Uji Validitas Uji Hipotesis

32 Tabel 4.9 : Nilai Nagelkerke R Square Model Summary Step -2 Log likelihood Cox Snell R Square Nagelkerke R Square 1 85.627 a .262 .378 a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001. Sumber : data primer yang diolah, 2012 Nilai Nagelkerke R Square adalah 0,378 yang berarti variabilitas variabel pencatatan transaksi yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel umur usaha, variabel total aset, variabel jumlah karyawan dan variabel cabang usaha sebesar 37,8, sisanya 100 - 37,8 = 62,2 dijelaskan oleh faktor- faktor lain diluar model. Alpha yang digunakan oleh peneliti adalah 0,01. Hasil dari uji hipotesis diketahui bahwa variabel umur usaha signifikan dengan tingkat signifikansi 0,010 dan memiliki pengaruh negatif terhadap pencatatan transaksi dan variabel jumlah karyawan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 dan memiliki pengaruh positif terhadap pencatatan transaksi. Makna dari variabel umur usaha yang signifikan adalah ada pengaruh umur usaha terhadap pencatatan transaksi tetapi pengaruhnya negatif yang berarti semakin lama umur usaha dimungkinkan bahwa para pelaku usaha justru lebih mengandalkan pengalaman mereka sehingga mereka tidak 33 melakukan pencatatan transaksi, sedangkan untuk umur usaha yang belum terlalu lama justru dimungkinkan lebih mengandalkan pencatatan transaksi untuk membantu dalam mengelola usaha mereka dibandingkan pengalaman mereka. Hal ini berbanding terbalik dengan hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti. Sedangkan makna variabel jumlah karyawan yang signifikan adalah ada pengaruh jumlah karyawan terhadap pencatatan transaksi dan memiliki pengaruh positif yang berarti semakin banyaknya jumlah karyawan maka para pelaku usaha akan melakukan pencatatan transaksi sebagai bentuk dari kontrol terhadap usahanya. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Alle dan Yohn 2009 mengenai permintaan laporan keuangan pada UKM di Amerika Serikat juga menunjukan kesamaan yaitu variabel jumlah karyawan berpengaruh positif. Dalam penelitian ini juga ditemukan variabel yang tidak signifikan, variabel tersebut adalah variabel jumlah aset dan variabel jumlah cabang dengan tingkat signifikansi masing- masing adalah 0,396 dan 0,889. Hal ini bertolak belakang dengan teori yang telah dikemukakan oleh peneliti. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Alle dan Yohn 2009 diketahui bahwa variabel jumlah aset dan variabel jumlah cabang memiliki pengaruh yang positif, tetapi dalam penelitian yang dilakukan pada UKM di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga 34 ditemukan bahwa variabel jumlah aset dan variabel jumlah cabang berpengaruh negatif. Dalam hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti mengenai jumlah aset dikatakan bahwa penggunaaan sumber modal yang berasal dari modal sendiri membuat para pelaku usaha kesulitan untuk memisahkan aktivitas usaha dengan aktivitas pribadi, sehingga sering kali uang yang digunakan sebagai modal usaha habis terpakai untuk membiayai aktivitas pribadi. Kesulitan untuk memisahkan antara uang pribadi dan modal usaha menciptakan peluang untuk melakukan pencatatan transaksi. Tetapi ternyata hipotesis tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian ini. Walaupun 61 dari total responden menggunakan modal sendiri untuk menjalankan usahanya ternyata sebagian besar dari mereka yaitu sebesar 74 dari total responden tidak merasa kesulitan untuk memisahkan antar uang pribadi dan uang untuk modal usaha lihat Gambar 4.8. Gambar 4.8 Sumber : data primer yang diolah, 2012 74 26 Pemisahan Modal Pribadi Tidak Kesulitan Kesulitan 35 Selain itu, adanya masalah metodologis yaitu skala interval yang dibuat oleh peneliti tidak seakurat apabila menggunakan rasio. Untuk variabel jumlah cabang, teori yang dikemukakan oleh peneliti adalah semakin banyak cabang usaha yang dimiliki oleh suatu usaha maka tingkat kompleksitasnya juga akan meningkat. Karena konsentrasi tidak terfokus untuk mengurus salah satu cabangnya saja, melainkan semuanya. Menurut Basu dan Waymire 2006 kemampuan manusia untuk mengingat semua transaksi yang terjadi dalam memori otaknya juga sangat terbatas. Oleh karena itu hal ini dapat memungkinkan suatu usaha untuk melakukan pencatatan transaksi. Hal ini dapat mendorong pengelola usaha untuk melakukan pencatatan transaksi. Dalam penelitian ini diketahui hanya 13 responden atau 13,27 yang memiliki cabang usaha, sisanya 85 responden atau 86,73 tidak memiliki cabang usaha. Karena sampel yang dimiliki oleh peneliti sebagian besar tidak memiliki cabang usaha, maka hasil penelitian menjadi kurang akurat sehingga hasilnya pun menjadi tidak signifikan lihat Tabel 4.10 Tabel 4.10 : Jumlah Cabang Usaha Sumber : data primer yang diolah, 2012 No Cabang Jumlah 1 Tidak Memiliki Cabang 5 86,73 2 Memiliki Cabang 1 cabang 10 10,21 3 Memiliki Cabang 1 cabang 3 3,06 Total 98 100 36

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh peneliti terhadap responden usaha mikro dan kecil yang ada di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga maka dapat diambil beberapa kesimpulan. Walaupun usaha mereka termasuk dalam usaha mikro dan kecil tetapi sebanyak 59,18 dari total responden ternyata telah melakukan pencatatan meski belum terorganisir dan transaksi yang paling banyak dicatat adalah transaksi tunai yaitu sebesar 36,74. Cara pencatatan transaksi dengan mencatat per transaksi yang terjadi merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh responden yaitu sebesar 46,94, sedangkan model pencatatan transaksi yang digunakan adalah dengan mencatat jumlah penerimaan dan pengeluaran kas saja yaitu sebesar 40,82. Tujuan dari melakukan pencatatan transaksi adalah untuk pengelolaan usaha yaitu sebesar 57,14, sedangkan 68,37 dari total responden berpendapat bahwa mereka sangat terbantu dengan adanya pencatatan transaksi dalam usaha mereka. Dalam melakukan pencatatan transaksi masih banyak para pengelola usaha yang berpendapat bahwa melakukan pencatatan transaksi adalah suatu hal yang merepotkan, selain itu minimnya pengetahuan dan merasa bahwa belum membutuhkan untuk melakukan pencatatan transaksi atau bahkan sikap malas dari para pengelola menjadi kendala dalam melakukan pencatatan transaksi walaupun sebenarnya dengan melakukan 37 pencatatan transaksi akan membantu dalam melakukan pengelolaan usaha mereka. Hasil dari uji hipotesis diketahui bahwa variabel umur usaha dan variabel jumlah karyawan berpengaruh signifikan terhadap pencatatan transaksi sedangkan untuk variabel jumlah aset dan variabel jumlah cabang tidak signifikan terhadap pencatatan transaksi.

5.2 Implikasi Terapan

UMK di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga mengalami ketidakseimbangan antara aset yang dipakai dan jumlah karyawan yang bekerja pada usaha dengan jumlah omzet yang didapat. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar adalah usaha mikro. Walaupun biasanya pencatatan transaksi biasa dilakukan oleh usaha menengah maupun yang sudah mapan tetapi dalam penelitian ini diketahui bahwa 59,18 responden telah melakukan pencatatan transaksi walaupun belum terorganisir, dengan ini maka dapat dilihat respon yang baik terhadap pencatatan transaksi sebagai dasar penerapan akuntansi dalam usaha mereka. Kesadaran para pengelola usaha bahwa dengan adanya pencatatan transaksi dapat membantu mereka dalam perkembangan dan pengelolaan usaha, sebagai dasar dari perhitungan pajak, dan membantu dalam melakukan kontrol usaha serta pengambilan keputusan. Pemerintah seharusnya dapat memberikan dukungan dan perhatian agar para pengelola usaha mikro dan kecil lebih diarahkan dan diberi penyuluhan atau bahkan pelatihan akuntansi sehingga dapat lebih memajukan usaha mereka.