AKUNTABILITAS KINERJA PENGAWASAN FUNGSIONAL PENDIDIKAN: Studi Deskriptif Kontribusi Kapasitas Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Kompetensi Auditor Terhadap Efektivitas Organisasi dan Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Pendidikan Pada Inspektorat Jenderal Kem

(1)

Salwin Md,2012

DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN

LEMBARAN PERNYATAAN ………. i

KATA PENGANTAR. ……… ii

UCAPAN TERIMA KASIH ………... iii

ABSTRAK ………. v

DAFTAR ISI ………. vii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Penelitian ..………. 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah .……… 5

C. Tujuan Penelitian ……… 6

D. Manfaat Penelitian ………... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA……….. 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 13

A. Lokasi dan Populasi Penelitian ………... 13

B. Metode Penelitian ……… .. 13

C. Validitas dan Reliabilitas Instumen Penelitian ……… 13

D. Gambaran Umum Responden ………. 14

E. Analisis Data dan Model Pengukuran ……… 14

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 25

A. HASIL PENELITIAN ………... 25

1. Hasil Pengujian Persamaan Struktural dan Kontribusi Total Antar Variabel ….. 25

2. Deskripsi Kontribusi Variabel-Variabel Penelitian ………... 28

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ……… 30

1. Kontribusi Kapasitas Kepemimpinan Terhadap Efektivitas Organisasi Pengawasan Fungsional Pendidikan ………... ………. 30

2. Kontribusi Kapasitas Kepemimpinan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan ………... 32

3. Kontribusi Motivasi Kerja Terhadap Efektivitas Organisasi Pengawasan Fungsional Pendidikan ……….. ……… 33

4. Kontribusi Motivasi Kerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan ……….. ……… 34

5. Kontribusi Kompetensi Auditor Terhadap Efektivitas Organisasi Pengawasan Fungsional Pendidikan………... 35

6. Kontribusi Kompetensi Auditor Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan……… 35

7. Kontribusi Kapasitas Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Kompetensi Auditor Secara Simultan Terhadap Efektivitas Organisasi Pengawasan Fungsional Pendidikan ……… 36

8. Kontribusi Efektivitas Organisasi Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan ……… 37

9. Kontribusi Kapasitas Kepemimpinan, Motivasi Kerja, Kompetensi Auditor dan Efektivitas Organisasi Secara Bersama-sama Terhadap Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan ………..… 38


(2)

Salwin Md,2012

C. Model Pengembangan Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan 40

1. Dasar Pemikiran ………. 40

2. Ananlisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan pada Itjen Kemdikbud ……… 40

3. Model Pengembangan Akuntabilitas KInerja Pengawasan Fungsional Pendidikan, ……….. 42

4. Visualisasi Model ……… 43

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………. 45

A. Kesimpulan Hasil Penelitian , ……… 45

B. Rekomendasi Hasil Penelitian, ………. 46


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sejak bergulirnya Era Reformasi tahun 1998 Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia terus melakukan pembenahan dan perbaikan dalam hal mewujudkan peningkatan sumber daya manusia. Khususnya bagi Tenaga Pendidik dan Kependidikan, baik di tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah maupun Dosen pada Perguruan Tinggi. Hal ini sebagaimana yang telah diamanatkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 Ayat (1) dan Pasal 31. Salah satu upaya Pemerintah dalam Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional yang berkualitas adalah lahirnya Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuannya agar sistem pendidikan nasional akan semakin membaik, berkualitas dan akuntabel menuju pembangunan pendidikan masyarakat yang adil dan makmur.

Landasan kebijakan pemerintah dalam mewujudkan pembangunan pendidikan nasional, menurut Ruwiyanto, W (1998:178) dalam Perspektif Pengawasan Dalam Manajemen Pembangunan Nasional, Balai Pustaka Jakarta, adalah ”menghimpun, memelihara dan mentransfer nilai-nilai, budaya, dan pengetahuan umat manusia dari generasi ke generasi, membangun Sumber Daya Insani yang cerdas dan produktif, serta mensejahterakan guru/dosen yang lebih profesional sesuai tuntutan era baru pembangunan nasional”.

Mengacu kepada pendapat di atas, dapat dijabarkan bahwa manusia diciptakan Allah SWT memiliki karakteristik khusus baik fisik maupun psikologi yang merupakan potensi yang cukup besar, untuk tumbuh dan berkembang. Perkembangan fisik dan psikologi manusia timbul, akibat adanya tuntutan yang muncul dari dalam diri manusia itu sendiri yakni tuntutan ”Intelektual Kecerdasan Emosional, Physical


(4)

(fisik), Spiritual dan Motivasi” (Satori, Djama’an, Hand Out materi kuliah:2009). Pertumbuhan dan perkembangan manusia selalu mengalami tantangan yang cukup besar dalam hidup dan kehidupannya. Tantangan tersebut adalah ekonomi, sosial kultur, kemanusiaan, politik, keamanan, spiritual, emosional dan pendidikan.

Pedidikan adalah proses pemberdayaan manusia melalui proses learning. Dengan learning keseluruhan potensi manusia dapat tumbuh dan berkembang, menurut Fakry Gaffar M, (1998:210), dalam Perspektif Pengawasan Dalam Manajemen Pembangunan Nasional, Balai Pustaka Jakarta, menyatakan ”Pendidikan diperoleh manusia melalui proses, membentuk, membantu, membimbing, dan mengarahkan”. Proses pendidikan tersebut, akan terjadi perubahan perilaku dalam perkembangan dan pertumbuhan manusia, sehingga menjadi manusia utuh yang optimal dan sempurna. Pertumbuhan manusia yang tumbuh secara optimal, akan dicapai apabila dalam proses pendidikan yang membuat manusia itu tumbuh dan berkembang telah melalui proses “Learning” (pembelajaran), guna mencapai falsafah hidup yang lebih baik.

Selanjutnya Fakry Gaffar M, (1998:210), menambahkan bahwa indikator-indikator pengukuran dalam dunia pendidikan di Indonesia, melalui Educated People. mengatakan bahwa:

”Hakekat (Manusia dan Pendidikan) manusia sebagai ciptaan Allah SWT memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang melalui proses pendidikan yang berfungsi membentuk, membantu, membimbing, mengarahkan dalam bentuk Learning & Reading yang pada hakekatnya akan memperoleh values (nilai), knowledge (pengetahuan), transferable skills (keterampilan)”.

Secara tidak langsung manusia berkembang, untuk pembangunan Ekonomi Bangsa. Disinilah makna dari Ekonomi Pendidikan sebagai salah satu tolak ukur,


(5)

dalam pembangunan pendidikan yang berkelanjutan tanpa batas, dan akhirnya menghasilkan nilai investasi (investment) yang cukup besar bagi Bangsa dan Negara.

Proses pendidikan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh investasi sumber daya manusia (human Investment) yang nyata. Dalam Implementasinya muncul pertanyaan bagaimana investasi sumber daya manusia itu, dapat dicapai oleh suatu komponen masyarakat dan bahkan suatu Negara? Dan apakah konsep investasi sumber daya manusia, dapat terwujud apabila pendukung proses pendidikan melalui learning tidak memenuhi standar minimal?

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dengan tugas pokok dan fungsinya mengelola dan menyelenggaraan program-program pendidikan, agar lebih berakuntabilitas dan transparan dalam setiap kebijakan, tindakan, dan kinerja yang dihasilkan, guna mewujudkan Pendidikan Nasional yang berkualitas. (Rencana Strategi Itjen Kemdikbud 2010:4). Hal tersebut dilatar belakangi oleh terbitnya

“Visi” dan “Misi” Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam mewujudkan pembangunan pendidikan dan Pilar Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2010-2014 (Kemdikbud 2010:2), seperti pada Skema gambar visual 1.1 berikut ini.


(6)

V I SI & M I SI P EM B A N GU N A N P EN D I D I K A N 2 0 10 -10 14

Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Nasional Untuk Membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif

PILAR STRATEGIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL

PEMERATAAN DAN PELUASAN

AKSES PENDIDIKAN

PENINGKATAN MUTU, RELEVANSI, DAN

DAYA SAING

PENGUATAN TATA KELOLA, AKUNTABILITAS DAN PENCITRAAN

PUBLIK

Gambar visual 1.1 : Skema Visi dan Misi Kemdikbud 210-1014 (Sumber: Bagian Perencanaan Itjen Kemdikbud 2011)

Untuk mewujudkan pembangunan pendidikan yang bermutu, relevan, serta memiliki daya saing yang kuat, Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan nasional tentang pengawasan fungsional pendidikan, dalam hal ”Pelayanan Pengawasan Fungsional Pendidikan”. Inspektorat Jenderal selaku Organisasi Institusi Pengawasan Internal di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mempunyai tugas pokok dan fungsi ”mengawal dan mengawasi seluruh aktivitas pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, melalui kebijakan-kebijakan pengawasan Pendidikan Nasional yang transparan, akuntabel” (Kemdikbud 2010), sesuai dengan visi dan misi Inpektorat Jenderal Kementerian Pendidikan (Rencana Strategi Itjen Kemdikbud 2010:14),

yakni; “Terwujudnya pengawasan yang berkualitas terhadap layanan pendidikan”. Visi ini akan terwujud melalui implementasi misi Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu; “Terwujudnya tata kelola, akuntabilitas,


(7)

integritas, profesionalitas pengawasan fungsional pendidikan dan kualitas laporan

keuangan, dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)”.

Sebagai gambaran bagaimana Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ”berakuntabilitas, berdasarkan kebijakan-kebijakan strategis pengawasan fungsional, melalui 8 (delapan) indikator kegiatan, (Sumber: bagian Perencanaan Itjen Kemdikbud, 2011) yaitu:

1) Peningkatan Sistem Pengendalian Internal (SPI)

2) Peningkatan Kapasitas dan Kompetensi auditor Aparat Inspektorat Jenderal. 3) Peningkatan Ketaatan pada Peraturan Perundang-undangan.

4) Penataan Regulasi Pengelolaan Pendidikan.

5) Aksi Nasional Percepatan Pemberantasan KKN. Dengan Indikator Keberhasilan kinerja mewujudkan Kementerian Pendidikan Nasional, sebagai Wilayah Bebas Korupsi (WBK).

6) Intensifikasi Tindakan-Tindakan Preventif oleh Inspektorat Jenderal. 7) Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pemeriksaan oleh ITJEN, BPKP, dan BPK. 8) Penyelesaian Tindak Lanjut Temuan-temuan hasil Pemeriksaan ITJEN,

BPKP, dan BPK. Dengan indikator bahwa kualitas Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencapai opini Wajar Tanpa Pengecualian.

Menyimak dari kebijakan strategis pengawasan fungsional tersebut di atas, dilihat dari aspek kinerja hasil pengawasan, sesuai fakta dan data yang ada, kinerja organisasi Lembaga Inspektorat Jenderal Kemdikbud, dalam 5 (lima) tahun terakhir, sebagai salah satu indikator gambaran Itjen berakuntabilitas, dapat dikemukakan seperti berikut ini.

Persentase tindak lanjut kinerja hasil pengawasan oleh Aparatur Pengawasan Fungsional Pendidikan sampai dengan tahun 2010, yaitu: Lembaga Inspektorat Jenderal Kemdikbud (Itjen) dari 36.474 kasus temuan, telah selesai ditindak lanjuti 26.565 kasus (72,83 %). dan lembaga BPKP dari 12.374 kasus temuan, telah selesai ditindak lanjuti sebanyak 6.538 kasus (52,84 %).

Selanjutnya berdasarkan Laporan Kinerja Hasil Pengawasan Inspektorat Jenderal Kemdikbud, terhadap temuan hasil pemeriksaan tahun anggaran 2010, menunjukkan tindak lanjut hasil pemeriksaan yang telah selesai adalah sebanyak


(8)

33.103 kasus (temuan) dengan persntase sebesar 67,77 % dari 48.848 kasus hasil pengawasan Itjen dan Lembaga BPKP. (Sumber : Bagian PLP Itjen Kemdikbud Jakarta Tahun 2011).

Bertolak dari uraian fakta yang telah diungkapkan di atas, efektivitas kinerja organisasi pengawasan fungsional Inspektorat Jenderal, belum menunjukkan akuntabilitas kinerja yang optimal. Sehingga penelitian ini didasari oleh beberapa

pemasalahan yang muncul dalam pencapaian efektivitas organisasi dan kontribusi terhadap akuntabiulitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan, antara lain:

1. Masih banyaknya temuan atau kasus yang diangkat/ditemukan oleh aparatur pengawasan fungsional pendidikan, hanya terfokus kepada kelemahan administrasi dan penyimpangan pengelolaan anggaran, yang setiap tahunnya selalu muncul pada unit atau satuan kerja, serta pada kegiatan yang sama.

2. Hasil pengawasan yang bersifat substansi tugas pokok dan fungsi lembaga penyelenggaraan pendidikan, masih lemah disebabkan oleh berbagai faktor antara lain sumber daya manusia (SDM), faktor internal atau eksternal aparatur pengawasan dan faktor sumber daya organisasi institusi pengawasan, yang berdampak kepada akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan yang kurang akuntabel.

3. Sistem Pengendalian Internal (SPI) terhadap kegiatan-kegiatan pengawasan belum optimal, hal ini didukung oleh data hasil pengawasan, yaitu masih banyak temuan hasil pengawasan oleh APIP, belum selesai ditindaklanjuti tepat waktu, untuk kurun waktu lima tahun terkahir.

4. Faktor internal sumber daya organisasi, seperti sarana pendukung kegiatan pengawasan belum memadai dan kompetensi penguasaan Teknologi Informasi


(9)

(TI) oleh auditor masih lemah. (sumber: hasil wawancara dengan auditor senior Ketua Kelompok di lingkungan Itjen Kemdibud Oktober dan Nopember 2011). 5. Manajemen pengelolaan kegiatan pengawasan belum maksimal dilaksanakan,

disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, penataan struktur oergaisasi yang selalu terjadi perubahan, sehingga akan berdampak kepada kinerja organisasi dan akutabilitas kinerja belum berjalan maksimal, terhadap kebutuhan stakeholder dan masyarakat.

6. Latar belakang Pendidikan aparatur pengawasan fungsional pendidikan tidak sama, yang relevan dengan tugas pokok dan fungsinya, sesuai data bagian kepegawaian Itjen Kemdikbud tahun 2011, aparatur pengawasan yang memeiliki latar belakang pendidikan relevan dengan tugas pengawasan fungsional hanya berkisar 20 % sampai dengan 30 % (Sumber: Bagian Kepegawaian dan tata Laksana Itjen Kemdibud tahun 2011), sehingga dalam membina karakter SDM untuk meningkatkan kompetensi profesi memerlukan waktu cukup lama dan pembiayaan yang cukup besar.

7. Kesejahteraan aparatur pengawasan fungsional, belum mendapat perhatian khusus dari pihak pemerintah, dalam hal system penggajian dan sumber penghasilan lainnya yang sah. Sedangkan tugas dan tanggungjawab pengawasan fungsional cukup berat dan beresiko tinggi.

Permasalahan-permasalahan tersebut di atas, menunjukkan suatu indicator kelemahan ”efektivitas organisasi dan Akuntabilitas Kinrja Pengawasan

Fungsional Pendidikan, hal demikian dimungkinkan, dampak dari kontribusi

faktor-faktor potensi sumber daya organisasi yang mencakup variable-variabel kapasitas kepemimpinan, motivasi kerja, kompetensi auditor dan efektivitas kinerja organisasi pengawasan fungsional.


(10)

Mengacu kepada tuntutan visi dan misi Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai dengan kondisi yang ada saat ini, faktor-faktor kapasitas kepemimpinan, kompetensi SDM, motivasi kerja dan sumber daya organisasi, cukup potensi kontribusinya terhadap lembaga organisasi pengawasan fungsional, guna meningkatkan kinerja organisasi dan akuntabilitasnya. Pernyataan di atas didukung oleh Marguardt, (1996:15) menyatakan:

”lembaga organisasi yang diharapkan adalah organisasi yang Sumber Daya Manusianya (SDM), memiliki inovasi, dan kreativitas untuk selalu mengikuti perubahan ke arah yang lebih baik, dalam melayani proses pendidikan dan

melayani masyarakat”. Perubahan itu adalah mengenai ”nilai-nilai, cara berpikir, mint-set, strategi, dan bahkan mungkin tujuan-tujuan yang akan dicapai”.

Kemudian dari itu, munculnya bebagai permasalahan yang sangat kompleks, pada lembaga pengawasan fungsional, antara lain, fungsi Independent dan professional terhadap tugas-tugas yang diemban oleh Aparatur Pengawasan Internal Pemerintah (APIP), dalam menjalankan kebijakan-kebijakan program pengawasan fungsional, belum dilaksanakan secara maksimal dan akuntabel, sesuai tuntutan stakeholder dan masyarakat. Selanjutnya faktor ”integritas dan “kompetensi” aparatur pengawasan fungsional, juga merupakan salah satu indikator melemahnya efektivitas kinerja organisasi dan akuntabilitas kinerja pengawasan funsional.

Kelemahan-kelemahan tersebut juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor potensi sumber daya organisasi, sehingga memerlukan kajian dan analisis permasalahan yang tajam dan faktual, untuk mengetahui permasalahan yang sebenarnya.

Kepemimpnan dalam menjalankan program pengawasan fungsional pendidikan di Lembaga Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada dua bentuk (pola) atau jalur, sesuai Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang dituangkan dalam Permendiknas nomor 36 tahun 2010, yakni; Pertama pada jalur Kepemimpinan Struktural Eselon I dan Eselon II. sebagai


(11)

pendukung terlaksanannya program kegiatan pengawasan fungsional. Kedua kepemimpinan dalam jabatan fungsional APIP yaitu “Peran Auditor” dalam menjalankan tugas pengawasan fungsional pendidikan, sebagai Pengendali Mutu (DALTU), Pengendali Teknis (DALNIS) dan Ketua Tim (KT). Keterkaitan kepemimpinan tersebut di atas, dalam menentukan arah kebijakan pengawasan fungsional pendidikan nasional, tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena saling mendukung dan saling terikat dengan tugas pokok dan fungsi Organisasi Inspektorat Jenderal. Namun demikian muncul pertanyaan apakah kriteria kepemimpinan, seperti: seorang pemimpin itu: 1) memiliki kompetensi teknikal skill, 2) memiliki manajerial skill yang handal, 3) memiliki integritas yang tinggi, 4) menjadi panutan bagi semua orang, 5) menjadi contoh bagi bawahannya/staf, dan 6) selalu mampu mencari solusi jika mendapatkan permasalahan. Sudah berfungsi secara optimal dalam menggerakkan potensi sumber daya organisasi pengawasan fungsional, sehingga Inspektorat Jenderal dapat berakuntabilitas kinerja diterima stakeholder dan masyarakat?

Karena fungsi dan peranan kapasitas kepemimpinan dalam organisasi pengawasan fungsional, cukup berpengaruh dan signifikan dalam mencapai visi dan misi organisasi pengawasan fungsional, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, untuk mencapai tujuan efektivitas organisasi. Hal ini sesuai dengan pandangan Prasojo Imam (2007), bahwa kepemimpinan adalah seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu dengan sukarela demi suatu tujuan yang baik untuk kepentingan bersama. Kapasitas (Capasity) artinya aktivitas yang bertujuan meningkatkan kemampuan sesorang dalam mengelola perubahan. Sedangkan karakter adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang sehingga orang tersebut dengan yakin mampu memisahkan hal yang benar dan salah. Tersedia


(12)

http://seskoad-dikreg47-essay.blogspot.com/2010/07/mem-bangun-kapasitas

dan-karakter.html (Selasa, 27 Juli 2010). Selanjutnya menurut Harsey Blanchard (1977),

mengemukakan ”para pendukung perilaku kepemimpinan mengungkapkan bahwa cara seseorang bertindak akan menentukan efektivitas kepemimpinan yang bersangkutan”. Kemudian Sudarmanto, (2009:114) mengemukakan karakteristik kapasitas kepemimpinan dalam era globalisasi dan reformasi adalah ”mampu melakukan perubahan-perubahan dalam hal mengantisipasi tantangan eksternal yang cukup kompleks, hiper kompetisi akibat liberalisasi perdagangan dunia, pesatnya kemajuan teknologi dan informasi, maupun dinamika perubahan politik di berbagai Negara maju”. Dengan demikian, peranan kepemimpinan juga merupakan salah satu fungsi dari manajemen yang sangat strategis, karena kapasitas kepemimpinan dapat menggerakkan, memberdayakan dan mengarahkan sumber daya secara efektif dan efisien kearah pencapaian tujuan efektivitas organisasi.

Berpijak pada konsep pndapat ahli manajemen kepemimpinan di atas, dapat dijelaskan bahwa peran motivasi kerja auditor dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tidak kalah penting dalam mwujudkan efektivitas kinerja organisasi. Demikian pula dengan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional, dapat dicapai apabila motivasi kerja auditor baik yang bersifat ”eksternal” ataupun ”internal” merupakan hal yang cukup dominan untuk mewujudkan efektivitas kinerja organisasi. Kriteria-kriteria Motivasi kerja auditor untuk tujuan efektivitas oranisasi yakni memiliki system kerjasama yang kuat, melaksanakan pekerjaan dengan tepat, dapat memanfaatkan teknologi (IT), diberi kewenangan dan tanggungjawab, membuat sistem evaluasi, menghindari konflik peran serta ambinguitas peran (Robbins S.P & Jugde Timothy A. (2008:53-57) dan Soetopo Hendiyat, (2010-51-60). Hal ini merupakan indikator-indikator yang


(13)

cukup besar peranannya dalam membangun efektivitas organisasi dan akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional. Dengan demikian kontribusi motivasi kerja auditor sangat dibutuhkan dalam menjalankan visi dan misi fungsi pengawasan di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kemudian berdasarkan pandangan teori faktor-faktor pengaruh kontribusi kapasitas kepemimpinan, motivasi kerja dan kompetensi sumber daya manusia tersebut di atas, secara langsung ataupun tidak langsung, merupakan faktor-faktor variable yang melandasi pengaruh kontribusi yang cukup kuat dan akan mempunyai dampak terhadap efektivitas kinerja organisasi dan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pada institusi lembaga pengawasan internal pemerintah, dalam mencapai visi, misi dan tujuan oragnisasi pengawasan fungsional.

Hal demikian didukung oleh Undang-Undang nomor 28 tahun 1999, dalam

pasal 3 dinyatakan bahwa; ”azas-azas umum penyelengaraan negara meliputi: azas kepastian hukum, azas tertib pengelengaraan negara, azas kepentingan umum, azas keterbukaan, azas profesionalisme, dan azas akuntabilitas”, (LAN, 2003: 1). Untuk mewujudkan maksud akuntabilitas tersebut, maka pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden nomor 7 tahun 1999, tentang:

”Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), sebagai unsur penyelengara

pemerintahan negara untuk mempertanggungjwabakan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategi yang ditetapkan oleh masing-masing instansi”.

Sedangkan menurut pandangan Stanbury (2003 dalam Mardiasmo, (2006:29), bahwa:

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertang-gungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelunya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.

Kemudian kinerja Instansi Pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari


(14)

visi, misi dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.

Kemudian Umar, Haryono (2006:66)) dalam buku ”Strategi Control”: Membangun Indonesia yang Bebas KKN, Berkinerja, dan Good Governance,

mengemukakan bahwa: ”Dalam kaitan dengan birokrasi, akuntabilitas merupakan

pertanggungjawaban terhadap otoritas yang diberikan oleh atasan untuk melaksanakan kebijakan. Akuntailitas merupakan kewajiban untuk menjelaskan

bagaimana realisasi otoritas tersebut”.

Sedangkan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) adalah ”perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui system pertanggungjawaban secara periodik” (LAN, 2003:3).

Berdasarkan fakta dan ketentuan tersebut di atas, muncul pertanyaan bahwa

Sejauhmana optimalisasi kinerja lembaga pengawasan Inspektorat Jenderal

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah akuntabilitas, dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga organisasi pengawasan fungsional pendidikan? Sehingga dapat membawa dampak yang cukup signifikan terhadap peningkatan kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Untuk menjawab permasalahan tersebut, tentu perlu kajian dan peninjauan dari berbagai faktor, seperti: faktor kebijakan, faktor kapasitas kepemimpinan, faktor efektivitas organisasi dan faktor motivasi internal maupun eksternal, serta faktor kompetensi sumber daya manusia. Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh, hubungan dan kontribusi yang cukup relevan terhadap visi, misi dan tujuan oragnisasi agar


(15)

kinerjanya lebih efektif dan efisien, maka perlu suatu kajian penelitian serta pengujian sesuai dengan kaidah keilmuan, yang lebih mendalam dan relevan.

Kemudian dari itu efektivitas organisasi lembaga Inspektorsat Jenderal Kemdikbud yang fungsinya selaku pengawasan fungsional pendidikan, juga dapat menimbulkan pertanyaan, bahwa ”Sejauhmana hubungan efektivitas organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan efektif, dalam menunjang tercapainya

akuntabuilitas kinerja pengawasan fungsional Pendidikan?

Bertolak dari latar belakang permasalahan kinerja lembaga instansi pengawasan fungsional tersebut di atas, peneliti merasa terpanggil untuk melakukan kajian dan analisis terhadap efektivitas organisasi dan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan melalui penelitian, dengan judul: ”AKUNTA -BILITAS KINERJA PENGAWASAN FUNGSIONAL PENDIDIKAN (Studi Deskriptif Kontribusi Kapasitas Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Kompetensi Auditor Terhadap Efektivitas Organisasi dan Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan Pada Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ).” Untuk dapat menyumbangkan buah pikiran, terhadap berbagai

pertimbangan-pertimbangan jajaran pimpinan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam mengambil kebijakan-kebijakan manajemen program-program pendidikan nasional di masa yang akan datang.


(16)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai tugas pokok dan fungsi yaitu melakukan pengawasan fungsional terhadap seluruh kegiatan lembaga pemerintah dalam bidang pendidikan. Oleh karena tugas pokok dan fungsinya, Inspektorat Jenderal selaku lembaga pengawasan internal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tidak terlepas dari tuntutan pertanggungjawaban (accountable) terhadap seluruh kegiatan pengawasan yang dilaksanakan, sesuai perencanaan dan kebijakan strategis yang telah ditetapkan dalam setiap tahun anggaran.

Kemudian dari itu Inspektorat Jenderal, sesuai dengan paradigma baru pengawasan menuntut pengembangan metode pengawasan guna mewujudkan hasil pengawasan yang lebih baik. Untuk mewujudkan kinerja hasil pengawasan yang lebih baik dan akuntabel. Berikut ini akan diindentifikasi dan dirumuskan masalah yang berkaitan dengan kebijakan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan. Sehingga dapat ditelaah dan dianalisis melalui kajian lebih mendalam untuk mendapat jawabannya yang tepat dan akademis (ilmiah), guna diterapkan dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan pengawasan pendidikan nasional yang lebih akuntabel dan profesional.

Sebelum menetapkan rumusan masalah dalam penelitian ini, terlebih dahulu, ditetapkan identifikasi permasalahan yang terdapat di Inspektorat Jenderal Kemdikbud, sebagai lembaga pengawasan kebijakan program pendidikan nasional. Berikut ini beberapa masalah yang memerlukan perhatian khusus dalam hal pelaksanaan pengawasan fungsional pendidikan yaitu;


(17)

Pelaksanaan manajemen pengawasan pendidikan lebih mengarah kepada oriented output, yaitu lebih menekankan kepada kuantitas jumlah temuan (kasus), tidak pada kualitas hasil temuan dan tindakan prefentif, sehingga berdampak kepada melemahnya kinerja hasil pengawasan pendidikan, jika dikaji dari sisi kualitas layanan yang amanah, professional dan independent.

Kemudian dari itu program pengawasan fungsional pendidikan selama ini dilakukan secara operasional, komprehensif, dan pengawasan dengan tujuan tertentu (pemeriksaan investigasi), namun dilapangan muncul masalah, bahwa auditor memiliki keterbatasan dalam melaksanakan tugas pengawasan, antara lain tidak mungkin seluruh program pendidikan, dapat di audit dalam waktu bersamaan. Maslaah tersebut di atas di dukung oleh jumlah Sumber Daya Manusia, dalam hal ini auditor aparatur pengawasan fungsional yang melaksanakan tugas pengawasan setiap waktu penugasan, tidak sebanding dengan jumlah auditan (jumlah lembaga satuan kerja yang harus diaudit), apalagi jika dibandingkan dengan jumlah kegiatan program pendidikan yang harus dikontrol (diaudit).

Selanjutnya temuan hasil pengawasan, hanya terfokus kepada kelemahan Adminstrasi, tidak taat azas dan penyimpangan pengelolaan anggaran, yang setiap tahunnya selalu berulang pada unit atau satuan kerja yang sama dan pada program kegiatan yang sama. Di samping itu manajemen pengelolaan kegiatan pengawasan belum maksimal dilaksanakan, disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, penataan struktur organisasi yang selalu terjadi perubahan, sehingga berdampak kepada kinerja organisasi dan akutabilitas kinerja kurang berjalan maksimal terhadap kebutuhan stakeholder dan masyarakat.


(18)

Apa lagi jika dilihat dari faktor latar belakang Pendidikan aparatur pengawasan fungsional pendidikan tidak sama, yang relevan dengan tugas pokok dan fungsinya, sehingga dalam membina karakter dan profesi SDM untuk meningkatkan kompetensi memerlukan waktu cukup lama dan biaya yang cukup besar. Juga Faktor kesejahteraan aparatur pengawasan fungsional pendidikan, juga belum mendapat perhatian khusus dari pihak pemerintah, dalam hal system penggajian dan sumber penghasilan lainnya yang sah. Sedangkan tugas dan tanggungjawab pengawasan fungsional cukup berat dan beresiko tinggi. Faktor motivasi kerja aparatur pengawasan pendidikan, belum maksimal dapat mengatasi masalah-masalah yang bersifat internal dan eksternal, dalam melakukan pengawasan fungsional pendidikan.

Kemudian dari itu System pengendalian internal (SPI) di lingkungan aparatur pengawasan pendidikan, belum berfungsi secara maksimal dalam menjalankan pengendalian tugas-tugas pengawasan fungsional, sehingga berpotensi banyaknya temuan hasil pengawasan, merupakan penyimpangan dari peraturan perundangan yang berlaku, baik terhadap tugas pokok dan fungsi, serta penunjangnya, maupun dalam hal implementasi pemberantasan KKN, belum dilaksanakan secara optimal.

Merujuk kepada latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka berikut rangkuman beberapa faktor variabel yang menjadi fokus permasalahan penelitian, yaitu sebagai berikut.

1) Seberapa besar optimalisasi akuntabilitas kinerja dan efektivitas organisasi lembaga Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga pengawasan fungsional pendidikan, yang amanah, professional dan independent? Oleh


(19)

faktor-faktor penentu; kontribusi kapasitas kepemimpinan, motivasi kerja dan kompetensi auditor dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan pendidikan, sehingga berdampak kepada pertanggungjawaban (akuntabilitas) kinerja pengawasan penyelengaraan negara yang handal dan akuntabel.

2) Sejauhmana hubungan efektivitas organisasi terhadap akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ditinjau dari kontribusi faktor kapasitas kepemimpinan, motivasi kerja dan kompetensi auditor, dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya yang amanah, professional dan independent, agar berdampak kepada stakeholder dan masyarakat.

2. Rumusan Masalah

Mengacu kepada latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan pertanyaan untuk setiap masalah, dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Seberapa besar kontribusi kapasitas kepemimpinan terhadap efektivitas organisasi inspektorat jenderal Kemdikbud ?

b. Seberapa besar kontribusi motivasi kerja auditor terhadap efektivitas organisasi inspektorat jenderal Kemdikbud ?

c. Seberapa besar kontribusi kompetensi autior terhadap efektivitas organisasi inspektorat jenderal Kemdikbud ?

d. Seberapa besar kontribusi kapasitas kepemimpinan, motivasi kerja auditor, dan kompetensi auditor secara bersama-sama terhadap efektivitas organisasi inepektorat jenderal?


(20)

e. Seberapa besar kontribusi kapasitas kepemimpinan terhadap akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan?

f. Seberapa besar kontribusi motivasi kerja auditor terhadap akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan?

g. Seberapa besar kontribusi kompetensi auditor terhadap akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan?

h. Seberapa besar hubungan kontribusi efektivitas organisasi inspektorat jenderal terhadap akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan? i. Seberapa besar kontribusi kapasitas kepemimpinan, motivasi kerja auditor,

kompetensi auditor, dan efektivitas organisasi inspektorat jenderal secara bersama-sama terhadap akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum kontribusi faktor-faktor penentu pelaksanaan kegiatan tugas pokok dan fungsi lembaga pengawasan fungsional pendidikan, yang amanah, professional dan independent. Sehingga berdampak kepada pencapaian efektivitas organisasi dan akuntabilitas kinerja Lembaga Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, antara lain:

a. Mendiskripsikan variable faktor-faktor penentu kinerja pengawasan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi organisasi terhadap pencapaian akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


(21)

b. Menganalisis hubungan fungsional faktor-faktor penentu yang berkontribusi secara parsial dan simultan terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi lembaga pengawasan pendidikan, untuk pencapaian efektivitas organisasi dan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan. dan

c. Merumuskan Model Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan yang efektif dan efisien, untuk direkomendasikan sebagai alternative kajian terhadap tugas pokok dan fungsi lembaga pengawasan fungsional Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan menganalisis tentang:

1)Kontribusi kapasitas kepemimpinan terhadap efektivitas organisasi inspektorat jenderal Kemdikbud

2)Kontribusi motivasi kerja auditor terhadap efektivitas organisasi inspektorat jenderal Kemdikbud

3)Kontribusi kompetensi auditor pengawasan fungsional pendidikan terhadap efektivitas organisasi inspektorat jenderal Kemdikbud

4)Kontribusi kapasitas kepemimpinan, motivasi kerja auditor, dan kompetensi auditor secara bersama-sama terhadap efektivitas organisasi inepektorat jenderal. 5)Kontribusi kapasitas kepemimpinan terhadap akuntabilitas kinerja lembaga

pengawasan fungsional pendidikan.

6)Kontribusi motivasi kerja auditor pengawasan pendidikan terhadap akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan.

7)Kontribusi kompetensi auditor pengawasan pendidikan terhadap akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan.


(22)

8) Kontribusi efektivitas organisasi inspektorat jenderal terhadap akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan.

9) Kontribusi kapasitas kepemimpinan, motivasi kerja auditor, kompetensi auditor, dan efektivitas organisasi inspektorat jenderal secara bersama-sama terhadap akuntabilitas kinerja lembaga pengawasan fungsional pendidikan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat baik terhadap aspek teoritis, maupun praktis, dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama dalam hal :

a. Pengembangan Ilmu Administrasi Pendidikan, khususnya dalam manajemen pengawasan fungsional.

b. Memberikan konsep dan kajian teoritis tentang efektivitas kinerja organisasi kepada lembaga pengawasan fungsional pendidikan dalam mengambil kebikajan-kebijakan yang strategis, tentang pengawasan fungsional yang amanah, professional dan independent.

c. Memberikan konsep dan kajian teoritis tentang pentingnya akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional, kepada kementerian dan lembaga pengawasan fungsional dalam mengambil kebikajan-kebijakan pengawasan yang amanah, professional dan independent, sehingga dapat bermanfaat bagi stakeholder dan masyarakat.

d. Memberikan informasi yang akurat bagi pembentukan konsep yang berkenaan dengan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan.


(23)

e. Memberikan informasi yang akurat terhadap efektifitas organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya sebagai lembaga pengawasan fungsional.

f. Mengidentifikasi berbagai kekuatan, kelemahan peluang dan tantangan bagi terwujudnya produktivitas kinerja pengawasan fungsional terhadap penyelenggaraan program-program pendidikan nasional.

g. Memberikan sumbangan konsep atau model yang dapat digunakan sebagai tujuan manajemen atau administrasi pengawasan fungsional pendidikan dalam pengambilan kebijakan.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

a. Informasi sebagai bahan evaluasi bagi para praktisi pendidikan, khususnya di Inspektorat Jenderal dan di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan tentang pengawasan fungsional pendidikan, yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan , khususnya Inspektorat Jenderal.

c. Sebagai bahan pertimbangan atas adanya berbagai perubahan dan tuntutan kemajuan di Era Globalisasi yang sangat berorientasi kepada kemajuan teknologi informasi (IT).

d. Sebagai bahan pertimbangan bagi terwujudnya visi, misi dan tujuan pendidikan nasional, yang merupakan salah satu pilar layanan prima perekat pemersatu bangsa, dalam rangka pembangunan bangsa yang bermartabat, beretika dan amanah.

e. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk membantu pengembangan kebijakan manajemen pengawasan, terhadap peningkatan sumber daya


(24)

mansuia, khususnya di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan jembatan yang dapat menguji keabsahan dari hasil suatu kajian ilmiah melalui penelitian. Metode penelitian merupakan alat untuk dapat memperediksi kemungkinan-kemungkinan tercapainya tujuan penelitian. Kemungkinan-kemungkinan itu antara lain, suatu prediksi yang dapat meng-gambarkan dan mengungkap berbagai fenomena yang terjadi, sesuai dengan fokus masalah yang akan di teliti. Oleh karena itu penelitian ini menurut sistematik dan prosedur yang hendak dicapai diklasifikasikan sebagai penelitian deskriptif atau diistilahkan dengan deskriptif research.

Dari beberapa rujukan (literature), dinyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu rancangan untuk memperoleh gambaran informasi terhadap fenonema yang muncul pada waktu penelitian dilakukan. Dengan pengertian bahwa penelitian dilakukan mengacu kepada keadaan, kondisi nyata, yang dapat melukiskan variabel-variabel yang dimunculkan pada tujuan penelitian. Adapun karakteristik dari penelitian deskriptif menurut Surachmad, W (1980) , mengemukakan bahwa:

1) menuturkan sesuatu secara sistematis tentang data, atau karakteristik populasi tertentu secara factual dan cermat, serta menganalsisi, untuk memperleh interprestasi data yang ditemukan. 2) menekankan pada observasi dan suasana alamiah (natural setting), hypothesis-generating, hypothesis – testing. Heurestik dan tidak verifikatif. Sehingga hasil penelitian deskriptif melahirkan teori-teori tentative. 3) penelitian deskriptif terdiri beberapa jenis antara lain survey, studi kasus, dan studi dokumentasi.

Penelitian ini juga dapat disebut sebagai penelitian korelasional atau corelational research, karena ini juga ingin memperoleh gambaran fakta aktual,


(25)

apakah di antara dua variabel atau lebih terdapat hubungan yang signifikan atau tidak?. Maksudnya apakah hubungan kedua variabel atau lebih itu memiliki kekuatan atau kelemahan, yang saling berkaitan. Sehinga dapat menyimpulakn ramalan, dugaan, dan perkiraan, yang didasarkan kepada kekuatan dan kelemahan hubungan dimaksud, guna mendapatkan fakta semakin kuat hubungan antar variabel, maka semakin tinggi nilai prediksi yang akan disimpulkan.

Pengelolaan dan analisis data dan informasi hasil survey dari lapangan,

teknik analisis data dengan menggunakan teknik uji statistic: ”structural equation modeling” (SEM). Menurut Sugiyono, (2010:323), menyatakan SEM dapat dideskripsikan sebagai sutau metode analisis yang dapat menggabungkan pendekatan analisis faktor (faktoranalysis), model struktural (structural model), dan analisis jalur (path analysis). Dengan demikian untuk mempermudah taknik analisis, dalam SEM terdapat tiga macam kegiatan secara bersama-sama dapat dilakukan, yaitu pengecekan validitas dan reliabilitas instrument (berkaitan dengan analisis faktor), pengujian model hubungan antar variabel (berkaitan dengan analisis jalur), kegiatan untuk mendapatkan suatu model yang sesuai untuk prediksi (berkaitan dengan analisis regresi atau analisis model structural). Mengacu kepada pendapat teori di atas, maka penelitian ini menggunakan metoda teknik analisis SEM sebagaimana di uraikan di atas, dengan alasan variabel-variabel yang dimunculkan dalam fokus masalah, tujuan penelitain dan hipotesis penelitian, memenuhi criteria dan syarat untuk di analisis

melalui teknik analisis ”structural equation modeling” (SEM).

F. Struktur Organisasi Disertasi

Penelitian ini dengan judul ”AKUNTABILITAS KINERJA PENGAWASAN FUNGSIONAL PENDIDIKAN (Studi Deskriptif Kontribusi Kapasitas


(26)

Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Kompetensi Auditor Terhadap Efektivitas Organisasi dan Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Pendidikan Pada Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ).” Terbagi atas lima Bab, yaitu :

Bab I Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah, merupakan fenomena empirik dari profil pengawasan fungsional pendidikan dewasa ini, di lembaga pengawasan fungsional pendidiakan. Berdasarkan fenomena yang tertuang dalam latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan fokus masalah yang cukup relevan untuk dilakukan pengkajian atau penelitian. Hasil kajian tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijkan strategis pengawasan fungsional pendidikan. Tujuan penelitian ini antara lain untuk dapat mendiskripsikan dan merumuskan faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan organisasi pengawasan fungsional pendidikan. Diharapkan hasil kajian tersebut dapat bermanfaat bagi stakeholder dan masyarakat, sebagai pertanggungjawaban lembaga pengawasan fungsional dalam menjalankan kegiatan organisasi. Hasil kajian tersebut disusun dalam bentuk suatu kerangka pikir yang dituangkan dalam struktur organisasi disertasi.

Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pikir dan Hipotesis Penelitian. Dalam bab ini mengupas tentang Teori, Konsep dan Pendapat dari berbagai pakar atau ahli di bidangnya. Kemudian dituangkan dalam bentuk prospektif pengawasan fungsional dalam konteks administrasi pendidikan, akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional, efektifitas organisasi, kapasitas kepemimpinan, motivasi kerja, kompetensi auditor dan berbagai hasil-hasil penelitian yang relevan. Teori dan konsep dari berbagai pakar tersebut di rancang ke dalam bentuk ”Kerangka Pikir Penelitian”, guna mendapatkan gambaran dari berbagai faktor, variable, dimensi dan indicator yang dapat terukur, kemudian di uraikan dalam bentuk definisi operasional, sehingga dapat merumuskan


(27)

anggapan dasar atau hipotesis, sebagai dasar pemikiran awal atau jawaban sementara dari berbagai pertanyaan penelitian pada Bab pendahuluan.

Bab III Metodologi Penelitian, pada Bab ini menguraikan tentang tempat atau lokasi dan populasi penelitan. Untuk dapat merumuskan dalam suatu Desain Penelitian guna mengetahui bagaiman cara dan teknik mendapatkan data dari lapangan. Selanjutnya dari konsep Desain penelitian dibangun kedalam konstruksi instrumen penelitian dan proses pengembangan Instrumen penelitian. Kemudian Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen Penelitian, sebagai bahan untuk rancangan analisis data dari lapangan, agar dapat merumuskan kesimpulan hasil penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, merupakan bahan untuk melakukan analisis dan pembahasan, guna menguji anggapan dasar dari hipotesis yang di ajuhkan dalam Bab II, sehingga menemukan hasil penelitian sesuai fakta dan data di lapangan. Hasil analisis dan kajian ini rumuskan ke dalam kerangka teori dan konsep. Untuk mendapat hasil pembahasan dari temuan dalam bentuk suatu rumusan representative usulan hasil penelitian. Sehingga kesimpulannya dapat dituangkan dalam bentuk perumusan model pengembangan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan yang efektif, efisien dan akuntabel.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi. Pada Bab terakhir ini berisikan kesimpulan dari hasil kajian penelitian, kemudian dirumuskan ke dalam bentuk rekomendasi sebagai implementasi dari hasil penelitian, untuk kepentingan lembaga pengawasan fungsional.


(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Populasi Penelitian. 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu pada Instansi Unit Utama Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. Sebagai Objek penelitian dan Populasi penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada jajaran lembaga Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, dengan uraian sebagai berikut.

Berdasarkan pengalaman dari hasil uji coba Instrumen Penelitian, dimana

pada awalnya yang menjadi populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah dari

PNS pejabat Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Pejabat Eselon III & IV di Lingkungan seluruh Unit Utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, namun setelah melihat data dan mendengar informasi dari beberapa pihak responden yang berasal dari pejabat eselon III & IV Struktural pada Unit Utama di lingkungan Kemdikbud yang menyatakan bahwa responden tidak dapat menjawab secara objektif instrument penelitian tersebut, disebabkan responden tidak mengetahui kondisi riil (fakta empiris) di Kantor Inspektorat Jenderal Kemdikbud. Maka dari itu dalam lanjutan penelitian ke lapangan setelah uji coba instrumen, dilakukan perubahan Populasi Penelitian, agar informasi dari responden tentang kondisi riil sesuai tujuan awal penelitian ini akan lebih valid, sehingga dilakukan perubahan populasi dan sampel, yakni yang menjadi Populasi adalah PNS di lingkungan Lembaga


(29)

Pengawasan Fungsional Inspektorat Jenderal Kemdiknas dengan uraian sebagaimana dalam tabel 3.1 berikut, namun oleh karena jumlah PNS yang memenuhi syarat dan criteria menjadi responden yang ada di lingkungan Inspektorat Jenderal Kemdikbud, hanya berjumlah 384 orang maka seluruh populasi akan menjadi Purpose sampel sebagai responden penelitian.

Tabel 3.1

Jumlah PNS APIP di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kemdikbud

No

Unit Utama

Inspektorat Jenderal Kemdikbud

Σ Populasi/Responden (Auditor) 1 Auditor Inspektorat Jenderal Kemdikbud 384 (Sumber: Bagian TL & Kepeg. Itjen Kemdikbud Januari 2012)

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari PNS Aparatur pengawasan fungsional di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdiri dari 384 orang dan keseluruhannya menjadi responden, disebabkan jumlah populasi sedikit dan terbatas. Dalam hal ini, popolasi dan sample sebagai sumber data mempunyai peranan yang cukup penting. Menurut Riduwan, (2009:6) dalam Buku Pengantar Statistik Sosial, mengemukakan bahwa Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Selanjutnya

Riduwan menyatakan bahwa ”terdapat dua jenis populasi, yaitu: populasi terbatas dan populasi tidak terbatas (tak terhingga)”. Maka populasi dalam penelitian ini merupakan jenis ”populasi terbatas”. Karena jumlah auditor sebagai sumber informasi yang dapat memberikan fakta empiris, terbatas pada lingkup lembaga pengawasan fungsional Inspektorat Jenderal Kemdikbud saja, selaku objek dan


(30)

subjek penelitian. Kemudian Manase Mallo (1986:149) menambahkan bahwa

”populasi bisa berupa lembaga, individu, kelompok, dokumen, atau konsep”. Berdasarkan beberapa uraian konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan. Tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawai, 1983).

Dengan demikian alasan populasi dalam penelitian sebagai responden, sesuai dengan kaidah ilmiah tidak menyalahi persyaratan analisis suatu metoda penelitian. Untuk itu aparatur pengawasan fungsional (auditor) menjadi responden sebagai sumber data sudah memenuhi persyaratan dalam metode penelitian ilmiah. Di samping itu, auditor sebagai responden, cukup potensial dan professional dalam memberikan pendapat atau penentu informasi pernyataan atau pertanyaan yang ada pada angket/kuisioner penelitian, guna menjaring informasi data secara objektif, terhadap variabel-variabel penelitian, dikarenakan tugas pokok dan fungsi auditor adalah melaksanakan tugas pengawasan fungsional di lapangan, sesuai dengan kapasitasnya sebagai tim audit. Dengan demikian auditor sebagai responden yang memberikan informasi data tentang faktor-faktor yang berpengaruh dan berkontribusi secara langsung atau tidak langsung terhadap efektivitas kinerja organisasi dan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan pada lembaga Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


(31)

B. Desain Penelitian

Desain penelitian sebagai variabel-variabel yang saling berkontribusi, untuk mencapai akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional, sesuai dengan visi dan misi organisasi lembaga pengawasan fungsional pendidikan. Untuk lebih jelasnya, desain keterkaitan antar variabel penelitian dapat dilihat pada gambar visual 3.1 berikut ini.

Kapasitas Kepemimpinan (X1) Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan (Y2) Motivasi Kerja (X2) Kompetensi Auditor (X3) Efektivitas Kinerja Organisasi (Y1) PX1X3 PX1X2 P X 2 X 1 PX2 X3 PX2 Y PX2 Z PX1 X2X3 Y

PX1 X2X3 & Y1

P Y Z

Gambar Visual 3-1: Desain Penelitian

Teknik analisis yang digunakan adalah multi analisis dengan menggunakan

model ”structural equation modeling” (SEM). Hal ini didukung oleh pendapat Sugiyono, (2010:323), pada Bab I Penelitian ini, menyatakan ”SEM dapat dideskripsikan sebagai sutau metode analisis yang dapat menggabungkan pendekatan analisis faktor (factor analysis), model struktural (structural model), dan analisis jalur (path analysis)”.

Selanjutnya Sugiyono menambahkan untuk mempermudah taknik analisis, dalam SEM terdapat tiga macam kegiatan secara bersama-sama dapat dilakukan, yaitu

“pengecekan validitas dan reliabilitas instrument (berkaitan dengan analisis faktor), pengujian model hubungan antar variabel (berkaitan dengan analisis jalur), kegiatan


(32)

untuk mendapatkan suatu model yang sesuai untuk prediksi (berkaitan dengan analisis regresi atau analisis model structural)”.

Mengacu kepada pendapat teori di atas, penelitian ini menggunakan metoda teknik analisis SEM, dengan alasan variabel-variabel yang dimunculkan dalam fokus masalah, tujuan penelitain dan hipotesis penelitian, memenuhi criteria dan syarat

untuk di analisis melalui teknik analisis ”structural equation modeling” (SEM). Dengan demikian analisis jalur (Path Analysis), merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dan hubungan antar variabel yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada diagram jalur hubungan kausal antar variabel dan subvariabel kapasitas kepemimpinan (X1), motivasi kerja aparatur pengawasan fungsional pendidikan (X2), kompetensi auditor aparatur pengawasan fungsional pendidikan (X3) terhadap efektivitas organisasi inspektorat jenderal (Y1) dan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan (Y2).

Prosedur penelitian dapat dilihat skema seperti gambar Visual 3.2. berikut ini. Uji coba dilakukan terhadap 30 orang auditor aparatur pengawasan fungsional pendidikan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, guna dapat menganalisis tingkat validitas dan reliabilitas setiap item pernyataan/pertanyaan. Adapun keriteria ke 30 orang auditor sebagai responden uji coba instrument penelitian terdiri dari 5 (lima) auditor dengan profesi peran sebagai Pengendali Mutu (DALTU), 10 auditor degan profesi peran sebagai Pengendali Taknis (DALNIS), 10 auditor dengan profesi peran sebagai Ketua Tim (KT) dan 5 (lima) auditor dengan profesi sebagai Anggota Tim (AT). Adapun hasil uji coba instrument tersebut sebagaimana dalam lampiran 10 disertasi ini.


(33)

Gambar Visual 3.2 Langkah-Langkah Prosedur Desain Penelitian

Perumusan Masalah Penelitian

Tujuan Penelitian Studi Pustaka

Pembuatan Kuesioner

Penyebaran, Pengumpulan & Pengolahan Data kuesioner Pretest

Pengolahan Data Valid

Penyebaran Kuesioner Sebenarnya

Uji Kecukupan Data Uji Validitas

Uji Reliabilitas

Andal

Cukup

Analisis

Kesimpulan

Mengeluarkan Variabel yang tidak Valid Tidak

Ya Tidak

Ya

Tidak Ya Mulai

Studi Pendahuluan

Penyunan Kisi-Kisi Instrumen


(34)

C. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan jembatan yang dapat menguji keabsahan dari hasil suatu kajian ilmiah melalui penelitian. Karena metode penelitian merupakan alat untuk dapat memperediksi kemungkinan-kemungkinan tercapainya tujuan penelitian. Kemungkinan-kemungkinan itu antara lain, suatu prediksi yang dapat menggambarkan dan mengungkap berbagai fenomena yang terjadi, sesuai dengan fokus masalah yang akan di teliti. Oleh karena itu penelitian ini menurut sistematik dan prosedur yang hendak dicapai diklasifikasikan sebagai penelitian deskriptif atau diistilahkan dengan deskriptif research.

Dari beberapa rujukan (literature), dinyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu rancangan untuk memperoleh gambaran informasi terhadap fenonema yang muncul pada waktu penelitian dilakukan. Dengan pengertian bahwa penelitian dilakukan mengacu kepada keadaan, kondisi nyata, yang dapat melukiskan variabel-variabel yang dimunculkan pada tujuan penelitian. Adapun karakteristik dari penelitian deskriptif menurut Surachmad, W (1989:313), mengemukakan bahwa:

1) menuturkan sesuatu secara sistematis tentang data, atau karakteristik populasi tertentu secara factual dan cermat, serta menganalsisi, untuk memperleh interprestasi data yang ditemukan.

2) menekankan pada observasi dan suasana alamiah (natural setting), hypothesis-generating, hypothesis –testing. Heurestik dan tidak verifikatif. Sehingga hasil penelitian deskriptif melahirkan teori-teori tentative.

3) penelitian deskriptif terdiri beberapa jenis antara lain survey, studi kasus, dan studi dokumentasi.

Dengan demikian melihat dari karakteristik penelitian melalui pendekatan deskriptif yang dikemuakakan di atas, maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif melalui metode survey, dengan pendekatan kuantitatif multi analisis. Penelitian metode survei yang bersifat deskriptif dapat dimaknai sebagai jembatan perantara dalam penjelasan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Pendapat Masri


(35)

S, (2006:21) penelitian pendekatan survey dapat digunakan untuk maksud (1) penjajakan (eksploratif), (2) Deskriptif, (3) penjelasan (eksplanatory atau confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis, (4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu dimasa yang akan datang, (6) penelitian operasional dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial.

Penelitian ini juga dapat disebut sebagai penelitian korelasional atau corelational research, karena penelitian ini juga ingin memperoleh gambaran fakta aktual, apakah di antara dua variabel atau lebih terdapat hubungan yang signifikan atau tidak? Maksudnya apakah hubungan kedua variabel atau lebih itu memiliki kekuatan atau kelemahan, yang saling berkaitan. Sehingga dapat menyimpulkan ramalan, dugaan, dan perkiraan, yang didasarkan kepada kekuatan dan kelemahan hubungan dimaksud, guna mendapatkan fakta semakin kuat hubungan antar variabel, maka semakin tinggi nilai prediksi yang akan disimpulkan.

Studi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Sedangkan teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan angket/kuisioner. Mengacu kepada uraian pendekatan penelitian deskriptif tersebut di atas, maka cirri-ciri penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif melalui metoda survey, menurut Nasution (1988:44), menyatakan sebagai berikut.

1. Rancangan: Spesifik, Jelas, terinci, ditentukan secara mantap sejak awal; 2. Tujuan: menunjukkan hubungan antara variabel, menguji teori mencari

generalisasi yang mempunyai nilai prediktif;

3. Teknik penelitian: eksprimen, survey, observasi berstruktur, wawancara berstruktur;

4. Instrumen penelitian menggunakan angket, wawancara, skala, komputer; 5. Data kuantitatif, hasil pengukuran berdasarkan variabel yang

dioperasionalkan dengan menggunakan instrument; 6. Sampel yang digunakan besar dan representative;

7. Hubungan dengan responden: berjarak, sering tanpa kontak langsung, hubungan antara peneliti subjek jangka pendek;


(36)

8. Analisis dilakukan pada taraf akhir setelah pengumpulan data selesai, deduktif menggunakan statistik;

9. Usulan rancangan: luas dan terinci, banyak literature yang berhubngan dengan masalah, prosedur yang spesifik dan terinci langkah-langkahnya, masalah diuraikan dan ditunjuk kepada fokus tertentu, hipotesis dirumuskan dengan jelas, ditulis rinci dan lengkap sebelum terjun ke lapangan.

Mengacu kepada pendapat di atas, dapat dimaknai bahwa penelitian ini bermaksud ingin menguji semua jawaban secara rasional, agar dapat menjelaskan gejala dan fenomena yang dituangkan dalam fokus masalah serta tujuan penelitian. Dengan demikian bentuk penelitian yang digunakan adalah bentuk pengujian penelitian verifikatif dan explanatory survey. Sehinga penelitian ini disebut dengan penelitian survey, karena penelitian survey adalah penelitian yang menggunakan sampel dari suatu populasi, yang menggunakan kuisioner sebagai alat pengukurannya, maka peneliti tidak mengadakan perlakuan-perlakukan terhadap variabel-variabel yang diteliti.

Langkah-langkah penelitian survey adalah 1) merumuskan masalah-masalah penelitian dan menentukan tujuan survey, 2) menetukan konsep hipotesa serta menggali kepustakaan, 3) menentukan sampel, 4) membuat kuisioner, 5) melakukan pekerjaan laangan, 6) mengola data, dan 7) analisis dan laporan hasil penelitian Nasution (1988:44).

D. Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini meliputi variable independent (variabel bebas) yang terdiri variabel kapasitas kepemimpinan (X1), variabel motivasi kerja (X2), dan kompetensi auditor (X3). Sedangkan variabel dependent (variabel terikat) yaitu variabel efektivitas organisasi inspektorat jenderal (Y1) dan variabel akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan inspektorat Jenderal Kemdikbud (Y2),


(37)

sebagai variabel ukuran dari delapan indikator strategi kebijakan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan pada inspektorat jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Variabel tersebut di atas, masih merupakan terjemahan tertentu dari kerangka pikir penelitian, dengan demikian masih memiliki pengertian yang bersifat umum. Oleh karena itu, agar penelitian mempunyai batas pengertian yang jelas dan mudah diukur serta ditafsirkan/dimaknai, maka perlu dijabarkan makna dan arti setiap variabel ke dalam suatu definisi operasional. Kemudian definisi operasional dari setiap variabel tersebut dijabarkan ke dalam dimensi-dimensi atau sub variabel dengan indikatornya masing-masing

Adapun definisi operasional variabel dengan dimensi dan indikatornya masing-masing, sebagai berikut.

1. Kapasitas Kepemimpinan

Kapasitas Kepemimpinan dalam penelitian ini adalah pola tindakan, batas kewenangan dan perilaku Pimpinan Struktural dan Pimpinan Fungsional dalam mempengaruhi aktivitas para auditor aparatur pengawasan fungsional pendidikan, untuk mencapai tujuan organisasi. Definisi operasional, dimensi dan indikator variabel kapasitas kepemimpinan yang dikombinasikan dan dikembangkan dari berbagai pendapat dan teori yaitu: Krajewsky (1983:23), Robert K, Greenleaf (1999:17-21), Yukl Gary, (2010: 13-14), Fattah N (2000:93), Sutarto (2001:83), maka dimensi yang relevan dengan kapasitas kepemimpinan dalam penelitian ini adalah dimensi yang berorientasi pada tugas (initiating structure), dengan indikator-indikator kapasitas kepemimpinan: (1) mengutamakan pencapaian visi, misi dan tujuan, (2) menilai pelaksanaan tugas bawahan, (3) menetapkan standar


(38)

tertentu pada tugas bawahan, (4) melakukan pengawasan, (5) memberikan petunjuk pada bawahan dan (6) menetapkan batas waktu tugas bawahan.

Dimensi yang berorientasi pada bawahan (Consideration) serta selalu mengahargai hubungan manusia (human relation), dengan indicator : (1) melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan, (2) memberikan kepercayaan kepada bawahan, (3) memperhatikan kesejahteraan bawahan, (4) membangun kerjasama tim, (5) memperlakukan adil terhadap para personil, (6) memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan bersikap bersahabat.

2. Motivasi Kerja

Definisi operasional dimensi dan indikator variabel motivasi kerja dalam penelitian ini adalah kondisi nyata dan fakta sehari-hari yang dialami oleh auditor dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai aparatur pengawasan fungsional pendidikan. Karena tugas pengawasan fungsional menuntut auditor untuk berpegang pada prinsip professional, independent dan penuh dengan resiko yang dapat saja muncul dari factor-faktor internal dan eksternal.

Dimensi dan indikator dikembangkan dari teori Robbins S.P (2001:166), menyatakan bahwa ”motivasi adalah kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan keorganisasian, yang dikondisikan oleh kemampuan

upaya, untuk memenuhi kebutuhan individu tertentu”. Selanjutnya Gray, dkk,

(1984:69) menyatakan bahwa “Motivasi kerja merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Kedua pendapat di atas didukung oleh pendapat Siagian S.P,

(2008:294) bahwa “motivasi kerja seseorang karyawan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal”. Dengan demikian


(39)

variable motivasi kerja dalam penelitian ini juga, akan mengacu kepada dimensi-dimensi kontribusi motivasi yang timbul dari diri individu baik yang bersumber dari internal indvidu maupun bersumber dari eksternal individu, aparatur pengawasan fungsional pendidikan.

Dimensi motivasi kerja eksternal dengan indikator: (1) hubungan antar pribadi, (2) jenis dan sifat pekerjaan (3) Penggajian dan honorarium (4) supervise/pengawasan dari atasan dan organisasi tempat kerja. Sedangkan motivasi kerja inernal dengan indikator: (1) dorongan untuk bekerja dan kemajuan karier, (2) pengakuan dan rasa tanggungjawab (3) minat terhadap tugas dan dorongan untuk berprestasi.

3. Kompetensi Auditor

Dimensi kompetensi auditor dalam penelitian ini adalah persepsi responden terhadap kemampuan dan kecakapan pencapaian prestasi kerja, yang berkenaan dengan tugas dan fungsi auditor sebagai aparatur pengawasan fungsinal pendidikan, dalam melaksanakan penugasan dari pimpinan organisasi/lembaga. Dimensi dan indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah: ”Kompetensi

kepribadian auditor, Kompetensi profesi auditor, dan kompetensi sosial auditor”

yang dikembangkan dari teori Kessler Robin, (2008-ix-xvi) dan Schuler & Jackson, (1999:11-12). Untuk kompetensi keperibadian auditor dengan indicator: (1) kedisiplinan, (2) sikap, (3) tanggungjawab dan (4) karakter. Untuk dimensi kompetensi profesi dengan indicator: (1) tingkat pendidikan, (2) independent, (3) ketaatan, (4) penggunan alat IT dan (5) Media/keterampilan lainnya. Sedangkan untuk dimensi kompetensi sosial dengan indicator: (1) kompetensi berkomunikasi, (2) berinteraksi, (3) kerja sama tim dan (4) kesetiaan.


(40)

4. Efektivitas Organisasi

Dimensi efektivitas organisasi dalam penelitian ini adalah persepsi publik atau responden, dalam hal ini auditor tentang organisasi pengawasan fungsional Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam mencapai tujuan organisasi sesuai visi dan misinya, terhadap kebijakan-kebijakan penyelenggaraan program pendidikan nasional. Dimensi dan indicator yang dikembangkan dalam penelitian ini bepijak kepada teori yang dikemukakan oleh Robbins S.P, (2008:152); Soetopo Hendiyat, (2010:67); dan Parasuraman et. all (1998) yakni dimensi:

a. Kerjasama tim, yakni di antara para pegawai dan pimpinan dalam melaksanakan tugasnya, dengan indikator: (1) suasana kerjasama tim, dan (2) kontribusi pegawai bagi kemajuan organisasi;

b. Ketepatan Pegawai/Pekerjaan, yakni kesesuaian kemampuan pegawai terhadap pekerjaannya, dengan indikator-indikator: (1) penempatan pegawai yang tepat.

c. Ketepatan teknologi, yakni ketepatan peralatan/fasilitas kerja yang dipergunakan, dengan indikator-indikator: (1) kondisi peralatan/fasilitas kerja, dan (2) ketersediaan peralatan/fasilitas kerja;

d. Pemberian kewenangan, yakni kemampuan pegawai dalam mengelola pekerjaanya, dengan indikator-indikator: (1) tanggungjawab pegawai dalam melaksanakan tugasnya;

e. Sistem Pengendalian/evaluasi, yakni cara yang dilakuan dalam menilai pekerjaan pegawai, dengan indikator-indikator : (1) penerapan system evaluasi, dan (2) pemberian penghargaan dan (3) sanksi;


(41)

f. Konflik peran, yakni keseimbangan antara layanan internal dengan layanan eksternal, dengan indikator-indikator: (1) perhatian terhadap layanan internal. g. Ambinguitas peran, yakni sinkronisasi antara harapan organisasi dengan

harapan masyarakat, dengan indikator-indikator: (1) kemampuan organisasi memenuhi harapan masyarakat dan (2) pemenuhan harapan pegawai.

5. Akuntabilitas Kinerja Pengawasan Fungsional Pendidikan

Dimensi akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan dalam penelitian ini adalah persepsi publik atau stakeholder, tentang pengertian akuntabilitas kinerja yaitu;”perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui

system pertanggungjawaban secara periodik” (LAN, 2003:3). Dalam penelitian ini sebagai responden adalah auditor di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang memiliki tugas pokok dan fungsi mengawal, mengawasi dan melayani seluruh kebijakan Program Pendidikan Nasional, guna mewujudkan penyelenggaran proses pendidikan yang efektif, produktif, efisien dan mewujudkan good governance (Tata Pemerintahan yang baik) dan akuntabel.

Dalam mewujudkan akuntabilitas kinerja pengawasan fungsional pendidikan perlu kajian yang berdasarkan teori parah ahli administrasi publik dan menajemen pendidikan, sebagai ukuran ketercapaian akuntabilitas kinerja yang dilaksanakan oleh lembaga pengawasan fungsional pendidikan. Dimensi dan indikator tersebut dirujuk dari teori yang dikembangkan oleh: Drucker (1977:23); Michel. TR dan Larson 1987; Grounland, (1982:86); JD Steward, Mc. Kinsey &


(42)

Howard, yang dikutip oleh Akdon, (2009:209-2010); Mangkunegara, (2001:67); Marten R. Waisbord (1993); Arja Sudjiarto (2000:140-141); dan Syafaruddin, (2010:168). Adapun dimensi dan indikatornya adalah sebagai berikut.

a. Dimensi Produktivitas, (Hasil kerja) yakni produk hasil kegiatan pengawasan yang dilaksanakan dalam satu periode tahunan, dengan indikator-indikator ukuran (1) Kualitas Hasil Kerja, (2) Kecepatan dan ketepatan waktu, (3)Tindakan prefentif terhadap penyimpangan, (4)Prakarsa (Inisiatif), (5)Kemampuan personil, (6) Informasi/Komunikasi, (7) Reward/penghargaan, dan (8) Mekanisme tata kerja.

b. Probity and legality accountability (kejujuran dan keabsahan), dengan indikator-indikator (1) Penggunaan dana sesuai dengan anggaran yang telah disetujui, (2) Penegakan peraturan perundangan-undangan yang berlaku, (3) Kepatuhan/Disiplin, dan (4) Ketaatan (Compliance).

c. Process accountability (proses), dengan indikator Prosedur atau ukuran-ukuran dalam melanksanakan kegiatan.

d. Performance accountability (Hasil Kinerja), dengan indikator (1) Efisien dan (2) Ekonomis.

e. Program accountability (Program), dengan indicator (1) Penetapan dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, (2) Berhasil dan Efektif (outcomes dan effectiveness).

f. Policy accountability (Kebijakan dan Nilai), dengan indicator-indikator (1) Pemilihan berbagai kebijakan yang akan diterapkan dan (2) Nilai (value).


(1)

Kreitner & Kinicki A, (2001). Organizaion Behavior, Fifth Edition, Mc Graw Hiil, New York.

Kusumastuti, D (2001). Manajemen system Pengembangan Sumber Daya Dosen Sebagai Penjamin Mutu di Perguruan Tinggi. Disertasi (tidak dipublikasikan) SPs UPI Bandung.

Kusnadi, Ade (2007). ”Standar Kompetensi Tutor Pendidikan”, Jurnal Ilmiah Visi PTK-PNF. 2, (1). 17 – 24.

Kusnendi, (2003). Struktural Equation Modeling. Analisis Permodelan Persamaan Struktural dalam Penelitian Manajemen. ”Manajerial”. Jurnal Manajemen dan Sistem Informasi. Program Studi Pendidikan Manajemen UPI. Vol.2, No. 3 Oktober 2003. Pp. 68-82.

______, (2005). Konsep dan Aplikasi Model Persamaan Struktural (SEM) dengan Program LISREL,8. Bandung: Badan Penerbit JPE.Universitas Pendidikan Indonesia

______, (2005). Analisis Jalur Konsep dan Aplikasi dengan program SPSS dan LISREL.8. Bandung: Badan Penerbit JPE.Universitas Pendidikan Indonesia. ______, (2008). Model-Model Persamaan Struktural, Bandung: Alfabeta.

LAN RI, (1996): Sistem Administrasi Negara Rpublic Indonesia,. Jakarta.

______, (2003): Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta. LAN

_____, (2007). Instruksi Presiden nomor 7 tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Jakarta LAN.

Leslie W. Rue and Lloyd L.Byars, (2000). Management-Skill and Application, by The McGraw-Hill, 9th edition,2000).

Mangkunegara, A.P, (2008). Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung, Refika Aditama.

Mardiasmo, (2002). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta, Andi. _______, (2003). Konsep Ideal Akuntabilitas dan Transparansi Organisasi Layanan

Publik, Majalah Swara MEP, Vol. 3 no.8 Maret, MEP UGM, Yogyakarta. Marguardt, Michael . J, (1996). Building the Learning Organization, A System

Approach to Quantum Improvement and Global Success. New York, MCGraw-Hill.


(2)

McMahon, Tom, (1996). ”Access to Government Information. A New Instrument for Publik Accountability”, Governent Information in Canada Journal, Volume 3, Number 1.

Miler L.M. (1987). Manajemen Era Baru: Beberapa pandanagn mengenai udaya perusahaan Modern, Jakarta: terjemahan Erlangga.

Mitchel R, (1994). Systemic Change in Education: Section Three. Measuring Up: Student Assessment and Systemic Change. by Educational Teknology Publication, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.

Mouse. R.and L., E. Sontheimer, (1997). Performance Monitoring Indicators Hand Book. Journal World Bank Technical Paper No. 334. The Worl Bank, Washington DC.

Mulyadi, (1998) Auditing. Edisi ke lima. Jakarta. Salemba Empat.

Mulyadi dan Johny Setyawan, (2002). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta.

Murtanto, (1999). Identifikasi Karakteristik-karakteristik Keahlian Audit. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 2 (1): 37-51. Yogyakarta: STIE.

Nasution S, (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nawawi H (1989). Pengawasan Melekat di lingkungan Aparatur Pemerintah. Jakarta :

Erlangga.

Nono Mulyono, (2008). Supevisi Pembelajaran Dalam Konteks Otonomi Daerah. Disertasi (tidak dipublikasikan) SPs UPI Bandung.

Parasuraman, A,V, A, Zarthani, dan L.L. Berry (1998). ”Communication and Contr Processes In The Delovery of Service.” Journal Of Marketting, Vol 52, April. Hlm 35-48.

Parker, Wayne C, (1993). Performance Measurement in the Public Sector. State of Utah. (online) www.rutgers.edu/Accounting/raw/seagov/pmg/perfmeasure. di akses pada Juli 2010.

Parmono. A, (2008). Pengawasan Strategik Program Bantuan Pendidikan dalam Menunjang Akselerasi Penuntasan Wajar Dikdas Sembilan Tahun. Disertasi (tidak dipublikasi kan) SPs UPI Bandung.

Pasaribu, H.C, (2004). Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Usaha”, Jurnal Ilmiah Manajemen & Bisnis, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, (4), 9-20.


(3)

Prasojo Imam (2007). Membangun Kapsitas dan Karakter Kepemimpinan (Online)

http://seskoad-dikreg47-essay.blogspot.com/2010/07/mem-bangun-kapasitas dan-karakter.html (Selasa, 27 Juli 2010).

Rivai V & Mulyadi Dedy, (2009). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Radjagrafindo Persada.

Robbins, S.P, (1990). Teori Organizational: Struktur, Desain dan Aplkasi. Terjemahan oleh Yusuf Udaya, 1994>Jakarta: Arcan.

______, (1996). Organizational Behavior; Concepts, Controversies, Apalications. New Jersey: A Simon & Schuster Company

______, (2001). Perilaku Organisasi; Konsep, Kontraversi dan Aplikasi (Terjemahan), Jakata: PT. Prenhalindo

______, (2009). Organizational Behavior; Concepts, Controversies, Apalications (Edisi ke dua) Online. http://books.google.co.id/books?id=9-jcsiS8RSoC &printsec =frontcover&dq=inauthor:"Stephen+P.+Robbins"&hl=id&e.

Diakses tgl 22 Maret 2011.

Robbins, S.P & Judge A. Timothy, (2008). Perilaku Organisasi; (Terjemahan Edisi ke 12 Bagian 2), Jakata: Salemba Empat.

Rosemarie S.N., (2011). ”Peran Faktor-faktor Strategis Akuntabilitas dalam Sistem Manajemen Universitas”.Disertasi (tidak dipublikasikan) SPs UPI Bandung. Riduwan, (2009): Metode dan Teknik Penyusunan Proposal Penelitian: Bandung,

Alfabeta.

Rubin, Irene, (1996). Budgentting for Accountability: Municipal Budgetting for the 1990s, Journal Public Budgetting & Finance, Summer, Hal, 112-132.

Ruwiyanto, W ( 1998) Perspektif Pengawasan Dalam Manajemen Pembangunan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Sallis, Edward (1993). Total Quality Manajement in Education. Philadelphia: Kogan Page.

______,(2007). Total Quality Manajement in Education.(Manajemen Mutu Pendidikan) terjemahan Achmad Ali dkk, Yogyakarta IRCiSoD.

Santoso Joko, (2007). Makalah; Pengawasan Pada Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara, (2007), Lokakarya Sistem Pengawasan, Solo, 2007.

Satori, Djam’an (1989). Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar, Disertasi pada Fakultas pascasarjana IKIP Bandung. Badung: Tidak diterbitkan.


(4)

______, (2009), Kepemimpinan Dan Politik Pendidikan, Han out Perkuliahan, Program Doktoral Administrasi Pendidikan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Satori DJ & Komariah A, (2009), Metodologi Penelitian Kualitatif: Bandung, Alfabet. Schermerhon JR, (1984). Management for Produktivity, John Wiiley and Son, New

York.

Schuler, Randal S, dan Jackson, Susan E., (199). Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad ke 2. (Ed. ke enam), Jakarta: Erlangga.

Scott, K., et. All. (1995). Teams; Teamwork and Team Bulding. Singapore: Prentice Hall.

Setyo Hari Wijanto, (2008). Struktural Equation Medeling, Konsep dan Tutorial. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siagian SP, (2001). Audit Manajemen; Cetakan ke tiga; Jakarta: Bumi Aksara. ______, (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan ke delapan. Jakarta:

Bumi AKsara.

Simatupang, T.M. (1994). Pemodelan Sistem. Klaten: Nindia.

Smith, A.W.(1982). Management System. Analisys and Application, New Tork: The Dryden Press.

Spencer L.M & Signe Spencer, (1993). Competetive at Work, Model for Superior Performance, Jhon Wiley & Sons, New York.

Soekarso dkk, (2010). Teori Kepemimpinan, Jakarta: Mitra Wacana Media.

Soepriyanto John, (1998). Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan. Jakarta. Soetopo Hendiyat, (2010). Perilaku Organisasi, Teori dan Praktik di

BidangPendidikan. Bandung: Remaja Kosda Karya Offset.

Soewarno, (1996). Studi Ilmu Adminstrasi dan Manajemen. Jakarta: Pt. Gunung Agung.

Sopanah & Isa Wahyudi, (2005). Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan antar pengetahuan ANggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD). (Online) tersedia:http:// www.google. co.id/#hl=id&source =hp&biw=

1360&bih=637&q= STANDAR+ OPERASIONAL+PROSEDUR+(SOP)

+DAN+AKUNTABILITAS+KINERJA+INSTANSI+PEMERINTAH&aq=f&


(5)

Stephen Knezevich, (1969). Administration of Teknology The Schools Executive. Washington DC: USA.

Sudarmanto, (2009:7). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, Jakarta: Pustaka Pelajar.

Sudarmo, Indragito, (2000). Perilaku keorganisasian, Yogyakarta: BPFE Sugiyono, (2002). Metode Penelitian Adminstrasi. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Cetakan ke vi.

Surachmad W, (1989): Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode, Teknik. Bandung: Tarsito.

Sutarto (2001). Dasar-Dasar Kepemimpinan Admisntrasi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sutermeiser, Robert. A. (1976), People and Productivity, Tokyo: Mc.Graw-Hill Books Company.

Syafarudin, (2008). Efektivitas Kebijakan Pendidikan, Konsep, Strategi, dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif. Jakarta: Rineka Cipta.

_______, (2010). Kepemimpinan Pendidikan dan Akuntabilitas Pimpinan Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Cipitat Press Group: Quantum Teaching. Stoner, (1996). Manajemen. Penterjemah: Sindoro Jakarta. PT. Raja Grafindo. The Liang Gie (1992). Administrasi Perkantoran Moderen. Yogyakarta: Liberty. Tjipto Atmoko, (2005). Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah. (Online) tersedia:http://www.google. co.id/#hl=

id&source =hp&biw= 1360&bih=637&q=STANDAR+OPERASIONAL+

PROSEDUR+(SOP)+DAN+AKUNTABILITAS+KINERJA+INSTANSI+PE MERINTAH&aq=f&aqi=&aql=&oq=&fp=eab050af4b346bbd

Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI Bandung, (2008). Manajemen Pendidikan: Bandung: Alfabeta.

Triaswati, Ninasapti, (2000). The Role of EducationDecentralization in Promoting Effective Schooling: Indonesia. Jakarta. University oj Indonesia.

Umar Haryono, (2006). Strategic Control: Membangun Indonesia yang Bebas KKN, Berkinerja, dan Good Governance. Jakarta Cetakan Pertama: Penerit Universitas Trisakti.

Umar Haryono, dkk. (2004). Konsep dan Pengukuran Akuntabilitas. Jakarta Cetakan Pertama: Penerit Universitas Trisakti.


(6)

UUD, 1945. Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Sekneg. Jakarta.

_____,1995. Standar Audit Pemerintahan. Badan Pemeriksa Keuangan,RI, Jakarta. _____,2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Naional Nomor 20 tahun 2003,

Sekneg,; Jakarta.

____, (2004). Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Sekneg;Jakarta.

Van Ameijde, J.D.J, et al, (2009).”Improving Leadership in Higher Education Institutionla Distributed Perspective”Higher Education,58,(6),763-779.

Wangege-Ouma, G, And Langa, P.V. (2010). Universities and the Mobilization Claims Exellence for Competitive Advantage “Higher Education, 59, (6), 749-764.

Westa, Pariata dan Ibnu Syamsi, et. all., (1985) Ensiklopedi Administrasi. Jakarta CV.Haji Massagung.

William B. Wether dan Keith Devis (1993). The Guidance of learning activities. Appleton Century Crofts Inc.

_________, (1996). Human Resources and Personel Management. USA: McGraw-Hill, Inc.

Yeoh, Michael, (1995), Vision Leaadership: Values and Strategies Toward Vision 2020, Malaysia: Pelanduk Publication.

Yudha E.K, (2009). Efektivitas Sistem Pengawasan dalam Penyelenggaraan Pendidikan pada Tingkat Daerah Kabupaten. Disertasi (tidak dipublikasikan) SPs UPI Bandung.

Yukl Gary, (2001). Kepemimpinan Dalam Organisasi (Edisi ke lima). New Jersey: Printice Hall-Inc. (terjemahan ), Jakarta: Indeks. Com.

Yu, V, (2009). Principal Leadership for Private Schools Improvement: The Singapure Perspective”. Uluslararast Sonyal Arastirmalar Dergist: The journal of International Social Research, 2, (6), 714-749.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik Dan Pengawasan Fungsional Terhadap Akuntabilitas Publik

0 6 3

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, MOTIVASI, KOMPETENSI, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA AUDITOR Pengaruh Komitmen Organisasi, Motivasi, Kompetensi, Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Empiris Pada Kantor Inspektorat Pemeri

0 2 15

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI, MOTIVASI, KOMPETENSI, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA AUDITOR Pengaruh Komitmen Organisasi, Motivasi, Kompetensi, Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Empiris Pada Kantor Inspektorat Pemeri

1 4 17

PENGARUH INDEPENDENSI, KOMPETENSI, AKUNTABILITAS, PENGALAMAN DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS AUDIT Pengaruh Independensi, Kompetensi, Akuntabilitas, Pengalaman Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Pada Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (

0 3 16

PENGARUH INDEPENDENSI, KOMPETENSI, AKUNTABILITAS, PENGALAMAN DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA APARAT INSPEKTORAT DALAM PENGAWASAN Pengaruh Independensi, Kompetensi, Akuntabilitas, Pengalaman Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Pada Aparat Inspe

0 3 19

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, KOMPETENSI, DAN PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA SEKOLAH Kontribusi Kepemimpinan, Motivasi, Kompetensi, Dan Pendidikan Terhadap Kinerja Sekolah (Studi Kasus SMP Se Kab. Sragen).

0 1 15

PENGAWASAN INTERNAL DAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA.

0 0 13

Pengaruh audit kinerja, pengawasan fungsional dan pelaporan kinerja terhadap akuntabilitas publik. (studi kasus pada inspektorat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 19

Pengaruh audit kinerja, pengawasan fungsional dan pelaporan kinerja terhadap akuntabilitas publik. (studi kasus pada inspektorat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung) - Repository Universitas Bangka Belitung

1 1 26

PENGARUH AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI, DAN PENGAWASAN INTERN TERHADAP KINERJA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (OPD) KOTA PANGKALPINANG

0 1 17