menerima  dan  tidak  melaporkan.  Hal  tersebut  dikarenakan  pada  kasus  A  dan  C, perusahaan memiliki kebijakan punishment bagi pelaku Fraud ataupun karyawan
yang  mendukung  Fraud  pemutusan  hubungan  kerja  dan  menyita  uang  hasil Fraud.
Pada  kasus  B  dan  D,  responden  yang  memilih  keputusan  A  yaitu menerima  dan  melaporkan  berhak  mendapatkan  uang  senilai  Rp  2.000,00  dua
ribu  rupiah.  Responden  yang  memilih  keputusan  B  yaitu  menolak  dan melaporkan  tidak  tidak  mendapatkan  uang  senilai  Rp  2.000,00  dua  ribu  rupiah
maupun Rp 1.000,00 seribu rupiah. Hal tersebut dikarenakan pada kasus B dan D, perusahaan tidak memiliki kebijakan mengenai pemberian reward bagi pelapor
Fraud dan punishment bagi pelaku maupun orang yang mendukung Fraud.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Coba Instrumen
a. Pilot Test
Sebelum instrumen dalam penelitian ini digunakan pada subjek penelitian  yang  sebenarnya  maka  perlu  dilakukan  pilot  test.  Pilot  test
merupakan studi awal berskala kecil yang dilakukan untuk mengetahui tingkat  pemahaman  subjek  penelitian  terhadap  kasus  yang  diberikan.
Pilot  test  ini  dilaksanakan  dengan  melibatkan  sekitar  31  mahasiswa Progam Studi Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2011.
Tingkat  pemahaman  subjek  penelitian  terhadap  kasus  yang  diberikan diketahui  melalui  jawaban  manipulation  check.  Subjek  dikatakan
paham  terhadap  kasus  yang  diberikan  apabila  telah  menjawab manipulation check dengan tingkat kebenaran ≥ 50  atau setidaknya
telah  menjawab  2  pertanyaan  secara  benar  dari  4  pertanyaan  yang disediakan.
Hasil  dari  instrumen  kasus  pada  pilot  test  ini  juga  diuji  tingkat validitasnya.  Jika  hasil  dari  pilot  test    masih  terdapat  item  yang  dirasa
masih kurang valid atau membingungkan bagi responden, maka peneliti akan melakukan perbaikan terhadap instrumen kasus sebelum dilakukan
penelitian  yang  sebenarnya.  Akan  tetapi,  jika  instrumen  kasus  sudah valid  maka  instrumen  kasus  tersebut  sudah  dapat  digunakan  dalam
penelitian yang sebenarnya.
b. Uji Validitas
Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo 1999 validitas instrumen  penelitiann  ditentukan  oleh  proses  penelitian  yang  akurat.
Sebuah  instrumen  penelitian  akan  dikatakan  valid  apabila  instrumen tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Peneliti  menggunakan  face  validity  untuk  mengukur  instrumen variabel  Reward  and  Punishment,  Job  Rotation  dan  Fraud  yang
instrumennya  berupa  simulasi  kasus.  Sebuah  instrumen  penelitian dinilai  memiliki  face  validity  jika  telah  melalui  penilaian  subjektif
diantara  para  professional  bahwa  instrumen  tersebut  menunjukkan secara  logis  dan  merefleksikan  secara  akurat  sesuatu  yang  seharusnya
diukur  Nur  Indriantoro  dan  Bambang  Supomo,  1999:183.  Cara
peneliti  mengukur  instrumen  dengan  face  validity  adalah  dengan meminta  beberapa  mahasiswa  dan  dosen  pembimbing  untuk  membaca
instrumen  tersebut  kemudian  meminta  pendapat  mereka  untuk keperluan  revisi.  Peneliti  merasa  bahwa  teknik  face  validity  sudah
dirasa  cukup  memenuhi  untuk  mengukur  validitas  instrumen  karena instrumen  kasus  peneliti  hanya  mengadopsi  dan  memodifikasi
instrumen  terdahulu  yang  sudah  pernah  diuji  validitasnya.  Setelah instrumen  penelitian  telah  diketahui  validitasnya  maka  peneliti  akan
memperbaiki item-item yang kurang valid.
2. Uji Prasyarat