Pencatatan Transaksi pada UMK
8 terbilang usaha mikro dan kecil sehingga mereka merasa tidak
membutuhkan adanya suatu pencatatan Santosa, 2012. Pelaku usaha mikro dan kecil tidak memisahkan aktivitas usaha
dengan aktivitas pribadi, misalnya biaya listrik, air, dan biaya yang tidak berkaitan langsung dengan aktivitas usaha Santosa,2012. Dalam
pelaksanaannya para pelaku usaha menggunakan uang pinjaman kredit di bank atau pun uang pribadi sebagai sumber modal usaha. Pelaku usaha
mikro dan kecil seringkali merasa tidak perlu untuk melakukan pencatatan transaksi karena modal berasal dari modal pribadi. Munculnya kebutuhan
akuntansi pada UKM adalah untuk mencatat transaksi. Secara lebih spesifik, pencatatan transaksi memfasilitasi pengusaha UKM untuk
mengevaluasi sejauh mana harapan akan keuntungan terpenuhi dengan menghitung keuntungan dari transaksi yang sudah terjadi dan mencari
potensi keuntungan untuk transaksi berikutnya Waymire, 2009. Selain itu menurut Basu dan Waymire 2006 permintaan untuk melakukan
pencatatan transaksi muncul ketika jumlah transaksi dalam sebuah usaha semakin lama semakin banyak dan kompleks, ketika itu pula kemampuan
otak kita tidak mampu untuk mengingat semua transaksi yang terjadi. Penelitian mengenai penerapan akuntansi pada UKM telah
dilakukan oleh Arifin 2010, Setiawati 2010 dan Hermawan 2010. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arifin 2010 di jalan Jendral
Sudirman Salatiga ditemukan bahwa pencatatan yang dilakukan meliputi pencatatan penjualan 66,67, pembelian 64,70, persediaan
9 52,94, kas masuk dan keluar 78,43, biaya 60,78 dan gaji
47,06. Sedangkan pelaporan akuntansi dilakukan hanya sebatas untuk kepentingan pengelolaan usaha. Sebagian besar laporan yang dibuat oleh
pengelola usaha adalah laporan penjualan 66,67, laporan pembelian 52,94, laporan persediaan 45,10 dan laporan gaji 41,18. Serta
kendala yang mempengaruhinya adalah latar belakang pendidikan, belum pernah mengikuti pelatihan akuntansi dan pengelola merasa belum perlu
untuk menerapkan akuntansi. Penelitian yang dilakukan oleh Setiawati 2010 di usaha dagang kota Salatiga ditemukan bahwa penerapan
akuntansi telah dilakukan secara sederhana tetapi akuntansi yang diterapkan dapat dikatakan belum digunakan secara optimal yaitu
membuat pencatatan hingga pelaporan sampai selesai. Terbukti dengan dari 47 toko hanya ada 2 toko yang menerapkan akuntansi secara optimal.
Yang disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya kesadaran akan pentingnya akuntansi. Penelitian di Magelang yang
dilakukan oleh Hermawan 2010, ditemukan bahwa 69,56 sudah melakukan pencatatan tetapi hanya 34,78 yang membuat pelaporan
keuangan. Hal ini dikarenakan terkendala oleh kurangnya pemahaman tentang akuntansi dan kurangnya kesadaran untuk menerapkan akuntansi.
Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa 2012 mengenai pencatatan transaksi pada UMK di Kecamatan Ambarawa.
Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa 43,5 menerapkan pencatatan transaksi walaupun belum terorganisasi, 19,5 mencatat
10 transaksi penerimaan dan pengeluaran, 21,7 mencatat kembali transaksi
kredit, dokumen yang digunakan sehari-hari oleh responden sebesar 41,3 adalah nota penjualan dan nota pembelian. Terdapat 28,3 UMK di
Kecamatan Ambarawa yang memiliki frekuensi pencatatan transaksi persediaan paling tinggi. Kendala yang dihadapi oleh pengelola usaha
UMK adalah minimnya pengetahuan mengenai pencatatan transaksi, belum adanya kebutuhan mengenai pencatatan transaksi, dan sikap malas
dari pengelola untuk melakukan pencatatan meskipun mereka sadar bahwa adanya pencatatan transaksi sangat membantu pengelolaan usahanya.
Penelitian mengenai permintaan laporan keuangan pada UKM dilakukan di Amerika Serikat oleh Alle dan Yohn 2009. Penelitian
tersebut dilakukan dengan analisis eksplorasi faktor yang terkait dengan produksi, penggunaan dan kecanggihan laporan keuangan oleh UKM.
Dalam melakukan analisis, Alle dan Yohn 2009 menggunakan pendekatan induktif yang dimulai dari pengamatan, mengidentifikasi
masalah yang ada kemudian mengembangkan teori. Variabel dependen yang digunakan adalah laporan keuangan, sedangkan variabel independen
yang digunakan oleh Alle dan Yohn 2009 adalah perusahaan mengajukan pinjaman atau kredit dalam tiga tahun sebelumnya apply,
total aset perusahaan asset, rasio hutang terhadap aset perusahaan debtasset, jumlah karyawan yang bekerja untuk perusahaan employees,
perusahaan dengan bentuk perseroan terbatas limited, jumlah pemilik dalam perusahaan owners, perusahaan dikelola oleh pemilik
11 ownmanage, persentase pembelian dengan menggunakan kredit
perdagangan pertrade, pertumbuhan penjualan perusahaan dalam tahun ini sgrowth, jumlah lokasi usaha sites, dan upah rata-rata per karyawan
wagemp. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa apply, asset, debtasset, employees, limited, owners, pertrade, sgrowth, sites, dan wagemp secara
positif berkorelasi dengan kebutuhan penyusunan laporan keuangan. Sedangkan
ownmanage berkorelasi
negatif terhadap
kebutuhan penyusunan laporan keuangan. Cassar 2009 juga telah melakukan
penelitian mengenai laporan keuangan pada UKM di Amerika Serikat. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah
penggunaan dana dari luar, tingkat persaingan, tingkat penjualan yang diharapkan dan tahap pengembangan produk, sedangkan variabel
dependen yang digunakan adalah laporan keuangan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cassar 2009 ditemukan bahwa laporan keuangan
pada UKM di AS secara positif berkaitan dengan penggunaan dana dari luar, tingkat persaingan, dan tingkat penjualan yang diharapkan.
Sedangkan tahap pengembangan produk berkorelasi negatif. Hasil temuan Cassar 2009 dan Alle dan Yohn 2009 memiliki
kesamaan, yaitu dalam melakukan penyusunan laporan keuangan dipengaruhi oleh faktor pinjaman kredit. Maka, dalam penelitian ini
penulis berupaya untuk meneliti dengan variabel umur usaha, total aset, pinjaman kredit, jumlah karyawan, cabang usaha dan pencatatan transaksi.
12