Analisis Pencatatan Transaksi Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan
25 Hasil ini menunjukkan sebagian besar dari responden yaitu 58
responden atau kurang lebih 59,18 dari total responden melakukan pencatatan tetapi tidak terorganisir tidak diringkas dan diikhtisarkan,
13,27 dan sisanya 27,55 menyatakan bahwa mereka tidak melakukan pencatatan transaksi dalam menjalankan usahanya.
Tabel 4.3 : Jenis Transaksi Yang Dicatat
Sumber : data primer yang diolah, 2012 Berdasarkan hasil penelitian dalam melakukan pencatatan transaksi
sebesar 36,74 dari total responden hanya mencatat transaksi tunai saja, hal ini terjadi dikarenakan sebagian besar transaksi yang mereka lakukan
adalah transaksi tunai atau bahkan tidak ada transaksi kreditnya. Transaksi kredit yang berupa pembelian barang dagang tidak dicatat oleh para
pengelola usaha karena pada umumnya sudah dicatat oleh supplier atau distributor. Urutan dibawahnya yaitu sebesar 35,71 dari total responden
melakukan pencatatan transaksi tunai dan kredit. Walaupun sebagian responden telah melakukan pencatatan transaksi tetapi ada sebagian
responden yang juga tidak melakukan pencatatan transaksi yaitu sebesar 27,55.
No. Jenis Transaksi
Jumlah 1.
Tunai 36
36,74 2.
Kredit 3.
Tunai dan Kredit 35
35,71 4.
Tidak Mencatat 27
27,55 Total
98 100
26
Tabel 4.4 :Transaksi Yang Dicatat
Sumber : data primer yang diolah, 2012 Selain itu, mayoritas para pelaku usaha mencatat transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas yaitu sebesar 36,74 dari total responden, sedangkan untuk para pelaku usaha yang hanya transaksi
pengeluaran saja dan transaksi pemakaian persediaan saja tidak temukan dalam penelitian ini. Transaksi penerimaan dan pengeluaran menjadi yang
paling banyak dilakukan karena mayoritas dari pelaku usaha mikro dan kecil cenderung berpikiran bahwa fokus utama dalam menjalan usaha
adalah yang terpenting mendapatkan keuntungan sehingga mereka cenderung ingin mengetahui seberapa banyak keuntungan yang didapat
berdasarkan penerimaan yang diterima dan pengeluaran yang dikeluarkan untuk usaha.
No Transaksi yang dicatat
Responden Jumlah
1 Penerimaan
5 5,10
2 Pengeluaran
3 Pemakaian Persediaan
4 Penerimaan dan Pengeluaran
36 36,74
5 Penerimaan dan Pemakaian Persediaan
1 1,02
6 Pengeluaran dan Pemakaian persediaan
1 1,02
7 Penerimaan, Pengeluaran, dan Pemakaian Persediaan
28 28,57
8 Tidak Mencatat
27 27,55
Total 98
100
27
Tabel 4.5 : Cara Melakukan Pencatatan Transaksi
No. Cara Melakukan Pencatatan Transaksi
Jumlah 1.
Per Transaksi 46
46,94 2.
Secara Menyeluruh 25
25,51 3.
Tidak Mencatat 27
27,55 Total
98 100
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas diketahui bahwa mayoritas dari para pengelola usaha yang menjadi responden telah melakukan pencatatan
transaksi dengan cara mencatat per transaksi yang terjadi yaitu sebesar 46,94 atau sebanyak 46 responden. Sedangkan 25,51 dari total
responden melakukan pencatatan secara menyeluruh.
Tabel 4.6 : Model Pencatatan Transaksi
Sumber : data primer yang diolah, 2012 Model pencatatan transaksi yang digunakan berdasarkan Tabel 4.6
adalah mayoritas pengelola usaha melakukan model pencatatan dengan mencatat jumlah penerimaan dan pengeluaran kas saja yaitu sebesar
40,82 dan yang paling sedikit adalah hanya menulis jenis barang dan jumlah yang dibeli atau dijual yaitu sebesar 9,18. Hal ini terjadi karena
mayoritas dari para pelaku usaha berpikiran bahwa yang terpenting adalah mengetahui jumlah keuntungan yang didapat. Dengan melakukan model
No. Model Pencatatan
Jumlah
1. Mencatat penerimaan dan pengeluaran
40 40,82
2. Hanya menulis jenis barang dan
jumlah yang dibeli atau dijual 9
9,18 3.
Menggunakan model lebih dari 1 22
22,45 4.
Tidak mencatat 27
27,55 Total
98 100
28 mencatat jumlah penerimaan dan pengeluaran yang digunakan untuk usaha
akan lebih mudah bagi para pelaku usah untuk mengetahui jumlah keuntungan yang didapat dibandingkan dengan mencatat jenis barang dan
jumlah yang dibeli atau dijual. Dengan hanya mencatat jenis barang dan jumlah yang dibeli atau dijual maka para pelaku usaha lebih sulit dalam
menghitungan seberapa banyak keuntungan yang didapat. Dari hasil analisis sebelumnya, diketahui 59,18 dari total
responden UMK di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga telah melakukan pencatatan transaksi walaupun tidak terorganisir.
Gambar 4.7
Sumber : data primer yang diolah, 2012 Dalam melakukan pencatatan transaksi, frekuensi pencatatan
transaksi yang paling sering dilakukan adalah penerimaan kas yaitu sebesar 64 dan yang paling sedikit adalah mencatat pengeluaran kas saja
dan pemakaian persediaan saja yaitu masing-masing sebesar 4. Dengan hasil penelitian ini, maka dapat dilihat lebih jauh bawa mayoritas para
pengelola usaha lebih mementingkan transaksi penerimaan kas sebagai tolak ukur pendapatan atau keuntungan yang diperoleh.
28 64
4 4
Frekuensi Pencatatan Transaksi Yang Paling Tinggi
Tidak mencatat Penerimaan Kas
Pengeluaran Kas Pemakaian Persediaan
29
Tabel 4.7 : Tujuan Melakukan Pencatatan Transaksi
No Tujuan Jumlah
1 Tidak Mencatat
27 27,55
2 Syarat Memperoleh pinjaman 1
3 3,06
3 Pengelolaan usaha 2
56 57,14
4 Dasar perhitungan pajak 3
5 Jawaban 1 dan 2, 1 dan 3 atau 2 dan 3 saja
5 5,10
6 Semua Jawaban
7 7,14
Total 98
100 Sumber : data primer yang diolah, 2012
Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti menunjukan mayoritas para pelaku usaha yaitu sebanyak 56 responden atau 57,14
dari total responden melakukan pencatatan transaksi dengan tujuan untuk pengelolaan usaha sedangkan tidak ada dari pelaku usaha yang melakukan
pencatatan transaksi murni hanya sebagai dasar perhitungan pajak. Hal ini dapat menunjukan bahwa kesadaran para pelaku usaha untuk perhitungan
pajak masih rendah karena mayoritas dari usaha mikro dan kecil memiliki omzet dibawah Rp 600.000.000,00 sehingga mereka tidak dapat
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak PKP.
Tabel 4.8 : Pendapat Responden
Sumber : data primer yang diolah, 2012 No
Pendapat Jumlah
1 Tidak berpendapat
15 15,30
2 Sangat membantu
67 68.37
3 Merepotkan
16 16.33
Total 98
100
30 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 67
responden atau 68,37 dari total responden berpendapat bahwa mereka sangat terbantu dengan adanya pencatatan transaksi dalam usaha mereka,
tetapi ada juga sebagian responden yaitu 16 responden atau kurang lebih 16,33 dari total responden yang berpendapat bahwa melakukan
pencatatan transaksi adalah hal yang merepotkan, sisanya yaitu 15 responden atau kurang lebih 15,30 dari total responden memilih untuk
tidak berpendapat.