25
Berdasarkan penjabaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hukum fiqih adalah bentuk pemahaman dari salah satu sumber dari
hukum islam yang menjadi pengantar dari ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu ushul fiqih, untuk mengatur kegiatan ibadah dan muamalah umat islam.
2. Fiqih Muamalah
a. Pengertian Fiqih Muamalah
Menurut etimologi, kata
Muamalah
ُ ةَلَمُاَع مْلا
adalah bentuk masdar
dari kata ‘amala
َُلَماَع
ُ- ُ
ُ لِماَع ي
-ُ
ُ ةَلَماَع م
wazannya adalah
َُلَعاَف
- ُُ
ُ لِعاَف ي
ُُ -
ُُ
ُ ةَلَعاَف م
yang artinya saling bertindak, saling berbuat, dan saling beramal. Pengertian fiqih muamalah dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
pengertian dalam arti luas dan dalam ari sempit. Pengertian fiqih muamalah dalam arti luas berdasarkan beberapa ulama adalah sebagai
berikut: menurut Ad-Dimyati mengemukakan bahwa aktivitas untuk menghasilkan duniawi menyebabkan keberhasilan ukhrawi. Menurut
Muhammad Yusuf Musa mengatakan peraturan-peraturan Alloh yang diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga
kepentingan manusia.
37
37
Syafe’i, Fiqih Muamalah ..., hal. 15
26
Hal ini menunjukkan pengertian ringkas fiqih muamalah dalam arti luas adalah segala aturan dari Alloh yang harus diikuti dan ditaati untuk
mencari kepentingan duniawi yang menyebabkan keberhasilan ukhrawi. Sedangkan pengertian fiqih muamalah dalam arti sempit
berdasarkan beberapa ulama adalah sebagai berikut: menurut Idris Ahmad mengemukakan bahwa muamalah adalah aturan Alloh yang
mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmani dengan cara yang paling baik.
Sedangkan menurut Rasyid Ridho muamalah adalah tukar-menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah
ditentukan.
38
Dapat disimpulkan bahwa pengertian fiqih muamalah dalam arti sempit adalah sesuatu aturan Alloh yang mengurus hubungan manusia
dengan manusia dalam segala usaha untuk mendapatkan keperluan jasmani dengan cara yang bermanfaat dan cara yang ditentukan.
b. Pembagian Fiqih Muamalah
Pembagian dari fiqih muamalah menurut Al-Fikri, dalam kitab
Al- Muamalah Al-Madiyah, wa Al-Adabiyah,
membagi fiqih muamalah menjadi dua bagian:
39
38
Ibid , hal. 15-16
39
Ibid , hal. 17
27
1
Al-Muamalah Al-Madiyah
Al-Muamalah Al-Madiyah
adalah muamalah yang mengkaji segi objeknya, yaitu benda. Sebagian ulama berpendapat bahwa
Al- Muamalah Al-Madiyah
bersifat kebendaan, yakni benda yang halal, haram, dan syubhat untuk dimiliki, diperjualberlikan atau
diusahakan, benda yang menimbulkan kemudaratan dan mendatangkan kemslahatan bagi manusia, dan lain-lain.
Dengan kata lain,
Al-Muamalah Al-Madiyah
adalah segala aturan berdasarkan hukum islam yang ditetapkan dari segi objek
muamalah atau segala hukum yang mengatur kegiatan manusia seperti jual beli, riba bertambah, salam sesuatu yang tidak dilihat
dari zatnya, serikat perseroan, qirad pemberian modal, musaqah paroan kebun, muzara’ah dan mukharabah paroan
sawah atau ladang, mempersewakan, ji’alah pengembalian barang, utang piutang, jaminan, hiwalah memindahkan hutang,
daman menjamin hutang, hajru melarang membelanjakan harta, sulhu perdamaian, ‘ariyah pinjam-meminjam, wakaf, luqatah
barang temuan dan lain-lain.
2
Al-Muamalah Al-Adabiyah
Al-Muamalah Al-Adabiyah
maksudnya, muamalah ditinjau dari segi cara tukar-menukar benda, yang sumbernya dari panca
28
indera manusia, sedangkan unsur-unsur penegaknya adalah hak dan kewajiban, seperti jujur, hasud, iri, dendam, dan lain-lain.
Secara ringkas
Al-Muamalah Al-Adabiyah
adalah segala aturan dari Alloh yang mengatur aktivitas dari manusia di dalam
melakukan hubungan bermasyarakat dengan manusia lainnya, adapun aktivasnya seperti ijab kabul, akad, berbohong, berhianat,
dan lain-lain. Berdasarkan pembagian dari fiqih muamalah tersebut pada
penelitian dan pengembangan bahan ajar matematika dengan pendekatan fiqih muamalah ini akan memuat materi fiqih
muamalah yang berkaiatan dengan
Al-Muamalah Al-Madiyah
yaitu ba’i jual-beli sebagai ilustrasi kontekstual yang berkaitan dengan materi himpunan pada matematika. Adapun hal tersebut di
pilih dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya untuk
mempersiapkan hal tersebut.
c. Ba’i jual-beli