeliruan, kesalahan, kecerobohan di dalam pengembangan temuan, menanggapi komentar maupun merumuskan rekomendasi.


(3)

commit to user

Hal ini dilakukan agar kecerobohan yang berasal dari pengalaman masa lalu tidak terulang. Dunia Arab, kebanyakan undang-undang tidak dihasilkan oleh dewan nasional; mereka malahan diterbitkan oleh rezim yang telah ada sebagai piranti untuk menghadapi tantangan internasional dan domestik. Pada akhir abad 19, rezim patrimonial menggunakan konstitusi dalam ketidaktentuan untuk menemukan kembali diri mereka sebagai pemerintahan yang konstitusional dalam usaha untuk mempromosikan tanggung jawab fiskal dan rasionalitas adminitratif. Pada awal pertengahan abad ke-20, di bawah rezim dominasi kolonial mencoba menemukan kembali diri mereka sebagai entitas kedaulatan, terhadap penggunaan konstitusi tertulis sebagai suatu piranti. Mungkin kiasan dari dewan nasional,

banyak image yang cocok bahwa suatu hukum yang tidak cocok yang

akan dideklarasikan klaim berasal dari orang berkuasa). Konstitusi difungsikan sebagai percobaan dalam disiplin-diri sebagai hukuman, deklarasi kemerdekaan untuk negara dan pernyataan programatik (rencana) oleh ambisi rezim.

Norma pengawasan adalah patokan, kaidah atau hukum yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang yang harus diikuti dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan agar dicapai mutu pengawasan yang dikehendaki. Jika pengertian norma pengawasan secara garis besar telah dapat dirumuskan seperti tersebut di atas, maka untuk lebih, memahami wujud-wujud atau isi norma pengawasan tersebut. Dengan adanya lembaga inspektorat di semua tingkatan ini akan menjadi kontrol bagi lembaga pemerintah utuk menjalankan tanggungjawab kinerjanya dan membatasi kekuasaan dari suatu lembaga negara.

Pernyataan diatas selaras dengan penyataan Montesquieu (1977, 142), sebagai fungsi peningkatan-kekuatan konstitusi harus ada sebagai sesuatu yang tidak diberitahukan untuk operasinya dalam konstitusi


(4)

commit to user

tradisional liberal. Montesquieu dirinya merupakan kelaliman, ketidakpahaman yang besar untuk pemerintah tanpa batasan dan hukum, sebagai destruktive dari hukum. Sebagai orang yang hidup dibawah pemerintahan yang baik, yang akan lebih bahagia dari padanya tanpa hukum atau pemimpin yang mengembara di hutan; sehingga monarki yang hidup di bawah fundamental hukum dari negaranya, yang lebih bahagia dari kelaliman pangeran, yang tidak ada sesuatu pun regulasi lainnya yang dimilikinya atau subyek mereka “hati” (Weber and Schumpeter, 2002)

Dari hasil pengalaman pembatasan kekuasaan sebagai sarana untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan diantaranya, Pertama kali di dunia ini ada tiga konstitusi tertulis dengan entitas kedaulatan Amerika, Perancis dan Polandia, semuanya bertujuan untuk penopang pusat kekuasaan pada saat krisis yang membahayakan. Stephen Holmes telah

mengamati diantaranya metafora pemeriksaan, penghalangan,

pembatasan dan pertahanan seyogyanya bahwa konstitusi adalah peralatan perlawanan yang digunakan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan. (Weber and Schumpeter, 2002)

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara, pengawasan ditujukan untuk menghindari terjadinya “korupsi, penyelewengan, dan pemborosan anggaran negara yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri.” Dengan dijalankannya pengawasan tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggung jawaban anggaran dan kebijakan negara dapat berjalan sebagaimana direncanakan.


(5)

commit to user BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan mengkaji bab kesatu sampai bab ketiga dan berpijak pada rumusan masalah, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pelaksanaan pengawasan (pemeriksaan) bidang pendapatan daerah

pada kantor Inspektorat Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut :

a. Tahap persiapan pelaksanaan pemeriksaan.

b. Tahap pelaksanaan pemeriksaan.

c. Evaluasi hasil pemeriksaan/pembahasan hasil pemeriksaan.

d. Konfirmasi temuan-temuan hasil pemeriksaan yang perlu

ditindaklanjuti.

e. Pembuatan Kertas Kerja hasil pemeriksaan.

f. Laporan hasil pemeriksaan.

g. Tahap tindak lanjut.

Dengan demikian proses pemeriksaan oleh Inspektorat Kabupaten Karanganyar telah mendorong efisiensi pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku yakni Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Secara singkat dapat dijelaskan tentang hasil pemeriksaan reguler oleh inspektorat Kabupaten Karanganyar bagian pendapatan daerah adalah bahwa dari ke-empat program kerja yang menjadi tugas pemeriksa pendapatan daerah selama tahun 2010 telah dilakukan pemeriksaan dengan tepat waktu dan hambatan yang timbul selama pemeriksaan dapat diatasi dengan lancar. Dari ke-empat obyek pemeriksaan tersebut terdapat 3 (tiga) temuan negatif yang harus ditindak lanjuti yang ada dalam instansi pemungut retribusi pasar. Upaya perbaikan laporan ke-tiga temuan negatif itu dalam tahun anggaran tersebut tidak dapat


(6)

commit to user

terselesaikan, sehingga dimasukan dalam program kerja pemeriksaan tahun berikutnya. Disamping itu terdapat 4 (empat) obyek pemeriksaan yang perlu mendapat perhatian dan telah dinyatakan selesai seluruhnya pada bulan terakhir tahun anggaran yakni bulan maret 2010. Terhadap ketiga temuan negatif ini nama instansi dan jumlah penyelewengan oleh lurah pasar merupakan suatu kerahasiaan pada instansi Inspektorat sehingga penulis tidak merinci secara mendalam.

2. Dalam pelaksanaan pemeriksaan pendapatan daerah selama tahun

anggaran 2009/2010 terdapat 3 (tiga) hambatan yang dapat diatasi dengan baik. Ketiga hambatan tersebut adalah :

a. Obyek yang diperiksa kadang tidak ada ditempat. Hambatan ini

diatasi dengan mengadakan pemeriksaan ulang pada hari berikutnya.

b.Catatan administrasi yang diperlukan oleh tim pemeriksa sering

tidak lengkap. Hambatan ini diatasi dengan memerintahkan kepada pimpinan obyek yang diperiksa untuk segera memperbaiki catatan administrasinya.

c. Terbatasnya sarana transportasi (kendaraan). Upaya untuk

mengatasi hambatan ini yaitu dengan menggunakan kendaraan pribadi yang dimiliki oleh masing-masing petugas pemeriksa.

B. Saran-Saran

1. Kepada Inspektur Kabupaten Karanganyar Sebelum pelaksanaan

pemeriksaan dapat mengadakan koordinasi dengan instansi-instansi yang akan diperiksa.

2. Melakukan penyuluhan kepada instansi-instansi terkait dalam hal

sistem akuntansi keuangan yang baik sehingga dalam pelaksanaan pemeriksaan administrasi dapat berjalan lancar.

3. Terkait dengan terbatasnya sarana transportasi di Inspektorat

Kabupaten Karanganyar sudah perlu dilakukan penambahan guna mendukung kelancaran tugas.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Personal Background Dan Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Peran Auditor Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah, Studi Kasus Inspektorat Pemerintah Kabupaten Langkat

4 92 86

Peranan Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah Dalam Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Pengelolaan Pajak Daerah Kabupaten Samosir

3 45 95

EFISIENSI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH MELALUI PENGAWASAN (STUDI DI BADAN PENGAWAS DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT) 2012

0 18 62

PENGARUH PENGAWASAN, PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA Pengaruh Pengawasan, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

0 5 16

PENGARUH PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN PERAN INSPEKTORAT TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN.

1 4 44

ANALISIS PEMANFAATAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH OLEH INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN.

0 0 6

PENGARUH PENGAWASAN INTERNAL, SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR (Survey pada DPPKAD Kabupaten Karanganyar)

0 2 11

Aplikasi Fungsi Manajemen Oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (Dp2kad) Kabupaten Karanganyar

0 1 125

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN NGAWI

0 2 75

PENGARUH KEAHLIAN INDEPENDENSI DAN PROFESIONALITAS PENGAWASAN FUNGSIONAL TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi Pada Inspektorat Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap )

0 0 19