ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MODEL ALTMAN SEBAGAI ALAT PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2009-2013
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MODEL ALTMAN SEBAGAI ALAT PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2009-2013
(Skripsi)
Oleh
AULIA PUSPITA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(2)
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MODEL ALTMAN SEBAGAI ALAT PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN
MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2009-2013
Oleh
Aulia Puspita
ABSTRAK
Kebangkrutan merupakan masalah yang harus diwaspadai oleh perusahaan. Karena jika perusahaan sudah mengalami kesulitan keuangan, maka perusahaan benar-benar mengalami kegagalan dalam usahanya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2013 menurut model Altman sebagai alat prediksi kebangkrutan perusahaan.
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Diperoleh jumlah sampel sebanyak empat perusahaan dari tujuh belas perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis diskriminan dengan menggunakan rasio-rasio dari Altman yaitu modal kerja terhadap total aktiva (X1), laba ditahan terhadap total
aktiva (X2), laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva (X3), dan nilai
buku terhadap total hutang (X4).
Dari hasil pengelolaan menggunakan SPSS, menghasilkan persamaan Z = -0.809 + 4.190 X1 + 1.360 X2– 0.479 X3– 0.038 X4. Dengan kriteria penilaian Z-score >
0 masuk dalam perusahaan yang sehat dan Z-score < 0 dikatagorikan perusahaan bangkrut.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai Z dari analisis diskriminan menunjukkan bahwa semua sampel dalam penelitian ini masuk dalam katagori perusahaan yang akan bangkrut.
(3)
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MODEL ALTMAN SEBAGAI ALAT PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2009-2013
(Skripsi)
Oleh
AULIA PUSPITA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 23 Januari 1993, anak kedua dari dua bersaudara, Pasangan Suami-Istri dari Bapak Drs. H. Trikoranto dan Ibu Hj. Gestawati.
Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal yang dimulai dari Pendidikan Tingkat Dasar ditempuh di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Pringsewu, pada tahun 1999 yang diselesaikan pada tahun 2005. Pendidikan Tingkat Pertama di tempuh di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Pringsewu, pada tahun 2005 yang diselesaikan pada tahun 2009. Pendidikan Tingkat Atas ditempuh di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pringsewu, pada tahun 2009 yang diselesaikan pada tahun 2011. Dan pada tahun 2011 penulis diterima dan telah dicatat sebagai Mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi S1 Manajemen di Universitas Lampung.
(8)
PERSEMBAHAN
Yang utama dari segalanya, sembah sujud serta syukur kepada Allah
SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-MU telah memberi ku kekuatan
dan ilmu yang sangat luar biasa, atas karunia-MU, banyak sekali
kemudahan-kemudahan yang ku dapatkan dalam setiap proses
menyelesaikan skripsi ini, dan atas rahmat dan restu-MU skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Kedua orang tua tercinta
Kasih Sayang, Doa, Pengorbanan, Kesabaran, Ketulusan
yang tiada hentinya.
Kakak ku tersayang selalu memberikan motivasi dan semangat ,selalu
membantu dan memberikan masukan
–
masukan sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
Almamater Tercinta
Universitas Lampung
(9)
MOTO
“Temukan kebahagiaan hari ini dengan bersyukur dari hal kecil yang
akan menuntunmu esok meraih hal-
hal besar”
(Mario Teguh)
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang
-orang tidak
menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka
menyerah”
(Thomas Alva Edison)
“Ketika meniti kesuksesan saja Anda tidak serius, jangan pernah
berharap kesuksesan serius mendatangi Anda
”
.
(Aulia Puspita)
(10)
SANWACANA
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat, berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Analisis Kinerja Keuangan dengan Model Altman sebagai Alat Prediksi
Kebangkrutan pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2013”.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada pembawa keislaman dan kebenaran, Nabiullah Muhammad S.A.W. beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat penyelesaian studi Strata-1 (S1) pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung. Berbagai upaya telah dilakukan guna terselesaikannya skripsi ini. Dukungan, dorongan, bantuan serta motivasi dari berbagai pihak juga berperan aktif dalam penyelesaian skripsi. Penulis belum dapat membalas segala dukungan, dorongan, bantuan serta motivasi yang telah diberikan, namun hanyalah serangkai ucapan terima kasih yang tulus serta untaian penghargaan penuh makna yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang dapat penulis persembahkan, terutama kepada :
(11)
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
2. Ibu Aida Sari, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
3. Ibu Yuningsih, S.E., M.M., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. Irham Lihan, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik. 5. Bapak Hidayat Wiweko, S.E., M.Si. selaku pembimbing utama yang telah
membimbing dengan sabar dan memberikan pengarahan kepada penulis sampai akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Ibu RA. Fiska Huzaimah, S.E.,M.Si. selaku pembimbing pendamping yang juga tidak pernah lelah dalam memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
7. Bapak Prof. Dr. Mahatma Kufepaksi, S.E., M.S.B.A selaku penguji utama pada ujian skripsi yang bersedia hadir dan memberikan kritik, saran serta pembekalan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
8. Seluruh dosen Jurusan Manajemen, khususnya pada dosen konsentrasi Keuangan dan seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan membagikan pengalamannya sehingga mendukung teori yang digunakan untuk menyelesaikan skripsi. 9. Dan kepada seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung yang telah membantu kelancaran pada proses penyusunan skripsi.
(12)
10.Kedua orang tuaku, Bapak Drs. H. Trikoranto dan Ibu Hj. Gestawati tercinta, terima kasih atas segala kasih sayang dan pengorbanan yang tiada hentinya dan tak pernah lelah memberi semangat, motivasi serta doa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
11.Kakak-kakak tersayangku Muhammad Iqbal, S.A.B dan Mutiasari Nur Wulan, S.A.B, M.M. yang telah menjadi kakak yang baik, yang selalu memberikan kasih sayang dan selalu memberikan saran serta memberikan banyak pelajaran yang baik di bidang pendidikan maupun kehidupan. 12.Keluarga besar H. Nolo Supardi. Termakasih atas bantuan dan doanya. 13.Keluarga besar H. Aminullah. Terimakasih atas bantuan dan doanya. 14.Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan dorongan dan doa
kepada penulis untuk menyelesaikan studi dengan baik.
15.Himawan Sutanto terimakasih atas waktu, kesabaran, motivasi dan kebersamaan, serta doa dan pengertian tulus yang telah diberikan.
16.Sahabat-sahabat terbaik, Siti Nurlaila, Sritina Helnita, Tiara Monica, Fisca Marvidiantika, Rizki Widyastuti, Novpia Yana Rusman, dan Mentari Nia Saputri. Terima kasih ku ucapkan karena kalian selalu sabar, selalu ada disaat susah maupun senang, selalu memberikan support satu sama lain, selalu memberikan nasihat dan selalu memberikan keceriaan disaat kita bersama-sama.
17.Wanita hebat yang pernah aku temui Yuyun Diah Anggraini, Anelia Senja Pratiwi, Karina Denna Putri dan Bripda Isna Irmawati. Terima kasih atas semangat, dukungan, motivasi dan segala bantuan yang diberikan dengan tulus dan ikhlas serta selalu memberikan keceriaan disetiap hari-hariku.
(13)
18.Teman-teman Manajemen 2011, Annisa, Rina, Mega, Wayan, Tika, Ria, Ossy, Villicita, Ega, Winda, Ranis, Gita, Fitri, Damar, Arif, Sabar, Nadia, Ester, Ira, Ade, Vina, Dimas, Ujang, Dias, Gilas, Yufita, Bianda, Miranda, Surya, Ichsan, Pandu, Dany, Edo, Topan dan semua teman Manajemen 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan, kebaikan serta dukungan yang di berikan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata maupun perbuatan penulis yang tidak berkenan.
19.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu dan memberikan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Saat ini penulis hanya bisa membalas dengan ucapan terima kasih.
Peneliti sadar dan sangat paham bahwasanya skripsi ini terselesaikan berkat dukungan, dorongan, bantuan serta motivasi pihak-pihak tersebut. Semoga Allah memberikan balasan atas jasa-jasa yang telah diberikan serta memperhitungkannya sebagai amal baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan beguna bagi kita semua.
Bandar Lampung, 20 April 2015 Penulis,
(14)
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 10
1.3 Batasan Masalah ... 10
1.4 Tujuan Penelitian ... 11
1.5 Manfaat Penelitian ... 11
1.6 Kerangka Pemikiran ... 11
1.7 Hipotesis ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebangkrutan ... 14
2.1.1 Pengertian Kebangkrutan ... 14
2.1.2 Penyebab Kebangkrutan ... 16
2.1.3 Pihak-Pihak yang Berkepentingan terhadap Prediksi Kebangkrutan ... 19
2.2. Laporan Keuangan ... 20
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan ... 20
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan ... 21
(15)
iii
2.2.4 Pengguna Laporan Keuangan ... 24
2.3 Analisis Z-Score Model Altman ... 26
2.3.1 Formula-Formula Z-Score Altman ... 26
2.4 Penelitian Terdahulu ... 31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data ... 33
3.2 Populasi ... 33
3.3 Sampel ... 34
3.3 Jenis Dan Sumber Data ... 27
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 36
3.5 Teknik Analisis Data ... 36
3.5.1 Penghitungan Rasio Keuangan Model Altman ... 36
3.6 Pengujian Hipotesis ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perhitungan Masing-Masing Rasio ... 39
4.1.1 Modal Kerja terhadap Total Aktiva (X1) ... 39
4.1.2 Laba Ditahan terhadap Total Aktiva (X2) ... 40
4.1.3 EBIT terhadap Total Aktiva (X3) ... 41
4.1.4 Nilai Buku terhadap Total Liabilities (X4) ... 42
4.2 Hasil Analisis Diskriminan ... 43
4.2.1 PT Akasha Wira International Tbk ... 46
4.2.2 PT Davomas Abadi Tbk ... 46
4.2.3 PT Multi Bintang Indonesia Tbk ... 47
4.2.4 PT Pioneerindo Gourment International Tbk ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 49
5.2 Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA
(16)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Laba Perusahaan Makanan dan Minuman Tahun 2009- 2013 ... 9
2. Nama-Nama Perusahanaan yang sebagai Populasi dan Sampel ... 35
3. Nilai X1 pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Masuk dalam Sampel Penelitian Tahun 2009-2013 ... 39
4. Nilai X2 pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Masuk dalam Sampel Penelitian Tahun 2009-2013 ... 40
5. Nilai X3 pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Masuk dalam Sampel Penelitian Tahun 2009-2013 ... 42
6. Nilai X4 pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Masuk dalam Sampel Penelitian Tahun 2009-2013 ... 43
7. Hasil Analisis Diskriminan ... 44
8. Functions at Group Centroid ... 45
9. Prior Probabilities for Groups ... 45
10. Hasil Perhitungan pada PT Akasha Wira International Tbk Tahun 2009-2013 ... 46
11. Hasil Perhitungan pada PT Davomas Abadi Tbk Tahun 2009-2013 ... 46
12. Hasil Perhitungan pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk Tahun 2009-2013 ... 47
13. Hasil Perhitungan pada PT Pioneerindo Gourment International Tahun 2009-2013 ... 48
(17)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
(18)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
1. Data pada PT Akasha Wira International Tbk Tahun 2009-2013 2. Data pada PT Davomas Abadi Tbk Tahun 2009-2013
3. Data pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk Tahun 2009-2013 4. Data pada PT Pioneerindo Gourmet Internatonal Tbk
(19)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan untuk memperoleh laba
sebanyak-banyaknya. Namun apabila perusahaan mengalami kegagalan dalam menjalankan usahanya kemungkinan untuk mendapat laba sangat kecil. Dengan adanya
kegagalan untuk memperoleh laba yang terus menerus dikhawatirkan tidak adanya kecukupan dana untuk menjalankan usahanya dan hal ini dapat menyebabkan kebangkrutan pada perusahaan.
Kesulitan keuangan dan tanda-tanda awal kebangkrutan dalam perusahaan dapat diketahui dengan menganalisis data dalam laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan pada perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai keuangan pada perusahaan dan dapat mengukur kinerja dan perubahan posisi keuangan pada perusahaan. Data keuangan pada laporan keuangan bermanfaat untuk melihat kondisi keuangan perusahaan.
(20)
2
Kebangkrutan merupakan masalah yang harus diwaspadai oleh perusahaan. Karena jika perusahaan sudah mengalami kesulitan keuangan, maka perusahaan benar-benar mengalami kegagalan dalam usahanya. Untuk itu perusahaan harus sedini mungkin mendeteksi kemungkinan kebangkrutan yang akan dihadapinya.
“Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal
kebangkrutan tersebut. Semakin awal ditemukannya indikasi kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan” (Mahmud dan Halim, 2003). Agar kebangkrutan tersebut tidak benar-benar terjadi pada perusahaan dan perusahaan juga dapat mengantisipasi atau membuat strategi untuk menghadapi jika kebangkrutan benar-benar menimpa perusahaan.
Salah satu cara untuk melihat kesehatan keuangan perusahaan yaitu dengan menggunakan rasio keuangan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji manfaat rasio keuangan dalam menganalisis tingkat kesehatan keuangan
perusahaan. Adapun hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi kesehatan perusahaan bahkan bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan.
Prediksi kebangkrutan sangat bermanfaat bagi semua pihak. Prediksi
kebangkrutan berfungsi untuk memberikan panduan bagi pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami kesulitan atau tidak dimasa yang akan datang. Bagi pemilik perusahaan dapat digunakan untuk memutuskan apakah akan tetap mempertahankan kepemilikannya di perusahaan atau
(21)
3
investor dan kreditor sebagai pihak yang berada diluar perusahaan dituntut mengetahui perkembangan yang ada dalam perusahaan demi keamanan investasi modalnya sebab kemungkinan ketidakmampuan untuk membaca sinyal-sinyal dalam kesulitan usaha akan mengakibatkan kerugian dalam investasi yang dilakukan.
Terjadinya kebangkrutan pada suatu perusahaan tentunya akan menimbulkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pemilik maupun karyawan yang bekerja pada perusahaan tersebut. Hal ini diharapkan tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar apabila proses kebangkrutan pada perusahaan dapat diprediksi lebih awal. Adanya tindakan untuk memprediksi terjadinya
kebangkrutan tersebut, tentu saja akan dapat menghindari atau mengurangi risiko terjadinya kebangkrutan tersebut.
Berbagai metode analisis dikembangkan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Salah satu rumusan matematis untuk memprediksi kebangkrutan dengan tingkat kepastian yang cukup akurat dengan presentase keakuratan 95% dan termasuk dalam penelitian yang paling popular karena sering digunakan dalam melakukan penelitian serupa yaitu penelitian untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan yang telah dikembangkan oleh seorang professor bisnis dari New York University AS yaitu Edward I. Altman, pada tahun 1968. (Mastuti, Saifi dan Azizah, 2013).
Altman berusaha mengkombinasikan beberapa rasio keuangan menjadi suatu model prediksi dengan teknik statistik, yaitu analisis diskriminan yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dari penelitiannya
(22)
4
tersebut. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada
penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2004).
Altman menggunakan lima rasio keuangan yang diperuntukkan bagi perusahaan go public yaitu dengan mengukur likuiditas dengan membandingkan antara modal kerja terhadap total aktiva (X1), mengukur profitabilitas dengan membandingkan laba ditahan terhadap total aktiva (X2), mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan membandingkan EBIT terhadap total aktiva (X3), mengukur tingkat aktiva perusahaan dengan membandingkan antara nilai pasar modal sendiri terhadap total hutang (X4), dan mengukur volume bisnis
perusahaan dengan membandingkan penjualan terhadap total aktiva (X5). Dari hasil perhitungan rasio tersebut akan diperoleh nilai Z (Z-Score) yang dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan sedang dalam kondisi sehat, rawan, atau dalam kondisi bangkrut.
Z-score dikembangakan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan perusahaan dan dapat juga digunakan untuk mengukur kinerja keuangan
perusahaan. Hal yang menarik tentang Z-score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun,
seandainya perusahaan sangat makmur, bila Z-score menunjukkan nilai yang kurang baik, maka perusahaan harus berhati-hati. Bila perusahaan memiliki
(23)
5
kinerja keuangan yang sehat berarti perusahaan dapat berkembang baik dan bila perusahaan dalam keadaan yang tidak sehat maka perlu diwaspadai karena berisiko tinggi menuju kebangkrutan (Resti, 2013).
Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan kondisi ekonomi serta perilaku pasar, analisis Z-score yang pertama kali dikembangkan oleh Altman pada 1968 mengalami pengembangan. Model ini adalah bentuk penyesuaian dari model Z-Score Altman sebelumnya yang ditujukan apabila saham atau stock dari suatu perusahaan tidak diperdagangkan secara umum (not publicly traded). Untuk itu, rasio X4 (Market Value of Equity To Total Liabilities)
tidak dapat dihitung. Untuk mengatasi hal ini, Altman merubah rasio X4 yang
menggunakan Market Value of Equity dengan Book Value of Equity.
Seiring dengan berjalannnya waktu dan penyesuaian terhadap berbagai jenis perusahaan, Altman kemudian merevisi modelnya supaya dapat diterapkan pada semua perusahaan, seperti manufaktur, non manufaktur, dan perusahaan penerbit obligasi di negara berkembang (emerging market). Dalam Z-score modifikasi ini Altman mengeliminasi variable X5 (sales/total asset) karena rasio ini sangat
bervariatif pada industri dengan ukuran asset yang berbeda- beda.
Industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri yang cenderung diminati oleh investor sebagai salah satu target investasinya karena industri makanan dan minuman saat ini sangat digemari oleh masyarakat Indonesia karena sesuai dengan pola hidup masyarakat Indonesia. Jenis komoditi ini sangat
membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka karena praktis dan dapat dibawa dengan mudah kemana-mana. Hal ini didukung pula oleh semakin
(24)
6
banyaknya orang yang tidak sempat membuat makanan sendiri karena
aktivitasnya yang cukup padat. Makanan dan minuman dalam kemasan seperti mie instant dan susu bubuk juga merupakan pilihan utama guna membantu masyarakat yang mengalami bencana alam seperti banjir, gempa bumi dan lain-lain. Semakin banyaknya minat masyarakat terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan makanan dan minuman maka keuntungan bagi perusahaan akan meningkat.
Penelitian ini mengggunakan perusahaan manufaktur jenis makanan dan minuman karena perusahaan makanan dan minuman selalu mempunyai permintaan
konsumen yang tinggi dan tidak terpengaruh oleh kondisi perekonomi seperti krisis ekonomi serta karena makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bertahan hidup.
(25)
7
Tabel 1. Data Laba Perusahaan Makanan dan Minuman Tahun 2009-2013 (dalam Ribuan Rupiah)
No Nama
Perusahaan
Tahun Rata-rata
setiap perusahaan
2009 2010 2011 2012 2013
1
PT Akasha Wira
International Tbk 16,321,000 31,659,000 25,868,000 83,376,000
55,656,000
42,576,000
2
PT Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk 37,786,000 75,857,000
149,951,000 253,664,000
346,728,000 172,797,200 3
PT Tri Banyan
Tirta Tbk - -
3,242,427 16,305,675 12,058,794
10,535,632
4
PT Cahaya
Kalbar Tbk 49,493,000 29,562,000
96,305,943 58,344,237 65,068,958
59,754,827
5
PT Davomas
Abadi Tbk (226,748,000) (26,485,000)
(271,702,441) (2,695,743,541) 304,665,948
(583,202,606) 6
PT Delta
Djakarta Tbk 126,504 139,566
151,715 213,421 270,498
180,341
7
PT Fast Food
Indonesia Tbk 181,996,584 199,597,177
229,054,524 206,045,984 156,290,628
194,596,979
8
PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk 212,732,000 1,704,047,000
2,066,365,000 2,282,371,000
2,235,040,000 1,700,111,000 9 PT Indofood Sukses Makmur
Tbk 2,075,861,000 2,952,858,000
4,891,673,000 4,779,446,000
3,416,635,000
3,623,294,600 10
PT Multi Bintang
Indonesia Tbk 340,458,000 442,916,000
507,382,000 453,405,000
1,171,229,000
583,078,000 11
PT Mayora Indah
Tbk 372,157,912 484,086,202
483,486,152 744,428,404 1,053,624,812
627,556,696
(26)
8
Lanjutan Tabel 1 . . .
Sumber :www.idx.co.id 12
PT Prasidha
Aneka Niaga Tbk 32,449,818 12,919,024
23,858,480 25,623,404 -
23,712,681
13
PT Pioneerindo Gourmet
Internatonal Tbk 10,948,539 15,766,633
27,115,074 35,783,461 25,344,007 22,991,542 14 PT Nippon Indosari
Corporindo Tbk 57,114,858 99,775,124
115,932,533 149,149,548
158,015,270
115,997,466
15
PT Sekar Laut
Tbk 12,802,527 4,833,531
5,976,790 7,962,693 11,440,014
8,603,111
16
PT Siantar TOP
Tbk 41,072,367 42,630,759
42,675,154 74,626,183
114,437,068
63,088,306
17
PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading
Company Tbk 61,152,852 107,123,243
128,449,344 353,431,619
325,127,420 195,056,896 Rata-rata per tahun 204,732,810 386,080,328 501,516,746 401,672,534 590,726,963
(27)
9
Dapat dilihat dari Tabel 1. rata-rata laba perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2013 rata-rata laba perusahaan meningkat, hanya pada tahun 2012 mengalami penurunan. Pada tahun 2009 memiliki rata-rata laba sebesar Rp
204.732.810.204, pada tahun 2010 Rp 386.080.328.980, pada tahun 2011 Rp 501.516.746.958, rata-rata laba pada tahun 2012 sebesar Rp 401.672.534.749, dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan kembali, rata-rata laba perusahaan pada tahun 2013 yaitu Rp 590.726.963.827. Dari rata-rata setiap perusahaan, PT Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki rata-rata laba perusahaan tertinggi yaitu sebesar Rp 3.623.294.600.000.
Keuntungan perusahaan merupakan tujuan utama perusahaan dan dengan adanya keuntungan tersebut perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan diharapkan perusahaan lebih mampu untuk
bertahan, tumbuh, berkembang serta tangguh dalam menghadapi persaingan yang ada. Turunnya penjualan berakibat pada penurunan keuntungan yang diperoleh perusahaan, bila hal ini terjadi terus menerus akan berdampak pada keberlanjutan usaha perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya kajian tentang analisis kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan model Altman untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan makanan dan minuman yang go public pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan pertimbangan bagi manajemen perusahaan makanan dan minuman mengenai kemungkinan adanya kebangkrutan agar dapat mengambil keputusan guna melakukan persiapan dan perbaikan kinerja melalui perubahan strategi demi meningkatakan nilai perusahaan di masa yang akan datang. Penelitian ini juga dapat menjadikan masukan bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi.
(28)
10
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MODEL ALTMAN SEBAGAI ALAT PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2009-2013 “.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
Apakah hasil kinerja keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) menururt model Altman sebagai alat prediksi kebangkrutan perusahaan?
1.3Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang akan diteliti memiliki ruang lingkup dan tidak meluas, maka peneliti membatasi penelitian ini sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Analisis dilakukan pada laporan keuangan perusahaan periode 2009-2013 yang sahamnya aktif diperdagangkan selama periode pengamatan.
(29)
11
1.4Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) menurut model Altman sebagai alat prediksi kebangkrutan perusahaan.
1.5Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah:
1. Bagi para investor, diharapkan dapat menilai kelayakan investasi kepada perusahaan-perusahaan sebelum pengambilan keputusan untuk berinvestasi.
2. Bagi Perusahaan, sebagai tambahan bahan pertimbangan agar dapat mengambil keputusan guna melakukan persiapan dan perbaikan kinerja melalui perubahan strategi demi
meningkatkan nilai perusahaan di masa yang akan datang.
3. Bagi Akademis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
bagaimana kinerja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman dengan menggunakan model Altman sebagai alat prediksi, serta sebagai bahan referensi untuk penelitian yang berikutnya dimasa yang akan datang.
1.6Kerangka Pemikiran
Z-score pertama kali diperkenalkan oleh Edward Altman yang dikembangkan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan perusahaan dan dapat juga digunakan sebagai ukuran dari
keseluruhan kinerja keuangan Altman menggunakan empat rasio keuangan yang diperuntukkan bagi perusahaan go public yaitu dengan mengukur likuiditas dengan membandingkan antara modal kerja terhadap total aktiva (X1), mengukur profitabilitas dengan membandingkan laba
(30)
12
ditahan terhadap total aktiva (X2), mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan membandingkan EBIT terhadap total aktiva (X3), dan mengukur tingkat aktiva
perusahaan dengan membandingkan antara nilai buku terhadap total hutang (X4). Dari hasil perhitungan rasio tersebut akan diperoleh nilai Z (Z-Score) yang dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan sedang dalam kondisi sehat atau dalam kondisi bangkrut.
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
ANALISIS DISKRIMINAN MODEL ALTMAN
X1 X2 X3 X4
MEMPREDIKSI KEMUNGKINAN KEBANGKRUTAN
Z-Score = < 1,21
Z-Score = 1,21 – 2,60
Z-Score = > 2,60
Rawan Bangkrut
(31)
13
1.7Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah di uraikan, maka hipotesis yang akan diteliti adalah:
“Diduga kinerja keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada Bursa Efek
(32)
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Kebangkrutan
2.1.1 Pengertian Kebangkrutan
Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami
ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya atau dapat diartikan juga kebangkrutan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba.
Menurut Undang-Undang Kepailitan No. 4 Tahun 1998, debitur yang
mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan yang berwenang, baik atas permohonan sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya.
Ada beberapa indikator yang menjadi prediksi kebangkrutan perusahaan. Salah satu sumbernya adalah analisis aliran kas untuk saat ini atau untuk masa
mendatang dan analisis strategi perusahaan. Sumber lain adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan dipakai untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan.
(33)
15
Penilaian mengenai prediksi kebangkrutan pertama kali dilakukan oleh Beaver (1966) dengan temuan bahwa rasio keuangan terbukti sangat berguna untuk memprediksi kebangkrutan dan dapat digunakan secara akurat untuk
membedakan perusahaan yang akan bangkrut dan yang tidak. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Altman (1968) yang telah menemukan lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan beberapa saat sebelum perusahaan tersebut bangkrut dengan temuan suatu formula yang dikenal dengan Altman Z-Score (Supardi dan Mastuti, 2003).
Z-score pertama kali diperkenalkan oleh Edward Altman yang dikembangkan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan perusahaan dan dapat juga digunakan sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan. Dalam penelitian tersebut, ia menemukan lima rasio yang dapat dikombinasikan dalam suatu rumus matematis yang akurat dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan.
Hal yang menarik tentang Z-score adalah keandalanya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun seandainya perusahaan sangat makmur, bila Z-score menunjukkan nilai yang kurang baik, maka perusahaan harus berhati-hati. Bila perusahaan memiliki kinerja
keuangan yang sehat berarti perusahaan dapat berkembang baik dan bila perusahaan dalam keadaan tidak sehat maka perlu diwaspadai karena berisiko tinggi menuju kebangkrutan.
Prediksi kebangkrutan berfungsi untuk memberikan panduan bagi pihak yang berkepentingan tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami kesulitan atau tidak dimasa yang akan datang. Bagi pemilik perusahaan dapat
(34)
16
digunakan untuk memutuskan apakah ia akan tetap mempertahankan kepemilikannya di perusahaan tersebut atau menjualnya dan kemudian menanamkan modalnya di tempat lain. Sedangkan bagi pihak yang berada di luar perusahaan khususnya para investor untuk menilai kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan saat ini dan dimasa lalu serta sebagai pedoman mengenai kinerja perusahaan dimana perusahaan tersebut apakah akan berpotensi untuk bangkrut atau tidak.
Potensi kebangkrutan diprediksi dengan melakukan perhitungan Z-Score yaitu skor yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan, tetapi kebangkrutan tersebut belum pasti terjadi, karena perusahaan masih berdiri dan beroperasi sehingga pimpinan perusahaan masih dapat melakukan kebijakan untuk memperbaiki posisi keuangan perusahaan.
2.1.2 Penyebab Kebangkrutan
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kebangkrutan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Faktor Umum
a) Sektor Ekonomi, berasal dari gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi dengan mata uang asing.
b) Sektor Sosial, dimana yang sangat berpengaruh adalah adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun yang berhubungan dengan karyawan.
(35)
17
c) Sektor Teknologi, dimana penggunaan teknologi memerlukan biaya yang ditanggung perusahaan terutama untuk pemeliharaan dan implementasi.
d) Sektor Pemerintah, dimana kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.
2. Faktor Eksternal
a) Sektor pelanggan atau nasabah, dimana untuk menghindari kehilangan pelanggan, perusahaan harus melakukan identifikasi terhadap sifat konsumen atau pelanggan juga menciptakan peluang untuk mendapatkan pelanggan baru.
b) Sektor Kreditor, dimana kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan menetapkan jangka waktu pengembalian hutang piutang yang bergantung pada kepercayaan kreditor terhadap kelikuiditasan suatu bank.
c) Sektor pesaing atau bank lain, dimana merupakan hal yang harus diperhatikan karena menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada nasabah atau pelanggan.
3. Faktor Internal Perusahaan
a) Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga
menyebabkan adanya penunggakkan dalam pembayarannya sampai akhirnya tidak dapat membayar.
(36)
18
b) Manajemen yang tidak efisien, yang disebabkan karena kurang adanya kemampuan, pengalaman, keterampilan, sikap adaptif dan inisiatif dari manajemen.
c) Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan, dimana sering dilakukan oleh karyawan, bahkan manajer puncak sekalipun yang sangat merugikan apalagi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.
Faktor-faktor penyebab kegagalan usaha dapat menjadi dua faktor yaitu : (Riyanto, 2004)
a. Faktor Intern
Faktor ini meliputi faktor keuangan dan non-keuangan. Faktor keuangan meliputi adanya hutang yang terlalu besar sehingga menjadi beban tetap yang berat bagi perusahaan, adanya kewajiban jangka pendek yang lebih besar dari aktiva lancar, lambatnya pengumpulan piutang atau banyaknya bad debt, kesalahan dalam kebijakan deviden, dan tidak cukupnya dana penyusutan.
Sedangkan faktor non keuangan adalah adanya kesalahan-kesalahan dalam pemilihan lokasi, penentuan produk yang dihasilkan dan penentuan skala usaha, kurang baiknya struktur organisasi, kesalahan dalam pemilihan
pimpinan perusahaan, adanya Manajerial incompetence (kebijakan pembelian, penjualan, pemasaran).
b. Faktor Ekstern
Merupakan faktor yang berasal dari luar perusahaan dan berada di luar jangkauan atau kontrol pimpinan perusahaan antara lain adalah adanya
(37)
19
persaingan yang hebat, berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan dan turunnya harga.
2.1.3 Pihak-Pihak yang Berkepentingan terhadap Prediksi Kebangkrutan Ada beberapa pihak yang mempunyai kepentingan terhadap informasi tentang kebangkrutan, diantaranya adalah:
1. Kreditur
Masalah kebangkrutan ini mempunyai hubungan yang erat dengan lembaga ini baik dalam hal mengambil keputusan tentang pemberian pinjaman dengan syarat-syarat tertentu atau perancangan kebijaksanaan untuk memonitor pinjaman yang telah ada.
2. Investor
Investor berkepentingan untuk mengetahui apakah perusahaan yang menerima dana mereka adalah perusahaan yang sehat dan dapat memberikan return optimal dari investasi yang mereka tanam.
3. Pemerintah
Hal ini membantu pemerintah dalam mengeluarkan peraturan untuk
melindungi masyarakat dari kerugian dan kemungkinan menganggu stabilitas ekonomi dan politik negara, karena pemerintah mempunyai kewajiban untuk melindungi tenaga kerja, industri, dan masyarakat.
4. Auditor
Satu penelitian yang harus dibuat oleh auditor adalah apakah perusahaan bisa going concern atau tidak. Apabila ada petunjuk bahwa perusahaan tidak bisa
(38)
20
melangsungkan operasinya, maka auditor harus memberikan pendapat tentang adanya petunjuk going concern tersebut. Dengan adanya analisis terhadap kebangkrutan, maka auditor bisa melakukan audit dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan perusahaan dengan lebih baik.
5. Manajemen
Dengan mengetahui adanya suatu tanda-tanda kebangkrutan, manajemen dapat mengambil keputusan untuk melakukan hal-hal yang dapat membuat
perusahaannya terhindar dari kebangkrutan, seperti melakukan merger dengan menawarkan perusahaannya kepada peminat.
2.2Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas tersebut (Munawir, 2004).
Laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan. Jadi untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut perlu adanya laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
(39)
21
Laporan keuangan berisi informasi tentang prestasi perusahaan dimasa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan dimasa yang akan datang. Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No 740/KMK.00/1989 adalah laporan Direksi yang mencakup kebijaksanaan keuangan perusahaan, neraca, perhitungan laba rugi, sumber dan penggunaan dana, penerimaan dan pengeluaran kas (arus kas) dan perubahan modal.
Analisis kinerja keuangan merupakan suatu interpretasi atau analisis terhadap prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Hal ini menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No 740/KMK.00/1989, pengertian kinerja keuangan itu sendiri adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan.
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan tujuan laporan keuangan meliputi : a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan-pengambilan keputusan ekonomi.
b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh dari kejadian masa lalu.
(40)
22
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya yang dipercayakan terhadap manajemen.
2.2.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Jenis laporan keuangan bermacam-macam baik berupa laporan utama maupun laporan pendukung. Jenis-jenis laporan keuangan disesuaikan dengan kegiatan usaha perusahaan yang bersangkutan dan pihak yang keterkaitan untuk
memerlukan informasi keuangan pada suatu perusahaan tertentu.
Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal atau laba yang ditahan, walaupun dalam prakteknya sering diikutsertakan beberapa daftar yang sifatnya untuk memperoleh kejelasan lebih lanjut. Misalnya, laporan perubahan modal kerja, laporan arus kas,
perhitungan harga pokok, maupun daftar-daftar lampiran yang lain (Munawir, 2004).
Jenis-jenis laporan keuangan terdiri dari : 1. Neraca
Laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu. Neraca menyajikan dalam data historikal aktiva yang merupakan sumber operasi perusahaan yang dijalankan, utang yaitu kewajiban perusahaan, dan modal dari pemegang saham perusahaan.
2. Laporan Laba Rugi
(41)
23
yang diderita oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Pada laporan ini menyajikan data pendapatan sebagai hasil usaha perusahaan dan beban sebagai pengeluaran operasional perusahaan.
3. Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Biasanya disebut daftar sumber dan penggunaan dana, menunjukkan asal kas diperoleh dan bagaimana digunakannya. Laporan perubahan posisi keuangan menyediakan latar belakang historis dari pola aliran dana. Laporan ini terbagi menjadi dua yaitu: laporan perubahan modal kerja dan laporan arus kas. Laporan perubahan modal kerja menyajikan data-data aktiva lancar dan utang lancar, sedangkan laporan arus kas menyajikan data-data mengenai arus kas dari kegiatan operasional, kegiatan investasi, kegiatan keuangan/pembiayaan, dan saldo kas awal, serta saldo kas akhir.
4. Catatan dan Laporan Lain sebagai Penjelasan Bagi Laporan Keuangan Catatan dan laporan lain merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari laporan keuangan. Catatan-catatan ini tergantung pada kebijakan akuntansi yang digunakan pada waktu mempersiapkan laporan keuangan dan memberi tambahan detail mengenai beberapa bagian di laporan keuangan. Misalnya, laporan harga pokok produksi, laporan perubahan modal atau laba ditahan, laporan kegiatan keuangan.
(42)
24
2.2.4 Pengguna Laporan Keuangan Pengguna laporan keuangan adalah:
1. Investor
Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
3. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan
(43)
25
dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang diperkerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
(44)
26
2.3Analisis Z-Score Model Altman
Analisis Z-Score dikembangkan oleh Prof. Edward Altman dengan tujuan untuk mendeteksi apakah suatu perusahaan dalam kondisi diambang kebangkrutan (financial distress). Metode ini disebut Multiple Discriminant Analysis (MDA). MDA menggunakan lima rasio yang dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut (Mujilan, 2012).
2.3.1 Formula-Formula Z-Score Altman
Selama penelitiannya, Altman telah melakukan tiga kali penyesuaian
formula-formula Z-Score agar dapat memprediksi kebangkrutan lebih akurat sesuai karateristik perusahaan. Berikut adalah formula-formula Z-Score yang dimaksud (Mokhamad, 2012):
a. Model Z-Score Pertama
Model Z-Score pertama Altman digunakan untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan pada perusahaan-perusahaan terbuka yang telah listing di bursa saham. Model ini diciptakan pertama kali oleh Altman pada tahun 1968 dengan metode MDA (Multi Discriminan Analysis) untuk mengetahui besaran koefisien setiap variabel dalam model Z-Scorenya. Formula Z-Score yang diperoleh adalah:
Z = 0,012 X1 + 0,014 X2 + 0,033 X3 + 0,006 X4 + 0,999 X5 Keterangan :
X1= modal kerja/total aktiva
(45)
27
X3 = EBIT/total aktiva
X4 = nilai pasar/total hutang
X5 = penjualan/total aktiva
Rasio-rasio pembentuk Z-Score ini masing-masing memberikan gambaran tersendiri mengenai perusahaan, yaitu :
1. Rasio X1
Rasio ini mengukur likuiditas dengan membandingkan aktiva likuid bersih dengan total aktiva. Aktiva likuid bersih atau modal kerja didefinisikan sebagai total aktiva lancar dikurangi dengan total kewajiban lancar. Umumnya, bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja akan turun lebih dari pada total aktiva sehingga rasio ini akan turun (Milka, 2004).
2. Rasio X2
Rasio ini mengukur profitabilitas kumulatif. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut kerena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda pada umumnya menunjukkan hasil rasio yang rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada masa awal berdirinya (Riyanto, 2004).
(46)
28
3. Rasio X3
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Bila rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang lebih banyak dari pada bunga pinjaman (Milka, 2004).
4. Rasio X4
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak tingkat aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang (Riyanto, 2004).
5. Rasio X5
Rasio ini menunjukkan apakan perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibanding penjualan dalam total aktivanya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan
(47)
29
aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba (Mokhamad, 2012).
Perhitungan nilai Z dari perusahaan yang diteliti apabila lebih kecil dari 1,81 berisiko tinggi terhadap kebangkrutan, bila nilai Z berada diantara 1,81 sampai dengan 2,99 dikatakan masih memiliki resiko kebangkrutan, dan bila diatas nilai 2,99 aman dari kebangkrutan
b. Model Z-Score Kedua
Model ini adalah bentuk penyesuaian dari model Z Score Altman
sebelumnya yang ditujukan apabila saham atau stock dari suatu perusahaan tidak diperdagangkan secara umum (notpubliclytraded). Untuk itu, rasio X4 (Market Value of Equity To Total Liabilities) tidak dapat dihitung.
Untuk mengatasi hal ini, Altman merubah rasio X4 yang menggunakan
Market Value of Equity dengan Book Value of Equity. Akibatnya, besaran koefisien masing-masing variabel juga ikut berubah seperti dalam formula dibawah ini:
Z’ = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5 Keterangan :
X1 = modal kerja/total aktiva
X2 = laba ditahan/total aktiva
X3 = EBIT/total aktiva
X4 = nilai buku/total hutang
(48)
30
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z-Score model Altman (1983), yaitu:
a. Jika nilai Z < 1,23 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
b. Jika nilai Z = 1,23 - 2,9 maka termasuk grey area
c. Jika nilai Z > 2,9 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
c. Model Altman Z-Score Ketiga
Seiring berjalannya waktu, perkembangan pasar obligasi dan investasi pada obligasi sudah menjalar ke negara-negara berkembang. Altman kemudian memodifikasi modelnya supaya dapat diterapkan pada semua perusahaan, seperti manufaktur, non manufaktur, dan perusahaan penerbit obligasi di negara berkembang (emerging market). Dalam Z-Score
modifikasi ini Altman mengeliminasi variable X5 (perbandingan sales
terhadap total assets) karena rasio ini sangat bervariatif pada industri dengan ukuran aktiva yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk meminimalkan potensi dampak industri yang kemungkinan terjadi pada variabel yang sensitif terhadap industri sebagaimana jika rasio perputaran aset dimasukan. Altman juga mengganti pembilang pada rasio variabel X4 dari nilai pasar ekuitas menjadi niali buku ekuitas. Formulanya
adalah:
(49)
31
Keterangan :
X1 = modal kerja/total aktiva
X2= laba ditahan/total aktiva
X3 = EBIT/total aktiva
X4 = nilai buku/total hutang
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z-Score ini yaitu:
a. Jika nilai Z < 1,21 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
b. Jika nilai Z = 1,21 - 2,60 maka termasuk grey area
c. Jika nilai Z > 2,60 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
Analisis diskriminan bermanfaat bagi perusahaan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan dan keberlanjutan usahanya. Semakin awal perusahaan memperoleh peringatan kebangkrutan, semakin baik bagi pihak manajemen kerena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan dan dapat memberikan gambaran dan harapan terhadap nilai masa depan perusahaan tersebut.
2.4 Penelitian Terdahulu
Batara, Kertahadi, dan Handayani (2013) melakukan penelitian metode Altman (Z-score) sebagai alat evaluasi guna memprediksi kebangkrutan perusahaan pada industri rokok yang terdaftar di BEI periode 2007-2011. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan model prediksi Altman Z-Score terdapat dua perusahaan yang selalu berada dalam kondisi sehat. Kedua perusahaan tersebut,
(50)
32
yaitu PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, PT Bentoel Internasional Investama Tbk, yang memiliki nilai Z (Z-Score) yang tinggi dan lebih dari batas atas rentang interval dalam setiap tahunnya.
Firda, Saifi, dan Devi (2013) menganalisis estimasi kebangkrutan dengan metode Altman Z-score pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2012. Berdasarkan analisis dengan
menggunakan metode Altman Z-Score terdapat satu perusahaan yang diestimasi bangkrut atau diprediksi dalam kondisi buruk selama tahun 2010 sampai dengan 2012. Perusahaan tersebut adalah PT. Titan Kimia Nusantara Tbk, yang memiliki nilai Z yang rendah dan kurang dari batas bawah rentang interval dalam setiap tahunnya, dimana batas bawah rentang interval menentukan skor minimal bagi suatu perusahaan untuk dinyatakan dalam kondisi yang buruk. Nilai Z di bawah rentang interval mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kegagalan dalam pengelolaan keuangan.
Resti (2013) menganalisis penggunaan Altman Z-Score untuk mengetahui potensi kebangkrutan PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk. Berdasarkan pada analisis dapat disimpulkan bahwa pada periode triwulan I, II, III, IV tahun 2011 dan triwulan I, II, III tahun 2012 pada perusahaan kayu ini mengalami potensi kebangkrutan atau perusahaan menghadapi kesulitan keuangan. Hasil analisis dari penelitian ini menghasilkan interprestasi <1,88 yang artinya bahwa perusahaan mengalami kondisi bangkrut atau akan memiliki potensi kebangkrutan.
(51)
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data penelitian yang di peroleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada dan secara tidak langsung dengan melalui internet. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data laporan keuangan (berupa neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas) periode 2009-2013 yang diambil dari Bursa Efek Indonesia.
3.2 Populasi
Populasi merupakan totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakter tertentu. Objek atau nilai yang akan diteliti dalam populasi disebut elemen populasi yang berupa orang, perusahaan, media dan sebagainya. Populasi untuk penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2013 sebanyak tujuh belas perusahaan.
(52)
34
3.3Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara tertentu dan memiliki karakteristik tertentu, jelas dan bisa dianggap mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling) yaitu sampel yang ditarik dengan menggunakan beberapa pertimbangan. Teknik pengambilan sampel ini disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Adapun kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel antara lain:
1. Perusahaan yang telah terdaftar di BEI sampai tanggal 31 Desember 2013.
2. Selama periode penelitian perusahaan makanan dan minuman konsisten dalam melaporkan atau menerbitkan laporan keuangan tahunan (neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas) mulai tahun 2009-2013.
3. Memiliki nilai negatif pada perhitungan X1, X2, X3, dan X4 menurut
perhitungan rasio Altman.
Diperoleh empat perusahaan yang memenuhi sebagai sampel dalam penelitian ini. Perusahaan yang termasuk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(53)
35
Tabel 2. Nama-Nama Perusahanaan yang sebagai Populasi dan Sampel
Populasi Sampel
No
Kode
Perusahaan Nama Perusahaan No
Kode Perusahaan 1 ADES
PT Akasha Wira
International Tbk 1 ADES
2 AISA
PT Tiga Pilar Sejahtera
Food Tbk 2 DAVO
3 ALTO PT Tri Banyan Tirta Tbk 3 MLBI 4 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 4 PTSP 5 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 5 DLTA 6 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 6 FAST
7 FAST
PT Fast Food Indonesia
Tbk 7 ICBP
8 ICBP
PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk 8 INDF
9 INDF
PT Indofood Sukses
Makmur Tbk 9 MLBI
10 MLBI
PT Multi Bintang Indonesia
Tbk 10 MYOR
11 MYOR PT Mayora Indah Tbk 11 PTSP
12 PSDN
PT Prasidha Aneka Niaga
Tbk 12 ROTI
13 PTSP
PT Pioneerindo Gourmet
International Tbk 13 SKLT
14 ROTI
PT Nippon Indosari
Corporindo Tbk 14 STTP 15 SKLT PT Sekar Laut Tbk 15
16 STTP PT Siantar TOP Tbk
17 ULTJ
PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk Sumber : www.idx.co.id
(54)
36
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah penyaringan data dengan mencari dan mendapatkan data sekunder berupa dokumen-dokumen perusahan yang memuat informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian (Supardi, 2005).
Dokumen perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan
keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. Data didalam penelitian ini diperoleh melalui www.idx.co.id
3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1 Penghitungan Rasio Keuangan Model Altman
Langkah-langkah dalam menghitung Z-Score (Budhias, 2005) :
1. Mengklasifikasikan pos-pos laporan keuangan tahunan yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk analisis yaitu current asset, current liabilities, retained earnings, earnings before income tax, total asset, sales, book value of debt.
2. Menghitung working capital yang belum diketahui dari laporan tahunan. Working Capital = Current Asset – Current Liabilities 3. Menghitung rasio-rasio X1, X2, X3, dan X4
4. Masing-masing rasio kemudian dimasukkan kedalam model Multivarite Discriminant Analysis (MDA) untuk menghitung Z-Score.
5. Menilai kinerja keuangan dengan batasan-batasan yang telah ditetapkan. Model prediksi MDA sendiri adalah:
(55)
37
Keterangan :
a = Konstanta
b1 = Koefisien Regresi untuk X1
b2= Koefisien Regresi untuk X2
b3 = Koefisien Regresi untuk X3
b4 = Koefesien Regresi untuk X4
X1 = Modal Kerja / Total Aktiva
X2 = Laba Ditahan / Total Aktiva
X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) / Total Aktiva
X4 = Nilai Buku / Total Hutang
Dengan ketentuan :
a. Jika Z-Score < 0
Dideteksi bahwa perusahaan sedang diambang kebangkrutan atau berpotensi akan mengalami kebangkrutan.
b. Jika Z-Score > 0
Dideteksi bahwa perusahaan dalam kondisi aman dari kebangkrutan.
3.6 Pengujian Hipotesis
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang di buat untuk menjelaskan hal tersebut. Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar oleh karena itu perlu diadakan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis ini dengan
menggunakan model Altman untuk mengetahui apakah empat sampel perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) berada
(56)
38
dalam kondisi bangkrut atau tidak bangkrut. Kondisi ini dapat dilihat dari nilai Z-score dari masing-masing perusahaan dengan ketentuan :
1. Untuk nilai Z-score lebih kecil dari 0, berarti perusahaan berisiko tinggi terhadap kebangkrutan.
2. Untuk nilai Z-score lebih besar dari 0, nilai ini menunjukkan keberadaan perusahaan yang sehat sehingga aman dari kemungkinan terjadinya kebangkrutan.
(57)
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk menganalisis kinerja keuangan
perusahaan dengan menggunakan model diskriminan Altman sebagai alat prediksi kebangkrutan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013. Perusahaan sampel yang digunakan sebanyak empat perusahaan sesuai dengan kriteria purposive sampling. Periode penelitian ini dilakukan selama lima tahun.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Keempat perusahaan yang masuk dalam sampel penelitian masuk dalam prediksi perusahaan yang berpotensi bangkrut. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah:
1. PT Akasha Wira International Tbk 2. PT Davomas Abadi Tbk
3. PT Multi Bintang Indonesia Tbk
(58)
50
Keempat perusahaan tersebut masuk dalam kriteria bangkrut dikarenakan nilai Z-score yang diperoleh pada tahun 2009 sampai dengan 2013 angkanya berada kurang dari 0. Apabila tidak segera melakukan perbaikan-perbaikan internal, maka perusahaan bisa menjadi perusahaan yang benar-benar bangkrut. Namun perusahaan bisa menjadi perusahaan yang tidak bangkrut apabila dapat
mengambil keputusan yang tepat dalam usaha perbaikan kinerja dan kondisi keuangan perusahaannya.
5.2Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kriteria perusahaan yang berpotensi bangkrut sebaiknya perusahaan melakukan evaluasi dan analisis pada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat meminimalkan masalah keuangan yang akan dihadapi dan dalam mengelola keuangan sebaiknya perusahaan selalu memperhatikan likuiditas perusahaan, proporsi hutang dan efisiensi penggunaan modal kerja sehingga perusahaan dapat terhindar dari kemungkinan terjadinya kebangkrutan.
2. Bagi investor yang ingin melakukan keputusan investasi sebaiknya
investor harus benar-benar selektif dalam memilih perusahaan. Perusahaan dengan nilai Z-score yang rendah dan tidak menunjukkan adanya
perbaikan kinerja sebaiknya dihindari karena kemungkinan kebangkrutan cukup besar.
(59)
DAFTAR PUSTAKA
Altman, Edward I. 2000. Predicting Financial Distress Of Companies:Revisiting The Z-Score And Zeta Models. Journal of Banking & Finance
Batara et. al. 2013. Analisis Metode Altman (Z-Score) sebagai Alat evaluasi Guna Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan (Studi Pada Industri Rokok yang Terdaftar Di BEI Periode 2007-2011). Jurnal Universitas Brawijaya. Budhijono, F dan Indahsari, R. 2010.Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Yang
Berorientasi Ekspor Pada Masa Krisis. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.
Budisantoso, Milka N. 2004. Analisis Z-score Altman untuk Memprediksi Kebangkrutan (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan Tahun 1997-2003).(Skripsi). Universitas Katolik Soegijapranata.
Dwi, Mokhamad I. 2012. Analisis Prediksi Financial Distress dengan
Menggunakan Model Altman Z-Score Modifikasi 1995 (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di Indonesia Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2010). (Skripsi). Universitas Diponegoro
Firda et.al. 2013. Altman Z-Score Sebagai Salah Satu Metode Dalam
Menganalisis estimasi Kebangkrutan Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Plastik dan Kemasan yang Terdaftar (Listing) di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan 2012). Jurnal Universitas Brawijaya. Mamduh, M. Hanafi dan Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Mujilan.2012. Analisis Laporan Keuangan dan Rasio Keuangan. Madiun. Universitas Widya Mandala.
(60)
Pribadi, Budhias. 2005. Analisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Rasio Model Camel dan Metode Altman sebagai Prediktor Financial Distress Bank Go Public.(Skripsi). Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang Riyanto, Bambang. 2004. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan.Yogyakarta.
BPFE Yogyakarta
Sheilly et.al. 2014. Analisis Akurasi Prediksi Kebangkrutan Model Altman Z-Score pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi
Supardi. 2005. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta. UII Press. Ulfah, Resti A. 2013. Analisis Penggunaan Altman Z-Score Untuk Mengetahui
Potensi Kebangkrutan PT.Sumalindo Lestari Jaya Tbk. Universitas Mulawarman.
http://thesis.binus.ac.id.2014
http://jordyayal.wordpress.com.2014 www.idx.co.id.2014
(1)
Keterangan :
a = Konstanta
b1 = Koefisien Regresi untuk X1 b2= Koefisien Regresi untuk X2 b3 = Koefisien Regresi untuk X3 b4 = Koefesien Regresi untuk X4 X1 = Modal Kerja / Total Aktiva X2 = Laba Ditahan / Total Aktiva
X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) / Total Aktiva X4 = Nilai Buku / Total Hutang
Dengan ketentuan :
a. Jika Z-Score < 0
Dideteksi bahwa perusahaan sedang diambang kebangkrutan atau berpotensi akan mengalami kebangkrutan.
b. Jika Z-Score > 0
Dideteksi bahwa perusahaan dalam kondisi aman dari kebangkrutan.
3.6 Pengujian Hipotesis
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang di buat untuk menjelaskan hal tersebut. Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar oleh karena itu perlu diadakan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis ini dengan
menggunakan model Altman untuk mengetahui apakah empat sampel perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) berada
(2)
38
dalam kondisi bangkrut atau tidak bangkrut. Kondisi ini dapat dilihat dari nilai Z-score dari masing-masing perusahaan dengan ketentuan :
1. Untuk nilai Z-score lebih kecil dari 0, berarti perusahaan berisiko tinggi terhadap kebangkrutan.
2. Untuk nilai Z-score lebih besar dari 0, nilai ini menunjukkan keberadaan perusahaan yang sehat sehingga aman dari kemungkinan terjadinya kebangkrutan.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk menganalisis kinerja keuangan
perusahaan dengan menggunakan model diskriminan Altman sebagai alat prediksi kebangkrutan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013. Perusahaan sampel yang digunakan sebanyak empat perusahaan sesuai dengan kriteria purposive sampling. Periode penelitian ini dilakukan selama lima tahun.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Keempat perusahaan yang masuk dalam sampel penelitian masuk dalam prediksi perusahaan yang berpotensi bangkrut. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah:
1. PT Akasha Wira International Tbk 2. PT Davomas Abadi Tbk
3. PT Multi Bintang Indonesia Tbk
(4)
50
Keempat perusahaan tersebut masuk dalam kriteria bangkrut dikarenakan nilai Z-score yang diperoleh pada tahun 2009 sampai dengan 2013 angkanya berada kurang dari 0. Apabila tidak segera melakukan perbaikan-perbaikan internal, maka perusahaan bisa menjadi perusahaan yang benar-benar bangkrut. Namun perusahaan bisa menjadi perusahaan yang tidak bangkrut apabila dapat
mengambil keputusan yang tepat dalam usaha perbaikan kinerja dan kondisi keuangan perusahaannya.
5.2Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kriteria perusahaan yang berpotensi bangkrut sebaiknya perusahaan melakukan evaluasi dan analisis pada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, sehingga dapat meminimalkan masalah keuangan yang akan dihadapi dan dalam mengelola keuangan sebaiknya perusahaan selalu memperhatikan likuiditas perusahaan, proporsi hutang dan efisiensi penggunaan modal kerja sehingga perusahaan dapat terhindar dari kemungkinan terjadinya kebangkrutan.
2. Bagi investor yang ingin melakukan keputusan investasi sebaiknya
investor harus benar-benar selektif dalam memilih perusahaan. Perusahaan dengan nilai Z-score yang rendah dan tidak menunjukkan adanya
perbaikan kinerja sebaiknya dihindari karena kemungkinan kebangkrutan cukup besar.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Altman, Edward I. 2000. Predicting Financial Distress Of Companies:Revisiting The Z-Score And Zeta Models. Journal of Banking & Finance
Batara et. al. 2013. Analisis Metode Altman (Z-Score) sebagai Alat evaluasi Guna Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan (Studi Pada Industri Rokok yang Terdaftar Di BEI Periode 2007-2011). Jurnal Universitas Brawijaya.
Budhijono, F dan Indahsari, R. 2010.Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Yang Berorientasi Ekspor Pada Masa Krisis. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.
Budisantoso, Milka N. 2004. Analisis Z-score Altman untuk Memprediksi Kebangkrutan (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan Tahun 1997-2003).(Skripsi). Universitas Katolik Soegijapranata.
Dwi, Mokhamad I. 2012. Analisis Prediksi Financial Distress dengan
Menggunakan Model Altman Z-Score Modifikasi 1995 (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di Indonesia Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2010). (Skripsi). Universitas Diponegoro
Firda et.al. 2013. Altman Z-Score Sebagai Salah Satu Metode Dalam
Menganalisis estimasi Kebangkrutan Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Plastik dan Kemasan yang Terdaftar (Listing) di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan 2012). Jurnal Universitas Brawijaya.
Mamduh, M. Hanafi dan Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Mujilan.2012. Analisis Laporan Keuangan dan Rasio Keuangan. Madiun. Universitas Widya Mandala.
(6)
Pribadi, Budhias. 2005. Analisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Rasio Model Camel dan Metode Altman sebagai Prediktor Financial Distress Bank Go Public.(Skripsi). Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang Riyanto, Bambang. 2004. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan.Yogyakarta.
BPFE Yogyakarta
Sheilly et.al. 2014. Analisis Akurasi Prediksi Kebangkrutan Model Altman Z-Score pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. e-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi
Supardi. 2005. Metode Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta. UII Press. Ulfah, Resti A. 2013. Analisis Penggunaan Altman Z-Score Untuk Mengetahui
Potensi Kebangkrutan PT.Sumalindo Lestari Jaya Tbk. Universitas Mulawarman.
http://thesis.binus.ac.id.2014
http://jordyayal.wordpress.com.2014 www.idx.co.id.2014