Fungsi Menulis Kemampuan Menulis
matra, irama dalam persajakan pada umumnya teratur. Ada satu hal penting yang perlu diingat, yakni kenyataan bahwa keteraturan dalam ritma tidak
berupa jumlah suku kata yang tetap. Rima kata pungut dari bahasa inggris rhyme, yakni pengulangan bunyi didalam baris atau larik puisi, pada akhir baris
puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi. f.
Tipografi Menurut Sayuti 2002:329, tipografi merupakan aspek bentuk visual puisi
yang berupa tata hubungan dan tata baris. Dalam puisi, tipografi dipergunakan untuk mendapatkan bentuk yang menarik supaya indah dipandang mata.
Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Tipografi merupakan
pembeda yang sangat penting. Dalam prosa baik fiksi maupun bukan baris-baris kata atau kalimat
membentuk sebuah periodisitet. Namun, dalam puisi tidak demikian halnya. Baris-baris dalam puisi membentuk sebuah periodisitet yang disebut bait.
Baris-baris puisi tidak diawali dari tepi kiri dan berakhir ditepi kanan. Tepi sebelah kiri maupun kanan sebelah baris puisi tidak harus dipenuhi oleh tulisan,
tidak seperti halnya jika kita menulis prosa. Atas dasar hal demikian itu, maka muncul bebagai macam tipe atau bentuk puisi. Ada bentuk-bentuk tradisional
dan ada pula bentuk-bentuk yang menyimpang dari pola tradisional. Bentuk- bentuk tradisional diantaranya dapat dilihat pada puisi-puisi pujangga baru.
g. Sarana retorika
Tiap pengarang mempunyai gaya masing-masing. Hal ini sesuai dengan sifat dan kegemaran masing-masing pengarang. Gaya dapat dikatakan sebagai
“cap” seorang pengarang. Gaya merupakan keistimewaan, kekhasan seorang
pengarang. Meskipun setiap pengarang mempunyai gaya dan cara tersendiri, ada juga sekumpulan bentuk atau beberapa macam pola yang biasa
dipergunakan oleh beberapa pengarang. Jenis-jenis bentuk atau pola gaya ini disebut sarana retorika rhetorical devices. Dalam kaitannya dengan puisi,
Alternbernd dalam Pradopo 2005; 93 menyatakan bahwa sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa muslihat pikiran. Dengan muslihat
itu para penyair berusaha manarik perhatian, pikiran, sehingga pembaca berkontemplasi dan tersugesti atas apa yang dikemukakan penyair. Pada
umumnya sarana retorika menimbulkan ketegangan.