PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBAWAKAN ACARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN KELAS VIIIG SMP NEGERI 1 KATIBUNG KECAMATAN KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

Juwairiyah

ABSTRACT
IMPROVED ABILITY HOSTED THROUGH MODELING TECHNIQUES
CLASS VIII G SMP NEGERI 1 KATIBUNG DISTRICT KATIBUNG
SOUTH LAMPUNG REEGENCY LESSONS YEAR 2014/2015
By
JUWAIRIYAH

This study was conducted based formulation of the problem is how the process of
learning and capacity building hosted through modeling techniques eighth grade
students of SMP Negeri 1 Katibung G Katibung District of South Lampung
regency. Selection of techniques in learning have a very important position in
prosesn learning. With the selection of appropriate techniques can provide
guarantees ongoing learning activities and provide direction on learning activities
so that the desired objectives in this case is the achievement of learning can be
achieved. The author tries to give modeling techniques in the learning process so
that students can perform carriage events using language properly and mannered.
The subjects were students of class VIII SMP Negeri 1 Katibung G totaled 38
students consisting of 17 male students and 21 female students. This study was
conducted three cycles, each sisklus consists of planning, action, observation, and

reflection. In cycle I to III study hosted students were grouped into 6 groups with
2 groups of 7 students and 4 groups of 6 students. In the first cycle the Indonesian
model is a teacher who is often seen by the students. In the second cycle of
learning hosted video hosted prepare teachers to serve as a model to broadcast
using an LCD projector. Furthermore, the third cycle teachers bring direct model
of a teacher at SMP Negeri 1 Katibung also commonly hosted on the learning
takes place.
The technique used to collect the data of this study are engineering test and
nontest. Aspects observed in each cycle is the activity of students and teachers and
the learning process. Results of the analysis of the data shows there has been
increased activity and student learning outcomes from cycle to cycle. 44.74% in
the first cycle of students who reach KKM, and on the second cycle increased to
63.16%, and the third cycle increased to 89.50% of students who reach the KKM.
In the first cycle students completed totaling 17 students (44.74%) and students
who have not completed 21 students (55.26%), the second cycle students
completed totaling 24 students (63.16%) and who have not completed 14 students
(36 , 84%), then the students completed the third cycle of 33 students (89.50%)
and students who have not completed 5 students (10.50%). Persantase
completeness of students in the second cycle increased 18.42% of the test results
on the first cycle that of the percentage of 44.74% to 63.16%. Completeness

percentage of students in the third cycle increased 26.34% of the results of the test

Juwairiyah
on the second cycle is the percentage of 63.16% to 89.50%. Ketidaktuntasan
percentage of students in the second cycle decreased by 18.42% and in the third
cycle has decreased 26.34% and based on the indicators in the third cycle that
modeling strategies which can be applied to make students able to appear as
presenters that ultimately can improve the ability of pupils and students got good
value and increased.
Keywords: hosted, modeling, improvement.

Juwairiyah

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBAWAKAN ACARA
MELALUI TEKNIK PEMODELAN KELAS VIII G
SMP NEGERI 1 KATIBUNG KECAMATAN KATIBUNG
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015
Oleh

JUWAIRIYAH

Penelitian ini dilakukan berdasarkan rumusan masalah yaitu bagaimana proses
pembelajaran dan peningkatan kemampuan membawakan acara melalui teknik
pemodelan siswa kelas VIII G SMP Negeri 1 Katibung Kecamatan Katibung
Kabupaten Lampung Selatan. Pemilihan teknik dalam pembelajaran memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam prosesn belajar-mengajar. Dengan
pemilihan teknik yang tepat dapat memberikan jaminan berlangsungnya kegiatan
belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki dalam hal ini adalah prestasi belajar dapat tercapai. Penulis mencoba
memberikan teknik pemodelan dalam proses pembelajaran agar siswa dapat
melakukan pembawaan acara dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
serta santun.
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 1 Katibung berjumlah 38
siswa yang terdiri atas 17 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Penelitian ini
dilaksanakan sebanyak tiga siklus, setiap sisklus terdiri atas perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Pada siklus I sampai III pembelajaran
membawakan acara siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok dengan anggota 2
kelompok berjumlah 7 siswa dan 4 kelompok berjumlah 6 orang siswa. Pada
siklus I yang menjadi model adalah guru Bahasa Indonesia yang sering dilihat

oleh siswa. Pada siklus II pembelajaran membawakan acara guru menyiapkan
video membawakan acara untuk dijadikan model dengan ditayangkan
menggunakan LCD proyektor. Selanjutnya pada siklus III guru mendatangkan
model langsung seorang guru pada SMP Negeri 1 Katibung juga yang biasa
membawakan acara pada pembelajaran berlangsung.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah teknik tes
dan nontest. Aspek yang diamati pada setiap siklus adalah aktifitas siswa dan guru
serta proses pembelajaran. Hasil analisis data menunjukkan telah terjadi
peningkatan pada aktivitas dan hasil pembelajaran siswa dari siklus ke siklus.
Pada siklus I 44,74% siswa yang mencapai KKM, dan pada siklus II meningkat
menjadi 63,16% , dan pada siklus III meningkat menjadi 89,50% siswa yang
mencapai KKM. Pada siklus I siswa tuntas berjumlah 17 siswa (44,74%) dan

Juwairiyah
siswa yang belum tuntas 21 siswa (55,26%), pada siklus II siswa tuntas berjumlah
24 siswa (63,16%) dan yang belum tuntas 14 siswa (36,84%), lalu pada siklus III
siswa tuntas berjumlah 33 siswa (89,50%) dan siswa yang belum tuntas 5 siswa
(10,50%). Persantase ketuntasan siswa pada siklus II mengalami peningkatan
18,42% dari hasil tes pada siklus I yaitu dari persentase 44,74% menjadi 63,16%.
Persentase ketuntasan siswa pada siklus III mengalami peningkatan 26,34% dari

hasil tes pada siklus II yaitu dari persentase 63,16% menjadi 89,50%. Persentase
ketidaktuntasan siswa pada siklus II mengalami penurunan sebesar 18,42% dan
pada siklus III mengalami penurunan 26,34% dan berdasarkan indikator pada
siklus III bahwa strategi permodelan yang diterapkan dapat menjadikan siswa
berani tampil sebagai pembawa acara yang akhirnya dapat meningkatkan
kemampuan siswa dan siswa mendapat nilai yang baik dan meningkat.
Kata kunci: membawakan acara, pemodelan, peningkatan.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBAWAKAN ACARA
MELALUI TEKNIK PEMODELAN KELAS VIII G SMP NEGERI
1 KATIBUNG KECAMATAN KATIBUNG KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

OLEH
JUWAIRIYAH

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBAWAKAN ACARA
MELALUI TEKNIK PEMODELAN KELAS VIII G
SMP NEGERI 1 KATIBUNG KECAMATAN KATIBUNG
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015
(Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh
JUWAIRIYAH
NPM 1323041021


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MEGISTER BAHASA DAN SASRA INDONESIA
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindak Kelas Model Kemmis dan Mc.Taggart
Gambar 3.2 Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Taggart

DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Presentase Siswa yang Mencapai KKM
Grafik 4.2 Peningkatan Rata-Rata Kemampuan Siswa
Grafik 4.3 Perkembangan Siswa Per Indikator

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL......................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................. iv
RIWAYAT HIDUP .............................................................................. v
MOTTO ................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN................................................................................. vii
SANWACANA ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................ xiv
DAFTAR GRAFIK .............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Hakikat Belajar .........................................................................
2.2 Belajar berbahasa di sekolah.................................................... `
2.3 Keterampilan Berbicara .............................................................
2.4 Bentuk Keterampilan Berbicara ................................................
1. Pengertian..............................................................................

2. Bentuk ...................................................................................
3. Jenis/macam-macam .............................................................
2.5 Model-model Pembelajaran ......................................................
2.6 Pembelajaran Membawakan Acara Melalui teknik
pemodelan.. ..............................................................................
2.7 Tahap Membawakan Acara .....................................................
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .......................................................................
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
3.3 Faktor yang Diamati ..................................................................
3.4 Prosedur Penelitian ................................................................. `
3.5 Jenis Data dan Cara Pengambilannya .......................................
3.6 Analisis Data .............................................................................

1
4
5
6

7

8
9
10
10
11
11
12
14
16

19
21
22
22
28
28
xi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................

4.1.1 Siklus Satu ................................................................................
4.1.2 Siklus Dua.................................................................................
4.1.3 Siklus Tiga ................................................................................
4.2 Peningkatan Hasil Membawakan Acara ............................................
4.3 Pembelajaran Membawakan Acara dengan Menggunakan
Strategi Pemodelan..............................................................................

42
43
51
58
67
69

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................. 71
5.2 Saran ................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

xii

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian di SMPN Negeri 1 Katibung
Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Membawakan Acara
Tabel 3.3 Tolok Ukur Penilaian Membawakan Acara
Tabel 4.1 Hasil Presentase Kemampuan Membawakan Acara Siswa
Kelas VIII G Siklus II
Tabel 4.2 Hasil Presentase Kemampuan Membawakan Acara Siswa
Kelas VIII G Siklus III

MOTO

“Berdoalah sebab berdoa itu kekuatan terbesar di dunia. Kasihilah sesama sebab
mencintai adalah hak istimewa pemberian Allah.”
(Ali bin Abi Thalib)

“Bersikap ramahlah sebab ramah itu jalan menuju kebahagiaan. Bermurah hati
lah hidup ini terlalu pendek untuk dipakai mementingkan diri sendiri.”
(Ki Hajar Dewantoro)

PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa Syukur dan bahagia atas segala rahmat dan ridho Allah Swt,
penulis mempersembahkan karya tulis ini kepada orang-orang terkasih, yaitu:

1.

orangtua dan mertua, dengan kasih sayangnya, do’a tulusnya, dorongan
semangat untuk keberhasilan anaknya yang tidak mungkin terbalaskan.

2.

suami tercinta yang selalu member semangat dan motivasi serta kesabaran
dalam kebersamaan sehingga member kenyamanan keberhasilan.

3.

kedua buah hatiku Asep Hermanto R dan Dede Setiawan, yang selalu memberi
inspirasi dalam mengejar cita-cita dimasa yang akan datang.

4.

kedua menantu Ana Fitriana dan Nadin yang selalu mendukung agar mamahnya
lebih maju

5.

kedua cucu tersayang Zahrotun Nissa Azzahra, Rasya Putra Ramadhan, dan
Azzam Azkha Assyahri yang memberi kedamaian hilang rasa lelah saat
disambut dengan celoteh dan tawa lucunya sepulang kuliah.

6.

dosen-dosenku yang telah membantu menyelesaikan kuliah ku

7.

alamamater tercinta Universitas Lampung.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, tepatnya di desa Sidodadi Kecamatan
Kedaton, 15 Maret 1963 sebagai anak ke tujuh dari enam belas bersaudara, buah
cinta dari pasangan Bapak Sahid (alm) dan Ibu Sakem.

Pendidikan yang telah penulis tempuh Sekolah Dasar Negeri 25 (SDN 25) Tanjung
Karang di selesaikan pada tahun 1976, Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 (SMPN
2) Bandar Lampung diselesaikan tahun 1979, Sekolah Menengah Atas Wijaya
(SMA Wijaya) Kedaton diselesaikan tahun 1983, D1/A1 Universitas Lampung
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni diselesaikan tahun 1984.

Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa S-1 dalam jabatan FKIP Universitas Lampung
jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Satra
Indonesia dan Daerah tahun 2010, melaksanakan PPL/PPM di SMP Negeri 1
Katibung Lampung Selatan selama dua bulan yaitu bulan Februari hingga April
2011. Penulis melanjutkan pendidikan di Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia pada Tahun 2013sebagai angkatan ke tiga.

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan PTK yang berjudul
“Peningkatan kemampuan Membawakan Acara melalui teknik pemodelan kelas
VIII G semester ganjil SMPN 1 Katibung Kecamatan Katibung Kabupaten
Lampung Selatan tahun pelajaran 2014 - 2015”

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai
pihak dalam proses penyelesaian PTK ini. Oleh sebab itu, sebagai wujud rasa
hormat sudah selayaknya penulis mengucapkan ucapan terima kasih kepada pihakpihak berikut.

1. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. selaku pembimbing 1 yang telah membimbing
penulis dengan penuh kesabaran, keiklasan, memotivasi, memberi pengarahan,
serta saran-saran dari penyusunan proposal hingga PTK ini selesai ditulis.
2. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku pembimbing 2, yang telah memberikan
bimbingan selama perkuliahan dan memberikan ilmu, kritik, dan saran demi
kesempurnaan penulisan PTK ini.
3. Dr. Munaris, M.Pd. selaku penguji utama

4. Drs.Kahfie Nazaruddin,M.Hum. selaku ketua program Study pendidikan bahasa
dan sastra Indonesia dan daerah yang telah memberikan pengarahan, bimbingan,
bantuan, saran, dan motivasinya dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di Universitas Lampung dengan baik.
5. Dr. Mulayanto Widodo, M.Pd. selaku ketua jurusan pendidikan bahasa dan seni
6. Dr.H.Bujang Rahman, M.Si. selaku dekan FKIP Unila beserta stafnya.
7. Bapak dan Ibu dosen FKIP Unila yang telah membekali penulis dengan ilmu dan
pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan.
8. Seluruh staf administrasi dan karyawan tata usaha jutusan pendidikan bahasa dan
seni Unila yang membantu dan melayani urusan administrasi perkuliahan
penulis.
9. Bapak Abdul Rochman, S.Pd., M.M. selaku kepala SMP Negeri 1 Katibung
Lampung Selatan, yang memotivasi dan membantu kelancaran dalam penelitian
dan penyusunan PTK ini.
10. Keluarga besar SMP Negeri 1 Katibung Lampung Selatan, seluruh dewan guru,
karyawan dan staf tata usaha SMP Negeri 1 Katibung
11. Teman-teman seperjuangan, terima kasih atas kerjasamanya, motivasi, yang
saling mengisi satu sama lain.
12. Orang tua, mertua dan keluarga kakak,adik, anak-anak,menantu dan cucu-cucu
tersayang yang selalu memberikan doa,dukungan,semangat padaku.

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk
memperluas cakrawala ilmu pengetahuan, meningkatkan harkat dan martabatnya
di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui
pendidikan dapat diciptakan dan dikembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang pada gilirannya akan banyak memberi manfaat dan mempermudah manusia
dalam mencapai segala cita-cita yang diinginkan.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3, dijelaskan bahwa
Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keteampilan yang
dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, dan bangsa negara. Untuk menunjang tujuan
pemerintah tersebut, siswa terlibat secara langsung dalam prosesnya.

Sanjaya (2010:183) mengemukakan, ada enam aspek keterlibatan siswa di kelas
yang digambarkan proses pembelajaran efektif dan efisien: adanya keterlibatan
baik secara fisik, mental, emosional, maupun intelektual; siswa belajar secara

2

langsung; adanya keinginan untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif;
keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar;
adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa; terjadinya interaksi yang
multi arah baik antara siswa dengan siswa atau guru dengan siswa. Dalam hal ini
seorang guru Bahasa Indonesia harus memiliki keterampilan untuk menjadikan
siswa terampil dalam berbahasa.

Aspek keterampilan berbahasa meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Keempat aspek tersebut tidak dapat dipisahkan, semuanya berkaitan dan
saling melengkapi. Pengusaan yang pertama kali dikuasai oleh seorang anak yaitu
belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan
menulis. Pada keterampilan menyimak dan berbicara dipelajari sebelum
memasuki usia sekolah. Bahkan pada jenjang pendidikan kanak-kanak (TK) siswa
sudah dikenalkan dengan bahasa Indonesia. Pada jenjang berikutnya bahasa
Indonesia diajarkan secara khusus dengan alokasi waktu yang cukup banyak.
Adapun,

tujuan

utama

pengajaran

Bahasa

Indonesia

dalah

membantu

mengembangkan kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis.
Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dilatih untuk menguasai empat aspek
berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Hal tersebut dapat dilihat bahwa satu sama lain keterampilan
berkaitan, semakin terampil seseorang berbicara maka semakin cerah dan jelas
pula jalan pemikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai

3

dengan jalan praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti
pula melatih keterampilan berpikir (Tarigan, 2008:1).

Ketidakmatangan

dalam

perkembangan

bahasa

juga

merupakan

suatu

keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa. Keterampilan-keterampilan
yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif banyak persamaannya
dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif ; dalam keterampilanketerampilan berbahsa yang lainnya (Greene & Petty dalam Tarigan, 2008:1).
Pada pendidikan formal, cara berbahasa diajarkan

oleh guru pada siswanya

melalui proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran tidak luput dari masalah
untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran.

Masalah yang mengganggu pada proses berbicara biasanya adalah faktor kurang
percaya diri serta kurang terlatih dalam berbicara. Keberhasilan sistem
pembelajaran di kelas sangat ditentukan oleh manager/aktor sistem pembelajaran
di kelas. Manager/aktor sistem pembelajaran di kelas adalah guru. Guru
bertanggung jawab dalam mempersiapkan bahan pembelajaran dan mendesain
lingkungan kelas yang kondusif dan mendorong siswa untuk berperan aktif dalam
melaksanakan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berlangsung secara
efektif dan efisien serta menghasilkan pembelajaran yang berkualitas dan
bermakna. Dengan demikian, guru harus memiliki kompetensi di bidangnya.

Hal ini memberikan gambaran bahwa dalam merancang atau mendesain
pembelajaran seorang guru harus mampu menganalisis kebutuhan yang tepat bagi
kepentingan siswa, sehingga nantinya dapat mewujudkan proses pembelajaran
yang bermutu, efektif, dan efisien. Artinya, ketika seorang guru melakukan

4

kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran tertentu di dalamnya juga
diikuti teknik, metode, teknik, dan model pembelajaran yang relevan, sehingga
pada gilirannya akan terjadi proses pembelajaran efektif , efisien, menyenangkan,
dan bermakna. Pada tahap selanjutnya akan dihasilkan prestasi atau pun hasil
belajar yang optimal bagi peserta didik.

Hasil supervisi kelas menunjukkan bahwa dalam perencanaan pembelajaran masih
terdapat penggunaan RPP yang penyusunannya belum baik dan belum
dilaksanakan secara baik pula. Selain itu, pada proses pembelajaran juga masih
ditemukan siswa yang belum memiliki motivasi untuk mengikuti pembelajaran.
Hal itu dapat diamati dari fakta di lapangan bahwa masih banyak siswa yang
belum aktif. Dari hasil pembelajaran diperoleh data bahwa siswa yang aktif belum
mencapai 75%. Hal lain yang ditemukan adalah proses evaluasi yang belum
optimal. Hal ini dibuktikan dari jumlah siswa yang masuk kategori tuntas belum
mencapai 75%. Selain itu, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia belum
menggunakan teknik pembelajaran yang tepat.

Proses pembelajaran selama ini masih menggunakan model pembelajaran yang
klasikal. Pada model ini fokus aktivitas pembelajaran didominasi oleh guru. Guru
memberlakukan tindakan yang sama kepada semua siswa dalam satu kelas,
padahal masing-masing siswa memiliki banyak perbedaan antara lain latar
belakang, kemampuan dasar, minat, gaya belajar, kecepatan belajar, dan juga
pengalaman belajar. Hal ini akan menimbulkan kesenjangan antara siswa. Siswa
yang memiliki kecakapan belajar yang baik mudah menangkap informasi,
sedangkan siswa yang memiliki kecakapan yang kurang baik akan tertinggal.

5

Akibatnya, penguasaan terhadap materi yang disampaikan oleh guru juga akan
tertinggal. Selain itu, pembelajaran di kelas dapat menyebabkan rendahnya
motivasi, aktivitas, dan prestasi belajar.

Motivasi memiliki kedudukan yang sangat penting dalam belajar. Motivasi
memberikan jaminan berlangsungnya kegiatan belajar dan memberikan arah pada
kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dalam hal ini adalah prestasi
belajar dapat tercapai. Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman (2011:75) yang
memberikan pengertian motivasi belajar sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek dapat tercapai.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan motivasi belajar merupakan faktor yang
dapat memengaruhi prestasi belajar siswa. Namun pembelajaran saat ini belum
mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil pengamatan pada saat
pembelajaran terlihat bahwa masih banyak siswa terlihat tidak memiliki motivasi
belajar. hal ini terlihat dari sebagian siswa kurang senang dalam kegiatan
pembelajaran. Selain itu, siswa belum terlihat memiliki kreatifitas dalam belajar.
kreatifitas hanya ditunjukkan oleh siswa tertentu yang memiliki kemampuan
tinggi. Untuk meningkatkan motivasi siswa perlu adanya perubahan model
pembelajaran.

Salah satu cara meningkatkan motivasi siswa dalam berbicara khususnya pada
membawakan acara, penulis mencoba memberikan teknik pemodelan dalam
proses pembelajaran agar siswa dapat melakukan pembawaan acara dengan

6

menggunakan bahasa yang baik dan benar serta santun. Keterampilan berbicara
melalui membawakan acara bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui
penjelasan semata, melainkan juga siswa harus dapat melihat, mendengar, dan
memahami lalu berlatih melakukannya.

Peneliti memandang perlu untuk mengadakan penelitian langsung pada siswa
tentang membawakan acara melalui pemodelan. Hal tersebut disebabkan peneliti
melihat khususnya siswa kelas VIII G ketika berbicara dengan sesama teman
begitu lancar dan tidak ada hambatan bahkan seperti tidak akan habis pokok
pembicaraan dalam pembicaraannya. Namun, kenyataan saat menerima pelajaran
bahasa Indonesia pada standar kompetensi berbicara dengan kompetensi dasar
membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar serta santun, siswa
mengalami kesulitan untuk membawakan acara dengan bahasa yang baik dan
benar serta santun.

Selain itu, peneliti juga memandang perlu adanya penelitian karena pada
sebelumnya peneliti sudah melakukan penelitian pada ranah berbicara dalam
berwawancara. Peneliti merasa siswa kurang menguasai keterampilan berbicara,
dengan upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa, peneliti kembali
melakukan penelitian untuk membawakan acara. Peneliti beranggapan bahwa jika
siswa menguasai keterampilan tersebut, maka siswa setidaknya dapat berguna
dalam lingkungan masyarakat untuk membawakan acara seperti membawakan
acara ulang tahun, perpisahan sekolah, acara peringatan hari kemerdekaan di
lingkungan rumah, dan lain-lain.

7

Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam membawakan acara dengan
bahasa yang baik dan benar serta santun. Hal ini dialami siswa kelas VIII G SMP
Negeri 1 Katibung Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, hambatanhambatan tersebut yaitu faktor kurangnya kosakata yang dimiliki oleh siswa.
Sehingga, siswa merasa takut salah saat membawakankan acara yang
mengakibatkan sulitnya mengarahkan kata-kata. Hal ini dibuktikan dari hasil
ulangan siswa, kemampuan berbicara masih rendah. 75% siswa tidak mampu
membawakan acara. Untuk menunjang penelitian ini

peneliti menggunakan

teknik pemodelan dengan tujuan agar proses pembelajaran akan meningkat dan
menyenangkan, melalui teknik yang digunakan oleh guru. Melalui teknik
pemodelan diharapkan hasil belajar akan meningkat.

Sesuai dengan materi ajar yang akan disampaikan dalam KTSP mata pelajaran
Bahasa Indonesia tingkat Sekolah menengah Pertama kelas VIII terdapat Standar
Kompetensi (SK) :

Berbicara (10) Mengemukakan pikiran, perasaan, dan

informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler, dengan Kompetensi Dasar
(10.2) Membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar serta santun.

Dalam pencapaian yang maksimal peran seorang guru sebagai penyampai materi
kepada siswa harus dapat menyampaikan materi yang akan dibahas dengan
metode dan media yang tepat dan menarik. Untuk itu seorang guru yang
professional haruslah menjadi seorang pendidik yang berusaha menjadikan
keseluruhan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan. Hal tersebut terlihat
dari kepiawaiannya merancang serta menerapkannya dalam pembelajaran serta
mengevaluasi. Seperti yang tertulis secara rinci pada pasal 1 ayat 1 Undang-

8

Undang Nomor 14 tahun 2005 tugas utama guru sebagai pendidik professional
meliputi: (1) mendidik, (2) mengajar, (3) membimbing, (4) mengarahkan, (5)
melatih, (6) menilai, serta (7) mengevaluasi peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarakan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah proses pembelajaran membawakan acara melalui teknik
pemodelan siswa kelas VIII G SMP Negeri 1 Katibung Kecamatan
Katibung Kabupaten Lampung Selatan
2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan membawakan acara melalui
teknik pemodelan siswa kelas VIII G SMP Negeri 1 Katibung Kecamatan
Katibung Kabupaten Lampung Selatan.

1.3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
1. Memperbaiki proses pembelajaran di kelas khususnya membawakan acara
dengan menggunakan bahasa yan baik dan benar serta santun melalui teknik
pemodelan.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa agar mampu membawakan acara melalui
teknik pemodelan khususnya siswa kelas VIII G SMP Negeri 1 Katibung.

9

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran di kelas memiliki
manfaat yang penting, yang mencakup dua aspek yaitu aspek teoritis dan aspek
praktis.
1.4.1 Manfaat Secara Teoretis
Secara teoretis penelitian ini dapat memperdalam materi Bahasa
Indonesia khususnya materi membawakan acara. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi guru bidang studi
Bahasa Indonesia untuk mengembangkan pembelajaran keterampilan
membawakan acara.
1.4.2 Manfaat Secara Praktis
Manfaat secara praktis memiliki tiga komponen yaitu :
a. Bagi siswa
1) Untuk memotivasi siswa supaya berani tampil membawakan
acara.
2) Meningkatkan aktivitas dan minat belajar dalam meningkatkan
keterampilan membawakan acara.
3) Siswa akan termotivasi dalam melaksanakan aktivitas belajar di
kelas baik secara individu maupun kelompok.
b. Bagi guru
1) Sebagai masukan guru dalam meningkatkan minat belajar siswa
dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
2) Memotivasi guru untuk meningkatkan kualitas dan kreativitas
dalam proses pembelajaran di kelas.

10

c. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ide untuk
memecahkan masalah pembelajaran berbicara di kelas sehingga
akan membantu terciptanya suasana pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

11

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Hakikat Belajar
Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan
competencies aneka ragam competencies, skill and attitudes. Kemampuan
(competencies) keterampilan (skill) dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara
bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi hingga masa tua melalui
rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Suprijono (2009: 3) menjelaskan bahwa
belajar

dalam

idealisme

berarti

kegiatan

psiko-fisik-sosio

menuju

ke

perkembangan pribadi seutuhnya.Jadi, dapat dikatakan makin banyak seseorang
belajar maka orang tersebut mengalami banyak perubahan.

Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatan seseorang dalam
pendidikan informal, keturutsertaan dalam pendidikan formal dan informal.
Kemampuan

belajar

inilah

yang

membedakan

manusia

dari

makhluk

lainnya.Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan
dengan

serangkain

kegiatan

misalnya

dengan

membaca,

mengamati,

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju
ke perkembangan pribadi seutuhnya.Kemudian dalam arti sempit, belajar
dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang

12

merupakan

sebagian

kegiatan

menuju

terbentuknya

kepribadian

seutuhnya.Relevan dengan ini, ada pengertian bahwa belajar adalah “penambahan
pengetahuan”.Definisi atau konsep ini dalam praktiknya banyak dianut disekolahsekolah.

Selanjutnya ada, yang mendefinisikan:”belajar adalah berubah”.Dalam hal ini
yang dimaksud belajar berarti usaha mengubah tingkah laku.Jadi, belajar akan
membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak
hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk
kecakapan, keterampilan,sikap, pengertian,harga diri,minat, watak, penyesuaian
diri. Jelasnya, belajar menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku
seseorang.

2.2 Belajar Berbahasa di Sekolah
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu (1) keterampilan
menyimak (listening skills), (2) keterampilan berbicara (speaking skills), (3)
keterampilan membaca (reading skills),(4) keterampilan menulis (writing skills)
(Nida dalam Tarigan, 2008: 1)

Setiap keterampilan itu berhubungan erat sekali dengan tiga keterampilan lainnya
dengan cara yang beragam.Dalam memeroleh keterampilan berbahasa, biasanya
kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mula-mula pada masa kecil kita
belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan
menulis. Ke empat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu
kesatuan, merupakan catur tunggal.

13

Selanjutnya, setiap keterampilan itu berhubungan erat pula dengan proses-proses
berpikir

yang

mendasari

bahasa.Bahasa

seseorang

mencerminkan

pikirannya.Semakin trampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula
jalan pikirannya.Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan
praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih
keterampilan berpikir (Dawson {et al} dalam Tarigan,1980: 1).

Dimuka tadi telah diutarakan bahwa keterampilan berbahasa hanya dapat
diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan.Oleh karena itu,
setelah berpraktik dan berlatih, perlu diadakan tes untuk mengetahui sampai
dimana hasil yang telah dicapai.Hal tersebut hanya dapat diperoleh melalui belajar
berbahasa di sekolah.

2.3 Keterampilan Berbicara
Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan
anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa
tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang
tentu berhubungan erat perkembangan kosakata yang dipelajari oleh sang anak
melalui kegiatan menyimak dan membaca. Perlu disadari juga bahwa
keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif
banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif dalam
keterampilan-keterampilan berbahasa yang lainnya itu (Greene & Petty dalam
Tarigan,1980: 1)

14

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia
yang memanfaatkan faktor-faktor pisik, psikologis, neurologi, semantik dan
linguistik sedemikian ekstensif secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat
manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Berbicara adalah suatu alat untuk
mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, seyogyanya sang pembicara memahami
makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.

2.4 Bentuk Keterampilan Berbicara
Dalam keterampilan berbicara di dalamnya terdapat beberapa bentuk, sebagai
berikut.
1. Berbicara dimuka umum pada masyarakat (public speaking) yang
mencakup empat jenis.
a. Berbicara dalam situasi – situasi yang bersifat memberitahukan atau
melaporkan, yang bersifat informative (informative speaking);
b.

Berbicara

dalam

situasi–situasi

yang

bersifat

kekeluargaan,

persahabatan (fellowship speaking);
c. Berbicara dalam situasi–situasi yang bersifat membujuk, mengajak,
mendesak dan meyakinkan (persuasive speaking);

15

d. Berbicara dalam situasi – situasi yang bersifat merundingkan dengan
hati-hati (deliberative speaking).
2. Berbicara pada konferensi (conference speaking).
a. Diskusi kelompok (group discussion).
1) Tidak resmi (informal), dan masih dapat diperinci.
a) kelompok studi (study group)
b) kelompok pembuat kebijaksanaan (policy making group).
c) komik.
2) Resmi (formal) yang mencakup pula:
a) konferensi
b) diskusi panel
c) symposium
b. Prosedur parlementer (parliamentary procedure)
c. debat
3) Jenis / macam-macam berbicara
a. berbicara untuk melaporkan
b. berbicara secara kekeluargaan
c. berbicara untuk meyakinkan
d. berbicara untuk merundingkan

2.5 Tahapan Membawakan Acara
Untuk dapat membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar serta santun,
ada tahapan yang harus dilakukan.Ardiwinata dan Ardiwilaga (2014:10)
membedakan tahapan membawakan acara menjadi dua.

16

1. Persiapan Acara
Pada tahapan persiapanacara dilakukan sebelum acara dimulai. Persiapan
seorang pembawa acara terdiri dari merancang acara, mengonsultasikan
acara, dan mengordinasikan mata acara dengan berbagai pihak terkait
(Ardiwinata dan Ardiwilaga, 2014:11).Pada tahap ini pembawa acara
harus sudah memunyai susunan acara yang sudah final agar acara dapat
berjalan sesuai dengan keinginan.
2. Membawakan Acara
Tahap kedua dari tugas pembawa acara adalah membawakan acara yang
sudah dirancang pada tahap persiapan.Pada tahap ini Ardiwinata dan
Ardiwilaga (2014: 12) menyebutnya dengan kronologi tugas pembawa
acara yang diringkas disebut 3 M yang berarti membuka, mempersilakan,
dan menutup.Rincian lengkap 3 m sebagai berikut.

a. Membuka
Saat membuka acara hal yang harus diperhatikan oleh pembawa
acara adalah kesiapan acara yang akan dimulai. Selanjutnya
menurut Ardiwinata dan Ardiwilaga (2014:12) seorang pembawa
acara saat membuka acara adalah 4 S yaitu salam, sapa, syukur,
susunan acara.

Pembawa acara memulai dengan mengucap salam pada hadirin
yang menandakan juga acara akan segera dimulai. Selanjutnya
pembawa acara dapat menyapa hadirin dengan sapaan yang
bersahabat selain itu juga pembawa acara mengajak hadirin

17

bersyukur untuk nikmat tuhan yang diberi. Kemudian pembawa
acara memberitahukan susunan acara yang akan dilaksanakan pada
acara tersebut.

b. Mempersilakan
Pada sesi ini, setelah pembawa acara memberitahukan susunan
acara, tugas pembawa acara selanjutnya adalah mempersilakan
seseorang untuk menyampaikan sesuatu sesuai dengan urutan acara
yang

sudah

dibuat.

Cara

mempersilakan

sesorang

untuk

menyampaikan sesuatu harus menyebutkan nama lengkap dan
jabatan yang

jelas, Misalnya “Abdul Rochman, S.Pd., M.M.

selaku kepala sekolah SMPN 1 Katibung saya persilakan”.

c. Penutup
Tahapan terakhir dalam membawakan acara adalah menutup
acara.Pada tahap ini pembawa acara memberitahukan bahwa acara
telah selesai.

2.6 Model-Model Pembelajaran
Model dalam melaksanakan pembelajaran sangat beragam diantaranya ada model
contextual teaching learning. Pendekatan contextual teaching learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang
diajarkan dengan situasi nyata, yang mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan

yang

dimilikinya

dengan

penerapan

di

keluarga

masyarakat.Dengan fakta tersebut, hasil belajar diharapkan lebih bermakna.

dan

18

Dalam pendekatan contextual ada tujuh komponen utama pembelajaran yang
efektif adalah sebagai berikut.

a. Konstrutivisme (Cotructivisme)
Landasan berpikir yaitu pengetahuan, dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan
tidak sekonyong-konyong.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta atau
konsep (kaidah) yang siap untuk diambil dan diingat.Manusia harus
mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.

b. Bertanya (Questioning)
Bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL.Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta,
tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus pintar merancang kegitan
yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan.

c. Menemukan (Inquiry)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang bermula datang dari “bertanya”.Bertanya
dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan
bertanya merupakan bagaian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang
berbasis inquiry yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

19

d. Masyarakat belajar (Learning community)
Hasil pembelajaran diperoleh siswa bekerja sama dengan teman dan
kelompok. Siswa dibagi dalam kelompok yang heterogen. Siswa yang pandai
akan mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu kepada yang belum tahu,
yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai
gagasan segera memberi usul dan sebagainya.

e. Pemodelan (Modeling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada
model yang bisa ditiru. Model bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara
mengerjakan sesuatu, cara melafalkan dan sebagainya. Kadang-kadang banyak
peristiwa psykologis atau sosial yang sukar bila dijelaskan dengan kata-kata
belaka, maka perlu ada model yang bisa ditiru atau siswa dipartisipasikan
untuk berperan dalam peristiwa sosial itu. Dalam hal ini perlu digunakan teknik
permodelan supaya siswa dapat memperhatikan, mencontoh, mengerjakan, atau
melafalkan seperti apa yang dicontohkan oleh model.
Dalam menggunakan teknik ini agar berhasil dengan efektif guru perlu
mempertimbangkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru harus memilih topik yang urgen sehingga menarik minat siswa.
2. Apabila ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan supaya
ditanggapi, guru harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk
perannya itu. Bila tidak, ditunjuk saja siswa yang memiliki kemampuan
serta pengalaman yang lebih baik.
3. Apabila siswa belum terbiasa, ia perlu dibantu guru dalam
menimbulkan kalimat pertama dalam penampilannya.

20

Apabila penggunaan teknik permodelan sebelum melaksanakan perlu
dipertimbangkan kekurangannya diantaranya: kalan guru tidak menguasai
tujuan penggunaan teknik ini untuk suatu unit pelajaran maka teknik
permodelan tidak akan berhasil. Dengan teknik permodelan guru benar-benar
harus

bisa

menguasai

masalah,

pandai

bermimik

dan

pandai

berinteraksi.Teknik permodelan memiliki beberapa keunggulan, maka dapat
dipilih untuk beberapa unit pelajaran tertentu.Dengan teknik ini siswa lebih
tertarik perhatiannya pada pelajaran.Karena mereka dapat memerankannya
sendiri, maka mudah memahami dan mencontoh serta mempraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.

f. Refleksi (Reflection)
Cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
tentang apa yang sudah kita lakukan atau kita dapatkan di masa lalu. Siswa
mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan
baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan
yang baru diterima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa berkata
“O…kalau begitu, begini cara para ahli membuat rumus atau teori”.

g. Penilaian (Authentic assesment)
Proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan

belajar

siswa.

Karena

asessement

menekan

proses

pembelajaran, data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata

21

yang dikerjakan siswa saat melakukan proses pembelajaran. Hal-hal yang
berada di luar proses pembelajaran tidak dapat dipertanggungjawabkan.

2.7 Teknik Pemodelan
Pendekatan kontekstual (CTL) komponen pemodelan maksudnya dalam sebuah
pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru
(Depdiknas 2002:16).

Senduk dan Nurhadi (2003:50) berpendapat bahwa pemodelan atau teknik
modeling adalah salah satu dari tujuh komponen pembelajaran kontekstual.
Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu,
ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan
yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan siswanya
untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan.
Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau
aktivitas belajar. Dengan kata lain model itu dapat berupa cara mengoperasikan
sesuatu, dan sebagainya. Dengan begitu, guru memberi model tentang bagaimana
cara belajar.

Nuryatin (2010:34) menyatakan bahwa pemodelan dapat diartikan sebagai upaya
pemberian model (contoh) yang berhubungan dengan materi dan aktivitas
pembelajaran yang dilakukan siswa. Pemodelan harus dilakukan secara terencana
agar memberikan sumbangan pada pemahaman dan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran, sehingga hasil belajar mengalami peningkatan. Pemodelan
dikatakan efektif apabila siswa menjadi lebih paham terhadap materi yang

22

dipelajari, terlibat dengan lebih antusias, memberikan variasi situasi, biaya dan
waktu lebih efisien.

Pemilihan komponen pemodelan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek dan
mengubah perilaku siswa ke arah yang positif. Persyaratan model yang baik, yaitu
relevan dengan kebutuhan siswa, sesuai dengan tingkat siswa, menarik, praktis,
fungsional, menantang, dan kaya aksi.

Adanya model dalam pembelajaran akan membantu siswa untuk berpikir kritis.
Siswa akan terbantu dengan mengamati model yang disediakan, sehingga siswa
lebih memahami materi yang diajarkan. Siswa tidak hanya menerima informasi
dari guru, tetapi siswa juga dapat menggali informasi dari model yang disediakan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik pemodelan
merupakan bagian dari pendekatan kontekstual. Teknik pemodelan merupakan
sebuah pengetahuan atau keterampilan yang dapat didemonstrasikan atau ada
model yang dapat ditiru. Model tidak hanya terpaku pada guru atau siswa,
melainkan model dapat dilihat dan didengar oleh seseorang.

2.8 PembelajaranMembawakan Acara Melalui Teknik Pemodelan
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model
yang bisa ditiru. Model bisa berupaya mengeoperasikan sesuatu, cara
mengerjakan sesuatu, cara melafalkan dan sebagainya. Kadang-kadang banyak
peristiwa psikologis atau sosial yang sukar bila dijelaskan dengan kata-kata

23

belaka, maka perlu ada model yang bisa ditiru oleh siswa dipartisipasikan untuk
berperan dalam peristiwa itu.

Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan
metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian
pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda
pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong
pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di
Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka
pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian
(penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menemukan
sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru atau calon guru dapat
memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses
(beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka
pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan
model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat
kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model
pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya
khazanah model pembelajaran yang telah ada.

24

Dalam hal ini perlu digunakan teknik pemodelan agar siswa dapat menerima
informasi yang lebih mengena karena siswa dapat melihat secara langsung
bagaimana proses keterampilan tersebut dilakukan. Dengan teknik pemodelan
juga siswa bisa langsung mengamati serta memberi inspirasi untuk siswa tiru.

Dengan menggunakan teknik pemodelan agar berhasil dengan efektif guru perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Guru memiliki topik yang ada lingkungan siswa sehingga menarik
minat siswa.
2. Guru menghadirkan model yang menguasai membawakan acara.
3. Apabila ada kesediaan dari siswa untuk menjadi model supaya
ditanggapi.
4. Guru harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk menjadi model.
Bila tidak, ditunjuk saja siswa yang memiliki kemampuan serta
pengalaman yang lebih baik.
5. Apabila siswa belum terbiasa, ia perlu dibantu guru dalam
menimbulkan kalimat pertama dalam penampilannya.

24

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikembangkan oleh Stephen
Kemmis dan Robin McTaggard pada tahun 1988 (Sukardi, 2013:7). Sukardi
(2013:8) mengemukakan bahwa terdapat empat komponen penelitian tindakan
yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
1. Tahap Perencanaan
Perencanaan merupakan serangkaian rancangan tindak secara sistematis
untuk memperkirakan apa yang hendak terjadi. Dalam penelitian tindakan,
rencana tindakan harus berorientasi ke depan (Sukardi, 2013:5). Rencana
tindakan mencakup semua langkah tindakan yang dilakukan meliputi
materi bahan ajar, rencana pembelajaran yang mencakup teknik
pembelajaran,

skenario

pembelajaran,

mempersiapkan

instrumen

penelitian, serta merancang tindakan.
2. Tahap Tindakan
Komponen kedua adalah tindakan. Tindakan dapat diartikan sebagai
implementasi dari semua rancangan yang telah dibuat. Tahap pelaksanaan
tindakan dilakukan pada kelas yang menjadi realisasi dari teori dan teknik
yang sudah direncanakan. Menurut Sukardi (2013:5) tindakan yang baik

25

merupakan tindakan yang mengandung tiga unsur penting, yaitu
peningkatan praktik, peningkatan pemahaman individual dan kolaboratif,
serta peningkatan situasi dimana kegiatan berlangsung.
3. Tahap Observasi
Observasi pada penelitian memunyai arti pengamatan terhadap penekanan
yang diberikan pada tahap tindakan. Pengamatan dilakukan bersamaan
dengan tindakan agar mengetahui apakah tindaka

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP 17.3 KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 65

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP 17.3 KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 21 59

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 74

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 37 79

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACAKAN TEKS BERITA MELALUI PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 PARDASUKA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 13 60

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VII-A SMP MUHAMMADIYAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 62

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMANDU ACARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP 17.3 KATIBUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 41

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 1 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

3 41 108

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBAWAKAN ACARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN KELAS VIII G SMP NEGERI 1 KATIBUNG KECAMATAN KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

0 3 66

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBAWAKAN ACARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN KELAS VIIIG SMP NEGERI 1 KATIBUNG KECAMATAN KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

0 2 66