Rawat Inap 1. Definisi Rawat Inap
c. Parasomnia Parasomnia adalah gangguan tidur yang tidak umum dan tidak diinginkan,
yang tampak secara tiba-tiba selama tidur atau yang terjadi pada ambang terjaga dan tidur. Sering muncul dalam bentuk mimpi buruk yang ditandai mimpi lama
dan menakutkan.
2.2. Rawat Inap 2.2.1. Definisi Rawat Inap
Supartini 2004 menyatakan rawat inap pada anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang direncanakan atau darurat mengharuskan anak untuk
tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai anak dapat dipulangkan kembali ke rumah. Perawatan rumah sakit atau hospitalisasi adalah
suatu keadaan sakit dan harus dirawat di rumah sakit yang terjadi pada anak dan keluarganya Thompson, 2001.
Rawat inap mempengaruhi reaksi pasien berupa sakit, stress, cemas, dan ketakutan. Dampak tersebut dapat mengakibatkan pola tidur yang buruk Slota,
2006. Beberapa perubahan lingkungan fisik selama dirawat di rumah sakit dapat membuat anak merasa asing. Perubahan lingkungan fisik ruangan seperti fasilitas
tempat tidur yang sempit dan kurang nyaman, tingkat kebersihan kurang, pencahayaan yang terlalu terang atau terlalu redup, keadaan dan warna dinding
dan tirai dapat membuat anak merasa kurang nyaman, Thompson, 2001.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2.Reaksi Anak Terhadap Rawat Inap
Reaksi anak akibat dirawat di rumah sakit sifatnya sangat universal karena faktor yang mempengaruhinya sangat bervariasi. Reaksi anak terhadap rawat inap
dipengaruhi oleh usia anak, persiapan, pengalaman terhadap penyakit dahulu, dukungan keluarga dan petugas kesehatan dan status emosional anak Thompson,
2001. Menurut Smith 1982, reaksi anak usia sekolah sering ditunjukkan dengan ketakutan akan nyeri dan cedera tubuh, sakit dipersepsikan sebagai hukuman,
ketakutan kehilangan control, dan kesedihan yang berlebihan karena perpisahan dari teman, sekolah dan keluarga.
Supartini 2004 menyatakan bahwa reaksi anak terhadap rawat inap bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak,
pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya, reaksi anak terhadap sakit
adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Menurut Potter dan Perry 1992, reaksi anak terhadap sakit dan dirawat di
rumah sakit sesuai dengan tahapan perkembangan anak. a. Infant dan Toddler
Pengalaman bayi dan anak akan kecemasan pemisahan menjadi stresor utama pada mereka selama hospitalisasi. Tiga tingkatan dari kecemasan pemisahan,
antara lain: protes, putus asa, dan menolak. Kecuali anak yang sangat kesakitan, kesedihan dan perasaan mereka ditinggal adalah nyata. Mereka protes dengan
nyaring. Mereka melihat dan mendengar ibunya.
Universitas Sumatera Utara
Tahap kedua terjadi dengan perubahan marah ke putus asa. Anak terlihat sedih dan kesepian dan terkadang menolak untuk makan. Mereka depresi dan berubah
pada penurunan. Pada tahap ketiga, menolak, anak mencoba untuk mengingkari untuk membutuhkan ibunya dengan melepaskan dan ketidaktertarikan kunjungan
ibunya.. Anak juga menunjukkan kehilangan kontrol pengalaman mereka saat
hospitalisasi. Pembatasan aktivitas, penurunan kesempatan untuk memilih, mengganggu keagamaan menjadi perasaan tidak berdaya. Anak sering berpura-
pura takut luka dan nyeri dan mencoba mengingat pengalaman masa lalu. b. Usia Prasekolah
Prasekolah menunjukkan pemisahan kecemasan walaupun tidak nyata kelihatan. Anak prasekolah terkadang bertindak tidak mau kerjasama dan sering
bertanya kepada orangtua mereka. Penting untuk membantu menyadarkan anak prasekolah yang hospitalisasi bahwa hospitalisasi itu tidak suatu hukuman akan
sesuatu yang mereka perbuat salah. Rawat inap pada anak prasekolah terkadang muncul mimpi buruk dan
menunjukkan ketakutan akan kegelapan atau tidak kenal dengan lingkungan. Anak prasekolah sering takut dengan peralatan dan perlengkapan rumah sakit
karena mereka percaya selama mereka disana akan melukai mereka. Itulah yang menyebabkan mereka merasa tidak berdaya.
c. Usia Sekolah Anak usia sekolah sering menunjukkan tanda kecemasan akan terpisahnya
dari orangtua, khususnya ketika mereka jatuh sakit. Anak usia sekolah
Universitas Sumatera Utara
merindukan teman sekolahnya. Mereka sering takut akan melupakan teman sebayanya ketika mereka sedang jauh dari sekolah. Anak usia sekolah adalah
proses menghasilkan kepercayaan dalam kebiasaan mereka untuk mengontrol perasaan dan tindakan mereka.
Menempatkan mereka di rumah sakit akan membuat mereka tidak merasa nyaman karena mengganggu rutinitas mereka dan mengurangi kebebasan mereka.
Menurut Berger William 1992menyatakan bahwa klien menunjukkan ketakutan dan kecemasan karena masuk rumah sakit dan juga ketidakmahiran
dalam negosiasi terhadap sistem rumah sakit. Kecemasan yang dialami pasien karena masalah yang dihadapinya membuat anak menjadi tegang dan berusaha
keras untuk tertidur.
2.3. Anak Usia Sekolah 2.3.1. Definisi Anak Usia Sekolah