T1 232009039 Full text
i
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENCATATAN TRANSAKSI PADA USAHA MIKRO
DAN KECIL DI KECAMATAN SIDOREJO
KOTA SALATIGA
Oleh :
SISCA EVANDA HALIM NIM : 232009039
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi sebagian dari
Persyaratan – persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS
: EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
(2)
(3)
(4)
(5)
iv
MOTTO
“Power is given only to him who dares to stoop and
take it ... one must have the courage to dare.”
―
Fyodor Dostoyevsky, Crime and Punishment
“The brick walls are there for a reason. The brick
walls are not there to keep us out. The brick walls are
there to give us a chance to show how badly we want
something. Because the brick walls are there to stop
the people who don’t want it badly enough. They’re
there to stop the other people.”
―
Randy Pausch, The Last Lecture
“In a world filled with hate, we must still
dare to
hope. In a world filled with anger, we must still dare
to comfort. In a world filled with despair, we must
still dare to dream. And in a world filled with
distrust, we must still dare to believe.”
(6)
v
ABSTRACT
Micro Small and Medium Enterprises (MSMEs) is a vital part for Indonesia’s economy and creating a jobs for Indonesian people. It has been proved that micro small enterprises can surpass the economic crysis better than large corporations in Indonesia. But, MSMEs also have some problems, like the problem of productivity and bussiness continuity. Problems that often occurs is that there’s so many businesses find it’s hard to separate between personal money and business money, because the money that used to venture capital is a personal money. If things like this continue to happen then sooner or later the venture capital will be run out. This research is an inferential research to give us information about the practice of transaction record and some factors that influence it. Beside that, the reader can also knew how important to record their micro small enterprisses transaction. Sampling using design sample, nonprobability sampling in form of convenience sampling, while the sample that used is a enterprises that assets, turnover and employees qualified for micro dan small.
Based on research results, 59,18% from all of repondents is already do the transaction recording even though not yet organized and the most recorded transaction is a cash transactions, 36,74%. The most problem faced by the micro small enterpreneur is most of them think that recording the transaction is very inconvenient. Beside that, lack of knowledge and the thought of “it’s not needed to record the transaction” is some problems too. Based on the research, known that the variables that significant is age of business variables and number of employees variables, while the number of assets variables and the number of branches aren’t significant.
Key words : transaction recording, age of business variable, number of assets variable, number of employees variable, number of branches variable
(7)
vi
SARIPATI
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan usaha yang penting bagi perekonomian Indonesia dan menciptakan lapangan pekerjaan. UMK juga telah terbukti mampu melewati krisis ekonomi lebih baik dibandingkan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Namun, UMKM juga memiliki sejumlah masalah yang terjadi misalnya masalah yang berkaitan dengan produktivitas dan keberlangsungan usaha. Kejadian yang terjadi di lapangan adalah banyaknya pelaku usaha mengalami kesulitan dalam memisahkan antara uang pribadi dengan uang untuk usaha, karena uang yang digunakan untuk modal usaha berasal dari modal pribadi. Apabila hal seperti ini terus terjadi maka tidak menutup kemungkinan modal untuk mengembangkan usaha lama kelamaan akan habis. Penelitian ini merupakan penelitian inferensial dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang praktik pencatatan transaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain itu, para pembaca juga dapat mengetahui akan pentingnya melakukan pencatatan transaksi pada usaha mikro dan kecil mereka. Pengambilan sampel menggunakan design sampel nonprobability sampling
berupa convenience sampling, sedangkan sampel yang digunakan adalah usaha yang aset dan omzet nya serta jumlah karyawan termasuk dalam kriteria usaha mikro dan kecil.
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 59,18% dari total responden ternyata telah melakukan pencatatan meski belum terorganisir dan transaksi yang paling banyak dicatat adalah transaksi tunai yaitu sebesar 36,74%. Kendala yang dihadapi oleh pengelola usaha UMK adalah banyak para pengelola usaha yang berpendapat bahwa melakukan pencatatan transaksi adalah suatu hal yang merepotkan, selain itu minimnya pengetahuan dan merasa bahwa belum membutuhkan untuk melakukan pencatatan transaksi atau bahkan sikap malas dari para pengelola usaha. Dari hasil penelitian diketahui variabel yang signifikan adalah variabel umur usaha dan variabel jumlah karyawan, sedangkan untuk variabel jumlah aset dan variabel jumlah cabang tidak signifikan.
Kata Kunci : Pencatatan Transaksi, Variabel Umur Usaha, Variabel Jumlah Aset, Variabel Jumlah Karyawan, Variabel Jumlah Cabang.
(8)
vii
KATA PENGANTAR
Pencatatan transaksi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menjalankan usaha. Mempraktikan pencatatan transaksi dapat menjadi inisiatif utama dalam menangani masalah yang terjadi dalam usaha mikro dan kecil. Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh para pengelola usaha dengan melakukan pencatatan transaksi antara lain sebagai persyaratan dalam pengajuan pinjaman kredit, mengevaluasi kinerja, mengetahui posisi keuangan, menghitung pajak, kontrol usaha dan pengambilan keputusan. Tidak adanya peraturan yang mengharuskan UMK memiliki sebuah laporan keuangan, memungkinkan ada kekuatan lain yang menciptakan permintaan untuk laporan keuangan (Gjesdal, 1981 dalam Alle dan Yohn, 2009), oleh karena itu UMK memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian menyangkut kemungkinan lain yang mempengaruhi pencatatan transaksi. Maka, penulis tertarik untuk menulis kertas kerja dengan judul “Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pencatatan Transaksi Pada Usaha Mikro Dan Kecil Di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga”.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa kertas kerja ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran dari pembaca akan diterima dengan senang hati dan tulus ikhlas. Semoga dengan adanya penelitian ini dapat berguna bagi para pembaca dan penelitian selanjutnya.
Salatiga, 1 Januari 2013
(9)
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa, atas segala berkat, kasih karunia dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencatatan Transaksi Pada Usaha Mikro Dan Kecil Di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga”. Oleh karena itu, penulis sangat bersyukur dan ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.Kedua orangtua dan saudari-saudari ku tercinta yang telah memberikan dukungan material dan moril, semangat, saran dan doa untuk penulis.
2.Mas Ronny Prabowo, SE., M.Com., Akt selaku dosen pembimbing yang telah membantu, membimbing dengan penuh kesabaran, meluangkan waktu, memberikan ide dan saran serta masukan yang sangat bermanfaat sehingga kertas kerja ini dapat terselesaikan dengan baik.
3.Bapak Hari Sunarto, SE., MBA., PhD selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi.
4.Bapak Usil Sis Sucahyo, SE., MBA selaku kaprogdi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan kertas kerja ini.
5.Bapak Marwata, SE., M.Si., PhD selaku wali studi yang telah memberikan saran dan membantu dalam proses studi penulis.
6.Seluruh dosen pengajar serta staf administrasi Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu
(10)
ix
di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
7.Pengelola Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi dan membantu jalannya penelitian.
8.Teman-teman seperjuangan, Cholina, Rendi, Riyan, Dedy, Yulius, Arya, Ayu, Rizki, Murta, Mima, Budi Oktaviana, Dede, Dewi, Achid, Benaya yang telah meluangkan waktu dan membantu penulis dalam mendapatkan dan mengolah hasil penelitian sehingga terselesaikanlah kertas kerja ini. Terima kasih untuk dukungan, bantuan serta pertemanannya selama ini. 9.Sahabat-sahabatku, Yosefin, Serly, Helena dan Pipien yang telah memberi
semangat, saran dan tempat berkeluh kesah selama studi dan menyelesaikan kertas kerja ini. Terima kasih dukungan, bantuan serta persahabatannya. 10.Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memperlancar jalannya studi dan proses penyusunan kertas kerja penulis.
Semoga Tuhan selalu memberkati, memberikan rahmat dan anugerah-Nya kepada semua pihak dan keluarganya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas kerja ini. Akhir kata, penulis berharap semoga kertas kerja ini berguna bagi setiap pembaca dan penelitian selanjutnya.
Salatiga, 1 Januari 2013
(11)
x DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ... ii
Halaman Persetujuan / Pengesahan ... iii
Halaman Motto ... iv
Abstract ... v
Saripati ... vi
Kata Pengantar ... vii
Ucapan Terima Kasih... viii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xii
Daftar Gambar... xiii
Daftar Rumus ... xiv
Daftar Lampiran ... xv
1. Pendahuluan ... 1
2. Tinjauan Literatur 2.1 Usaha Mikro dan Kecil (UMK) ... 5
2.2 Pencatatan Transaksi Pada UMK ... 7
2.3 Pengembangan Hipotesis ... 12
3. Metode Penelitian 3.1 Pemilihan dan Pengumpulan Data ... 15
3.2 Teknik dan Langkah Analisis ... 17
(12)
xi
3.2.2 Uji Hipotesis ... 18
4. Analisis Data dan Pembahasan 4.1 Profil Obyek Penelitian ... 19
4.2 Analisis Pencatatan Transaksi Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga ………. 24
4.3 Kendala dalam Melakukan Pencatatan Transaksi ………... 30
4.4 Hasil Pengujian Variabel 4.4.1 Uji Validitas ……… 31
4.4.2 Uji Hipotesis ……….………... 31
5. Penutup 5.1 Kesimpulan ... 36
5.2 Implikasi Terapan ... 37
5.3 Keterbatasan Penelitian ... 38
5.4 Penelitian Mendatang ... 38
Daftar Pustaka ... 40
Daftar Riwayat Hidup ... 42
(13)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Lama Umur Usaha ... 24
Tabel 4.2 : Pencatatan yang Dilakukan ... 24
Tabel 4.3 : Jenis Transaksi yang Dicatat ... 25
Tabel 4.4 : Transaksi Yang Dicatat ... 26
Tabel 4.5 : Cara Melakukan Pencatatan Transaksi ... 27
Tabel 4.6 : Model Pencatatan Transaksi ... 27
Tabel 4.7 : Tujuan Melakukan Pencatatan Transaksi ... 29
Tabel 4.8 : Pendapat Responden Mengenai Pencatatan Transaksi ... 29
Tabel 4.9 : Nilai Nagelkerke R Square ... 32
(14)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Kriteria Usaha Berdasarkan Total Aset ... 20
Gambar 4.2 : Kriteria Usaha Berdasarkan Total Omzet ... 20
Gambar 4.3 : Kriteria Usaha Berdasarkan Jumlah Karyawan ... 21
Gambar 4.4 : Sumber Modal Usaha ... 22
Gambar 4.5 : Status Pengelola Usaha ... 22
Gambar 4.6 : Latar Belakang Pendidikan Pengelola Usaha ... 23
Gambar 4.7 : Frekuensi Pencatatan Transaksi Yang Paling Tinggi ... 28
(15)
xiv
DAFTAR RUMUS
(16)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Profil Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Lampiran 2 : Profil Pengelola Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga
Lampiran 3 : Kriteria Usaha Berdasarkan Aset, Omset dan Jumlah Karyawan Lampiran 4 : Hasil Uji Variabel (Statistika)
Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian Lampiran 6 : Kuisioner Penelitian
(17)
1 1. PENDAHULUAN
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan usaha yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Gerak sektor UMKM sangat vital dalam menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan, selain itu UMKM telah terbukti mampu bertahan melewati krisis ekonomi dengan lebih baik dibandingkan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa persentase jumlah UMKM dibanding total perusahaan pada tahun 2001 adalah sebesar 99,9%, dengan jumlah tenaga yang diserap mencapai 99,4% dari total tenaga kerja. Lebih dari separuh perekonomian di Indonesia didukung dan diproduksi oleh UMKM yaitu sebanyak 59,3%. Sebagai penyumbang Product Domestic Bruto (PDB) yang besar maka akan semakin banyak lapangan pekerjaan baru yang tercipta. Dengan adanya lapangan pekerjaan baru maka akan banyak terjadi penyerapan tenaga kerja sehingga dapat membantu mengurangi penggangguran.
UMKM memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Indonesia namun UMKM memiliki sejumlah masalah yang terjadi. Masalah tersebut misalnya masalah yang berkaitan dengan produktivitas dan keberlangsungan usaha. Salah satu penyebabnya adalah masalah keuangan. Yang terjadi di lapangan adalah banyaknya pelaku usaha mengalami kesulitan dalam memisahkan antara uang pribadi dengan uang untuk usaha, karena uang yang digunakan untuk modal usaha berasal dari
(18)
2
modal pribadi. Apabila hal seperti ini terus terjadi maka tidak menutup kemungkinan modal untuk mengembangkan usaha lama kelamaan akan habis.
Inisiatif utama dalam pengelolaan dana adalah mempraktikkan akuntansi dengan baik sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan. Laporan keuangan dapat digunakan untuk persyaratan dalam pengajuan pinjaman kredit, mengevaluasi kinerja, mengetahui posisi keuangan dan menghitung pajak (Warsono, 2010 dalam Arifin, 2010). Laporan keuangan dalam bentuk sederhana juga dapat membantu pengelola usaha untuk mengatur semua hutang piutang sehingga dapat digunakan sebagai kontrol usaha dan pengambilan keputusan. UMKM juga dapat mengontrol siklus bisnisnya untuk menentukan langkah apa yang akan diambil untuk perkembangan bisnisnya (Santosa, 2012).
Penelitian mengenai penerapan akuntansi pada Usaha Kecil dan Menegah (UKM) sudah banyak dilakukan, seperti yang telah dilakukan oleh Setiawati (2010), Hermawan (2010) dan Arifin (2010). Dalam penelitian terdahulu dibahas mengenai penerapan akuntansi dan kendala-kendala yang dihadapi oleh UKM. Penelitian penerapan akuntansi tersebut terfokus pada akuntansinya yaitu seperti neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal maupun laporan arus kas. Dari hasil penelitian terdahulu ditemukan bahwa penerapan akuntansi hanya dilakukan oleh sebagian responden. Hal ini terjadi karena terkendala oleh latar belakang pendidikan, kurangnya kesadaran pengelola untuk menerapkan akuntansi,
(19)
3
kurangnya pengetahuan tentang akuntansi dan belum merasa butuh untuk menerapkan akuntansi pada usahanya. Tetapi disatu sisi penelitian mengenai penerapan akuntansi pada UKM menjadi kurang realistis dan relevan untuk dilakukan karena dalam melakukan pencatatan transaksi sederhana saja para pengelola UKM tidak mengerti. Dalam praktik akuntansinya memiliki banyak kelemahan yang disebabkan oleh rendahnya pendidikan sehingga tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai akuntansi dan seringnya terjadi perubahan standar akuntansi yang dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan.
Melihat permasalahan yang ada dan sepengetahuan penulis, penelitian mengenai pencatatan transaksi pada Usaha Mikro dan Kecil (UMK) belum banyak dilakukan, maka penulis berupaya untuk melakukan penelitian kembali mengenai pencatatan transaksi pada UMK yang merupakan replikasi dari penelitian Santosa (2012). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena pada penelitian sebelumnya menggunakan penelitian deskriptif, sedangkan dalam penelitian ini penulis berusaha memperluas penelitian dengan menggunakan penelitian inferensial, selain itu penelitian ini juga berbeda dalam pemilihan objek penelitian. Objek yang digunakan adalah UMK yang ada di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan objek UMK di Kecamatan Ambarawa. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Santosa (2012) tentang pencatatan transaksi pada UMK ditemukan bahwa sebagian dari responden telah melakukan
(20)
4
pencatatan meski belum terorganisir, sedangkan kendala yang dihadapi pengelola usaha adalah kurangnya pengetahuan mengenai pencatatan transaksi, belum adanya kebutuhan mengenai pencatatan transaksi, dan sikap malas pengelola untuk melakukan pencatatan.
Pada umumnya peneliti melakukan penelitian pada perusahaan yang sudah mapan, tetapi pada penelitian ini UMK dipilih oleh peneliti sebagai sampel penelitian karena persyaratan peraturan akuntansi belum ada untuk UMK, dibandingkan dengan usaha yang besar dan sudah terdaftar. Usaha menengah dan besar apalagi yang sudah terdaftar cenderung sudah melakukan pencatatan transaksi maupun penyusunan laporan keuangan. Tidak adanya peraturan yang mengharuskan atau mewajibkan UMK memiliki sebuah laporan keuangan, ada kemungkinan bahwa ada kekuatan lain menciptakan permintaan untuk laporan keuangan (Gjesdal, 1981 dalam Alle dan Yohn, 2009), oleh karena itu UMK memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian yang menyangkut kemungkinan lain yang mempengaruhi pencatatan transaksi. Dengan penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan informasi tentang praktik pencatatan transaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain itu, para pembaca juga dapat mengetahui akan pentingnya melakukan pencatatan transaksi pada usaha mikro dan kecil mereka, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk mempelajari akuntansi untuk dapat diterapkan pada usaha mereka masing-masing dengan baik.
(21)
5
Skripsi ini terdiri dari lima bab. Pada bab pendahuluan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, persoalan penelitian dan tujuan penelitian. Bab tinjauan literatur menguraikan tentang UMK, pencatatan transaksi pada UMK dan pengembangan hipotesis. Bab metode penelitian menguraikan tentang pemilihan dan pengumpulan data serta teknik dan langkah-langkah analisis. Bab analisis data dan pembahasan menguraikan tentang gambaran objek, analisis praktek pencatatan transaksi untuk usaha mikro dan kecil, kendala-kendala yang dihadapi serta hasil pengujian terhadap variabel-variabel. Bab penutup menguraikan tentang kesimpulan penelitian, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.
2. TINJAUAN LITERATUR 2.1Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) adalah sebagai berikut :
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
(22)
6
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang - Undang ini.
Sedangkan kriteria-kriteria usaha mikro dan kecil berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 pasal 6 adalah sebagai berikut :
Usaha Mikro
Aset ≤ Rp50.000.00,00
Memiliki kekayaan bersih kurang dari atau sama dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Omzet ≤ Rp300.000.000,00
Memiliki hasil penjualan tahunan kurang dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Usaha Kecil
Rp50.000.000,00 < Aset ≤ Rp500.000.000,00
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
Rp300.000.000,00 < Omzet ≤ Rp2.500.000.000,00
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) sampai dengan
(23)
7
paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), kriteria usaha mikro berdasarkan jumlah karyawan adalah ≤ 4 orang, sedangkan untuk usaha kecil memiliki jumlah karyawan 5 – 19 orang.
2.2Pencatatan Transaksi pada UMK
Usaha Mikro dan Kecil (UMK) memegang peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Usaha kecil biasanya melakukan akuntansi secara sederhana yang disebut pembukuan. Pembukuan adalah proses pencatatan transaksi-transaksi (kejadian) keuangan dalam buku-buku manual yang diperlukan seperti buku-buku catatan, agenda atau bahkan dalam kertas-kertas lainnya (Karyawati dalam Hermawan, 2010). Pencatatan yang dilakukan pada kertas-kertas juga harus didokumentasikan atau dikumpulkan sehingga dapat diarsipkan menjadi catatan pembukuan permanen.
Tetapi sebagian besar dari UMK masih belum melakukan pencatatan transaksi. Kesadaran yang rendah akan pentingnya melakukan pencatatan transaksi menjadi salah satu penyebabnya. Apabila melakukan pencatatan transaksi, biasanya hanya mencatat transaksi penjualan saja (barang apa saja yang terjual dan berapa banyak). Jika ada suatu pencatatan transaksi, biasanya hanya sekedar untuk formalitas saja. Pengelola usaha mikro dan kecil beranggapan bahwa mereka tidak membutuhkan pencatatan transaksi karena usaha yang mereka jalani masih
(24)
8
terbilang usaha mikro dan kecil sehingga mereka merasa tidak membutuhkan adanya suatu pencatatan (Santosa, 2012).
Pelaku usaha mikro dan kecil tidak memisahkan aktivitas usaha dengan aktivitas pribadi, misalnya biaya listrik, air, dan biaya yang tidak berkaitan langsung dengan aktivitas usaha (Santosa,2012). Dalam pelaksanaannya para pelaku usaha menggunakan uang pinjaman kredit di bank atau pun uang pribadi sebagai sumber modal usaha. Pelaku usaha mikro dan kecil seringkali merasa tidak perlu untuk melakukan pencatatan transaksi karena modal berasal dari modal pribadi. Munculnya kebutuhan akuntansi pada UKM adalah untuk mencatat transaksi. Secara lebih spesifik, pencatatan transaksi memfasilitasi pengusaha UKM untuk mengevaluasi sejauh mana harapan akan keuntungan terpenuhi dengan menghitung keuntungan dari transaksi yang sudah terjadi dan mencari potensi keuntungan untuk transaksi berikutnya (Waymire, 2009). Selain itu menurut Basu dan Waymire (2006) permintaan untuk melakukan pencatatan transaksi muncul ketika jumlah transaksi dalam sebuah usaha semakin lama semakin banyak dan kompleks, ketika itu pula kemampuan otak kita tidak mampu untuk mengingat semua transaksi yang terjadi.
Penelitian mengenai penerapan akuntansi pada UKM telah dilakukan oleh Arifin (2010), Setiawati (2010) dan Hermawan (2010). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2010) di jalan Jendral Sudirman Salatiga ditemukan bahwa pencatatan yang dilakukan meliputi pencatatan penjualan (66,67%), pembelian (64,70%), persediaan
(25)
9
(52,94%), kas masuk dan keluar (78,43%), biaya (60,78%) dan gaji (47,06%). Sedangkan pelaporan akuntansi dilakukan hanya sebatas untuk kepentingan pengelolaan usaha. Sebagian besar laporan yang dibuat oleh pengelola usaha adalah laporan penjualan (66,67%), laporan pembelian (52,94%), laporan persediaan (45,10%) dan laporan gaji (41,18%). Serta kendala yang mempengaruhinya adalah latar belakang pendidikan, belum pernah mengikuti pelatihan akuntansi dan pengelola merasa belum perlu untuk menerapkan akuntansi. Penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2010) di usaha dagang kota Salatiga ditemukan bahwa penerapan akuntansi telah dilakukan secara sederhana tetapi akuntansi yang diterapkan dapat dikatakan belum digunakan secara optimal yaitu membuat pencatatan hingga pelaporan sampai selesai. Terbukti dengan dari 47 toko hanya ada 2 toko yang menerapkan akuntansi secara optimal. Yang disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya kesadaran akan pentingnya akuntansi. Penelitian di Magelang yang dilakukan oleh Hermawan (2010), ditemukan bahwa 69,56% sudah melakukan pencatatan tetapi hanya 34,78% yang membuat pelaporan keuangan. Hal ini dikarenakan terkendala oleh kurangnya pemahaman tentang akuntansi dan kurangnya kesadaran untuk menerapkan akuntansi. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa (2012) mengenai pencatatan transaksi pada UMK di Kecamatan Ambarawa. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa 43,5 % menerapkan pencatatan transaksi walaupun belum terorganisasi, 19,5 % mencatat
(26)
10
transaksi penerimaan dan pengeluaran, 21,7 % mencatat kembali transaksi kredit, dokumen yang digunakan sehari-hari oleh responden sebesar 41,3 % adalah nota penjualan dan nota pembelian. Terdapat 28,3 % UMK di Kecamatan Ambarawa yang memiliki frekuensi pencatatan transaksi persediaan paling tinggi. Kendala yang dihadapi oleh pengelola usaha UMK adalah minimnya pengetahuan mengenai pencatatan transaksi, belum adanya kebutuhan mengenai pencatatan transaksi, dan sikap malas dari pengelola untuk melakukan pencatatan meskipun mereka sadar bahwa adanya pencatatan transaksi sangat membantu pengelolaan usahanya.
Penelitian mengenai permintaan laporan keuangan pada UKM dilakukan di Amerika Serikat oleh Alle dan Yohn (2009). Penelitian tersebut dilakukan dengan analisis eksplorasi faktor yang terkait dengan produksi, penggunaan dan kecanggihan laporan keuangan oleh UKM. Dalam melakukan analisis, Alle dan Yohn (2009) menggunakan pendekatan induktif yang dimulai dari pengamatan, mengidentifikasi masalah yang ada kemudian mengembangkan teori. Variabel dependen yang digunakan adalah laporan keuangan, sedangkan variabel independen yang digunakan oleh Alle dan Yohn (2009) adalah perusahaan mengajukan pinjaman atau kredit dalam tiga tahun sebelumnya (apply), total aset perusahaan (asset), rasio hutang terhadap aset perusahaan
(debtasset), jumlah karyawan yang bekerja untuk perusahaan (employees), perusahaan dengan bentuk perseroan terbatas (limited), jumlah pemilik dalam perusahaan (owners), perusahaan dikelola oleh pemilik
(27)
11
(ownmanage), persentase pembelian dengan menggunakan kredit perdagangan (pertrade), pertumbuhan penjualan perusahaan dalam tahun ini (sgrowth), jumlah lokasi usaha (sites), dan upah rata-rata per karyawan
(wagemp). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa apply, asset, debtasset, employees, limited, owners, pertrade, sgrowth, sites, dan wagemp secara positif berkorelasi dengan kebutuhan penyusunan laporan keuangan. Sedangkan ownmanage berkorelasi negatif terhadap kebutuhan penyusunan laporan keuangan. Cassar (2009) juga telah melakukan penelitian mengenai laporan keuangan pada UKM di Amerika Serikat. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah penggunaan dana dari luar, tingkat persaingan, tingkat penjualan yang diharapkan dan tahap pengembangan produk, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah laporan keuangan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cassar (2009) ditemukan bahwa laporan keuangan pada UKM di AS secara positif berkaitan dengan penggunaan dana dari luar, tingkat persaingan, dan tingkat penjualan yang diharapkan. Sedangkan tahap pengembangan produk berkorelasi negatif.
Hasil temuan Cassar (2009) dan Alle dan Yohn (2009) memiliki kesamaan, yaitu dalam melakukan penyusunan laporan keuangan dipengaruhi oleh faktor pinjaman kredit. Maka, dalam penelitian ini penulis berupaya untuk meneliti dengan variabel umur usaha, total aset, pinjaman kredit, jumlah karyawan, cabang usaha dan pencatatan transaksi.
(28)
12 2.3Pengembangan Hipotesis
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencatatan transaksi, sedangkan variabel independen yang akan digunakan adalah umur usaha (age), total aset (assets), jumlah karyawan (employees) dan cabang usaha (sites).
Dalam penelitian ini ada beberapa alasan pemilihan pengunaan variabel independen. Umur usaha (age) dipilih karena pada umumnya semakin tua umur suatu usaha maka akan semakin banyak pula transaksi yang muncul. Ketika jumlah transaksi dalam sebuah usaha semakin lama semakin banyak dan kompleks, ketika pula itu kemampuan otak kita tidak mampu untuk mengingat semua transaksi yang terjadi (Basu dan Waymire, 2006). Hal ini memungkinkan untuk mendorong pengusaha melakukan pencatatan transaksi, maka hipotesis yang dihasilkan adalah
H1 : ada pengaruh umur usaha terhadap pencatatan transaksi.
Total asset (assets) dipilih karena pada umumnya para pelaku usaha menggunakan uang pinjaman kredit di bank atau pun uang pribadi sebagai sumber modal usaha. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Santosa (2012) ditemukan bahwa 65,2% para pelaku usaha mikro dan kecil menggunakan modalnya sendiri. Penggunaaan sumber modal yang berasal dari modal sendiri membuat para pelaku usaha kesulitan untuk memisahkan aktivitas usaha dengan aktivitas pribadi, sehingga sering kali uang yang digunakan sebagai modal usaha habis terpakai untuk membiayai aktivitas pribadi. Kesulitan untuk memisahkan antara uang
(29)
13
pribadi dan modal usaha menciptakan peluang untuk melakukan pencatatan transaksi. Maka hipotesis yang dihasilkan adalah
H2 : ada pengaruh total aset terhadap pencatatan transaksi.
Jumlah karyawan (employees) dipilih karena sebuah usaha dengan jumlah karyawan yang lebih banyak, memungkinkan pelaku usaha untuk melakukan pencatatan transaksi. Hal ini dilakukan sebagai kontrol atas transaksi yang terjadi pada usahanya. Maka hipotesis yang dihasilkan adalah
H3 : ada pengaruh jumlah karyawan terhadap pencatatan transaksi.
Cabang usaha (sites) dipilih karena apabila semakin banyak cabang usaha yang dimiliki oleh suatu usaha maka tingkat kompleksitasnya juga akan meningkat. Karena konsetrasi tidak terfokus untuk mengurus salah satu cabangnya saja, melainkan semuanya. Menurut Basu dan Waymire (2006) kemampuan manusia untuk mengingat semua transaksi yang terjadi dalam memori otaknya juga sangat terbatas. Oleh karena itu hal ini dapat memungkinkan suatu usaha untuk melakukan pencatatan transaksi. Maka, hipotesis yang dihasilkan adalah
H4 : ada pengaruh jumlah cabang usaha terhadap pencatatan transaksi
Berikut ini adalah persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian :
(30)
14 Keterangan :
Y : pencatatan transaksi (record keeping)
α : konstanta
β1 –β4 : koefisien regresi
AGE : umur usaha
ASSETS : total aset
EMPLOYEES : jumlah karyawan
SITES : jumlah cabang usaha
: error
Dari persamaan regresi diatas maka model penelitiannya adalah sebagai berikut:
Umur Usaha
(AGE)
Total Aset
(ASSETS)
Jumlah Karyawan
(EMPLOYEES)
Cabang Usaha
(SITES)
Pencatatan Transaksi
(31)
15 3. METODE PENELITIAN
3.1Pemilihan dan Pengumpulan Data
Penelitian ini memilih untuk menggunakan UMK yang ada di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Kota Salatiga dipilih sebagai tempat sampel penelitian karena sepengetahuan penulis penelitian mengenai pencatatan transaksi belum dilakukan di kota Salatiga, selain itu kota Salatiga merupakan sebuah kota yang memiliki luas 56.781 km2 dan jumlah penduduk 177.088 jiwa (pemkot-salatiga.go.id), tetapi memiliki begitu banyak UMK yang tersebar di seluruh kota Salatiga. UMK dipilih oleh peneliti sebagai sampel penelitian karena persyaratan peraturan akuntansi belum ada untuk UMK, dibandingkan dengan usaha yang besar dan sudah terdaftar sehingga memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian yang menyangkut kemungkinan lain yang mempengaruhi pencatatan transaksi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Dimana data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari objek penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada pelaku usaha UMK. Cara penarikan sampel menggunakan design sampel nonprobability sampling berupa
convenience sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana peneliti memilih sampel dari anggota populasi yang bersedia menjadi responden (Santosa, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua UMK yang ada di kota Salatiga, sedangkan kriteria yang digunakan peneliti untuk
(32)
16
menentukan sampel adalah usaha yang aset dan omzet nya serta jumlah karyawan termasuk dalam kriteria usaha mikro dan kecil.
Pengambilan sampel yang terlalu kecil atau terlalu besar dapat mengakibatkan kesalahan dalam pengujian hipotesis. Ukuran sampel yang layak berkisar antara 30-500 (rules of thumb) (Roscoe dalam Supramono dan Utami, 2003). Selain itu formula yang dikemukakan oleh Yamane (Supramono dan Utami, 2003) juga dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel. Formula tersebut adalah
n =
……….
(1)Keterangan :
n = jumlah sampel yang akan diteliti N = jumlah populasi
d = persentase kelonggaran penelitian karena pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir.
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang diajukan kepada pengelola usaha. Setelah data diperoleh maka peneliti akan menganalisis dan melakukan pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pencatatan transaksi pada UMK. Menurut informasi yang peneliti dapat dari CEMSED (Center For Micro And Small Enterprises Dynamics), salah satu Pusat Studi Dinamika Usaha Mikro dan Kecil di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga diketahui bahwa jumlah Usaha Mikro Kecil dan
(33)
17
Menengah di kota Salatiga berjumlah 13.125 unit, sedangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga berjumlah 4.286 unit (Sumber : Sensus Ekonomi BPS Tahun 2006).
Persentase kelonggaran penelitian yang ditetapkan oleh peneliti adalah 10% atau 0,1. Perhitungan sampel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
n =
=
=
97,73 ≈ 98
(pembulatan keatas)Dengan perhitungan diatas maka diketahui bahwa jumlah sampel yang akan diambil oleh peneliti adalah sejumlah 98 unit. Penelitian ini dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan melalui kuesioner kepada responden yang bersedia. Kemudian peneliti akan menganalisis dan menguji hasil dari jawaban yang telah diberikan oleh responden untuk dapat diketahui hasil hipotesisnya.
3.2Teknik dan Langkah Analisis
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah inferensial. Dalam penelitian ini untuk menganalisis hubungan antar variabel akan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan binary logistic regression. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencatatan transaksi, maka dengan penggunaan binary logistic regression ini akan diukur dengan 1 = mencatat dan 0 = tidak mencatat. Data yang akan diteliti diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan sesuai dengan pilihan jawaban yang tersedia pada kuesioner (pertanyaan terbuka). Dalam
(34)
18
penelitian ini, peneliti akan melakukan beberapa langkah analisis pengujian hipotesis, antara lain sebagai berikut (Supramono dan Utami, 2003) :
1. Merumuskan hipotesis.
2. Memilih jenis tes statistik yang sesuai. 3. Menentukan tingkat signifikansi. 4. Melakukan pengumpulan analisis. 5. Membuat keputusan.
Dalam penelitian ini pengolahan data menggunakan bantuan dari
software SPSS v.16. Pengujian hipotesis akan dilakukan sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut (Ghozali,2006) :
3.2.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu mengungkapkan apa yang hendak kita ukur.
3.2.2 Uji Hipotesis
Setelah uji validitas terpenuhi maka selanjutnya adalah pengujian hipotesis dengan uji logistik untuk mengetahui pengaruh umur usaha (age), total aset (assets), jumlah karyawan (employees)
dan cabang usaha (sites) secara parsial terhadap pencatatan transaksi (record keeping).
(35)
19
4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Objek dalam penelitian ini Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang berada di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga yang memenuhi kriteria yaitu antara lain jumlah aset dan omzet sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 dan juga jumlah karyawan yang sesuai dengan kriteria Badan Pusat Statistik. Waktu penelitian dilakukan mulai 10 Juni 2012 hingga selesai. Peneliti mengambil 115 sampel dari total populasi yang mewakili Usaha Mikro dan Kecil yang ada di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Respondennya adalah pemilik atau karyawan dari UMK tersebut. Dari 115 responden yang disurvei, 12 responden tidak bersedia untuk mengisi kuisioner dan wawancara, 5 data dari responden merupakan data rusak karena tidak sesuai dan 98 responden yang dapat dilakukan penelitian lebih lanjut.
4.1Profil Objek Penelitian
UMK di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga terdiri dari berbagai macam jenis usaha, yaitu bengkel, rias pengantin dan salon, toko kelontong, usaha tempe, kerajinan kayu, usaha pengolahan susu, warung makan, counter handphone dan pulsa, digital printing, fotocopy, laundry
(36)
20
Gambar 4.1
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Pada Gambar 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dari total keseluruhan responden yang diteliti, apabila dilihat dari segi aset nya 83,67% dari keseluruhan total responden merupakan usaha mikro, sedangkan sisanya yaitu 16,33% merupakan usaha kecil.
Gambar 4.2
Sumber : data primer yang diolah, 2012
84% 16%
Kriteria Usaha Berdasarkan
Total Aset
Usaha Mikro Usaha Kecil
92% 8%
Kriteria Usaha Berdasarkan
Total Omzet
(37)
21
Pada Gambar 4.2 diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan segi segi omzet yang didapatkan, maka 91,84% dari total responden adalah usaha mikro, sedangkan sisanya 8,16% adalah usaha kecil.
Gambar 4.3
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Pada Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa berdasarkan segi jumlah karyawan yaitu sebesar 92,86% adalah usaha mikro, sedangkan sisanya 7,14% adalah usaha kecil.
Apabila dicermati lebih dalam maka terlihat ada perbedaaan pandangan kriteria sebuah usaha dapat digolongkan sebagai usaha mikro dan kecil berdasarkan jumlah aset, omzet dan jumlah karyawan. Tiga pandangan ini terjadi dikarenakan adanya perbedaan antara aset yang dipakai dan jumlah karyawan yang bekerja pada usaha dengan jumlah omzet yang didapat.
93% 7%
Kriteria Usaha Berdasarkan
Jumlah Karyawan
(38)
22
Gambar 4.4
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Pada gambar diatas diperlihatkan bahwa penggunaan modal usaha paling tinggi yaitu sebanyak 61% untuk penggunaan modal sendiri dan yang paling rendah yaitu 0% untuk responden yang meminjam kepada lembaga non formal (arisan/bank titil) atau dengan kata lain tidak ditemukan responden yang meminjam pada lembaga non formal dalam penelitian ini.
Gambar 4.5
Sumber : data primer yang diolah, 2012
61% 12%
0% 7%
20%
Sumber Modal Usaha
Modal Sendiri Keluarga / Rekan Lembaga Non Formal Lembaga Non Bank Lembaga Bank
81% 19%
Status Pengelola Usaha
(39)
23
Selain itu, 81% dari total responden ternyata mengelola usahanya sendiri dan sisanya yaitu 19% mempercayakan usahanya untuk dikelola oleh karyawannya. Para pengelola usaha memilih untuk mengelola usahanya sendiri karena skala usaha mereka yang masih usaha mikro dan kecil sehingga belum membutuhkan sejumlah karyawan untuk membantu mengelola usahanya.
Gambar 4.6
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Latar belakang pendidikan responden yang paling tinggi persentasenya adalah SMA (Sekolah Menengah Atas)/sederajat yaitu sebesar 50% dari total responden yang diteliti, sedangkan 15% dari total responden adalah sarjana meskipun tidak diketahui secara jelas jurusan apa yang ditempuh, selain itu dalam penelitian ini tidak ditemukan responden yang tidak bersekolah. Hal ini menujukkan bahwa latar belakang pendidikan pengelola usaha yang minim dan terbatas.
0% 6% 8%
50% 21%
15%
Latar Belakang Pendidikan
Tidak Sekolah SD / Sederajat SMP / Sederajat SMA / Sederajat Diploma Sarjana
(40)
24
Tabel 4.1 : Lama Umur Usaha
No. Umur Usaha Jumlah %
1. < 1 tahun 6 6,12
2. 1 - 5 tahun 33 33,67
3. 6 - 10 tahun 15 15,31 4. 11 - 20 tahun 25 25,51 5. > 20 tahun 19 19,39
Total 98 100
Sumber : data primer yang diolah, 2012
UMK di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga mayoritas memiliki umur usaha 1-5 tahun yaitu kurang lebih sebesar 33,67%, sedangkan untuk umur usaha yang paling sedikit adalah < 1 tahun yaitu sebesar 6,12% selain itu pada penelitian ini ditemukan bahwa 19,39% dari total responden memiliki umur usaha > 20 tahun.
4.2Analisis Pencatatan Transaksi Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
Pencatatan transaksi penting sekali dilakukan oleh para pengelola usaha untuk melakukan kontrol dan mengelola usahanya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.2 :Pencatatan Yang Dilakukan
No. Transaksi dicatat Jumlah %
1. Ada pencatatan dan terorganisir 13 13,27 2. Ada pencatatan tetapi tidak terorganisir
(tidak diringkas dan diikhtisarkan) 58 59,18
3. Tidak Mencatat 27 27,55
Total 98 100
(41)
25
Hasil ini menunjukkan sebagian besar dari responden yaitu 58 responden atau kurang lebih 59,18% dari total responden melakukan pencatatan tetapi tidak terorganisir (tidak diringkas dan diikhtisarkan), 13,27% dan sisanya 27,55% menyatakan bahwa mereka tidak melakukan pencatatan transaksi dalam menjalankan usahanya.
Tabel 4.3 : Jenis Transaksi Yang Dicatat
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Berdasarkan hasil penelitian dalam melakukan pencatatan transaksi sebesar 36,74% dari total responden hanya mencatat transaksi tunai saja, hal ini terjadi dikarenakan sebagian besar transaksi yang mereka lakukan adalah transaksi tunai atau bahkan tidak ada transaksi kreditnya. Transaksi kredit yang berupa pembelian barang dagang tidak dicatat oleh para pengelola usaha karena pada umumnya sudah dicatat oleh supplier atau distributor. Urutan dibawahnya yaitu sebesar 35,71% dari total responden melakukan pencatatan transaksi tunai dan kredit. Walaupun sebagian responden telah melakukan pencatatan transaksi tetapi ada sebagian responden yang juga tidak melakukan pencatatan transaksi yaitu sebesar 27,55%.
No. Jenis Transaksi Jumlah %
1. Tunai 36 36,74
2. Kredit 0 0
3. Tunai dan Kredit 35 35,71
4. Tidak Mencatat 27 27,55
(42)
26
Tabel 4.4 :Transaksi Yang Dicatat
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Selain itu, mayoritas para pelaku usaha mencatat transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yaitu sebesar 36,74% dari total responden, sedangkan untuk para pelaku usaha yang hanya transaksi pengeluaran saja dan transaksi pemakaian persediaan saja tidak temukan dalam penelitian ini. Transaksi penerimaan dan pengeluaran menjadi yang paling banyak dilakukan karena mayoritas dari pelaku usaha mikro dan kecil cenderung berpikiran bahwa fokus utama dalam menjalan usaha adalah yang terpenting mendapatkan keuntungan sehingga mereka cenderung ingin mengetahui seberapa banyak keuntungan yang didapat berdasarkan penerimaan yang diterima dan pengeluaran yang dikeluarkan untuk usaha.
No Transaksi yang dicatat
Responden
Jumlah %
1 Penerimaan 5 5,10
2 Pengeluaran 0 0
3 Pemakaian Persediaan 0 0
4 Penerimaan dan Pengeluaran 36 36,74
5 Penerimaan dan Pemakaian Persediaan 1 1,02
6 Pengeluaran dan Pemakaian persediaan 1 1,02
7 Penerimaan, Pengeluaran, dan Pemakaian Persediaan 28 28,57
8 Tidak Mencatat 27 27,55
(43)
27
Tabel 4.5 : Cara Melakukan Pencatatan Transaksi No. Cara Melakukan Pencatatan Transaksi Jumlah %
1. Per Transaksi 46 46,94
2. Secara Menyeluruh 25 25,51
3. Tidak Mencatat 27 27,55
Total 98 100
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas diketahui bahwa mayoritas dari para pengelola usaha yang menjadi responden telah melakukan pencatatan transaksi dengan cara mencatat per transaksi yang terjadi yaitu sebesar 46,94% atau sebanyak 46 responden. Sedangkan 25,51% dari total responden melakukan pencatatan secara menyeluruh.
Tabel 4.6 : Model Pencatatan Transaksi
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Model pencatatan transaksi yang digunakan berdasarkan Tabel 4.6 adalah mayoritas pengelola usaha melakukan model pencatatan dengan mencatat jumlah penerimaan dan pengeluaran kas saja yaitu sebesar 40,82% dan yang paling sedikit adalah hanya menulis jenis barang dan jumlah yang dibeli atau dijual yaitu sebesar 9,18%. Hal ini terjadi karena mayoritas dari para pelaku usaha berpikiran bahwa yang terpenting adalah mengetahui jumlah keuntungan yang didapat. Dengan melakukan model
No. Model Pencatatan Jumlah %
1. Mencatat penerimaan dan pengeluaran 40 40,82 2. Hanya menulis jenis barang dan
jumlah yang dibeli atau dijual 9 9,18 3. Menggunakan model lebih dari 1 22 22,45
4. Tidak mencatat 27 27,55
(44)
28
mencatat jumlah penerimaan dan pengeluaran yang digunakan untuk usaha akan lebih mudah bagi para pelaku usah untuk mengetahui jumlah keuntungan yang didapat dibandingkan dengan mencatat jenis barang dan jumlah yang dibeli atau dijual. Dengan hanya mencatat jenis barang dan jumlah yang dibeli atau dijual maka para pelaku usaha lebih sulit dalam menghitungan seberapa banyak keuntungan yang didapat.
Dari hasil analisis sebelumnya, diketahui 59,18% dari total responden UMK di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga telah melakukan pencatatan transaksi walaupun tidak terorganisir.
Gambar 4.7
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Dalam melakukan pencatatan transaksi, frekuensi pencatatan transaksi yang paling sering dilakukan adalah penerimaan kas yaitu sebesar 64% dan yang paling sedikit adalah mencatat pengeluaran kas saja dan pemakaian persediaan saja yaitu masing-masing sebesar 4%. Dengan hasil penelitian ini, maka dapat dilihat lebih jauh bawa mayoritas para pengelola usaha lebih mementingkan transaksi penerimaan kas sebagai tolak ukur pendapatan atau keuntungan yang diperoleh.
28%
64% 4% 4%
Frekuensi Pencatatan Transaksi Yang Paling Tinggi
(45)
29
Tabel 4.7 : Tujuan Melakukan Pencatatan Transaksi
No Tujuan Jumlah %
1 Tidak Mencatat 27 27,55
2 Syarat Memperoleh pinjaman (1) 3 3,06
3 Pengelolaan usaha (2) 56 57,14
4 Dasar perhitungan pajak (3) 0 0
5 Jawaban (1 dan 2), (1 dan 3) atau (2 dan 3) saja 5 5,10
6 Semua Jawaban 7 7,14
Total 98 100
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti menunjukan mayoritas para pelaku usaha yaitu sebanyak 56 responden atau 57,14% dari total responden melakukan pencatatan transaksi dengan tujuan untuk pengelolaan usaha sedangkan tidak ada dari pelaku usaha yang melakukan pencatatan transaksi murni hanya sebagai dasar perhitungan pajak. Hal ini dapat menunjukan bahwa kesadaran para pelaku usaha untuk perhitungan pajak masih rendah karena mayoritas dari usaha mikro dan kecil memiliki omzet dibawah Rp 600.000.000,00 sehingga mereka tidak dapat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Tabel 4.8 : Pendapat Responden
Sumber : data primer yang diolah, 2012
No Pendapat Jumlah %
1 Tidak berpendapat 15 15,30 2 Sangat membantu 67 68.37
3 Merepotkan 16 16.33
(46)
30
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 67 responden atau 68,37% dari total responden berpendapat bahwa mereka sangat terbantu dengan adanya pencatatan transaksi dalam usaha mereka, tetapi ada juga sebagian responden yaitu 16 responden atau kurang lebih 16,33% dari total responden yang berpendapat bahwa melakukan pencatatan transaksi adalah hal yang merepotkan, sisanya yaitu 15 responden atau kurang lebih 15,30% dari total responden memilih untuk tidak berpendapat.
4.3Kendala Dalam Melakukan Pencatatan Transaksi
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa kendala yang dihadapi oleh UMK di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dalam melakukan pencatatan transaksi adalah 50% dari total responden merupakan lulusan SMA (Sekolah Menengah Atas) / sederajat, sehingga pengetahuan mereka mengenai pencatatan transaksi pun minim dan terbatas. Selain itu, 61% dari total responden menggunakan modalnya sendiri untuk menjalankan usahanya. Penggunaan modal sendiri membuat para pengelola usaha enggan melakukan pencatatan transaksi karena mereka tidak membutuhkannya sebagai syarat memperoleh pinjaman, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian peneliti yang menemukan hanya sekitar 3,06% dari total responden yang merasa membutuhkan pencatatan transaksi sebagai syarat memperoleh pinjaman baik di lembaga non formal, lembaga non bank maupun lembaga bank. 81% dari total responden yang diteliti mengelola usahanya sendiri, mereka memilih untuk mengelola usahanya
(47)
31
sendiri karena skala usaha mereka yang masih usaha mikro dan kecil sehingga belum membutuhkan sejumlah karyawan untuk membantu mengelola usahanya. Menurut hasil wawancara tambahan saat kuisioner diajukan kepada responden, diketahui alasan mereka tidak melakukan pencatatan transaksi selain karena merepotkan adalah mereka merasa bahwa belum membutuhkan untuk melakukan pencatatan transaksi dan minimnya pengetahuan mengenai pencatatan transaksi.
4.4Hasil Pengujian Variabel
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui serangkaian uji adalah sebagai berikut :
4.4.1 Uji Validitas
Uji validitas merupakan uji tahap pertama yang harus dilakukan sebelum uji asumsi klasik. Hasil uji validitas yang dilakukan peneliti diketahui bahwa variabel umur usaha, variabel jumlah karyawan, variabel jumlah cabang, variabel jumlah aset dan variabel pencatatan transaksi adalah valid. 4.4.2 Uji Hipotesis
Berikut ini adalah hasil Nagelkerke R Square (Pseudo R Square) :
(48)
32
Tabel 4.9 : Nilai Nagelkerke R Square
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 85.627a .262 .378
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.
Sumber : data primer yang diolah, 2012 Nilai Nagelkerke R Square adalah 0,378 yang berarti variabilitas variabel pencatatan transaksi yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel umur usaha, variabel total aset, variabel jumlah karyawan dan variabel cabang usaha sebesar 37,8%, sisanya (100% - 37,8% = 62,2%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model.
Alpha yang digunakan oleh peneliti adalah 0,01. Hasil dari uji hipotesis diketahui bahwa variabel umur usaha signifikan dengan tingkat signifikansi 0,010 dan memiliki pengaruh negatif terhadap pencatatan transaksi dan variabel jumlah karyawan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 dan memiliki pengaruh positif terhadap pencatatan transaksi.
Makna dari variabel umur usaha yang signifikan adalah ada pengaruh umur usaha terhadap pencatatan transaksi tetapi pengaruhnya negatif yang berarti semakin lama umur usaha dimungkinkan bahwa para pelaku usaha justru lebih mengandalkan pengalaman mereka sehingga mereka tidak
(49)
33
melakukan pencatatan transaksi, sedangkan untuk umur usaha yang belum terlalu lama justru dimungkinkan lebih mengandalkan pencatatan transaksi untuk membantu dalam mengelola usaha mereka dibandingkan pengalaman mereka. Hal ini berbanding terbalik dengan hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti. Sedangkan makna variabel jumlah karyawan yang signifikan adalah ada pengaruh jumlah karyawan terhadap pencatatan transaksi dan memiliki pengaruh positif yang berarti semakin banyaknya jumlah karyawan maka para pelaku usaha akan melakukan pencatatan transaksi sebagai bentuk dari kontrol terhadap usahanya. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Alle dan Yohn (2009) mengenai permintaan laporan keuangan pada UKM di Amerika Serikat juga menunjukan kesamaan yaitu variabel jumlah karyawan berpengaruh positif.
Dalam penelitian ini juga ditemukan variabel yang tidak signifikan, variabel tersebut adalah variabel jumlah aset dan variabel jumlah cabang dengan tingkat signifikansi masing-masing adalah 0,396 dan 0,889. Hal ini bertolak belakang dengan teori yang telah dikemukakan oleh peneliti. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Alle dan Yohn (2009) diketahui bahwa variabel jumlah aset dan variabel jumlah cabang memiliki pengaruh yang positif, tetapi dalam penelitian yang dilakukan pada UKM di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
(50)
34
ditemukan bahwa variabel jumlah aset dan variabel jumlah cabang berpengaruh negatif.
Dalam hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti mengenai jumlah aset dikatakan bahwa penggunaaan sumber modal yang berasal dari modal sendiri membuat para pelaku usaha kesulitan untuk memisahkan aktivitas usaha dengan aktivitas pribadi, sehingga sering kali uang yang digunakan sebagai modal usaha habis terpakai untuk membiayai aktivitas pribadi. Kesulitan untuk memisahkan antara uang pribadi dan modal usaha menciptakan peluang untuk melakukan pencatatan transaksi. Tetapi ternyata hipotesis tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian ini. Walaupun 61% dari total responden menggunakan modal sendiri untuk menjalankan usahanya ternyata sebagian besar dari mereka yaitu sebesar 74% dari total responden tidak merasa kesulitan untuk memisahkan antar uang pribadi dan uang untuk modal usaha (lihat Gambar 4.8).
Gambar 4.8
Sumber : data primer yang diolah, 2012
74% 26%
Pemisahan Modal Pribadi
(51)
35
Selain itu, adanya masalah metodologis yaitu skala interval yang dibuat oleh peneliti tidak seakurat apabila menggunakan rasio.
Untuk variabel jumlah cabang, teori yang dikemukakan oleh peneliti adalah semakin banyak cabang usaha yang dimiliki oleh suatu usaha maka tingkat kompleksitasnya juga akan meningkat. Karena konsentrasi tidak terfokus untuk mengurus salah satu cabangnya saja, melainkan semuanya. Menurut Basu dan Waymire (2006) kemampuan manusia untuk mengingat semua transaksi yang terjadi dalam memori otaknya juga sangat terbatas. Oleh karena itu hal ini dapat memungkinkan suatu usaha untuk melakukan pencatatan transaksi. Hal ini dapat mendorong pengelola usaha untuk melakukan pencatatan transaksi. Dalam penelitian ini diketahui hanya 13 responden atau 13,27% yang memiliki cabang usaha, sisanya 85 responden atau 86,73% tidak memiliki cabang usaha. Karena sampel yang dimiliki oleh peneliti sebagian besar tidak memiliki cabang usaha, maka hasil penelitian menjadi kurang akurat sehingga hasilnya pun menjadi tidak signifikan (lihat Tabel 4.10)
Tabel 4.10 : Jumlah Cabang Usaha
Sumber : data primer yang diolah, 2012
No Cabang Jumlah %
1 Tidak Memiliki Cabang 5 86,73
2 Memiliki Cabang (1 cabang) 10 10,21 3 Memiliki Cabang ( > 1 cabang) 3 3,06
(52)
36 5. PENUTUP
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh peneliti terhadap responden usaha mikro dan kecil yang ada di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga maka dapat diambil beberapa kesimpulan. Walaupun usaha mereka termasuk dalam usaha mikro dan kecil tetapi sebanyak 59,18% dari total responden ternyata telah melakukan pencatatan meski belum terorganisir dan transaksi yang paling banyak dicatat adalah transaksi tunai yaitu sebesar 36,74%. Cara pencatatan transaksi dengan mencatat per transaksi yang terjadi merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh responden yaitu sebesar 46,94%, sedangkan model pencatatan transaksi yang digunakan adalah dengan mencatat jumlah penerimaan dan pengeluaran kas saja yaitu sebesar 40,82%. Tujuan dari melakukan pencatatan transaksi adalah untuk pengelolaan usaha yaitu sebesar 57,14%, sedangkan 68,37% dari total responden berpendapat bahwa mereka sangat terbantu dengan adanya pencatatan transaksi dalam usaha mereka. Dalam melakukan pencatatan transaksi masih banyak para pengelola usaha yang berpendapat bahwa melakukan pencatatan transaksi adalah suatu hal yang merepotkan, selain itu minimnya pengetahuan dan merasa bahwa belum membutuhkan untuk melakukan pencatatan transaksi atau bahkan sikap malas dari para pengelola menjadi kendala dalam melakukan pencatatan transaksi walaupun sebenarnya dengan melakukan
(53)
37
pencatatan transaksi akan membantu dalam melakukan pengelolaan usaha mereka.
Hasil dari uji hipotesis diketahui bahwa variabel umur usaha dan variabel jumlah karyawan berpengaruh signifikan terhadap pencatatan transaksi sedangkan untuk variabel jumlah aset dan variabel jumlah cabang tidak signifikan terhadap pencatatan transaksi.
5.2Implikasi Terapan
UMK di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga mengalami ketidakseimbangan antara aset yang dipakai dan jumlah karyawan yang bekerja pada usaha dengan jumlah omzet yang didapat. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar adalah usaha mikro. Walaupun biasanya pencatatan transaksi biasa dilakukan oleh usaha menengah maupun yang sudah mapan tetapi dalam penelitian ini diketahui bahwa 59,18% responden telah melakukan pencatatan transaksi walaupun belum terorganisir, dengan ini maka dapat dilihat respon yang baik terhadap pencatatan transaksi sebagai dasar penerapan akuntansi dalam usaha mereka. Kesadaran para pengelola usaha bahwa dengan adanya pencatatan transaksi dapat membantu mereka dalam perkembangan dan pengelolaan usaha, sebagai dasar dari perhitungan pajak, dan membantu dalam melakukan kontrol usaha serta pengambilan keputusan. Pemerintah seharusnya dapat memberikan dukungan dan perhatian agar para pengelola usaha mikro dan kecil lebih diarahkan dan diberi penyuluhan atau bahkan pelatihan akuntansi sehingga dapat lebih memajukan usaha mereka.
(54)
38
Pelatihan akuntansi yang diberikan kepada para pengelola usaha mikro dan kecil hendaknya memakai format pencatatan yang sederhana dengan bahasa yang mudah dimengerti, mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh para pengelola usaha.
5.3Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi pencatatan transaksi. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan empat variabel independen antara lain umur usaha (age), total aset (assets), jumlah karyawan (employees) dan cabang usaha (sites)
sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencatatan transaksi. Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan antara lain : penggunaan pertanyaan dalam kuisioner yang terbatas yaitu satu variabel dengan satu indikator pertanyaan, sehingga tidak dapat dilakukan uji reliabilitas; penelitian ini hanya dilakukan pada sebagian kota Salatiga yaitu Kecamatan Sidorejo bukan keseluruhan kota Salatiga; kriteria jumlah karyawan yang kurang cocok dengan kondisi responden yang diperoleh peneliti, serta keterbatasan lainnya menyangkut waktu, tenaga dan biaya yang dihadapi peneliti.
5.4Penelitian Mendatang
Pada penelitian mendatang peneliti menyarankan untuk menambah indikator pertanyaan dalam satu variabel agar dapat di uji reliabilitasnya, selain itu dapat juga dengan melakukan penggantian beberapa variabel
(55)
39
independen yang ada misalnya dengan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para pengelola usaha karena sebagaimana diketahui bahwa tingkat pendidikan yang kurang membuat para pengelola tidak cukup pemahaman mengenai pencatatan transaksi serta memperluas objek penelitian yang dulunya hanya Kecamatan Sidorejo saja menjadi keseluruhan kota Salatiga sehingga dapat mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi pencatatan transaksi di seluruh kota Salatiga, bukan hanya sebagian kota Salatiga saja.
(56)
40
DAFTAR PUSTAKA
Allee, Kristian D. dan Teri Lombardi Yohn, 2009, “The Demand for Financial Statements in an Unregulated Environment: An Examination of The Production and Use of Financial Statements by Privately Held Small Businesses”, The Accounting Review, volume 84, No. 1, Januari, pp. 1 – 25
Arifin, Chandra, 2010, Penerapan Akuntansi pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Studi Kasus Usaha Pertokoan di Jalan Jendral Sudirman Salatiga, Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan)
Basu, Sudipta dan Gregory B. Waymire, 2006, “Recordkeeping and Human Evolution”, Accounting Horizons, volume 20, No. 3, September, pp. 201 – 209
bps.go.id diakses tanggal 19 Juli 2012
Cassar, Gavin, 2009, “Financial Statement and Projection Preparation in Start-Up Ventures”, The Accounting Review,volume 84, No. 1, Januari, pp. 27 – 51
Ghozali, H. Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro. Semarang
Hermawan, Findi Esa Putri, 2010, Penerapan Akuntansi pada Usaha Kecil Studi Kasus pada Perusahaan Kecil di Magelang, Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universias Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan)
pemkot-salatiga.go.id diakses tanggal 22 Juli 2012
Santosa, Mega Farsellina, 2012, Pencatatan Transaksi OlehUsaha Mikro Dan KecilDi Kecamatan Ambarawa, Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universias Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan)
Setiawati, Diyan, 2010, Penerapan Akuntansi untuk Usaha Kecil menengah (UKM) Studi Kasus di Usaha Dagang Kota Salatiga, Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universias Kristen Satya Wacana (tidak dipublikasikan)
(57)
41
Supramono, dan Intiyas Utami, 2003, Design Proposal Penelitian Studi Akuntansi dan Keuangan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana : Salatiga
Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008
Waymire, Gregory B., 2009, “Exchange Guidance Is The FundamentalDemand
For Accounting” The Accounting Review, volume 84, No. 1, Januari, pp. 53 – 62
(58)
42
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (Curriculum Vitae)
Nama : Sisca Evanda Halim
NIM : 232009039
Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 19 Januari 1991 Alamat Asal :Jalan Progo 2 no. 14
Semarang, Jawa Tengah Nama Orang Tua : Nugraha Sulistya Halim
Ratna Djuwita Harsono
Judul Skripsi : Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pencatatan Transaksi Pada Usaha Mikro Dan Kecil Di Kecamatan SidorejoKota Salatiga E – mail : [email protected]
Pendidikan :
Tamatan SD Kebon Dalem Semarang (th. 1997 – 2003)
Tamatan SMP Kebon Dalem Semarang (th. 2003 – 2006)
Tamatan SMA Kebon Dalem Semarang (th. 2006 – 2009) Pengalaman Organisasi :
Panitia Kambing Cup 2011 “Kambing Cup Come Back”
Panitia RETREAT MAHASISWA BARU UKSW 2011
Fungsionaris KSA 2011-2012
(59)
43
Panitia Sosialisasi Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
Panitia Kuliah Umum BRI Pengalaman Seminar :
Kuliah Umum " Asuransi Sebagai Pilihan Investasi "
Seminar Enterpreneurship 2009
Peserta Seminar "Kesiapan Indonesia Dalam Era ACFTA"
Seminar "Perkembangan Pendidikan Perguruan Tinggi Di Indonesia"
Seminar Nasional Kelompok Studi Manajemen 2010 "Believe, Begin, Become An Entrepreneur"
Seminar Nasional On Accounting " Peran Akuntansi Dalam Pemberantasan Korupsi"
Kuliah Tamu " Dilema Kebijakan BBM "
(60)
44
(61)
45
Lampiran 1
Tabel 1 : Profil Usaha
Res Nama Usaha Jenis Usaha Kelurahan Alamat
1 - Tambal Ban Bugel Jl. Wesi
2 Merry Rias pengantin Bugel Jl. Mutiara
3 - Toko kelontong Bugel Jl. Mawar
4 - Toko kelontong Bugel Jl. Mutiara
5 IKA Usaha Tempe Bugel Jl. Mutiara
6 Laundry Bugel Jl. Mawar
7 Bengkel Restu Bengkel Bugel Jl. Mawar
8 Warung Klengkong Aneka Bubur Bugel Jl. Mutiara
9 Bengkel Ali Sofyan Bengkel Bugel Jl. Mutiara
10 Toko Besi Kaca Menjual Besi dan kaca Kauman Kidul Jl. Batu Tulis
11 Mamik Salon Kauman Kidul Jl. Batu Tulis
12 - Perkayuan, meubel, kusen dan pintu Pulutan Rejosari RT 02/RW 01
13 Toko kelontong Pulutan Rejosari RT 02/RW 01
14 Ega Pulsa Jual pulsa Pulutan Rejosari RT 02/RW 01
15 Warung makan Bu Ning Warung makan Pulutan Rejosari RT 02/RW 01
16 Sate Madura Jual sate Pulutan Rejosari RT 02/RW 01
17 - Bengkel dan tambal ban Pulutan Rejosari RT 02/RW 01
18 Distro Ban Bengkel dan penjualan spareparts Pulutan Rejosari RT 03/RW 01 19 Yoghurt 48 Pengolahan minuman bahan baku susu Pulutan Jl. Dipomenggolo no 10
(62)
46
20 Barokah Mie ayam Pulutan Jl. Rejosari RT 02/RW 01
21 Silverstein Toko pakaian Pulutan Pulutan
22 Sekar Laundry Laundry Pulutan Pulutan RW 02/RW 01
23 IDEKU Digital Printing Salatiga Jl. Monginsidi II/20
24 DC HWI Obat herbal Salatiga Jl. Kemiri Raya no 18H-G
25 - Fotocopy Salatiga Jl. Monginsidi
26 Karunia Game Center Warnet Salatiga Jl. Kemiri Raya
27 - Kerajinan kayu Salatiga Jl. Monginsidi I/7
28 Liberty Laundry Laundry Salatiga Jl. Cungkup no 467 RT 04/ RW 06
29 Aneka Kremes Warung makan Salatiga Jl. Monginsidi
30 - Toko kelontong Salatiga Jl. Kemiri II
31 E. Laundry Laundry Salatiga Jl. Kemiri I/27
32 Kemiri Juice Juice buah Salatiga Jl. Kemiri
33 Toko Sugeng Jual sembako Salatiga Jl. Pramuka No 1
34 - Warung makan Salatiga Jl. Patimura no 22
35 New Look Collection Toko pakaian wanita Salatiga Jl. Kemiri I Ruko A-B
36 Ditha FC Fotocopy Salatiga Jl. Kemiri I
37 Minie Shop 2 Toko pakaian Salatiga Jl. Kemiri I no 5
38 Warung makan Bu Kris Warung makan Salatiga Jl. Kemiri I/1A
39 - Jual sembako Salatiga Jl. Monginsidi III/28
40 Simpati Fotocopy Fotocopy Salatiga Jl. Monginsidi no 15
41 Pondok Bakso Jual bakso Salatiga Jl. Kemiri I
42 Soto Semarang Jual soto Salatiga Jl. Kemiri II
(63)
47
44 Moro Artos Bubur kacang hijau Salatiga Jl. Kemiri
45 Lucky Fotocopy Salatiga Jl. Kemiri Raya
46 Nasi Pecel Madiun Warung makan Salatiga Jl. Kemiri Raya no 3
47 Red Queen Laundry Salatiga Jl. Kemiri I no 24
48 WR. Gelegar Warung makan Salatiga Jl. Kemiri Raya no 5
49 - Jual buah Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 93
50 Service Jok Mas Mamat Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 100
51 Domba Car Wash Cuci mobil dan salon mobil Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 66
52 Arum Dulu Wedangan Warung makan Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
53 Cake&Cookies Bakery Bakery Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 92B
54 Ana Salon Salon Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 92A
55 Mie Surabaya Cak Ardi Warung makan Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
56 Toko Besi Sinar Jaya Toko besi dan kaca Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 126
57 Snack Purita Jual snack Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 2
58 Eska Elektronik Penjualan dan Service alat elektronik Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
59 WM. Kurnia Sari Warung makan Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 6
60 Mie Ayam Dipsy Warung makan Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
61 WM. Pelangi Warung makan Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 117
62 Depot Oli Wijaya Jual oli Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
63 Bengkel Pak Moel Bengkel mobil Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 112
64 Benz Mobile Service HP dan jual pulsa Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 112 C 65 Kusuma Elektrik Jual alat-alat elektronik Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 93
66 Sate Madura Jual sate Sidorejo Lor Lapangan Jambesari
(64)
48
68 Sabria Laundry Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
69 - Perkayuan, meubel kayu Sidorejo Lor Jl. Kalimang
70 Bubble Boutique Toko pakaian Sidorejo Lor
Jl. Cemara Raya (Kompleks GW no 1)
71 - Tambal Ban Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
72 - Fotocopy dan jual alat tulis Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
73 Putra Karya Mini market Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 108A
74 - Isi ulang air gallon Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
75 Queen Joe Studio Digital Printing Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 102
76 Reihan Kios HP Sidorejo Lor Jl. Sembir
77 Soto Songo-Songo Jual soto ayam Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 99
78 Nasi Goreng Djoyp Jual Nasi goring Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
79 Optic Bangkit Optic Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol
80 Lentera Laundry Laundry Sidorejo Lor Jl. Imam Bonjol no 44
81 Gardu Mbah So Ma Jual Nasi goring Sidorejo Lor Jl. Seruni (pertigaan masjid)
82 Rizky Laundry Laundry Sidorejo Lor Jl. Seruni no 30
83 Kedai Seruni Warung makan Sidorejo Lor Jl. Seruni no 17 C
84 Berkat Warung makan Sidorejo Lor Jl. Seruni no 25
85 Afuza Printing Printing dan Graphic Design Sidorejo Lor Jl. Seruni no 44B
86 - Jual sate ayam Sidorejo Lor Jl. Seruni no 44 A
87 Gong Show Surabaya Warung makan Salatiga Jl. Monginsidi no 6
88 Café Burjo Salatiga Warung makan Salatiga Jl. Monginsidi
89 Depot Nirwana Warung makan Sidorejo Lor Jl. Seruni no 22
(65)
49
91 Juice Buah Seruni Juice buah Sidorejo Lor Jl. Seruni no 16
92 Esa Modiste Penjahit Blotongan Jl. Dliko Indah I
93 RL. Orchids Fotocopy Blotongan Jl. Dliko Indah no 10
94 Wira Ekonomi Mini market (retail) Blotongan Jl. Dliko Indah no 16
95 - Toko kelontong Blotongan Jl. Dumai Indah V/59
96 - Jual sayuran dan bumbu dapur Blotongan Jl. Dliko Indah III
97 Batu Alam Penjualan Batu alam Blotongan Jl. Blotongan
(66)
50
Lampiran 2
Tabel 2 : Profil Pengelola
Res Umur Jenis Kelamin Status Pendidikan
1 46 Tahun Laki-laki Pemilik SMP / Sederajat
2 35 Tahun Perempuan Karyawan Diploma
3 - Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
4 - Perempuan Pemilik SMP / Sederajat
5 - Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
6 45 Tahun Perempuan Pemilik Diploma
7 - Laki-laki Pemilik SMP / Sederajat
8 - Perempuan Pemilik SMP / Sederajat
9 - Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
10 56 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat 11 29 Tahun Perempuan Karyawan SMA / Sederajat
12 - Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
13 55 Tahun Laki-laki Pemilik SMP / Sederajat 14 24 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat 15 41 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat 16 42 Tahun Perempuan Pemilik SD / Sederajat 17 33 Tahun Laki-laki Pemilik SD / Sederajat 18 45 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
19 51 Tahun Perempuan Pemilik Sarjana
20 - Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
21 - Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
22 - Perempuan Pemilik Diploma
23 - Laki-laki Pemilik Sarjana
24 20 Tahun Perempuan Karyawan SMA / Sederajat 25 27 Tahun Laki-laki Pemilik SMP / Sederajat
26 20 Tahun Laki-laki Pemilik Sarjana
27 51 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
28 37 Tahun Perempuan Pemilik Diploma
29 31 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat 30 33 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat 31 36 Tahun Perempuan Karyawan SMP / Sederajat
(67)
51
32 48 Tahun Perempuan Pemilik Diploma
33 56 Tahun Laki-laki Pemilik Sarjana
34 52 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat 35 22 Tahun Perempuan Karyawan Sarjana
36 27 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat 37 24 Tahun Perempuan Karyawan SMA / Sederajat
38 50 Tahun Perempuan Pemilik Diploma
39 51 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat 40 35 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
41 - Perempuan Pemilik Diploma
42 41 Tahun Perempuan Pemilik Sarjana
43 19 Tahun Laki-laki Karyawan SMA / Sederajat 44 25 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat 45 28 Tahun Laki-laki Karyawan SMA / Sederajat
46 45 Tahun Perempuan Pemilik Sarjana
47 25 Tahun Laki-laki Pemilik Sarjana
48 68 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
49 - Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
50 - Laki-laki Pemilik Diploma
51 - Laki-laki Karyawan SMA / Sederajat
52 - Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
53 - Perempuan Karyawan Sarjana
54 - Perempuan Karyawan SMA / Sederajat
55 - Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
56 - Laki-laki Karyawan Diploma
57 - Perempuan Karyawan Sarjana
58 - Laki-laki Pemilik Diploma
59 - Perempuan Pemilik Diploma
60 - Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
61 - Perempuan Pemilik Diploma
62 - Laki-laki Pemilik Diploma
63 - Laki-laki Pemilik Sarjana
64 - Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
65 - Laki-laki Pemilik Sarjana
66 23 Tahun Laki-laki Pemilik SD / Sederajat 67 44 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
(68)
52
68 - Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
69 43 Tahun Laki-laki Karyawan SD / Sederajat 70 23 Tahun Perempuan Karyawan SMA / Sederajat 71 34 Tahun Laki-laki Pemilik SD / Sederajat
72 - Perempuan Pemilik SMP / Sederajat
73 23 Tahun Laki-laki Pemilik Sarjana
74 - Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
75 36 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
76 - Laki-laki Pemilik Sarjana
77 - Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
78 - Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
79 - Perempuan Karyawan SMA / Sederajat
80 - Perempuan Pemilik Diploma
81 56 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
82 45 Tahun Perempuan Pemilik Diploma
83 - Laki-laki Pemilik Sarjana
84 54 Tahun Perempuan Pemilik Diploma
85 28 Tahun Laki-laki Pemilik Diploma
86 35 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat 87 24 Tahun Laki-laki Karyawan SMA / Sederajat 88 28 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat 89 46 Tahun Laki-laki Pemilik SMA / Sederajat
90 67 Tahun Laki-laki Pemilik Diploma
91 36 Tahun Perempuan Pemilik Diploma
92 34 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat 93 25 Tahun Laki-laki Karyawan SMA / Sederajat 94 54 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat 95 67 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat 96 51 Tahun Perempuan Pemilik SMA / Sederajat
97 - Laki-laki Karyawan Diploma
(1)
62
Lampiran 4
Tabel 7 : Uji Regresi
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Step 1a Umur_Usaha -.557 .224 6.181 1 .010 .573
Karyawan 1.956 .645 9.185 1 .002 7.068 Cabang -.127 .906 .020 1 .889 .881 Aset .381 .448 .721 1 .396 1.463 Constant 1.477 .919 2.583 1 .108 4.379 a. Variable(s) entered on step 1: Umur_Usaha, Karyawan, Cabang, Aset.
(2)
63
Salatiga, 13 Agustus 2012
Yang terhormat,
Usaha Mikro dan Kecil Di Kecamatan Sidorejo Salatiga – Jawa Tengah Dengan Hormat,
Sehubungan dengan pengajuan skripsi saya yang berjudul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pencatatan Transaksi Pada UMK di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga”, dengan ini saya memohon ijin agar dapat melakukan penelitian pada usaha mikro dan kecil di Kecamatan Sidorejo pada Agustus 2012.
Adapun penelitian yang saya lakukan meliputi penyebaran kuisioner yang telah dikonsultasikan dengan pembimbing.Sebagai informasi, data yang akan saya peroleh hanya akan digunakan untuk keperluan akademik.
Atas perhatian serta ijin yang diberikan, kami mengucapkan terima kasih.
Hormat saya, Mengetahui, Dosen Pembimbing
(3)
64
KUESIONER
Pencatatan Transaksi Pada Usaha Mikro dan Kecil
diKecamatan Sidorejo
Kota Salatiga
I.Petunjuk Cara Pengisian
1. Isilah identitas anda pada tempat yang telah disediakan.
2. Berilah tanda centang (
√
) pada pilihan jawaban yang telah disediakan. Pilihlah jawaban yang anda anggap benar atau sesuai dengan keadaan anda pada masing – masing pertanyaan.No. Responden :
Nama Usaha : ……….
Jenis Usaha : ……….
Kelurahan Usaha : ……….
Alamat Usaha : ………..
Nama Responden : ………. (boleh tidak diisi)
Umur : ……… Tahun
Jenis Kelamin : L / P
Status : Pemilik Karyawan
Waktu Wawancara : ……….. Hasil Wawancara :
1. Apapendidikan terakhir bapak / ibu?
Tidak sekolah SMP / sederajat Diploma SD / sederajat SMA / sederajat Sarjana
2. Berapa lama umur usaha bapak / ibu?
< 1 tahun 1 – 5 tahun 6 – 10 tahun 11 – 20 tahun >20 tahun 3. Berapa jumlah karyawan yang bekerja pada usaha bapak / ibu?
Tidak ada 1 – 4 orang 5 – 9 orang 10 – 14 orang 15 – 19 orang ≥ 20 orang
4. Apakah bapak / ibu memiliki cabang usaha? Jika ya, berapa jumlah cabang usaha yang dimiliki?
Tidak 1 cabang > 1 cabang
5. Berapa total aset yang bapak / ibu gunakan untuk usaha? ≤ Rp 25.000.000
(4)
65 Rp 25.000.000< aset ≤ Rp 50.000.000 Rp 50.000.000 < aset ≤ Rp 100.000.000 Rp 100.000.000 < aset ≤ Rp 250.000.000
Rp 250.000.000 < aset ≤ Rp 500.000.000 >Rp500.000.000
6. Berapa omzet yang bapak / ibu dapatkan dalam 1 tahun? ≤Rp 150.000.000
Rp 150.000.000<omzet≤ Rp 300.000.000 Rp 300.000.000 < omzet ≤ Rp 1.000.000.000 Rp 1.000.000.000 < omzet ≤ Rp 1.750.000.000 Rp 1.750.000.000 < omzet ≤ Rp 2.500.000.000 >Rp2.500.000.000
7. Apakah ada modal yangdigunakan untuk usaha diperoleh dari meminjam? Jika ya, berasal dari manakah pinjaman bapak / ibu ?
Tidak
Ya dan berasal dari keluarga / rekan
Ya dan berasal dari lembaga non formal (arisan, bank titil)
Ya dan berasal dari lembaga non bank (Koperasi Simpan Pinjam) Ya dan berasal dari lembaga bank
8. Modal yang dimiliki oleh bapak / ibu berasal dari Modal sendiri …… %
< Rp 50.000.000
Rp 50.000.000 – Rp 150.000.000 > Rp 150.000.000
Pinjaman dari keluarga, lembaga non formal, lembaga non bank, dan bank ……..%
< Rp 50.000.000
Rp 50.000.000 – Rp 150.000.000 > Rp 150.000.000
9. Apakah dengan adanya penggunaan modal sendiri dan modal pinjaman membuat bapak / ibu menjadi kesulitan dalam memisahkan uang pribadi dengan uang usaha?
Ya Tidak
10.Apakah bapak / ibu melakukan pencatatan transaksi? Tidak mencatat sama sekali
(5)
66 Ada pencatatan dan terorganisir
11.Transaksi apa saja yang dicatat oleh bapak / ibu?
Penerimaan kas saja (1) Jawaban (1 dan 3) Pengeluaran kas saja (2) Jawaban (2 dan 3) Pemakaian persediaan saja (3) Semua jawaban Jawaban (1 dan 2) Tidak mencatat
12.Dari beberapa transaksi, yaitu penerimaan kas, pengeluaran kas, dan pemakaian persediaan. Mana yang merupakan transaksi yang frekuensi pencatatannya paling tinggi?
Penerimaan kas Pengeluaran kas Pemakaian persediaan Tidak mencatat
13.Mengapa frekuensi pencatatan pada transaksi tersebut paling tinggi? Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh
Agar dapat lebih mudah dalam melakukan pengecekan Untuk mengetahui berapa modal dari tiap barang yang dijual
Untuk memudahkan dalam mengingat transaksi terutama utang dan piutang
Jawaban lebih dari 1 Tidak mencatat
14.Jenis transaksi apa yang dicatat oleh bapak / ibu?
Tunai Kredit Keduanya Tidak mencatat
15.Bagaimana bapak / ibu melakukan pencatatan transaksi?
per Transaksi Secara menyeluruh Tidak mencatat
16.Model pencatatan transaksi yang dilakukan oleh bapak / ibu ? Mencatat penerimaan dan pengeluaran
Hanya menulis jenis barang dan jumlah yang dibeli atau dijual Menggunakan model pencatatan lebih dari 1
Tidak Mencatat
17.Mengapa bapak / ibu merasa perlu melakukan pencatatan pada transaksi? Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh
Agar dapat lebih mudah dalam melakukan pengecekan Untuk mengetahui berapa modal dari tiap barang yang dijual
Untuk memudahkan dalam mengingat transaksi terutama utang dan piutang
Jawaban lebih dari 1 Tidak mencatat
(6)
67
18.Apakah tujuan bapak / ibu melakukan pencatatan transaksi? Sebagai syarat untuk memperoleh pinjaman (1) Untuk pengelolaan usaha (2)
Sebagai dasar perhitungan pajak (3)
Jawaban (1 dan 2), (1 dan 3) atau (2 dan 3) saja. Semua jawaban
Tidak membuat
19.Bagaimana pendapat bapak / ibu mengenai pencatatan transaksi? Merepotkan
Sangat Membantu (untuk mengingat transaksi yang pernah terjadi) Tidak berpendapat